Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT OKASAN NO HATSU KOI - my mom's first love (racebannon)

Bimabet
CAST PART 42

Kyoko's Timeline:

438be411.jpg


- Kyoko Kaede (19)
- Marie Taniguchi (19) Teman akrab Kyoko di Senmon Gakkou
- Kana Mitsugi (19) Teman akrab Kyoko di Senmon Gakkou

- Atsushi Okubo (25) Tetangga Marie, menjalin hubungan khusus dengan Kana, pekerja kantoran.

Glossary :


Minna : Semuanya
Baka : Tolol
Okasan : Ibu
Senmon Gakkou : Sekolah Kejuruan (setingkat diploma)
 
Klo gw jadi kana setelah tangan okubo terborgol, gw olesin banyak2 balsem geliga n pasta gigi mint di penis n zakarnya okubo biar nyampe beberapa oktaf teriakannya okubo. Di jepang ada yg jual balsem kan?:pandaketawa:
 
Lebih suka begini tanpa haruko. Eksplorasi cerita jadi lebih bagus. Yah, walaupun pasti akhir cerita bakal balik ke haruko lagi, tapi gapapa.
 
Bimabet
kyokob10.jpg

OKASAN NO HATSU KOI – PART 43
(my mom's first love)
------------------------------

haruko10.jpg

“Lo bosen gak sih?” tanya Shirley kepadaku, sambil memainkan rambut pendeknya yang lucu itu. Poninya panjang dan rambutnya emang lucu abis.

“Bosen”
“Sama”
“Ngapain ya?"
“Gak tau”

Kami berdua lagi ada di dalam kamarku. Shirley guling-gulingan gak tentu arah dengan dandanannya yang super lucu itu juga. Dia pake sweater tipis yang berwarna cerah dengan pola geometris yang asik, dan hot pants jeans yang warnanya plain. Tampangnya emang bener-bener imut dan dandanannya selalu enak diliat. Gak heran kalo dia populer banget di antara cowok-cowok. Yang follow instagramnya aja banyak banget dan mostly adalah cowok.

Dan seperti kakaknya, dia juga gonta ganti pacar dengan cepat. Gak tau kenapa dan aku juga gak mau tau kenapa, haha.

Kami stuck di dalam kamarku. Ini semua gara-gara Hantaman mau bikin album baru. Dan dengan isengnya, Om Rendy bilang, gimana kalau kalian rekaman live di album baru ini, dan direkam dengan sinematografi yang asik di dalam studio. Dan entar, video-video itu dirilis ke Youtube seminggu satu. Keren emang pasti, apalagi kalau Om Rendy yang bikin. Iklan-iklan yang bagus di TV kita itu banyak yang udah kena sentuhan tangannya.

Dan hari ini, Hantaman lagi rekaman di studio, sambil di shoot sama timnya Om Rendy. Dan Shirley ngikut. Dan kami berdua stuck. Dan banyak lagi.

“Ke mall yuk”
“Eh?” aku kaget denger ajakan Shirley.
“Ke mall? Ayo?” Shirley mendadak bangkit dari kasurku, sambil memainkan handphonenya. “Gue udah manggil taksi online, ayo!”

“Eh?”
“Buruan ganti baju, kita seneng-seneng aja berdua….. Daripada anyep nungguin bokap-bokap kita kan?”
“Hahaha, oke deh…” aku senyum ke Shirley, sambil mengiyakan ajakannya. Seenggaknya, kita berdua bisa jalan-jalan berdua, have fun sebagai remaja sambil nungguin urusan orang tua kita bedua beres.

------------------------------

“Haruko” tegur Shirley sambil ngasih pesenanku tadi. Seperti biasa, di manapun aku selalu suka hot chocolate. Itu yang selalu dibikinin Okasan dari aku kenal pekerjaan yang dia gelutin. Dulu aku terlalu kecil pasti untuk minum kopi. Jadi sama Okasan, aku dikasih hot chocolate. And it was delicious. Sampe sekarang rasanya selalu terkenang di lidahku, sampe-sampe aku gak suka jenis minuman lain dan males banget untuk nyentuh kopi.

“Makasih” aku nerima gelas kertas itu dari Shirley. Dia kayaknya minum sesuatu yang fancy. Tapi kayaknya bukan kopi. Mungkin semacam milk tea lucu-lucuan gitu kali ya, entahlah.

“Ngomong-ngomong, belanja yuk” ajak Shirley, sambil nunjuk ke salah satu toko pakaian terkenal asal Jepang yang depannya Unik dan belakangnya Lo itu.

“Eh?”
“Kok kaget gitu?” tawanya.
“Engga, soalnya gue ga pernah belanja baju sendiri…. Hahaha”

“Masa?” bingung Shirley.
“Iya”

“Lo kayaknya butuh upgrade deh” mukanya senyum dengan anehnya, kayak merencanakan sesuatu yang agak-agak ke Shirley-Shirley an.

“Upgrade apaan?”
“Ini” dia nunjuk ke arah pakaianku. Dan aku bingung. Apa yang salah? Aku kalo belanja baju di toko yang sama dengan dia tunjuk tadi kok. Tapi emang aku selalu bingung karena belanja sama Okasan. Jadinya jatoh-jatohnya t-shirt dan jeans lagi belinya.

“Lo gak bosen dandan kayak gini terus?” tanyanya sambil senyum.
“Itu….”
“Bosen gak?”
“Biasa aja sih sebenernya….”

“Makanya sini yuk, gue upgrade….. Lo masa ga pengen dandan sih sekali-kali?” Shirley mendadak langsung narik tanganku ke dalam toko itu dan dia keliatan semangat banget. Aku cuma bisa nurut, karena gak tau harus ngapain.

10200010.jpg

“Eh, gue kalo belanja di sini sih… Jadi gak ada yang spesial kali di sini….”

“Haruko…. Lo kalo mau dandan dengan cara pinter, gak mesti beli baju di brand yang mahal… Gue juga gitu kok… Walau kadang kakek nenek gue suka agak royal gitu kasih gue benda yang aneh-aneh” dia meletin lidahnya ke aku, sambil narik terus aku ke dalam tumpukan pakaian di toko yang Unik dan Loh itu.

“Tapi kan gue biasa belanja di sini… Di sini kan….”
“Iya kalo lo liatnya t-shirt lagi jeans lagi mah gak keliatan yang lucu-lucu kali” dia ketawa dengan puasnya, dan kami berhenti di depan tumpukan pakaian.

“Gini ya… Lo kan langsing dan emang main bulutangkis, jadi kelebihan lo adalah, di sini dan di sini” Shirley nunjuk ke arah tangan dan kakiku.

“Kenapa tangan sama kaki gue?”
“Bentuknya bagus dan ramping, dan sedikit-sedikit muscular” Dia ngubek-ngubek atasan cewek, di depanku. “Jadi, lo cocok pake t-shirt atau baju yang ga ada lengannya”

“Eh.. Jangan ah.. Malu gak ada tangannya…” Iya, malu banget, tanganku keliatan kemana-mana, kalo keleknya keliatan gimana?
“Haha.. Bentar” Shirley mendadak berhenti dan dia buka handphonenya, dan dia buka instagram. “Ini foto siapa?” tanyanya jahil.

“Foto gue” jawabku.
“Disini lo main badminton, pake jersey yang ga ada tangannya, dan gue sering liat postingan macem begini, jadi apa bedanya, lo di lapangan pake jersey yang nunjukin tangan lo dari bahu sampe ujung, tapi di luar lapangan lo ga mau pake? Kan aneh”

“Emm…” bener juga ya? Aneh juga aku kalo pas main badminton cuek aja pake jersey yang gak berlengan, tapi kalo jalan-jalan gak mau. Kayaknya ga ada salahnya.

“Nah, sneakers lo udah bagus itu, cocok, dan masuk ke semuanya…” Shirley nunjuk ke arah sneakers Conserve Chack Taylor hitamku itu. Sneakers sejuta umat. Walau umurnya udah seratus taunan, tapi tetep sneakers ini juara. “Jadi biar cocok, lo kayaknya cocok pake atasan yang warnanya sama” Shirley ngambil sebuah atasan tanpa lengan yang kerahnya sempit, warnanya hitam. “Dan ini cocoknya sama skinny jeans warna terang…. Kayak warna merah bata, atau kuning, atau apapun”

“Ooo..” aku diem aja sambil ngeliatin Shirley yang sibuk sendiri, ngubek-ngubek pakaian yang cocok buat aku. Katanya dia sih cocok buat aku. Tapi aku sementara nurut aja, karena gak ngerti cara mix and match pakaian. Buat aku yang seumur hidup cuman tau t-shirt, jeans, jersey buat main Badminton sama seragam sekolah ini, rasanya ini asing. Excited sih, tapi semuanya overwhelming.

“Nah, tolong ambilin kantong belanjaan di sono dong” tawa Shirley.
“Siap” aku ngambilin kantong belanjaan dan dia langsung ngelempar atasan sama skinny jeans yang tadi dia pilihin, walau dia gak tau ukuran bajuku, tapi kayaknya dia nebak-nebak aja.

“Terus… Ke tempat cowok yuk” tawanya.
“Ngapain???” ke tempat baju cowok?

“Eh, ini sweater cowok lho aslinya” Shirley nunjukin sweaternya yang lucu itu ke aku, dan aku cuma bisa ngangguk aja. “Pakaian cowok itu sebenernya bagus dan lucu-lucu, dan enaknya, kita bisa pake tanpa keliatan aneh….. Sweater, t-shirt cowok, kalo kita nyari yang bagus, pasti ketemu yang cocok sama kita”

Iya deh, aku nurut aja. Gak ngerti soalnya.

“Nih misalnya…” dia mendadak berhenti di depan pajangan T-shirt cowok. Dia nunjuk ke arah salah satu t-shirt yang ada di sana. “Pola geometris di t-shirtnya ini cocok lho buat elo….”

“Oh, terus, bawahannya pake apa?” aku mikirnya beli t-shirt cowoknya yang ukuran kecil gitu, jadi enak kalo dipasangin sama celana yang cocok.
“Gak usah”
“Oo.. Pake celana yang ini aja?”
“Bukan, maksud gue, gak usah pake celana”
“Rok?”
“Bukan… Gak pake apa-apa lagi bawahnya” senyum Shirley.

“Maksudnya?????” apaan nih?
“Liat aja deh…” Shirley ngambil t-shirt cowok yang dia pilihin tadi polanya. Tapi dia ngambil yang ukurannya XXXL. Aku bingung, gede amat yang dia ambil? “Jadi, t-shirt ini lo pake sebagai dress… Lo gulung lengannya, terus karena kerahnya jadi lebar, dalemnya lo pake tank top lagi…..”

Aku cuma melongo sambil ngangguk. Anak ini, pengetahuan fashionnya luas banget. Gak salah dia jadi anaknya Tante Anggia yang cantik dan fashionable banget itu. Emang nurun ke anaknya. Pantesan Shirley dandanannya enak diliat terus. Udah mana lucu lagi anaknya.

“Nah, sekarang lo coba dulu ya di ruang ganti, kalo ukurannya gak pas, lo bilang ke gue, ntar gue cariin yang pas, oke?” Shirley senyum dengan lebarnya, dengan muka penuh harapan ke arahku. Aku senyum balik sambil ngangguk setuju. Walaupun ini rasanya gak familiar dan aku overwhelmed, tapi kok kayak ada perasaan puas di hatiku ya? Entah deh. Kita coba dulu aja bajunya, dan mudah-mudahan cocok.

------------------------------

Bajunya udah dibayar semua, dan tadi Shirley nyelipin item tambahan buatku. Clutch bag. Warnanya coklat tua, kulit imitasi. Katanya, bosen gak sih kalo lo pake backpack ke mana-mana, kayak anak mau karya wisata aja. Aku nurut aja, dan aku pake backpack, karena sebenernya bingung kalo jalan-jalan mau bawa barang banyak, pake apa. Kayaknya gak nyaman pake handbag kayak Okasan gitu, tapi pas Shirley nyodorin clutch bag tadi, kok kesannya praktis ya?

Ah, Shirley emang sesuatu kalo untuk urusan fashion. Dan yang tadi kita beli, rasanya gak mahal. T-shirt cowok cuman 100 ribuan, t-shirt tanpa lengan kayak tadi cuman 75 ribu, skinny jeans paling mahal sih, 300 ribu. Tapi semuanya harganya masuk akal. Dulu aku pikir, untuk dandan gitu harus modal banyak.

“Ke WC yuk” Shirley mendadak narik tanganku lagi. Aku kaget. Masa sih mendadak dia kebelet pipis. Gak lama kemudian kita udah ada di dalam WC yang sepi itu. Tapi Shirley gak kunjung ganti baju. Dia malah narik kantong belanjaan dari tanganku dan dia bongkar kantongnya. Dia ngeluarin gunting kuku dari tas kecilnya dan dia langsung motong price tag dari baju-baju yang tadi baru kami beli itu. Oh iya, aku belum bilang kalo Shirley belanjanya malahan lebih banyak dari ku, haha.

public10.jpg

“Eh, kok langsung dibukain sih… Loh.. itu kan baju gue!” aku kaget, pas liat baju yang dibongkar malah bajuku.
“Lo pake nih sekarang….”
“Eh?” Shirley ngasih atasan tanpa lengan dan skinny jeans warna merah yang tadi baru aja aku beli.

“Pake aja, tuh di dalem, di tempat orang pup” tawanya, becanda dengan rada jorok.
“Sekarang?”
“Iya sekarang, buruan!”

Aku gak tau mesti gimana. Tapi ya udah lah. Tadi pas dicobain, rasanya cocok sih, dan aku kayak keliatan lebih seger gitu. Coba deh aku sekarang ganti baju aja di dalem booth ini. Setelah pintunya kututup, dengan cepat aku ganti t-shirt dan jeans ku sama baju yang baru dibeli tadi. Abis ganti baju, aku keluar dari booth dan menghadap yang dipertuan agung Tuan Putri Shirley Yuliana Akbar.

“Udah”

“Nice… BTW Backpack lo udah gue kosongin, semuanya gue taro di clutch bag baru lo isinya” dia meletin lidahnya ke aku dan aku cuma bisa melongo. Di depan mataku, dia ngelipat backpack kesayanganku dan dia masukin ke kantong belanjaan. Dan gak pake lama, t-shirt sama jeans bekas yang kupake tadi langsung dia samber dan dia masukin kantong belanjaan. “Nah, sekarang lo ke sini” dia narik tanganku dan dia nyuruh aku berdiri di depan cermin. “Mumpung sepi” lanjutnya.

Mendadak dia ngeluarin beberapa benda dari dalam tasnya. Make up?

“Nih, cuci muka lo pake ini… Kulit lo kan agak-agak berminyak, kayaknya ini cocok” senyum Shirley.
“Cuci… Muka?”
“Buruan!”

“Eh, iya…” aku langsung cuci muka sama sabun muka yang dikasih sama Shirley. Mereknya apa tadi? Bingung juga. Tapi tekstur dan baunya lembut banget. Selesai cuci muka, Shirley ngasih aku handuk kecil buat ngeringin muka. Entah dari mana dia ambil itu, kok ada aja di tas nya yang kecil itu. Kayak kantong ajaib aja.

“Nih, pake moisturizer”
“Eh?”

“Pake aja” aku nurut dan langsung nerima sedikit mostuirizer yang dia tetesin ke tanganku. Dan dia suruh aku ngusap-ngusap moisturizernya dengan rata di mukaku. Aku nurut lagi.

“Sini ngadep gue, dan tutup mata lo” Aku nurut lagi, abis make moisturizer aku mau diapain lagi. “Kulit lo bagus ya, jadi ga perlu sama sekali pake concealer… dan kalo anak seumur kita, ga perlu pake foundation.. Kulit kita masih bagus buat jadi base make up” ngomong apa sih… Aku gak ngerti sama sekali. “Sekarang gue cuma butuh elo untuk diem ya, dan liat ke arah gue”

Aku ngangguk.

“Dandan itu ga perlu lama-lama kalo buat kita. Cukup lima menit” masa? Okasan kok kalo dandan lama sih? “Alis lo juga bagus, ga perlu disisir atau dirapihin” ngerapihin alis? “Nah, diem ya, gue pakein eyeliner dikit… Awas kalo gerak gue tendang” canda Shirley.

Aku diem. Tangan Shirley benar-benar ajaib dan dia sangat-sangat ahli melakukan apapun yang perlu dia lakukan.

“Nah beres, sekarang gue pakein maskara dikit ya, diem ya elo…” muka Shirley terlihat sangat serius, seperti sedang ujian. Dia benar-benar mendalami ilmu make up ini kayaknya. Turunannya Tante Anggia, emang ga ada duanya pasti soal masalah beginian.

“Terus… Eyeshadow dikit di bawah mata…. Jangan goyang-goyang eh, gue sulap jadi badut entar” Shirley entah pake alat apa ini. Aku ngerasa kayak kanvas yang lagi dilukis. “Sedikit blush on di pipi, warnanya harus lembut soalnya lo kan udah cantik….” aneh rasanya dipuji sama Shirley yang lucu banget dan imut banget ini. “Terakhir, lip gloss… Warnanya juga yang kalem, biar cocok sama elo….” haha, geli amat bibirku disentuh sama benda kayak kuas kecil ini. Aku ngeliatin terus Shirley yang lagi berjuang buat nempelin benda-benda itu ke mukaku.

“Udah” Shirley ngeberesin make up nya dari hadapanku. “Ini buat lo aja ya, benda-benda ini… Gue masih ada banyak banget di rumah…. Dan, silakan liat ke cermin”

Aku nengok, dan lihat ke mukaku sendiri di cermin. Dan aku kaget. Ini siapa? Siapa cewek di depanku ini? Cantik banget! Aku gak tau aku bisa keliatan secantik ini. Dan itu tadi cuman lima menit lebih. Aku pikir, kalo dandan itu harus lama dan panjang kayak Okasan atau Tante Ai. Apa mungkin karena mereka udah berumur? Kok ini simple banget dan hasilnya kayak gini sih?

Duh Shirley, lo kok keren banget?

“Sini, liat hape gue” dengan otomatis aku ngeliat ke arah handphone Shirley, dan dia ngejepret foto selfie. “Nah, bagus, emang Haruko cantik banget… Gak dimakeupin aja udah lucu” pujinya. Enggak. Lo lebih lucu kok.

“Kok gue jadi gini?” Sumpah, aku bingung kenapa aku bisa jadi cantik gini.
“Emang aslinya cakep elo mah”

“Enggak sekarang beda!”

“Lo cuman di elevate doang.. Aslinya udah cantik, di detailin dan di highlight pake make up, ya tambah nyala……..” senyum Shirley. “Nah, sekarang kita pulang yuk?”

“Oke”

------------------------------

“Haruko cantik sekali…. Kawaii nee………..” Okasan keliatan heboh, karena aku pulang dalam kondisi kayak gini. Dandanan yang gak kayak biasanya, dan muka ber makeup tipis yang bikin aku keliatan cantik ini.

“Ah engga…” aku malu sih. Malu bukan karena gak suka didandanin, atau gak suka dipuji. Sejujurnya, kok aku nyaman ya dandan kayak gini? Aku pikir kalau dandan itu ribet dan lama. Jadi aku males nyoba. Ternyata, kalau make up nya simple dan cara belanja fashion itemnya caranya kayak Shirley, kok aku jadi seneng ya?

“Ehehehe….” Shirley ketawa puas ngeliat Okasan muji-muji aku.
“Ini kerjaannya Shirley” senyumku dengan bangga.
“Terima kasih ya… Shirley buat Haruko tambah cantik” Okasan nepuk-nepuk kepalanya Shirley dan entah kenapa tiap Okasan nepuk kepalanya, Shirley keliatan kayak anak kucing lucu yang haus kasih sayang.

“Sama-sama Tante…. Eh, aku ikut ke WC dulu ya?”
“Silakan”

“Oke..” Shirley berlalu dari kami dan aku narik napas panjang, karena walaupun semuanya menyenangkan, aku tetep overwhelmed dan capek karena ini pertama kalinya pengalamanku belanja baju sendiri dan di make up.

“Mama… Ini tadi dikasih ini sama Shirley” aku ngasih blush on, maskara, dan lala-lala lainnya ke Okasan.

“Eee…….” Okasan malah kaget ngeliat itu semua. Matanya melotot.
“Kenapa Ma?"
“Urban Decay…. Tom Ford.. Dior… Ini semua make up mahal, Haruko…” Okasan masih keliatan shock. Aku melongo juga, tapi gak heran, karena papanya Shirley adalah sutradara yang sukses, dan kakek neneknya emang tajir melintir. Tapi gila, make up mahal kayak gitu dikasih secara cuma-cuma ke aku. Aku juga bingung kok, Okasan. Okasan gak sendirian.

“Haha… Gila…. Aku masih bingung”
“Ahaha…. Tak apa, pelan-pelan, dan Haruko benar-benar kelihatan cantik, Mama suka” senyum Okasan. Aku bales senyumnya dengan senyuman balik, dan sambil membunuh waktu nungguin Shirley dari WC, aku duduk di sofa ruang tengah dan buka handphone. Ngecek-ngecek sosial media. Buka instagram dulu deh.

APA??

Ada puluhan orang yang baru ngefollow aku? Dan kok DM nya penuh? Banyak pesan gak jelas yang aku bingung. Ada banyak banget pesan mendadak masuk. Tadi emang, foto selfie kita berdua di WC dipost di instagram sama Shirley. Aku masih kaget.

Dan aku liat pesannya satu-satu. Isinya cowok semua.

“Halo.. Temennya Shirley ya? Boleh kenalan?”
“Lucu banget sih kamu, saudaranya Shirley?”
“Gue follow ya, tapi lo gak usah follow balik kalo gak mau”

Dan ada banyakk banget pesan kayak gitu di bawah-bawahnya. Aku masih melongo, sementara handphoneku panas. Shirley udah keluar dari WC dan dia duduk di dekatku.

“Kenapa?” tanyanya sambil ngeliat aku yang melongo.
“Anu….”

Aku bingung harus ngomong apa. Tapi magicnya Shirley tadi bener-bener bikin aku ngerasain banyak hal yang gak pernah aku rasain sebelumnya. Ini benar-benar pengalaman pertama buatku, belanja fashion sendiri dan didandanin sama Shirley kayak gini.

Ternyata menyenangkan, walau rasanya pusing karena masih harus adaptasi.

Dan yang satu ini, masalah sosmed. Gila emang. Apa-apaan sih? Itu kan cuman foto selfie di WC doang? Kenapa bisa heboh gitu sih orang-orang. Aku gak gak ngerti sama sekali.

Tolonggggg…. Aku bingung musti ngapain.

------------------------------

BERSAMBUNG
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd