Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT OKASAN NO HATSU KOI - my mom's first love (racebannon)

Duh Hiroshi kenapa hu? Nunggu lanjutannya nih... :cool:
 
kyokob10.jpg

OKASAN NO HATSU KOI – PART 71
(my mom's first love)
------------------------------

haruko10.jpg

Aku nelen ludah, habis dengerin cerita dari Kyou Ji-San. Aku gak nyangka, pernah ada kejadian kayak gini di hidupnya Okasan.

Hiroshi Tanabe, menurut cerita pamanku adalah pacarnya Okasan, dari sejak dia pertama kuliah di Senmon Gakkou. Dan orang itu yang bertanggung jawab ngajarin Okasan masak sampe jago. Pertanyaanku terjawab, dan tebakanku juga bener. Orang yang ngajarin Okasan masak adalah pacarnya sebelum Papa.

Singkat cerita, mereka berdua pacaran sampai si cowok itu, pergi ke Perancis untuk memperdalam ilmunya dalam bidang masak memasak. Dan ketika disana, Hiroshi Tanabe terkena kecelakaan lalu lintas. Dia disetirin sama orang yang ngantuk, rame-rame katanya di dalam mobil, terus kecelakaan.

Dia sempet dilariin ke rumah sakit, tapi nyawanya gak tertolong. Kalo gak salah tiga dari lima orang yang ada di mobil itu juga wafat.

Gak kebayang, kayak gimana ancurnya perasaan Okasan ketika kejadian. Tapi Okasan adalah salah satu perempuan terkuat yang pernah kukenal. Dan sekarang, tentunya keliatan banget kalo dia tahan banting dan bener-bener perkasa. Dia rela ngelakuin semuanya buat keluarganya.

“Haruko” Kyou Ji-San lantas menghentikan lamunanku.
“Yes?”
“Better to put that album back before they go home” tawanya, ngeliat aku masih megang album foto keluarga Okasan dari tahun 2000 sampai 2005 itu.

“Ah, okay”

Iya sih, harus aku balikin, kalo-kalo Okasan dan Papa pulang. Gak nyaman aja kalo Okasan tahu aku ngeliat-liat masa lalunya tanpa seizin dia, hehehe.

Ceritanya gak enak dan sedih banget, tapi aku jadi tahu sedikit sejarah soal Okasan, soal kehidupan percintaannya sebelum ketemu Papa. Berarti, Okasan-ku itu bener-bener kuat. Dia udah ngerasain ini itu, mulai dari ditinggal pacar wafat, jadi yatim piatu, nikah dan pindah ke Indonesia, ngurus coffee shop Mitaka di Kemang sampe gede dan terkenal, punya anak, dan berhasil ngedidik aku jadi kayak sekarang.

Beruntung banget dia mama-ku. Beruntung banget punya ibu yang sarat sama pengalaman hidup yang naik dan turun. Kerasa kok, dia bener-bener bisa bikin semua orang di sekitarnya jadi ngerasa penting dan aman.

Itulah Okasanku, yang kusayang banget.

Mungkin yang namanya Hiroshi Tanabe itu cinta pertamanya Okasan, seperti yang dibilang sama Kyou Ji-San. Dia bilangnya sih tadi, “Anata no Okasan no Hatsu Koi”. Tapi aku dan Papa berarti beruntung, bisa jadi cinta terakhirnya Okasan.

Seenggaknya, pertanyaanku sekarang udah kejawab. Terimakasih, Hiroshi Tanabe, berkat kamu, Mama-ku jadi jago masak, bikin keluarganya sekarang jadi bahagia banget.

===============
===
==================


untitl10.jpg


“Kyoko?” Miyoshi Kaede menggedor-gedor pintu kamar Kyoko dari luar dengan sekuat tenaga.

“Kyoko!!” ulang sang ibu, sambil terus berusaha agar sang anak mau keluar dari kamarnya.

“Okasan…. Percuma sepertinya” bisik Kyou-Kun dengan nada bicara yang berat.
“Tapi dia harus keluar Kyoushiro, ini sudah berapa hari? Dan hari ini adalah hari upacara pemakamannya…..”

Lelaki umur dua puluhan itu sudah menggunakan setelan jas berwarna hitam-hitam, sebagai pakaian berdukanya. Sang ibu sudah memakai dress dan jaket yang berwarna hitam juga. Mereka berdua sebenarnya akan pergi ke upacara pemakaman Hiroshi di pagi buta itu. Jenazah almarhum baru kemarin sampai ke Jepang, dan akan dimakamkan di komplek kuburan keluarga mereka di Ibaraki.

Sudah beberapa hari berselang dari berita malang itu. Sudah beberapa hari berselang dari hilangnya keseimbangan Kyoko di depan keluarganya. Tatapan Kyoko waktu itu kosong. Dia tidak menangis sedikitpun. Tidak setetespun air mata keluar dari matanya. Tapi tidak satu katapun juga yang keluar dari mulutnya. Kyoko menjadi kaku, diam, membisu, seperti tidak pernah ada kehidupan di badan itu.

Dan dia menghabiskan waktunya dengan meringkuk di dalam kamarnya, tidak keluar sedikitpun. Makanan yang dikirimkan hanya bisa ditaruh di depan pintu kamarnya, dan hanya disentuh sedikit sekali. Sepertinya dia sudah beberapa hari ini kurang makan.

Kyoko seperti menutup diri. Bahkan hari ini, dia tidak menyahut saat sang ibu dan sang kakak berusaha mengajaknya ke upacara pemakanam Hiroshi Tanabe.

“Kita harus berangkat, bagaimana ini…..” Sang ibu melihat ke arah jam tangannya, dengan gelisah. Dan dia makin khawatir karena tiap hari Kyoko mengunci kamarnya. Kyoko hampir tidak pernah keluar kamar. Tidak mandi, hanya menyentuh makanan seadanya, dan hanya keluar untuk urusan toilet. Dan dia selalu menghindari kontak dengan Ibu dan Kakaknya.

“Okasan sebaiknya disini saja, aku akan berangkat sekarang….”
“Tidak bisa, Kyoushiro.. Nanti orang-orang akan bilang apa kalau aku tidak datang?” panik sang ibu.
“Kaa-san… Aku akan menjelaskan situasi ini ke orang tuanya Tanabe, mereka pasti akan mengerti….. Okasan harus disini, kalau-kalau Kyoko….” Kyou-Kun menelan ludahnya.

“Kyoko tidak mungkin seperti itu!” Miyoshi Kaede menghardik anak sulungnya, mencoba menghilangkan pemikiran buruk soal Kyoko. Di dalam kepalanya, tidak mungkin anak bungsunya, Kyoko Kaede yang manis dan ceria itu, akan mencelakai dirinya sendiri.

“Okasan…… Kita tidak tahu apa yang akan terjadi, lebih baik berhati-hati, aku sudah pernah mendengar hal-hal seperti ini….. Dia sedang shock dan trauma, apapun bisa terjadi, dan kita harus menjaga dia….”

“Tapi….”

“Aku akan berangkat sekarang ke Ibaraki. Okasan harus disini, jaga Kyoko kita….. Cukup berita buruk soal Hiroshi saja yang kita dengar sekarang…. Aku tidak ingin Kyoko kenapa-napa” Kyou-Kun tampak kesal. Dia pasti gusar soal Kyoko. Dia khawatir soal adiknya, tapi harus ada perwakilan dari keluarga Kaede untuk melayat ke upacara pemakaman Hiroshi.

“Ano…”
“Tunggui Kyoko ya… Aku akan melayat….” Kyou-Kun lantas bergegas turun ke lantai bawah, dan sang ibu hanya bisa menatap anak lelakinya pergi. Miyoshi Kaede lantas menyentuh daun pintu kamar Kyoko, dan dia bersimpuh di depan kamar anaknya itu. Dia menatap ke arah baki yang terletak tak jauh dari pintu kamar Kyoko.

Baki itu berisi nasi lengkap dengan lauk-pauknya. Dari kondisinya, tampaknya Kyoko hanya memakannya sedikit sekali. Hanya air minum saja yang dia habiskan. Miyoshi Kaede memejamkan matanya, sambil berharap sang anak, di dalam kamar yang dikunci itu tidak kenapa-napa.

------------------------------

800-mi10.jpg

Kyou-Kun baru saja pulang dari Ibaraki sore itu. Di depan pintu rumah, Miyoshi Kaede melemparinya dengan garam. Ritual pembersihan diri seperti ini biasa dilakukan oleh orang Jepang, ketika anggota keluarga mereka habis pulang melayat.

Setelah melempari Kyou-Kun dengan garam, Miyoshi Kaede lantas bertanya.

“Bagimana tadi, Kyoushiro?”
“Suasananya menyedihkan sekali… Tanabe Junko tampak terpukul sekali, dia menangis tidak henti-hentinya, sementara ayahnya hanya duduk terpaku, dan adik-adiknya….. Ya.. Mereka berusaha tegar, dan mereka berdua tampak lebih dewasa daripada umur mereka…..” Kyou-Kun melepas sepatunya dan dia merayap dengan lelahnya ke arah dapur, lalu mengambil air minum untuk memuaskan dahaganya.

“Lalu?”
“Tadi ada Mitsugi dan Taniguchi juga…..” Kyou-Kun duduk dengan lemasnya di kursi makan setelah melepas jas hitamnya dan mencopot tasbih dari tangannya. Dia lantas membakar rokok untuk menghilangkan penat di kepalanya.

“Mereka bertanya soal Kyoko?”
“Iya… Rupanya mereka sudah beberapa hari ini mengirim mail dan berusaha menelpon Kyoko. Tapi Kyoko tidak sedikitpun membalas mail mereka…. Mengangkat telpon saja tidak” jawab Kyou-Kun dengan nada suara yang berat. “Ini menyedihkan sekali. Anak itu pergi terlalu cepat”

“Siapa yang bisa mengira, Kyoushiro… Waktu ayah kalian meninggal… Mungkin itu juga yang kita rasakan bukan?”
“Ayah sakit. Dan kita sebagai anak, tentu sudah mempersiapkan diri jika orang tua kita meninggal terlebih dahulu. Walau sedih, tapi kita akan mencoba untuk kuat, karena ditinggalkan oleh orang yang lebih tua itu… Yah, aku tidak bisa bilang itu wajar, tapi umumnya begitu kan, Okasan…..”

Miyoshi Kaede menarik kursi di depan Kyou-Kun, dan dia mengangguk dengan lemah. Matanya tampak mengantuk.

“Pasti berat untuk Kyoko. Harapannya tinggi sekali soal pacarnya….. Dia… Ah, dia bahkan tidak memberitahu soal les bahasa Perancisnya….” sambung sang Ibu.

“Iya… Aku tahu soal itu” Kyou-Kun mematikan rokoknya yang masih panjang itu. Rasanya dia tidak sanggup menghabiskannya. Rasanya mual. Perasaannya teraduk-aduk, karena dia merasakan jiwa Kyoko seperti pergi. Dia juga berduka soal Hiroshi. Semuanya terasa tidak nyaman.

“Dari tadi pagi, dia tidak keluar sedikitpun. Aku makin khawatir…..”
“Apa makan siang yang disiapkan untuknya disentuh?”
“Cuma sedikit… Aku bahkan belum melihat dirinya. Sepertinya dia tidak ingin bertemu siapapun….”
“Kita tampaknya harus memaksa masuk ke kamarnya, Okasan…. Kalau..”
“Tidak. Jangan. Jangan paksa dia untuk segera bangkit… Entah kenapa, kita tunggu dulu sampai….”

“Sampai kapan? Sudah berapa hari ini?” tanya Kyou-Kun dengan tatapan sedih. “Kyoko harus makan, mandi, keluar kamar…..”

“Kita tunggu sampai besok pagi kalau begitu… Jika dia belum keluar, aku izinkan kamu untuk mendobraknya” sambung sang Ibu.
“Baiklah…..” Kyou-Kun menelan ludahnya. Dia tidak bisa membayangkan adegan itu. Dia tidak bisa membayangkan kalau suatu hari, dia akan mendobrak ke kamar adiknya. Ini semua terlalu absurd dan surreal. Rasanya benar-benar seperti di alam mimpi. Mimpi yang buruk, pastinya.

Kini, Kyoushiro Kaede dan Miyoshi Kaede hanya bisa berharap, Kyoko segera keluar sebelum mereka mendobrak pintunya dan menemukan Kyoko dalam keadaan yang butuh pertolongan darurat.

------------------------------
------------------------------
------------------------------

“Sial” Kyoushiro Kaede terbangun di pagi buta itu. Tidak, bahkan waktu belum masuk ke waktu pagi buta. Sekarang pukul dua pagi. Masih tengah malam. Suasana di Mitaka malam itu hening, seolah-olah ikut berduka atas kepergian Hiroshi.

Dia duduk, sambil menatap ke arah alat-alat musik yang tersusun di kamarnya. Dia menarik nafas, mengambil kotak rokok yang ada di mejanya, lalu mulai membakarnya.

Dia sulit tidur, dan dia lantas memutuskan untuk turun ke bawah, ke dapur, mengambil bir mungkin, untuk sedikit meringankan perasaannya. Dengan batang rokok di bibirnya, dia dengan malas membuka pintu kamar. Dia lalu turun, perlahan, ke arah lantai dasar.

ad10.jpg

“Eh?” Kyou-Kun melihat lampu dapur menyala dan ada suara-suara datang dari dapur. Ada suara pisau yang terdengar memotong entah apa. Dengan perasaan penasaran, Kyou-Kun lalu berjalan bergegas ke arah dapur. dan disana, dia menemukan…

“Kyoko?”
“Nii-San…”

Kyoko terlihat kusut. Mukanya pucat, rambutnya acak-acakan dan auranya terlihat tidak segar. Dia masih mengenakan baju yang beberapa hari lalu. Wajahnya terlihat berminyak, dengan kantung mata yang begitu terlihat, dan mata yang merah. Dia menjawab kakaknya tanpa melihat. Kyoko hanya fokus ke arah talenan dan pisau.

“Kamu sedang apa?”
“Masak….... Aku mau makan...”

Kyou-Kun terdiam, melihat ke arah adiknya yang sedang memotong-motong wortel. Wortel yang besar itu ia potong menjadi lebih kecil, lebih kecil lagi, makin kecil, sampai kemudian tak berbekas.

“Kamu masak apa?”
“Entahlah”

Kyou-Kun menelan ludahnya, melihat adiknya yang amburadul.

“Kamu gak bisa masak dalam kondisi seperti ini....”
“Bisa”

“Duduk, Kyoko.. Kalau kamu lapar, aku akan masak untuk kamu, atau kalau ada makanan sisa dari tadi malam, akan aku panaskan….” sang kakak memegang bahu sang adik, berusaha menjauhkan adiknya dari kitchen set. Kyoko tak melawan. Dia mengikuti kakaknya.

“Duduk ya….” Kyoko dituntun oleh kakaknya ke meja. Dia lantas duduk dengan lemah di atas kursi. Dia kemudian membenamkan wajahnya di atas meja, ditutupi oleh kedua tangannya. Sang kakak lantas memeriksa apa yang Kyoko masak. Tidak, Kyoko tidak masak. Dia hanya memotong-motong sayur yang ia temukan menjadi tidak berbentuk lagi. Entah apa yang dipikirkan anak ini.

Kyou-Kun lantas memeriksa lemari es. Ah, ada makanan sisa makan malam tadi. Dia mengambilnya dan dia memasukkannya ke dalam microwave. Dia lantas menyalakannya dan memeriksa rice cooker. Masih ada nasi. Tinggal sedikit, sudah agak bau tapi sepertinya masih aman untuk dimakan.

Setelah microwave selesai melaksanakan tugasnya untuk menghangatkan makanan, Kyou-Kun mengambil mangkuk dan mengisinya dengan nasi yang tersisa, lalu dia menyajikannya di depan Kyoko.

“Kyoko.. Makanan sudah siap”
“Nn.” Kyoko bangkit, mengambil sumpit yang sudah disiapkan oleh kakaknya, dan dia makan pelan-pelan.

Tatapan matanya kosong. Energi kehidupan seperti tidak ada lagi di dalam mata Kyoko Kaede. Gerakannya terlihat lambat dan koordinasi motoriknya berkurang. Sudah beberapa kali dari tadi makanan yang sudah ia pegang dalam sumpitnya jatuh-jatuh ke mangkuk nasi. Dia pun mengunyah makanan dengan malas dan seadanya. Malah kadang terlihat seperti langsung menelan makanan tanpa dikunyah.

Bibirnya tampak kering, dan dia tidak membersihkan area-area yang kotor karena makanan. Dia seperti tidak peduli.

Mata Kyoko tidak menatap ke makanannya. Dia menatap ke arah meja, dengan aura yang sepertinya menghilang. Dia seperti tidak mau makan dengan serius.

Kyou-Kun melihat itu semua sambil merokok. Dia seperti lupa akan niatnya tadi untuk mengambil bir. Setelah dia mengingat niatnya lagi, dia lantas berdiri dan membuka lemari es lagi. Dia mengambil kaleng bir, dan dia lalu berseru pada Kyoko.

“Kyoko?”
“Nn?”
“Mau?” Kyou-Kun mengangkat kaleng bir yang ada di tangannya, menawari minuman itu untuk adiknya.

Kyoko menggeleng lemah. Matanya terlihat begitu kosong dan merah. Entah karena kurang tidur, kebanyakan tidur, menangis tak henti-henti, atau apa, Kyou-Kun tak bisa menebaknya. Semuanya mungkin. Kyoko terlihat stress berat, dan tanda-tanda depresi menghinggapi perempuan muda itu.

Kyou-Kun lantas duduk, membuka kaleng bir yang ia bawa dari lemari es, dan mulai meminumnya pelan-pelan. Ia lantas membakar rokok lagi, sambil menatap Kyoko yang sedang berusaha makan seperti manusia normal.

“Ngomong-ngomong, Kyoko… Tadi… Ano… Di Ibaraki…” Kyou-Kun tampak berusaha untuk mengajak bicara Kyoko soal apa yang ia lalui tadi pagi sampai siang. Dia merasa harus memberitahukan situasi soal upacara pemakaman Hiroshi, mulai dari upacara penghormatan terakhir, lalu kremasi dan penghantaran abu jenazah ke kuburan keluarga Tanabe.

“Aku… Mau tidur…” Kyoko mendadak menghentikan ucapan kakaknya. Sang kakak kaget, menatap Kyoko yang tanpa minum dan tanpa menghabiskan makanan, lantas berdiri. Kyoko lalu berjalan dengan lunglai, ke arah tangga, menuju kamarnya. Kyou-Kun hanya bisa melihat punggung adiknya menjauh.

Kyoko seperti menghindari pembicaraan itu.

Kyoko terlihat seperti menghindarinya. Dia mulai terlihat hancur ketika dia menjatuhkan gagang telpon saat menerima kabar duka itu. Kyoko mengunci dirinya di kamar, bahkan menolak untuk menghadiri upacara pemakaman Hiroshi. Dia menghindari kakak dan ibunya. Dia menghindari teman-temannya. Dia bahkan menghindari apapun yang berbau Hiroshi.

Sang Kakak hanya bisa menarik nafasnya dengan berat, sambil berpikir keras, bagaimana caranya untuk membuat adiknya bisa menjadi Kyoko yang ia kenal lagi.

Karena saat ini, jiwa Kyoko pun sepertinya ikut bersama dengan Hiroshi, menghilang, meninggalkan dunia nyata ini.

------------------------------

BERSAMBUNG
 
CAST PART 71

- Haruko Aya Rahmania (16) anak semata wayang Arya dan Kyoko, tokoh utama MDT
- Kyoushiro Kaede / Kyou-Ji San (52) Kakak laki-laki Kyoko

Kyoko's Timeline:

438be411.jpg



- Kyoko Kaede (23)
- Kyoushiro Kaede (27) kakaknya Kyoko
- Miyoshi Kaede (53) ibunya Kyoko

Glossary :

Okasan : Ibu
Onisan / Nii-San : Kakak Laki-laki
Senmon Gakkou : Sekolah Kejuruan (setingkat diploma)
 
Sedih banget ya baca babak kedua (post grad) Kyoko muda di cerita ini. Gloomy banget.. Dan untuk Kyoko jadi seperti yang sekarang, di mdt, post mdt, dan di babak Haruko, kayaknya ada satu momen yang bikin Kyoko bangkit pasca kematian Hiroshi, dan satu lagi lainnya pasca kematian Okasan.. Kalau diceritain sampe pasca Okasan, mungkin bakal lama lagi. Tp rasanya cuman sampe pasca kematian Hiroshi sih biar in line sama judul. Hehe.
 
Terima kasih updatenya suhu. Tragis bgt meninggalnya hiroshi:(
 
Bimabet
Thx update-nya, om.

Menantikan obrolan Haruko dengan Kyoko tentang Hiroshi.
Masa Haruko cuma tau dari Kyou Ji-San.
Penasaran apa yg bakal dibilang Kyoko ttg first love-nya ini ke Haruko.
Termasuk gimana cara Kyoko move on.
Adakah scene obrolannya? Hehehe.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd