Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT OKASAN NO HATSU KOI - my mom's first love (racebannon)

Btw, om RB...

Penulis cerbung atas nama Robbie Reyes (yang nulis serial Unnamed Inhumans, neoKORTEKS) itu akun clone om RB bukan, ya?
Gaya penulisan dan penyajian ceritanya menurut ane sih mirip sama om.
 
Btw, om RB...

Penulis cerbung atas nama Robbie Reyes (yang nulis serial Unnamed Inhumans, neoKORTEKS) itu akun clone om RB bukan, ya?
Gaya penulisan dan penyajian ceritanya menurut ane sih mirip sama om.

Bukan hahaha. Kalo nulis sebanyak itu gw bisa tepar. Colek @Robbie Reyes untuk klarifikasi.
 
Ayo bung
Beramai ramai kita doronģ pantat Siti Badriah
Biar geser ke kamar sebelah
 
Wahahaha duh dimention nih, jadi gak enak. Dulu inspirasi dari om RB cuma kesamaan penyajian ilustrasi aja sih. Secara umur keaktifan di sini juga om RB duluan.

Kalo referensi literasi sepertinya beda jauh. Saya punya acuan narasi-narasi yang mikir kaya Dee Lestari sampai khayalan tingkat tingginya Rick Riordian. Lagipula relung saya cuma di sci-fi hehehehe.
 
kyokob10.jpg

OKASAN NO HATSU KOI – PART 68
(my mom's first love)
------------------------------

800-mi10.jpg

“Hai Marie!” Kyoko dengan semangatnya melambai ke arah Marie Taniguchi, yang sendirian masuk ke dalam café milik keluarga Kyoko.
“Hai!” Marie lantas duduk di salah satu kursi kosong.

Tak lama kemudian, Kyoko mendatangi meja Marie.

“Ini masih pagi, masih sepi, kamu mau memesan apa? Atau kamu hanya mau mengobrol saja?” tawa Kyoko.
“Sini sebentar, ngobrol dulu, sebelum nanti tamu-tamu lain datang dan mereka mulai membuatmu repot” bisik Marie. Café baru saja buka, dan belum ada tamu yang yang memenuhi tempat ini.

Miyoshi Kaede tidak ada, dia sedang mengurus sesuatu di kantor kependudukan. Sedangkan sang kakak, Kyoushiro Kaede, sedang berlatih musik untuk manggung akhir minggu nanti.

“Mumpung masih sepi ya?” tawa Kyoko dengan gelinya.
“Kenapa kok kamu senang sekali tampaknya, setelah tiga bulan ditinggal Hiroshi…. Apa kamu punya pacar lain” dengus Marie.

“Hahaha bukan, aku baru saja baca email dari Hiroshi pagi tadi”
“Pasti isinya yang mesum-mesum ya, seperti dia kangen tidur dengan kamu dan sebagainya”
“Hei, jangan bicara seperti itu disini, kalau mendadak ada tamu masuk atau ibuku masuk bisa geger” keluh Kyoko.

“Hahaha… Dasar, anak mama” ledek Marie. Kyoko hanya tertawa. “Jadi, tentang apa email dari Hiroshi?”
“Dia mengirimkan foto dia sedang di ladang anggur, lalu wine testing, lalu foto-foto dia di tempat dia tinggal, juga dengan teman-temannya yang datang dari berbagai macam negara… Entah kenapa, ada perasaan bangga melihatnya, walaupun aku jadi malah makin rindu dengannya” jawab Kyoko.

“Haha, jadi menyesal ya, tidak menerima ajakan pernikahannya dan terbang kesana?” tanya Marie.
“Ah…” Kyoko tersenyum kecut.
“Menyesal kan?”
“Iya…. sejujurnya mungkin aku menyesal” jawab Kyoko dengan nada ceria yang dibuat-buat.

“Yah…..” Marie tersenyum kecut juga. Mereka saling tersenyum, dan Marie memegang tangan Kyoko erat-erat. “Sabarlah, masih ada tujuh bulan lagi”

“Nah itu…. Ada beberapa restoran di Perancis sana yang mendekati dia, jadi… Ya, mungkin setelah itu dia bakal magang atau bekerja disana” kesal Kyoko.

“Tapi dia akan pulang dulu kan, sebelum dia apply visa kerja?”
“Iya memang….”

“Kalau begitu, kamu masih bisa melakukan sesuatu kan?” senyum Marie terkembang lebar.
“Apa itu?”

“Aku punya ide….” bisik Marie. “Kamu belajar bahasa Perancis, lalu bersiap-siap untuk pergi bersamanya ke Perancis sehabis dia pulang”

“Ano tapi, café ini…”

“Hei, ini cuma ideku, tapi kamu belum telat kan kalau ingin merubah rencana… Dan jangan bantah kata-kataku dulu, Kyoko… Menurutku, kamu pantas mengejar Hiroshi. Tinggalkan tempat ini, kejar cintamu… Kamu akan bahagia… Aku jamin” senyum Marie.

“Hmm…” Kyoko tersenyum tipis, dan dia mulai memikirkan tentang banyak hal.

“Pikirkan soal hal itu ya”
“Iya, Marie”

Kyoko menerawang. Dia memikirkan ini dan itu. Sedikit demi sedikit, mungkin hatinya mulai tergerak, untuk memikirkan sang kekasih. Mudah-mudahan, Kyoko segera menemukan jawaban dan langkah selanjutnya dalam hubungan dia.

==================
==================


haruko10.jpg

Aku turun dari bis, dengan susah payah. Bukan, bukan susah turunnya karena sulit ngelangkah, tapi karena aku canggung. Ini pertama kalinya aku jalan sendiri di Jepang. Jalan dari rumahnya Okasan ke Stasiun Mitaka, naik bis.

mitaka10.jpg

Dan ini gila. Aku tau, aku suka sama Kak Rendra. Aku baru sadarin itu abis pensi kemaren. Tapi kenyataannya, pertama kali aku ngedate sama cowok itu sama Adira, orang yang baru aku kenal lewat ig. Dan kedua kalinya aku ngedate, yaitu sama cowok Jepang. Namanya Yuuya, temennya Sayaka Kamiya, anaknya Tante Marie, temennya Okasan.

Pusing? Sama, aku juga pusing.

Nah, itu dia. Dia ngelambai dari jauh. Aku senyum nyengir dengan anehnya. Yuuya, dengan rambut coklatnya, dan sialnya, kebetulan dia pake jaket jeans juga. Sekilas, kami keliatan kayak pasangan yang pake baju couple. Sigh.

“Hi Haruko”
“Hi” senyumku. Ah sudahlah, anggap aja jalan sama temen cowok. Ya gak? Bayangin aja dia Jonathan. Toh sama-sama tinggi dan sama-sama good looking. Gak bakal ada apa-apa juga kan?

“So… Where do you want to go?” tanya Yuuya, yang aura malu-malunya gak ada. Beda banget sama cowok-cowok Jepang yang ada di dorama-dorama lama yang suka ditontonin Okasan.

“I don’t know” jawabku.
“So….” Yuuya celingukan, sambil senyum-senyum sendiri. “Akihabara?”

“Yeah, sure… Why not” tawaku, yang emang belom pernah kesana. Kayaknya gak mungkin dibawa kesana sama Papa dan Okasan, kecuali kalo aku ke Jepangnya sama Om Anin, hahaha.

“Okay…” Yuuya senyum dan dia nunjuk ke arah stasiun.

So… Perjalananku di Tokyo berdua sama Yuuya, dimulai sekarang.

------------------------------

best-m10.png

Mobil yang kukemudiin nyusul mobilnya Yuuya di tikungan. Dengan gerakan sigap, aku muter setirku untuk ngehindarin mobil-mobil lain yang ngelawan arah. Aku melesat, menjauh, ninggalin Yuuya yang tampaknya terseok-seok, karena mobil yang dia setirin nabrak pembatas jalan.

Pedal gas kuinjek dengan kenceng. Pedal to the metal lah pokoknya, sambil ngehindarin mobil-mobil lain yang seliweran ke sana kemari. Sesaat, ada perasaan gak enak. Kok kayak ada yang ngejar dari belakang?

Ternyata mobilnya Yuuya udah kembali lagi ke track yang bener, dan dia bener-bener bisa ngejar aku, entah gimana caranya. Mungkin aku terlalu fokus untuk menghindar dari mobil-mobil yang berlawanan arah, sehingga kecepatanku jadi lebih pelan.

“Gotcha!” teriak Yuuya sambil ngarahin mobilnya ke arah mobilku. Dan aku menghindar. Dia gak bisa nabrak aku. Bayangan garis finis udah mulai keliatan di ujung mata. Sial, aku gak bisa kayak gini terus.

Aku mesti ngambil keputusan. Dan keputusanku adalah, ketika Yuuya mau nyusul aku, aku senggol aja mobilnya. Ini dia. Sudutnya udah pas, dan aku banting setirku ke arah mobilnya Yuuya, sambil neken gas kenceng-kenceng.

Pasti Kena!

“Eh?”

Mobilnya Yuuya mendadak berhenti, dan aku ngegelosor ke arah pertokoan. Mobilku masuk ke pintu kaca dan mecahin muka bangunannya. Ada beberapa orang yang aku tabrak dan menggelepar begitu aja di trotoar. Aku melongo. Sementara, Yuuya cuma ketawa, dan dia ngegas lagi, melenggang dengan mudahnya ke garis finis.

“Damn……” Aku narik nafas, sambil ngerasa bego. Jalanan itu sekarang menghilang dari pandangan kita, cuma nyisain kursi, setir, pedal gas sama tuas gigi mobil aja. Pintu mobil boong-boongan yang ada di sampingku kebuka. Suara di layar, dengan bahasa Jepang yang lantang, ngasih selamat ke Yuuya, dan nyemangatin aku yang gagal sampe garis finish. Kayaknya nyemangatin deh. Atau malah ngeledek? Gak tau.

Haha.

“Exciting, right, Haruko?” tanya Yuuya, ketika kami berdua turun dari mesin arcade augmented reality itu, ngasih kursi itu ke pengunjung lain yang ngantri.

“Yeah hahaha” tawaku, sambil mengenang orang-orang virtual yang tadi aku geleng di trotoar. Gila haha. Sensasinya asik banget gitu, balapan ngelawan arah dengan liarnya di jalanan, sampe nabrak sana-sini. Kalo di dunia nyata gak mungkin itu bisa aku lakuin.

Aku sama Yuuya lagi ada di sebuah arcade. Tempat ini rame dan hingar bingar banget. Aku dan dia tadi udah makan siang di tempat burger yang lucu di tengah Akihabara ini. Dan abisnya, dia ngajakin aku main ke arcade. Menyenangkan banget ternyata. Lebih rame daripada arcade di Jakarta yang mainan-mainannya udah outdated semua. Dan wahana virtual reality dan augmented realitynya ketauan kalo boongan, gak kayak yang tadi, yang bener-bener nguras adrenalin banget. Keren deh pokoknya.

“Hey” bisik Yuuya, disaat aku lagi bingung mau main apa lagi. Kocak banget.
“Yes?”

“Let’s take a picture… Souvenir from me for you, to remember this day” tawanya dengan hangat.
“Ok sure” well, dia ngajak aku ke booth photobox. Gapapa juga kali ya. Biasa aja, anggap aja jalan sama Jonathan, biar perasaan awkward pas jalan sama Adira dulu gak terulang lagi.

Kami berdua akhirnya masuk ke dalam sebuah booth photobox, dan kita ngambil foto bareng, dengan pose-pose konyol yang lucu. Haha, kocak. Entah kenapa aku bisa gampang akrab sama orang ini. Pembawaannya bener-bener bikin aku nyaman dan orangnya juga sopan dan baik.

Berarti bener aku bilang kalo gak ada salahnya ngedate sama dia. Ternyata asik juga. Lumayan, nambah temen orang Jepang selain Sayaka dan Sakura. Makin banyak temen, makin baik kan?

------------------------------

006-7210.jpg

“Now, where are we going?” tanyaku sambil ngeliatin matahari yang mulai menghilang.
“Koenji”

“To?”
“I want to show you something.. We get off at this station” bisiknya di dalam kereta yang penuh dan rame. Aku ngangguk aja. Setelah kereta berhenti, aku dan dia turun ke platform, dan aku ngikutin langkahnya. Dengan considerate, dia jalan pelan-pelan, supaya aku gak ketinggalan. Pengertian juga dia. Dia tahu kalo aku gak bisa jalan secepet orang Jepang.

Gak salah emang pemerintah Jepang ngelakuin shift budaya sehabis olimpiade Tokyo 2020. Orang-orang Jepang, terutama anak mudanya, jadi lebih mudah bergaul, jadi lebih terbuka dan lebih fun. Walau begitu, ciri khas sopan dan considerate ala Jepangnya masih kental. Jadi asik banget rasanya. Jalan seharian sama Yuuya, rasanya kayak udah kenal dia dari lama. Iya, rasanya kayak main sama Jonathan. Kocak banget.

Setelah keluar dari Stasiun Koenji, kita jalan ke arah sebuah taman. Kayaknya banyak orang yang jalannya ke arah taman itu.

Ternyata, di sore yang udah gelap itu, taman itu rame banget. Banyak anak-anak muda nongkrong disana. Warna warni taman Koenji keliatan kontras banget dengan langit yang udah gelap. Anak-anak disini dandanannya aneh-aneh dan unik-unik banget.

Dan di beberapa pojok taman yang besar itu, ada beberapa orang yang main musik, semacam ngamen di taman itu. Jangan bayangin ngamen kayak di warung-warung di Jakarta. Mereka niat banget, musiknya keliatannya asik-asik dan yang nonton juga sama-sama asiknya.

“Let’s go there” Yuuya nunjuk ke salah satu sudut taman. “My brother’s friends like to play music here. We must watch them” jelasnya.
“Ooo…” Ah, itu maksudnya. Asik juga.

Tapi, walaupun di taman ini banyak musisi amatir, mereka gak saling mengganggu. Itu karena design taman ini. Taman ini didesign sedemikian rupa, supaya antar sudut “ngamen” gak saling ganggu. Designer taman ini gila. Arsitek dan desainer akustiknya jenius. Kapan Jakarta punya tempat kayak gini ya?

“It’s them” Yuuya ngajak aku masuk berdesakan ke sebuah keramaian. Tanpa sadar, dia narik tanganku supaya aku gak kelelep sama kerumunan orang. Niatnya, supaya aku bisa nonton sama dia di depan.

“At last” Kita berdua ada di barisan paling depan, dan di tengah kerumunan itu, ada mbak-mbak berambut panjang, warnanya ungu, dengan dandanan yang monotone, megang microphone. Dia pake coat abu-abu dan dalaman yang warnanya senada. Di sebelahnya, ada mas-mas brewokan yang sedang akan beraksi di depan turntable, laptop dan keyboard.

Kayaknya ini DJ dan vokalisnya.

Mendadak, si mbak-mbak rambut ungu itu ngeliat ke arah aku dan Yuuya. Dengan antusias, dia melambai ke arah Yuuya. Dengan excited, dia teriak ke arah Yuuya.

“Koibitoka, Yuuya-Kun?”
“Janaiyo… Tomodachi…” tawanya.

Entah apa artinya itu. Aku cuma senyum-senyum aja.

“They will start right now” bisik Yuuya sambil ngeliat ke arah jam tangannya.
“Cool” jawabku, sambil senyum.

“Jya… Minna san… Hajimemasuyo….” Mbak-mbak berambut ungu itu kemudian mulai bernyanyi diiringi sang DJ.


Kok kayak pernah dengerin lagu ini ya?

“Haruko..” bisik Yuuya.
“Yes?”
“This is an old song, They remix it”
“Ah…”

Iya, aku inget. Ini soundtrack dorama jaman konon yang suka ditonton sama Okasan kalo dia lagi santai di rumah, haha. Kocak banget, mereka remix lagu ini dengan ala-ala modern. Dan aku enjoy banget ngedengerinnya.

Maware maware merii goo raundo
Berputarlah, Merry Go Round.
Mou keshite tomaranai you ni

Bagaimanapun juga, dia tidak akan berhenti
Ugoki dashita merodii

Melodinya mulai bergerak

LA-LA-LA-LA-LA LOVE SONG

Doshaburi no gogo wo matte machi ni tobi dasou

Menunggu hujan selesai siang ini, aku akan melompat ke arah kota
Kokoro ni furu ame ni kasa wo kureta kimi to

Di dalam hujan dalam hatiku, aku bersamamu yang memberiku payung
Mappira! to yokomuite honne wa urahara

Mengatakan tidak dan berpaling, itu bukan keinginanku sebenarnya
Demo sono mama de ii otagai sama da kara

Tapi semua berjalan baik apa adanya, karena kita bersama

Meguri aeta kiseki ga

Keajaiban yang terus terjadi
Namida no iro wo kaeta

Telah merubah warna air mata

Iki ga tomaru kurai no amai kuchizuke wo shiyou yo

Cium aku, hentikan nafasku
Hito koto mo iranai sa tobikiri no ima wo

Kamu tak perlu berkata apapun lagi di momen ini
Yuuki wo kureta kimi ni tereteru baai ja nai kara

Ini bukan waktu untuk merasakan malu di depanmu yang menguatkan aku
Kotoba yori mo honki na

Jadi inilah sesuatu yang lebih nyata dari kata-kata

LA-LA-LA-LA-LA LOVE SONG

Shiranu ma ni otoshiteta chiisa na kakera wo

Sebagian kecil darinya jatuh tanpa kuketahui
Kukima naku daki yose hada de tashikame au

Di dalam pelukan itu, kita mengenali diri kita lewat sentuhan kita
Uchuu no mienai yoru

Malam tidak dapat terlihat dari langit
Kamawanai kimi ga mieru

Tapi tak masalah, aku dapat melihatnya

Maware maware merii goo raundo

Berputarlah, Merry Go Round.
Mou keshite tomaranai you ni

Bagaimanapun juga, dia tidak akan berhenti
Ugoki dashita merodii

Melodinya mulai bergerak

LA-LA-LA-LA-LA LOVE SONG

Tomedo naku tanoshikute yarusenai hodo setsunakute

Kesenangannya tak akan berakhir, dan aku begitu sedih dan menyedihkan
Sonna asa ni umareru

Dia terlahir pada pagi hari
Boku nari no LOVE SONG

Lagu cinta yang bergema dalam diriku
Tameiki no mae ni koko ni oide yo

Datanglah kemari, sebelum aku mengeluh

Iki ga tomaru kurai no amai kuchizuke wo shiyou yo

Cium aku, hentikan nafasku
Hito koto mo iranai sa tobikiri no ima wo

Kamu tak perlu berkata apapun lagi di momen ini
Yuuki wo kureta kimi ni tereteru baai ja nai kara

Ini bukan waktu untuk merasakan malu di depanmu yang menguatkan aku
Kotoba yori mo honki na

Jadi inilah sesuatu yang lebih nyata dari kata-kata

LA-LA-LA-LA-LA LOVE SONG


Musik itu hebat ya. Tanpa tau artinya, melodi dan liriknya bisa bikin aku ngerasa deg-degan, berdebar-debar, mengenang kenangan palsu yang gak pernah aku rasain sebelumnya.

Eh? Handphoneku yang ada di saku jaket geter-geter. Papa atau Okasan kali, mau nanyain kalau aku ada dimana. Aku sampe lupa liat hape hari ini saking asiknya main sama Yuuya. Aku dengan gerakan tiba-tiba, langsung ngambil handphone yang ada di saku jaket.

“Ah! Kora! Abunai…..”
“Ups…” tanganku nyenggol tangan mas-mas bertampang mengesalkan yang bawa gelas plastik berisi bir. Dan birnya tumpah ke celananya gara-gara aku.

“Ah… Sorry…. Sorry…” Aku bingung dan langsung nunduk-nunduk ke arah mas-mas yang bareng ceweknya itu. Tapi, dia masih menggerutu sambil nunjuk-nunjuk aku, yang lama-lama, gerutuannya berubah jadi bentakan. Kayaknya rada-rada mabok ini orang. Kalo gak mabok, mungkin dia malu karena dia ketumpahan bir di depan ceweknya.

Mendadak, Yuuya maju dan dia minta maaf soal itu, dengan sesopan mungkin, tapi si cowok aneh itu malah makin keliatan ngamuk. Orang-orang udah mulai ngeliatin kami. Si cowok gak jelas itu malah megang kerah Yuuya dan kayak mau mukul dia.

“Haruko…” Yuuya berusaha ngomong ke aku.
“Yes?”
“Run”
“What?”
“Run!”

Yuuya nepis tangan cowok itu, dan dia langsung narik tanganku. Kita berdua lari, dan cowok aneh itu dengan emosi ngejar kita berdua di tengah kerumunan masa yang tampaknya kesal karena kami bikin keributan kecil. Kami berdua lari di taman yang rame itu, ngehindarin mas-mas yang marah gak jelas. Yuuya tampak sedikit panik dan dia terus narik tanganku, nyari tempat aman.

Kita berdua lari sampe gak tau kemana. Kita keluar dari taman, lari ke arah lorong pertokoan yang ramai juga. Di sebuah perempatan, Yuuya langsung belok ke jalan kecil banget, kayaknya ini area belakang toko, yang berhadapan sama rumah warga. Dia narik aku ke salah satu sudut yang gak keliatan dari jalan besar, dan dia langsung nyandar ke dinding.

4bc9c010.jpg

Aku juga nyandar ke dinding.

Kita berdua ngos-ngosan.

Kita berdua terus langsung duduk di jalan yang amazingly bersih itu, sambil bersandar.

Kita terus saling liat-liatan.

Dia ketawa.

Aku ketawa.

“Ahaha…. Stupid” seru Yuuya”
“Yes… Hahaha”

Kocak. Gak sangka orang tadi sebegitu emosinya. Kayaknya keburu tengsin atau setengah mabok. Untung kita berdua larinya cepet. Aku lantas ngeluarin hapeku dari saku jaket, dan ngeliat siapa yang tadi telpon. Nah bener kan, Okasan. Haha. Kayaknya aku harus pulang nih bentar lagi.

“I think I have to go home” bisikku ke Yuuya.
“Sure”
“Well… Today’s fun… I’m having fun”
“Me too”

“Hahaha”
“Let me take you to Mitaka” bisik Yuuya.
“Of course”

“But… I want to do this again someday with you, Haruko”
“Sure”

“Haruko…”
“Yes?”

Aku nengok ke arah Yuuya. Dia mendadak mendekat. Matanya menatap ke arahku lekat-lekat. Bibirnya udah deket banget sama bibirku. Tangannya mendadak megang pipiku.

Shit.

Apaan ini.

Kenapa dia mau nyium aku?

TIDAAAAKKK!!!!!!!!!!!

------------------------------

BERSAMBUNG
 
Bimabet
CAST PART 68

- Haruko Aya Rahmania (16) anak semata wayang Arya dan Kyoko, tokoh utama MDT
- Yuuya (18) teman sekolahnya Sayaka Kamiya, anak dari Marie Taniguchi

Kyoko's Timeline:

438be411.jpg


- Kyoko Kaede (22)
- Marie Taniguchi (22) teman akrab Kyoko sejak dari Senmon Gakkou

Glossary :

Koibito : Pacar
Tomodachi : Teman
Hajimemasuyo : Mari mulai
Janaiyo : Bukan kok
Kora : Ungkapan kemarahan
Abunai : Bahaya
Okasan : Ibu
Senmon Gakkou : Sekolah Kejuruan (setingkat diploma)
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd