Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT OKASAN NO HATSU KOI - my mom's first love (racebannon)

racebannon

Guru Besar Semprot
Daftar
8 Nov 2010
Post
2.074
Like diterima
16.693
Bimabet
kyokob10.jpg

OKASAN NO HATSU KOI – PART 1
(my mom's first love)


Pada suatu hari, seseorang dengan id @INSYFCL mengatakan sesuatu kepada saya. "Penasaran nih Kyoko sebelum ketemu Arya gimana ya?". Perkataan dia membuat saya meradang, tak bisa tidur malam itu. Dengan penuh semangat, saya buka word dan mengalirlah kata-kata.

Singkat cerita, Okasan No Hatsu Koi - okanohako, adalah cerita tentang Kyoko sebelum bertemu Arya, dan Haruko, anak tunggal Arya dan Kyoko ketika dia remaja.

==================
==================


CAST

Haruko's Timeline:

Keluarga Arya
- Haruko Aya Rahmania (15) anak semata wayang Arya dan Kyoko, tokoh utama MDT
- Kyoko Kaede (47) sang ibu
- Arya - Achmad Ariadi Gunawan (47) sang ayah

Hantaman
- Stefan (47) vokalis Hantaman.
- Anin (48) bassist Hantaman.
- Bagas (45) drummer Hantaman.

Kyoko's Timeline:

Keluarga Kaede
- Kyoko Kaede (18)
- Kyou-Kun - Kyoshiro Kaede (22), kakaknya Kyoko
- Miyoshi Kaede (48), ibunya Kyoko

Teman kuliah di Senmon Gakkou
- Marie Taniguchi (18)
- Kana Mitsugi (18)
- Hiroshi Tanabe (18)

cast_k10.jpg

==================
==================


PART :
  1. PART 1
  2. PART 2
  3. PART 3
  4. PART 4
  5. PART 5
  6. PART 6
  7. PART 7
  8. PART 8
  9. PART 9
  10. PART 10
  11. PART 11
  12. PART 12
  13. PART 13
  14. PART 14
  15. PART 15
  16. PART 16
  17. PART 17
  18. PART 18
  19. PART 19
  20. PART 20
  21. PART 21
  22. PART 22
  23. PART 23
  24. PART 24
  25. PART 25
  26. PART 26
  27. PART 27
  28. PART 28
  29. PART 29
  30. PART 30
  31. PART 31
  32. PART 32
  33. PART 33
  34. PART 34
  35. PART 35
  36. PART 36
  37. PART 37
  38. PART 38
  39. PART 39
  40. PART 40
  41. PART 41
  42. PART 42
  43. PART 43
  44. PART 44
  45. PART 45
  46. PART 46
  47. PART 47
  48. PART 48
  49. PART 49
  50. PART 50
  51. PART 51
  52. PART 52
  53. PART 53
  54. PART 54
  55. PART 55
  56. PART 56
  57. PART 57
  58. PART 58
  59. PART 59
  60. PART 60
  61. PART 61
  62. PART 62
  63. PART 63
  64. PART 64
  65. PART 65
  66. PART 66
  67. PART 67
  68. PART 68
  69. PART 69
  70. PART 70
  71. PART 71
  72. PART 72
  73. PART 73
  74. PART 74
  75. PART 75
  76. PART 76 - TAMAT
==================
==================


My Finished Story
- The Lucky Bastard
- Matahari Dari Timur Season 1
- Amyra
- Penanti
- Lelawah


 
Terakhir diubah:
kyokob10.jpg

OKASAN NO HATSU KOI – PART 1
(my mom's first love)


------------------------------

haruko10.jpg

Okasan is the best. Walau dia selalu minta dipanggil Mama, tapi tetep aja. Selalu lucu kalau dia aku panggil Okasan, responsnya dia pasti bercanda.

“Haha, kita kan bukan orang Jepang, anakku”

Iya, aku yang bukan orang Jepang. Tapi Mama kan? Jadi tetap saja aku akan sesering mungkin panggil dia Okasan. Dan sarapan, tiap hari itu adalah hal yang paling aku sukai. Karena aku bisa makan masakan enaknya Okasan. Dan aku bisa lahap makanan Okasan, tanpa harus rebutan sama Papa. Untung Papa kalau bangun suka siang, jadi aku bisa tenang, hehe.

Setelah ini, aku akan pergi sekolah, naik kendaraan umum, atau diantar oleh Okasan pakai motor Papa. Lucu rasanya. Aku sudah remaja, tapi Okasan terus terlihat muda. Dia selalu terlihat bahagia, apalagi kalau lihat dia di balik mesin kopi atau lagi masak.

Masakannya, ya ampun. Enak sekali. Gak ada satupun yang bisa ngalahin masakan Okasan. Dia perempuan tercantik di dunia, dia perempuan paling baik di dunia, dan benar-benar lembut. Kecuali kalau lagi bete atau marah, mulai deh bahasa Jepangnya keluar. Hehe. Aku bisa ngerti dia ngomong apa, sayang aku gak bisa ngomong balik pakai bahasa Jepang.

Tapi walaupun bete atau marah, tegasnya benar-benar enak. Okasan saklek tapi lembut. Dan dia bener-bener sayang sama Aku dan Papa. Di satu sisi, aku jadi penasaran, seperti apa sih Okasan sebelum bertemu Papa? Selama ini aku selalu didongengin cerita soal Okasan dan Papa yang roman-nya kayak film-film holywood. Penuh keajaiban dan perjuangan.

Kayak gimana ya Okasan waktu masih muda? Waktu masih belum kenal Papa. Waktu masih single. Waktu masih remaja kayak aku.

Pasti lucu banget. Dan aku pengen-pengen sekali, ketemu dengan Okasan pas masih muda, dan cobain makanan masakannya. Wuih, pasti lezat banget. Dan aku pengen bersahabat dengan Okasan waktu masih muda. Kita berdua bakal cocok banget pasti. Hehe.

“Haruko…. Cepat makannya… Ayo sebentar lagi sekolah” suara Okasan terdengar lantang di ruang makan. Suara itu bikin aku tersenyum.

“Siap Okasan!”

==================
==================


ad10.jpg

“Pagi Okasan…” Kyoushiro Kaede, atau yang sering dipanggil Kyou-kun muncul di ruang makan, setelah turun dari tangga. Mukanya masih mengantuk, karena malam tadi dia baru saja ada show di Yokohama.

“Pagi Kyoushiro” sapa Miyoshi Kaede, ibu-ibu beraura teduh, pemilik café Kaede Coffee Shop and Sweets. Kyou-Kun tersenyum pagi itu, tapi dia melihat ada pemandangan yang aneh.

“Okasan kenapa duduk di sini? Tidak masak sarapan?” tanyanya dengan heran.

“Adik kamu yang katanya mau masak sarapan” jawab sang ibu dengan tenang, sambil membaca koran pagi itu, dan menyesap kopi panas yang fresh. Pasti hasil racikan sendiri, dan memang tidak ada yang bisa mengalahkan racikan kopi Miyoshi Kaede di Mitaka.

She’s the best di Mitaka. Tidak heran, café kecil keluarga Kaede itu selalu ramai pengunjung.

“Adikku masak sarapan?” tanya Kyou-Kun dengan senyum khasnya. Pria itu berprofesi sebagai musisi, bassist lebih tepatnya. Dan selain bermusik, dia membantu sang ibu di Kaede Cofee Shop and Sweets.

“Hai… Dia bilang dia mau masak pagi ini, karena ini kan hari pertama dia di Senmon Gakkou”
“Menarik”

Senmon Gakkou, alias sekolah kejuruan, adalah sekolah tinggi setingkat diploma dalam sistem pendidikan Jepang. Biasanya menghabiskan waktu sekitar 2 tahun atau 4 semester. Tidak ada final project, tugas akhir maupun skripsi. Dan para siswanya akan diberikan keterampilan yang siap pakai di dunia kerja.

Hari ini, adalah hari pertama anak bungsu keluarga Kaede menuntut ilmu di Senmon Gakkou. Senmon Gakkou yang terletak di Omotesando ini bergerak di bidang tata boga, dengan dua jurusan utama, yakni Cafetaria dan Restaurant. Dua penjurusan utama tersebut dapat dipilih di tahun kedua. Di tahun pertama, semua siswanya akan mendapatkan mata kuliah yang sama.

Dan akhirnya, sang anak bungsu dengan muka sumringah membawa nampan yang penuh berisi masakan.

“Pagi Nii-chan! Ah.. Hai… Maaf lama menunggu ya Okasan dan Nii-chan, ini sarapan yang aku buat… Hehe…” senyum sang putri bungsu itu, dengan muka yang sangat-sangat ceria sekali.

“Pagi… Ini… Chahan?”
“Hai… Benar… Chahan”

Chahan, nasi goreng khas Jepang. Tapi pagi ini, rasanya di meja, bentuknya seperti amburadul. Isinya tak jelas. Seperti semua benda yang ada di kulkas, dicampur dengan nasi dan digoreng begitu saja.

“Chahan?” bingung Kyou-Kun.
“Hai…. Tak salah lagi” senyum adiknya.
“Ano…..” Kuou-Kun garuk-garuk kepala.

“Sudah… Makan saja, jarang-jarang kan dia masak” senyum Miyoshi Kaede.

“Ah… Baik…” senyum Kyou-Kun. Tampaknya dia ingin jadi kakak yang baik. Sementara sang adik dengan cerianya duduk di sampingnya, mempersilakan sang ibu dan kakaknya untuk mengambil makanan terlebih dahulu.

Sambil memperhatikan ibu dan kakaknya mengambil makanan mereka ke mangkuk masing-masing, putri keluarga Kaede itu bertopang dagu dan tersenyum, menunggu makanan dilahap. Dan sekarang, matanya berbinar, melihat suapan pertama kakak dan ibunya.

“APA INI!!!! ASIN SEKALI!!!!!!” Kyou-Kun menjerit dan membelalak. Sedangkan Miyoshi mencoba menelan makanan yang rasanya tak karuan itu sambil batuk-batuk pelan.

Dan senyum anak bungsu itu hilang. Sirna. Dan kepercayaan dirinya sebelum menjalani hari pertama di Senmon Gakkou pun rusak.

------------------------------

ilc-ge10.jpg

“KAEDE KYOKO?” teriak dosen di depan kelas.

“Hai… Hadir” Kyoko mengangkat tangannya dengan perasaan tak percaya diri hari ini. Padahal, semalam suntuk dia sudah membongkar buku resep jagoan milik ibunya. Dan setelah berkontemplasi semalaman, dia memutuskan untuk membuat Chahan, nasi goreng Jepang yang sepertinya paling simpel dari semua resep di buku tersebut.

Sambil melihat ke sekeliling kelas, menghafalkan muka-muka asing yang baru, Kyoko melirik ke meja di sampingnya.

Kosong.

Kyoko duduk paling belakang, padahal rasanya dia sudah berangkat paling pagi. Setelah menempuh perjalanan dari Mitaka ke Omotesando dengan kereta, dia lalu naik bis dan turun di halte yang terletak tepat di depan Senmon Gakkou itu. Senmon Gakkou yang ia idam-idamkan. Dia sangat ingin belajar disana, karena katanya ini Senmon Gakkou terbaik untuk bidang tata boga dan kuliner.

Ilmu yang dia dapatkan di sini ingin dia aplikasikan untuk membantu ibu dan kakaknya di café milik keluarga mereka. Café kecil peninggalan ayah mereka itu, menghidupi Kyou-kun dan Kyoko sampai sekarang. Dan Kyoko, tentu saja ingin membalas budi dengan menuntut ilmu, untuk berkontribusi pada bisnis café tersebut.

“Ah! Sumimasen!” mendadak seisi kelas dikagetkan oleh suara seorang perempuan yang terdengar ngos-ngosan.

Bapak Dosen yang terhormat menatap ke arah anak perempuan itu dan dia melihat ke arah jam tangannya.

“Maaf! Saya tahu saya telat! Ini hari pertama dan saya berbuat kebodohan… Jadi, maafkan saya karena saya salah naik bis dari stasiun Omotesando!” suaranya begitu lantang dan tegas, dan dia utarakan sambil menunduk ke arah dosen.

Dosen hanya bisa menghela napas. Menatap ke arah jam tangannya lagi.

“15 menit telat. Masuk. Jangan diulangi lagi. Taniguchi Marie?” tanyanya sambil menatap ke arah buku absen.
“Hai! Terimakasih Sensei… Taniguchi Marie Hadir di kelas!” senyumnya dengan muka merah dan napas yang berat, sepertinya dia berlari entah dari mana untuk hadir di dalam kelas ini.

Terdengar suara bisik-bisik dan tawa kecil ke arah Marie, tapi yang dimaksud tampaknya tetap cuek. Dia berjalan dengan pedenya ke arah satu-satunya bangku kosong di kelas itu. Yakni di sebelahku.

“Baik. Sekarang kita akan mulai… Pengetahuan dan teknik boga dasar…. Nama saya Yamasa Hideo” dosen tersebut lalu mengambil spidol dan menuliskan namanya di papan tulis dengan huruf kanji. “Saya mengajar ini dan nanti di tahun kedua, di mata kuliah pilihan Praktek Usaha Restoran. Kita mulai pelajaran hari ini”

Kyoko membuka buku catatan dan mulai memperhatikan ke papan tulis. Dia mencoba dengan seksama untuk mulai mendengarkan apapun yang akan dijelaskan oleh Yamasa Sensei. Menit demi menit Kyoko lalui sambil mencatat. Dia tidak ingin apapun mengganggu keputusannya untuk belajar di Senmon Gakkou. Dan di saat seperti ini, ingatannya kembali lagi ke hari kelulusan SMA nya.

--

“Benarkah? Kyoko… Dengan nilai seperti kamu sekarang, kalau aku jadi kamu sih, gak akan ragu-ragu lagi daftar ke Meiji…” Potong salah seorang sahabatnya ketika SMA, saat Kyoko benar-benar tidak ingin melanjutkan pendidikan ke universitas. Mereka semua sudah lama tahu kalau Kyoko maunya masuk Senmon Gakkou.

“Bahkan kamu gak ikutan cram school….. Nilai-nilai ujian kamu udah bagus, sayang banget modal itu gak dipake buat daftar atau tes masuk universitas yang keren…. Coba bayangin, kita berempat, jadi anak universitas bareng… Pasti asik banget” senyum yang lainnya.

“Tapi kalian tahu kan, kalau aku ingin meneruskan café Okasan?” jawab Kyoko.
“Iya Kyoko…. Demo.. Sayang saja sepertinya nilai-nilai sebagus Kyoko tidak dijadikan modal untuk kuliah”

“Ya, tapi biaya Senmon Gakkou lebih murah dan aku bisa meringankan biaya belajar disana dengan arubaito… Aku sudah mencari-cari arubaito yang jam kerja dan gajinya enak di sekitar Omotesando” lanjut Kyoko.

“Kyoko… Bayangkan, kehidupan kuliah, cowok-cowok keren, selama empat tahun…… Masa kamu mau lewatkan itu?”
“Haha…. Kalau masalah cowok…. Ah, yang penting kan Kyoko bisa bantu Okasan… Dua tahun saja sekolahnya….”

“Masa muda, Kyoko…. Jadi cewek kuliahan!!”
“Di Senmon Gakkou juga bisa”

“Hei… Sudahlah, kan Kyoko sudah bilang, kalau dia benar-benar ingin ke Senmon Gakkou… Lagipula, siapa tau dia bisa bertemu dengan calon chef ganteng di sana…..”
“Ahahaha” tawa Kyoko dengan lucunya, memakai seragam sekolah SMA untuk terakhir kalinya.
“Tapi…”

“Tapi masakan kamu kan kacau, Kyoko….”
“Ano…..”

--

“Shitsurei…… “ bisik orang dari sebelah Kyoko dan konsentrasinya pun buyar.
“Hai… Ada apa?”
“Taniguchi Marie desu…. Hajimemashite…” Marie memperkenalkan dirinya sambil menunduk pelan ke arah Kyoko.

Kyoko menelan ludahnya karena sepertinya tidak perlu berkenalan di saat kuliah sedang berlangsung. Mereka bisa berkenalan sehabis jam kuliah atau ketika jam makan siang. Tapi karena merasa tidak enak, Kyoko akhirnya membalas dengan berbisik.

“Kaede Kyoko… Hajimemashite” senyum Kyoko sehabis berbisik dengan pelannya.
“Ah… Boleh aku panggil Kyoko-chan?”

“Ee?”
“Kamu orang pertama yang kukenal di sini, pasti kita nanti jadi sahabat baik… Jadi kenapa tidak dimulai dengan jadi sahabat sekarang? Tidak apa-apa kan?”

Kyoko melongo dan dia sudah tidak bisa lagi memperhatikan pelajaran di depan. Di jam-jam pertama hari pertama di kelas pertama, sudah ada yang memanggilnya menggunakan nama depannya. Di Jepang, memang tidak umum untuk langsung memanggil nama depan saat pertama bertemu, apalagi disambung dengan imbuhan –chan yang merupakan panggilan untuk anak-anak, atau untuk panggilan akrab. Biasanya yang memanggil dengan nama depan adalah anggota keluarga, teman akrab, atau pasangan.

“EHM!”

Yamasa Sensei mendadak membuat seisi kelas hening. Pasti dia mendengar percakapan kecil antara Marie dan Kyoko. Marie hanya tersenyum nyengir, sambil menatap ke arah Kyoko. Yang ditatap hanya bisa menelan ludah sambil tersipu, karena dia dan orang yang baru dikenalnya sudah membuat sang dosen terganggu.

Kyoko menarik napas, setelah dosen melanjutkan penjelasannya. Duh, ada apa sih ini, kenapa baru masuk di hari pertama malah bikin perhatian seisi kelas tertuju ke sini. Kenapa pula Taniguchi pakai terlambat dan duduk di sebelahku, pikir Kyoko. Terus ngajak ngobrol pula. Udah deh, konsentrasi lagi.

“Ano… Kyoko-chan…”

“Hai?” Kyoko melirik ke arah Marie. Dia ingin marah karena telah diganggu, tapi dia berusaha ramah. Tidak mungkin langsung ngambek-ngambek di hari pertama.

“Ee. Ano… Bisa pinjam alat tulis?” Marie rupanya baru mengobok-ngobok isi tasnya dan dia tidak membawa alat tulis apapun di hari pertamanya. Marie nyengir kuda, dengan aura mesem-mesem ke arah Kyoko. Kyoko lalu tersenyum dengan manisnya, walaupun dalam hatinya agak-agak kesal. Kyoko lalu memberikan pensil yang nganggur kepada Marie, setelah mencarinya di dalam tasnya.

“Domo… Domo Arigatou Kyoko-chan…. Tidak salah memang dijadikan sahabat.”

Kyoko tersenyum lagi.

“EHM!” batuk kedua terjadi lagi. Oh well. Tampaknya hari pertama ini akan jadi hari yang sangat-sangat berat untuk Kyoko.

------------------------------

2036_f10.jpg

Kyoko diam, bingung sambil menatap makanannya siang itu. Dia sedang makan di family restaurant dekat Senmon Gakkoue, dan dia bersama tiga orang yang asing untuk dirinya siang itu. Tapi setidaknya dia sudah mengenal satu orang, yang kebetulan duduk di sampingnya.

Marie Taniguchi. Perempuan yang tampaknya periang dan sangat supel ini terlihat begitu ceria di hari pertamanya, walaupun dia telat masuk kelas pertama. Rambutnya sebahu, dicat warna coklat tua dan penampilannya enak dilihat. Casual dan trendy.

“Jadi…. Kenapa kita berempat ada di sini?” tanya salah satu dari mereka, seorang perempuan berambut panjang, hitam dan tampangnya begitu cantik, walau sedikit jutek. Perempuan ini didandanin sedikit, pasti sudah mirip potongannya seperti office-office lady yang punya jabatan tinggi di kantor. Dia terlihat lebih dewasa daripada umurnya, yang pasti umur lulusan SMA juga seperti yang lainnya.

“Nah, karena kita berempat duduknya berdekatan, aku pikir kita berempat harus makan bareng!” seru Marie dengan riangnya, sambil melahap burger yang ada di depannya.

“Ano tapi… Taniguchi-san… Kita berempat bahkan belum saling mengenal” bisik Kyoko.
“Kan sudah, minimal aku dan Kyoko-chan” senyum Marie. Kyoko bingung. Dia hanya menatap ke makanannya saja sambil memainkan sendok kecil di dalam kopi yang ia pesan. Kopi yang sudah jelas-jelas kalah enak jika dibandingkan dengan karya ibunya.

“Jadi aku punya ide brilian”
“Apa?” potong si perempuan yang tampangnya mirip office lady itu.

“Kita berempat, bergantian, sebutkan nama masing-masing, tempat lahir, dan lagu apa yang lagi disuka sekarang! Supaya cepat kenalannya” senyum Marie.

“Hmm..”
“Dimulai dari aku!”

“Silakan” dengus si perempuan-mirip-office lady itu.

“Taniguchi Marie… Lahir di Chiba… Lagu yang lagi aku suka… Hmmm…… Sekai ni Hitotsu Dake no Hana! SMAP!” seru si Marie. “Selanjutnya kamu!” dia menunjuk ke depannya.

“Hmm… Oke… Mitsugi Kana…. Tokyo… Hmm…. Mungkin Matsu Takako, Honto no Kimochi” jawab Kana dengan Anggun. Tapi mungkin, Kyoko belum bisa memanggilnya Kana. Dia sekarang baru bisa memanggilnya Mitsugi-san. Bahkan memanggilnya dengan nama “Mitsugi” saja tampak terlalu akrab untuk orang se-anggun Kana. Apalagi dia tampak menjaga jarak dengan Kyoko dan apalagi Marie.

“Ah… Aku ya? Ano…. Kaede Kyoko…. Aku dari Mitaka… Lahir di sana…. Lagu….” Kyoko mencoba memutar-mutar otaknya. “Sekarang, sedang suka dengarkan Merry Go Round-nya Tatsuro Yamashita” senyum Kyoko, berusaha mulai akrab dengan kenalan-kenalan barunya ini.

“Tats Yamashita?” potong Kana.
“Ah Hai….”
“Jadul amat?”
“Eh.. Iya ano….”
“Emang kamu sudah lahir pas lagu itu populer?”

“Ano…. Belum” Merry Go Round – Tatsuro Yamashita berasal dari album Melodies, album tahun 1983. Jelas Kyoko belum lahir pada tahun itu. Sekarang awal 2000-an dan Kyoko baru lulus SMA. Tapi, selera musik Kyoko memang begitu. Hidupnya diwarnai oleh CD dan kaset peninggalan ayahnya. Tak heran kalau musik di rumah Kyoko terjebak di tahun 80-an, terkecuali Kyou-Kun yang berprofesi sebagai musisi. Bahkan sampai sekarang, Miyoshi Kaede rajin memutar musik yang disukai oleh almarhum suaminya.

“Makanya aneh banget…. Kuno banget seleranya”
“Ah… Ahaha…”

“Gak aneh ah” potong satu-satunya laki-laki di meja itu.
“?” Kyoko menatap ke arah laki-laki itu.

“Gak aneh kenapa? Anak muda kok sukanya musik zaman dulu?” sanggah Kana.
“Gak aneh dong… karena lagunya enak. Saya juga suka kok”

“Wah…” Marie tersenyum penuh arti ke arah Kyoko yang bingung, melihat ekspresi muka Marie yang sumringah.

“Tanabe Hiroshi…. Ibaraki… Saya temani Kaede-san deh, saya lagi suka Tats Yamashita juga, dari album yang sama deh… Night Fly” Hiroshi tersenyum pada Kyoko dengan manisnya dan Kyoko tersipu sambil membalas senyumnya.

“Nice, dua orang jadul dalam satu meja, langsung berasa out of date nih…” Kana sedikit berkomentar sambil meminum minumannya.

“Jauh-jauh dari Ibaraki, buat belajar di sini?” tanya Marie ke Hiroshi.
“Iya, soalnya banyak lulusan di sini yang jadi chef ternama kan?”
“Oh jadi nanti Hiroshi mau ambil penjurusan untuk chef ya?”

“Haha iya….”
“Kenapa pingin jadi chef?” tanya Marie terus.
“Taniguchi-san… ano… tampaknya terlalu cepat untuk bertanya seperti itu” potong Kyoko.

“Haha, tidak apa-apa…. Orang tua saya punya restoran di Ibaraki, dan saya ingin jadi chef yang lebih hebat dari ayah saya… Dan buka restoran sendiri, sampai terkenal dan dapat michelin star, itu mimpi saya” senyum Hiroshi.

“Wah hebat…” senyum Marie dengan riangnya. “Kalau Kyoko-chan nanti mau ambil penjurusan apa?”
“Cafetaria” jawab Kyoko malu-malu.
“Kenapa?”

“Jadi, ano… Ibu saya punya café di Mitaka, dan saya mau teruskan usahanya”
“Nama cafenya apa?” tanya Kana.
“Ah… Kaede Coffee and Sweets…. Kalian kalau mau datang ke sana…… tempatnya….di…”

“Belum pernah denger namanya” potong Kana.
“Ahaha, café kecil saja milik keluarga…”
“Mau kamu lanjutin?”
“Hai”

“Ngapain kalo gitu belajar di sini? Di sini semua orang berambisi jadi restaurateur, chef, barista, bartender terbaik di Jepang, tapi kok mimpinya cuma kayak gitu?” Kana menekuk jidatnya, tampak berpikir keras. Mungkin dia berpikir kalau mimpi Kyoko terlalu dangkal.

“Hei, itu juga mimpi yang bagus lho” sanggah Hiroshi dengan senyumnya.
“Gak enak amat baru ketemu ngomongnya begitu” tawa Marie.

“Well… Itu kenyataan di sini sih, persaingan di sini ketat, dan semua berharap ditarik atau direkomendasikan ke tempat-tempat yang bagus…….” Kana memasukkan makanan ke mulutnya dengan aura cuek.

“Berarti, tempat keluarganya Kaede-san pasti tempat bagus juga, sampai dia belajar di sini untuk meneruskan bisnis keluarganya….” sambung Hiroshi.
“Bicara kamu terlalu tinggi untuk orang Ibaraki, Tanabe” balas Kana.

“Hmmmppfff… Suasananya jadi gak enak….” dengus Marie.

Kyoko diam saja dan memilih untuk mulai menyuapkan makanan ke dalam mulutnya. Apa-apaan di hari pertama ini, banyak sekali hal-hal tidak enak seperti ini.

“Kalau begitu, supaya suasananya enak lagi…. habis selesai jam kuliah nanti, kita harus karaoke!!!” seru Marie dengan siangnya.

“Eh?” Kyoko kaget.
“Kayaknya saya gak ikut” balas Kana.

“Wah, tawaran yang susah ditolak, Kaede-san ikut kan?” tanya Hiroshi sambil tersenyum dengan manisnya ke arah Kyoko.

“Ano……”
“Ikut, Kyoko-chan, pertama kali karaoke setelah lulus SMA, pasti menyenangkan, haha” potong Marie

“Ah.. Haha, baiklah, saya ikut”

Dan Kyoko pun membalas senyum Hiroshi siang itu.

------------------------------

BERSAMBUNG

Glossary :

Okasan : Ibu
Senmon Gakkou : Sekolah Kejuruan (setingkat diploma)
Chahan : Nasi Goreng ala Jepang
Sumimasen : Maaf/Permisi
Shitsurei : Permisi
Cram School : Bimbingan Belajar
Domo Arigatou : Terimakasih Banyak
 
Terakhir diubah:
Wuihhh side story nya kyoko nihhh??!!!
 
pasang terpal dulu, hehehe

menarik banget master, cerita ABG, jadi berasa muda lagi, hehehe, btw haruko body nya gmna yaa? semlohay apa kutilang nihh, master?
 
Asiiikk cerita baru... semoga ga ada spoiler disini.. ga kaya di mdt season 1 kebanyakan spoiler
 
Wah mantaaab cerita tentang Kyoko sebelum ketemu Aya nih...

Haruko nya uda ABG, berarti Kyoko ud jadi MILF...
:pandaketawa: :pandaketawa: :pandaketawa:
Wkwkwwkwk
 
Aseekkk ada yang baru..semangat broh RB.. ganbatteeee!!
 
Terakhir diubah:
Bimabet
asik asik asik, ini nih yg gue tunggu2.. masa lalu kyoko & masa depannya (haruko).. Semoga updatenya seminggu 3x ya hehe
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd