Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT OKASAN NO HATSU KOI - my mom's first love (racebannon)

Kyoko cemburuuuu ....
Jadi si mi-chan ini ya bikin hiroshi pisah sama kyoko ....
...
...
Teman di masa kecil yang jadi i:mantap:stri memang :mantap::mantap:
 
kyokob10.jpg


OKASAN NO HATSU KOI – PART 47
(my mom's first love)

------------------------------

Malam itu, dengan meminjam mobil mungil milik keluarganya, Hiroshi dan Kyoko menuju ke sebuah Izakaya, tempat makan ala Jepang yang menjadi tempat reuni klub basket SMA-nya Hiroshi.

Tadi siang mereka jalan-jalan berdua ke Hitachi Seaside Park, dimana Kyoko menikmatin indahnya pemandangan alam, bunga-bungaan yang berwarna di musim panas itu. Walau begitu, pikiran-pikiran negatifnya soal Mi-Chan terus menghantuinya. Dia seperti tidak terima melihat keakraban antara keluarga Hiroshi dengan Mi-Chan. Bahkan adik-adiknya Hiroshi pun tidak memanggilnya Oneesan atau Oneechan. Mereka memanggilnya “Mi-Chan”.

Mereka semua terlihat sangat akrab dan Kyoko merasa ada di luar lingkaran. Iya, dia baru kenal dengan keluarganya Hiroshi sekarang. Tapi, yang pacarnya Hiroshi kan dia? Mi-Chan siapa? Informasi tentang dia minim sekali. Sebenarnya Kyoko bisa saja bertanya banyak hal kepada Hiroshi soal Mi-Chan, dan jawabannya pasti lengkap. Tapi dia tidak ingin terdengar seperti seseorang yang cemburuan dan dia tidak ingin mencecar Hiroshi dengan banyak pertanyaan.

Tentunya akan membuat pacarnya itu tidak nyaman. Lagipula, siapa sih Kyoko Kaede. Dia baru pacaran setahun lamanya dengan Hiroshi. Dia dan Mi-Chan sudah kenal dari kecil, sepertinya. Dan orang tua Hiroshi tampak begitu akrabnya dengan Mi-Chan. Kyoko benar-benar frustasi dibuatnya.

Mobil yang dikendarai Hiroshi berhenti di parkiran sebuah restoran khas Jepang. Disana sudah ada beberapa mobil lainnya, dan ada mobil van yang memiliki lambang toko sake.

“Ah, itu mobilnya Tecchan”
“Hmm…” Kyoko sedang menyiapkan mental untuk bertemu Mi-Chan sekali lagi, dan entah berapa kali lagi. Apakah dia benar-benar cemburu? Dia sebenarnya tidak ingin cemburu. Tapi dia terganggu dengan keberadaan Mi-Chan di sekitar Hiroshi.

“Ayo turun, aku sudah tidak sabar ingin memperkenalkan kamu ke teman-temanku”

Kyoko tersenyum menatap Hiroshi. Tidak, tidak sedikitpun sikap hangat Hiroshi berubah. Tapi apa pentingnya Mi-Chan untuk Hiroshi?

Malam itu Kyoko terlihat cantik. Dia mengenakan atasan yang kerahnya lebar, dan rok yang berwarna kalem. Tampilannya memang benar-benar feminin, tidak seperti Mi-Chan yang tomboy. Tunggu, kenapa kepikiran Mi-Chan terus sih?

Dia mengikuti arah jalan Hiroshi dengan perlahan ke dalam Izakaya, dan setelah mereka disapa oleh Waitress, mereka masuk ke dalam sebuah ruangan private yang sudah dibooking.

s_007310.jpg

“KAPTEN KITA DATANG!!!!!!”
“KAPTEN KITA DATANG!! KANPAI!!!” teriak mereka dengan isengnya saat Hiroshi dan Kyoko masuk ke dalam ruangan itu.

Ah, Mi-Chan tidak tampak disana. Kyoko tersenyum dalam hati. Ada sekitar 20 an orang disana. Proporsi lelaki dan wanitanya adalah satu banding satu, ada tim putri dan tim putra. Mereka duduk bercampur, tapi ada satu meja yang isinya perempuan semua dan meja yang isinya laki-laki semua. Mereka semua terlihat atletis, mungkin banyak dari mereka yang masih jadi atilet ketika mahasiswa.

“Hiroshi, Duduk sini!” teriak seseorang bertubuh besar, dan memang di meja itu, ada beberapa kursi kosong. Ada seseorang perempuan yang duduk di sebelah lelaki itu.

“Hei, sebelum duduk, kenalkan dulu dong ke kami semua, kapten! Datang dengan siapa”
“Hahahaha baiklah… Ini…”
“Minna, aku Kaede Kyoko, Dozo Yoroshiku…..” Kyoko membungkuk di hadapan teman-temannya Hiroshi dari klub basket itu.

“Kapten!! Pacarmu duduk disini saja sama kami!” teriak meja yang isinya laki-laki semua.
“Enak saja!” teriak Hiroshi, menanggapi bercandaan mereka. Kyoko tertawa sambil menutup mulutnya, menanggapi bercandaan itu.

“Akhirnya kamu datang juga… Ayo duduk sini”
“Ah, Tecchan… Lama tak bertemu…” Hiroshi memeluk punggung lelaki yang bertubuh besar itu. Mukanya terlihat teduh dan penuh tanggung jawab.

“Kabarmu bagaimana?”
“Baik, pastinya baik karena doamu juga pasti, kalau kamu?”
“Baik” dia menarik nafas panjang, dan memperkenalkan perempuan yang ada di sampingnya. “Kenalkan, ini calon istriku”

“Hai… Aku Kamejima Kaoru….”
“Ah, Halo… Aku Tanabe Hiroshi, dan ini pacarku, Kaede Kyoko”
“Salam kenal”
“salam kenal juga”

“Ah, Kaede-San, kenalkan, aku Minami Tetsuo, panggil aku Tecchan saja, oke…”
“Ah, Halo, salam kenal Tecchan, selamat atas pernikahannya….. Kalau begitu panggil aku Kyoko saja…”
“Berarti kami juga bisa dong memanggil dia Kyoko, Kapten?” tanya seorang laki-laki di meja yang sama.
“Boleh-boleh saja” tawa Hiroshi.

“Sebenarnya meja kita agak-agak ekslusif ya” tawa seseorang di meja itu.
“Kenapa memangnya?” tanya Kyoko.
“Ini meja pemain inti”
“Oh ya?”

“Hiroshi Point Guard, kapten… Aku Center” lanjut Tecchan. “Ini Iida Kenji, Shooting Guard”
“Halo” sapa Kenji.
“Small Forward…. Kobayashi Yuuji dan Mukaiya Yoshito, Power Forward kami”
“Salam kenal semuanya”
“Salam kenal”

“Jangan sungkan memanggil kami semua dengan nama depan, Kyoko, kita semua teman” senyum Tecchan.
“Baiklah haha…” Kyoko tertawa.

“Jadi…..” Hiroshi menatap ke arah Tecchan dengan serius.
“Ya, beginilah…” dia menatap ke arah Kaoru dengan mata teduh. Kaoru tersenyum ke arah Tecchan.

“Itu sebuah kesalahan, tapi… Tecchan mau bertanggung jawab” sambung Kaoru. Dari semua orang di ruangan ini, sepertinya hanya Kyoko dan Kaoru yang bukan anggota tim basket. “Aku akan membantu di toko sake orang tuanya Tecchan setelah ini semua”

“Ya, dia akan meninggalkan kuliahnya…. Ayahku bilang untuk fokus kepada kuliahku saja, supaya aku bisa memberikan kehidupan yang baik untuk Kaoru dan anakku nanti”

“Tecchan, kakak kelasku ada lho yang sudah punya anak dan tetap kuliah” potong Kenji.
“Ini pilihan Kaoru, agar nanti ada penghasilan yang masuk untuk anak kami”

“Wajar sih….” Hiroshi melipat tangannya dan menatap ke arah meja.
“Jadi, kalian berdua, mulailah makan dan minum…… Dan karena pemilik Izakaya ini temannya ayahku, jadi kita tidak dibolehkan minum bir” seringai Tecchan.

“Ya, bagaimanapun kita harus menunggu setahun lagi agar kita legal minum-minum” komentar Yoshito.

“Nanti setahun lagi kita reuni dan kita bisa mabuk-mabukan sampai bego tanpa dimarahi oleh orang tua” tawa Yuuji.

“Tidak semua ayah seperti ayahnya Hiroshi soalnya” balas Tecchan.
“Iya, andai ayahku seperti ayahnya Hiroshi”
“Aku juga harap begitu”

“Ambil saja… Malas kadang-kadang, suka bikin malu di muka umum” tawa Hiroshi.
“Kemarin-kemarin aku sempat lihat dia di televisi lokal, diwawancara begitu… Keren” sambung Kenji.
“Taruhan, reporternya pasti dia jahili, apalagi kalau perempuan cantik”
“Itu yang bikin kami suka dengan dia bukan? Kepercayaan dirinya di depan perempuan itu lho…. Kok bisa ya….”

“Jangan ditiru, itu memalukan” Hiroshi menggelengkan kepalanya sambil mencomot makanan yang ada di meja. Kyoko cuma tertawa kecil saja sambil memperhatikan pacarnya itu. Si Kapten tim basket.

“MINNA!!!! MAAF TERLAMBAT!!!”
“Captain-Chan! Darimana kamu!! Kenapa baru datang sekarang??”

12a93b10.jpg

Aduh. Suasana hati Kyoko kacau lagi. Mi-Chan dipanggil Captain-Chan? Pasti dia kaptennya tim putri.

“Duduk sini Mi-Chan!! Buat suasana hati kami jadi gembira dong” Mi-Chan dengan tampang manisnya hanya menjulurkan lidah.

Jangan, jangan duduk disini. Tolong, duduk di meja lain saja sana, oke Mi-Chan? Pikir Kyoko dalam hati, sambil menatap Mi-Chan yang sedang membuka sepatunya untuk masuk ke dalam ruangan. Dia mengenakan celana jeans dan sweater hoodie bertuliskan Ibaraki Kenritsu Iryou Daigaku, atau Universitas Kesehatan Masyarakat Ibaraki.

Apa itu artinya Mi-Chan mahasiswi kedokteran?

Ah sial, Mi-Chan jalan ke arah meja ini dan langsung duduk diantara tim inti putra. Lagi-lagi dekat dengan Hiroshi.

“Ah, Tecchan….” Mi-Chan menarik nafasnya dengan tampang penuh penyesalan.
“Apa? Mau bicara apa lagi? Sudah lah, jangan meledekku terus, kita sudah bertemu berkali-kali dan kamu juga sudah berkali-kali bicara dengan Kaoru…..”

“Jadi sudah tahu ya aku mau bicara apa…”
“Iya, pasti menasihati soal safe sex kan…. Sudahlah, kamu kan tidak akan jadi dokter juga”

“Memang… Tapi sebagai calon pegawai manajemen rumah sakit, aku juga punya kewajiban untuk memperingatkan masyarakat kan?” Mi-Chan menjulurkan lidahnya. Oh, berarti dia mengambil mata kuliah manajemen rumah sakit. Oke, bukan calon dokter berarti.

“Kenapa kamu duduk disini sih…..” kesal Kenji mendadak.
“Kok kamu kesal? Memang tidak boleh aku duduk dengan Tim cowok?”
“Tidak boleh, kamu kan kaptennya mereka” tunjuk Tecchan ke arah kerumunan anak-anak perempuan.

“Aku duduk disini karena disini ada kapten lainnya, jadi ini mejanya kapten” tawa Mi-Chan sambil melirik ke Hiroshi.
“Boleh juga” Hiroshi balas tertawa. Aduh, apa-apaan sih. Kyoko tampak tidak nyaman atas rangkaian kejadian ini.

“Bagaimana kuliah? Sudah mulai sulit kan?” tanya Tecchan ke Mi-Chan.
“Sulit? Memangnya aku kamu?”
“Kita ambil jurusan yang sama tahu, dan aku sudah mulai merasa sulit….”

“Ano… Kalian satu kampus?” tanya Kyoko, mencoba terlihat luwes, walaupun dia tidak nyaman dengan kehadiran Mi-Chan di meja ini.

“Beda universitas, kalau Tecchan di Ibaraki Christian University…..”
“Dan itu menjelaskan kenapa ayahku marah sekali sewaktu kejadian……” Kaoru mukanya tersenyum, tapi tersenyum kecut.

“Keluarganya kristen taat, jadi…. Ya, aku jadi bulan-bulanan ayahnya sewaktu dia ketahuan hamil….” Tecchan menggaruk-garuk kepalanya. “Karena aku bukan kristen jadi dia tambah marah, ayahnya ingin sekali dia menikah dengan orang kristen… Jadi aku terpaksa….”

“Terpaksa masuk kristen?”
“Iya”
“Kristen tidak buruk, kita biasa merayakan natal bukan? Dan akan lucu kalau kita jadi satu gereja, Tecchan” tawa Yoshito. Sepertinya keluarganya beragama kristen juga.

“Segereja dengan kamu….. Hmmmmm” Tecchan tampak berpikir keras.
“Tapi kasihan Mi-Chan ya, memangnya kamu ingin kuliah manajemen rumah sakit?” potong Yuuji.
“Tidak, ini kan karena ayahku melarangku kuliah di Tokyo.. harusnya aku bisa kuliah bareng dengan Hiro-Chan di Tokyo, kesal kan… Padahal aku sudah hunting apartemen bareng dengan dia sebelum tes masuk…..”

“Oh, calon mahasiswi Meiji dan Waseda yang gagal” ledek Tecchan.
“Diam kamu”

APA? Tadinya Mi-Chan mau kuliah di Tokyo juga? Hunting apartemen bareng? Kalau mereka tinggal bareng bagaimana? Tanpa sadar Kyoko tampak senewen oleh semua berita yang dia dengar di meja itu.

“Untung kamu tidak jadi kuliah di Tokyo, kalau jadi, Hiroshi pasti akan repot oleh kamu, seperti jaman SMA dulu, kamu kan selalu bikin dia repot” ledek Kenji.

Duh, apa-apaan sih? Apa lagi ini. Sedekat apa sih Mi-Chan dan Hiroshi?

“Ngomong-ngomong, aku ada ide…..” Tecchan seakan-akan sedang berpikir keras.
“Apa?” Hiroshi tampak penasaran.

“Sehari setelah pernikahanku…… Bagaimana kalau kita adakan pertandingan antara tim putri lawan tim putra di bekas sekolah kita? Sebagai peringatan saja…..”

“Aku agak kurang setuju” Potong Yuuji.
“Kenapa?”
“Pasti anak-anak cewek, kecuali Mi-Chan bakal sewot, pasti disangkanya kita mau pegang-pegang mereka ketika lagi bertanding”

“Masuk akal, aku sendiri gak keberatan, tapi anak-anak yang lain kan, tahu seberapa mesum kalian, kecuali Hiro-Chan, bisa tidak sih kalian sedikit saja seperti dia” kesal Mi-Chan.

Duh, kenapa sih Hiroshi disebut terus, dan setiap nama Hiroshi disebut sebagai Hiro-Chan, hati Kyoko selalu merasakan hal yang tidak nyaman.

“Kalau….” Hiroshi tampak berpikir. “Kita buat pertandingan persahabatan dengan tim yang sekarang bagaimana? Pasti lebih menarik… Tim putri lawan tim putri, dan tim putra lawan tim putra”
“Ah! aku kok malah lebih suka ide itu!” Tecchan tampak ceria.
“Kalau begitu aku jadi malah makin bersemangat” tawa Yuuji.

“Kalian masih simpan seragam kalian kan?” senyum Hiroshi.
“Masih”
“Oke, kita pakai lagi seragam yang hampir meloloskan kita ke Interhigh itu!”
“Oke!”

“Besok aku akan menghubungi pelatih tim basket, jadi nanti akan kuberitahu kalian lagi” Hiroshi terlihat bersemangat sekali malam itu. Kyoko tersenyum, dia selalu suka melihat Hiroshi main basket, walau pasti nanti Mi-Chan akan heboh menyemangatinya.

Entahlah.

------------------------------

“Ah, Sumimasen” Kyoko menunduk kepada dua orang teman Hiroshi yang sedang merokok di area merokok. Mereka berdua sedang duduk disana, sambil menghisap rokok mereka, mengobrol entah apa.

“Ah, Kaede-San…” mereka membalas dengan menundukkan kepala juga, dan paham, bahwa Kyoko akan menggunakan toilet disana. Toiletnya kecil, dan memang terletak tepat di area merokok itu. Hanya berbatas pintu masuknya saja.

p20-br10.jpg

Kyoko tersenyum dan langsung masuk ke ruangan toilet itu. Dia menguncinya dari dalam, lalu buang air kecil, sambil merenungkan dirinya yang ada disana. Teman-temannya Hiroshi ramah dan asik-asik, tapi keberadaan Mi-Chan jelas sangat mengganggunya.

“Mi-Chan makin cantik saja ya?”

Lho? Suara dari luar tembus ke dalam? Tampaknya dua orang tersebut sedang bergosip dan tidak sadar bahwa suara mereka terdengar dari dalam toilet. Kyoko jadi penasaran, dan ingin mendengarkan apapun yang mereka ingin bicarakan.

“Haha, Mi-Chan, primadona tim basket putri… Tapi aku lebih suka ketika dia SMA, dia terlihat lucu pakai seragam sailor”
“Iya, lucu sekali dulu, dan banyak sekali kan yang nembak dia waktu dulu”
“Termasuk aku, tetapi ditolak mentah-mentah, tentunya”
“Hahahaha….. Bahkan kapten Tim Sepakbola yang begitu populernya di kalangan siswi dan gantengnya luar biasa itu ditolak oleh Mi-Chan, gila….”

“Yah, menurut kamu, kenapa begitu?”
“Jelas lah, karena siapa lagi, pasti karena Kapten kita, si Tanabe itu…..”

Kyoko menelan ludahnya. Dia mulai mereka-reka adegan apapun yang ada di kepalanya.

“Iya, mereka kemana-mana berdua terus….. Tadinya aku pikir mereka jadi kuliah bareng di Tokyo, tahunya tidak…. Tanabe malah punya pacar disana, dibawa pula ke Ibaraki sekarang”

“Bagaimana perasaan Mi-Chan ya?”
“Entahlah, mereka berdua tidak pernah pacaran walaupun mereka literally tiap hari pergi ke sekolah dan pulang bareng, bahkan di hari libur juga mereka selalu main bareng…. Tidak jarang juga menjelang ujian akhir mereka belajar bareng sampai larut di perpustakaan…..”

“Iya, aku selalu merasa bahwa Mi-Chan tidak pernah sampai pacaran dengan Tanabe itu mungkin karena Tanabe tidak suka cewek tomboy…. Dan Mi-Chan terus berharap, jadi mereka nempel terus…”

Kyoko terdiam. Dia tidak berani bersuara. Jantungnya berdegup dengan kencang dan imajinasinya bermain-main, membayangkan hal-hal yang tidak ingin ia bayangkan.

“Salah kamu”
“Eh?”
“Dulu waktu kelas satu, Tanabe pernah pacaran dengan Okuda Azusa kan? Dia tomboy”
“Itu siapa ya…”
“Manajer tim bisbol”

Kyoko terus mendengarkan dengan perasaan campur aduk.

“Ya dulu semua orang kan yakin sekali kalau Tanabe dan Mi-Chan bakal sampai menikah, walau mereka tidak pacaran-pacaran sampai sekarang………”
“Haha, kalau mereka jadi kuliah di Tokyo bareng, mereka pasti pacaran, tinggal bareng, lalu menikah…. “
“Mereka memang cocok sekali…. Bahkan sampai sekarangpun….. Entah apa yang ada di pikiran Tanabe…. Kenapa dia malah punya pacar ya di Tokyo?”

“Entah”

Itu aku, pikir Kyoko. Aku yang pacarnya Hiroshi Tanabe.

“Mungkin dia butuh pelarian dari perasaan kangennya ke Mi-Chan”
“Bisa jadi”
“Bisa jadi”

Kyoko menutup matanya, sambil masih duduk di kloset. Dia menatap ke arah cermin, melihat bayangan dirinya, yang tampak ditelan oleh ruangan itu. Dia berharap, dia menghilang saja sekarang, dan dia sungguh-sungguh ingin pulang ke Tokyo. Kenapa mesti ada Mi-Chan di sini? Kenapa?

Ada apa sih sebenarnya antara Mi-Chan dan Hiroshi? Kenapa aku harus ada di situasi ini sekarang? Kenapa?

------------------------------
------------------------------


haruko10.jpg


“Eh, Haruko sudah pulang?” Okasan nyambut aku yang baru aja dateng habis ketemuan sama Adira.
“Udah” jawabku pelan, dengan muka datar.

“Bagaimana tadi?”
“Ya… Lumayan?”
“Melakukan apa saja?”
“Ngobrol, nonton, ngobrol…..”

“Nonton apa Haruko?”

“Ada lah, film….. Aku capek, mau istirahat ya?” aku jalan dengan cuek, ngelewatin Okasan gitu aja, masuk ke kamarku. Terus aku kunci kamarku dari dalem.

Aku ngeliat ke arah cermin. Iya, aku lebih cantik dari biasanya. Dan aku juga sekarang ngerasa gak nyaman. Ngerasa gak nyaman lebih dari biasanya. Adira orangnya baik, ngobrolnya asik, juga dia sopan banget. Tapi kenapa aku rasanya gak nyaman? Kok rasanya semuanya numpuk di kepalaku gini?

Overwhelmed banget rasanya. Aku sanggup gak sih kayak orang lain? Punya pacar? Ngedate? Kenalan sama cowok? Kenapa kayak gini aja rasanya berat banget buatku? Aku bukannya gak nikmatin. Tapi rasanya semuanya berat, aku gak tau harus ngapain. Aku gak bisa kali kayak gini? Gimana caranya.

Yang pasti ini bukan salahnya Adira. Dia baik dan gentle banget. Dia bahkan nganterin aku tadi pulang, naik mobil, sampe ke depan rumah. And it was nice. Seneng juga kenal sama orang baru, dan ternyata aku bisa juga ngobrol normal sama cowok yang baru kenal.

Tapi kenapa sih sekarang aku kayak gak bisa santai? Masalahnya kenapa? Kenapa aku gak bisa santai aja kayak Mbak Alika? Kayak Shirley? Kayak Okasan sama Papa gitu? Kenapa aku gak bisa luwes kayak cewek-ceweknya Jonathan? Kenapa?

Kenapa aku harus ngebuat-buat gerakanku di depan Adira karena takut, karena aku gak tau harus ngapain? Katanya aku harus santai aja? Harus biasa aja kayak ke temen cewek? Tapi gimana. Beda. Cowok ama cewek itu beda. Aku selalu rasanya kayak gini kalo ketemu cowok. Deg-degan gak puguh. Apalagi di depan Kak Rendra. Satu –satunya kenalan cowok yang aku biasa aja di depan dia cuman Jonathan. Ya masa aku harus sama dia?

Dan aku bahkan gak suka sama si Adira ini. Tapi rasanya bingung harus ngapain, deg-degan. Aku keliatan tolol gak sih tadi? Apakah aku kebanting sama penampilanku? Apa aslinya sifat dan sikapku di depan cowok gak secantik penampilanku sekarang.

Gak tau. Rasanya aneh. Rasanya strange dan rasanya overwhelmed.

Aku natap lagi ke arah cermin, ngeliat anak cewek umur 15 tahun yang kebingungan ini. Mukanya keliatan cantik tapi capek. Entah harus ngerasa seneng atau bete. Seneng karena bisa ngobrol sama orang asing yang baik, tapi bete karena bingung harus gimana menyikapinya.

Abis ini aku harus ngapain?

Ada apa sih sebenarnya sama aku? Kenapa aku harus selalu gak nyaman kalau ada di situasi berdua doang bareng cowok? Kenapa? Harusnya kan gak kenapa napa?

Heran.

------------------------------

BERSAMBUNG
 
CAST PART 47

- Haruko Aya Rahmania (16) anak semata wayang Arya dan Kyoko, tokoh utama MDT
- Kyoko Kaede (48) Sang Ibu, Istri dari Arya

Kyoko's Timeline:

438be411.jpg


- Kyoko Kaede (19)
- Hiroshi Tanabe (19), pacarnya Kyoko, teman di Senmon Gakkou

- Futaba Amami / Mi-Chan (19), teman Hiroshi sedari SMA?

- Tetsuo Minami / Tecchan (19) teman klub basket Hiroshi saat SMA, Center
- Kenji Iida (19) teman klub basket Hiroshi saat SMA, Shooting Guard
- Yuuji Kobayashi (19) teman klub basket Hiroshi saat SMA, Small Forward
- Yoshito Mukaiya (19) teman klub basket Hiroshi saat SMA, Power Forward

- Kaoru Kamejima (19) pacarnya Tecchan

Glossary :


Izakaya : Tempat makan khas Jepang
Kanpai : Bersulang
Dozo Yoroshiku : Salam kenal
Sumimasen : Permisi
Oneesan / Oneechan : Kakak Perempuan
Okasan : Ibu
Minna : Semuanya
Senmon Gakkou : Sekolah Kejuruan (setingkat diploma)

 
kyokob10.jpg



------------------------------

Malam itu, dengan meminjam mobil mungil milik keluarganya, Hiroshi dan Kyoko menuju ke sebuah Izakaya, tempat makan ala Jepang yang menjadi tempat reuni klub basket SMA-nya Hiroshi.

Tadi siang mereka jalan-jalan berdua ke Hitachi Seaside Park, dimana Kyoko menikmatin indahnya pemandangan alam, bunga-bungaan yang berwarna di musim panas itu. Walau begitu, pikiran-pikiran negatifnya soal Mi-Chan terus menghantuinya. Dia seperti tidak terima melihat keakraban antara keluarga Hiroshi dengan Mi-Chan. Bahkan adik-adiknya Hiroshi pun tidak memanggilnya Oneesan atau Oneechan. Mereka memanggilnya “Mi-Chan”.

Mereka semua terlihat sangat akrab dan Kyoko merasa ada di luar lingkaran. Iya, dia baru kenal dengan keluarganya Hiroshi sekarang. Tapi, yang pacarnya Hiroshi kan dia? Mi-Chan siapa? Informasi tentang dia minim sekali. Sebenarnya Kyoko bisa saja bertanya banyak hal kepada Hiroshi soal Mi-Chan, dan jawabannya pasti lengkap. Tapi dia tidak ingin terdengar seperti seseorang yang cemburuan dan dia tidak ingin mencecar Hiroshi dengan banyak pertanyaan.

Tentunya akan membuat pacarnya itu tidak nyaman. Lagipula, siapa sih Kyoko Kaede. Dia baru pacaran setahun lamanya dengan Hiroshi. Dia dan Mi-Chan sudah kenal dari kecil, sepertinya. Dan orang tua Hiroshi tampak begitu akrabnya dengan Mi-Chan. Kyoko benar-benar frustasi dibuatnya.

Mobil yang dikendarai Hiroshi berhenti di parkiran sebuah restoran khas Jepang. Disana sudah ada beberapa mobil lainnya, dan ada mobil van yang memiliki lambang toko sake.

“Ah, itu mobilnya Tecchan”
“Hmm…” Kyoko sedang menyiapkan mental untuk bertemu Mi-Chan sekali lagi, dan entah berapa kali lagi. Apakah dia benar-benar cemburu? Dia sebenarnya tidak ingin cemburu. Tapi dia terganggu dengan keberadaan Mi-Chan di sekitar Hiroshi.

“Ayo turun, aku sudah tidak sabar ingin memperkenalkan kamu ke teman-temanku”

Kyoko tersenyum menatap Hiroshi. Tidak, tidak sedikitpun sikap hangat Hiroshi berubah. Tapi apa pentingnya Mi-Chan untuk Hiroshi?

Malam itu Kyoko terlihat cantik. Dia mengenakan atasan yang kerahnya lebar, dan rok yang berwarna kalem. Tampilannya memang benar-benar feminin, tidak seperti Mi-Chan yang tomboy. Tunggu, kenapa kepikiran Mi-Chan terus sih?

Dia mengikuti arah jalan Hiroshi dengan perlahan ke dalam Izakaya, dan setelah mereka disapa oleh Waitress, mereka masuk ke dalam sebuah ruangan private yang sudah dibooking.

s_007310.jpg

“KAPTEN KITA DATANG!!!!!!”
“KAPTEN KITA DATANG!! KANPAI!!!” teriak mereka dengan isengnya saat Hiroshi dan Kyoko masuk ke dalam ruangan itu.

Ah, Mi-Chan tidak tampak disana. Kyoko tersenyum dalam hati. Ada sekitar 20 an orang disana. Proporsi lelaki dan wanitanya adalah satu banding satu, ada tim putri dan tim putra. Mereka duduk bercampur, tapi ada satu meja yang isinya perempuan semua dan meja yang isinya laki-laki semua. Mereka semua terlihat atletis, mungkin banyak dari mereka yang masih jadi atilet ketika mahasiswa.

“Hiroshi, Duduk sini!” teriak seseorang bertubuh besar, dan memang di meja itu, ada beberapa kursi kosong. Ada seseorang perempuan yang duduk di sebelah lelaki itu.

“Hei, sebelum duduk, kenalkan dulu dong ke kami semua, kapten! Datang dengan siapa”
“Hahahaha baiklah… Ini…”
“Minna, aku Kaede Kyoko, Dozo Yoroshiku…..” Kyoko membungkuk di hadapan teman-temannya Hiroshi dari klub basket itu.

“Kapten!! Pacarmu duduk disini saja sama kami!” teriak meja yang isinya laki-laki semua.
“Enak saja!” teriak Hiroshi, menanggapi bercandaan mereka. Kyoko tertawa sambil menutup mulutnya, menanggapi bercandaan itu.

“Akhirnya kamu datang juga… Ayo duduk sini”
“Ah, Tecchan… Lama tak bertemu…” Hiroshi memeluk punggung lelaki yang bertubuh besar itu. Mukanya terlihat teduh dan penuh tanggung jawab.

“Kabarmu bagaimana?”
“Baik, pastinya baik karena doamu juga pasti, kalau kamu?”
“Baik” dia menarik nafas panjang, dan memperkenalkan perempuan yang ada di sampingnya. “Kenalkan, ini calon istriku”

“Hai… Aku Kamejima Kaoru….”
“Ah, Halo… Aku Tanabe Hiroshi, dan ini pacarku, Kaede Kyoko”
“Salam kenal”
“salam kenal juga”

“Ah, Kaede-San, kenalkan, aku Minami Tetsuo, panggil aku Tecchan saja, oke…”
“Ah, Halo, salam kenal Tecchan, selamat atas pernikahannya….. Kalau begitu panggil aku Kyoko saja…”
“Berarti kami juga bisa dong memanggil dia Kyoko, Kapten?” tanya seorang laki-laki di meja yang sama.
“Boleh-boleh saja” tawa Hiroshi.

“Sebenarnya meja kita agak-agak ekslusif ya” tawa seseorang di meja itu.
“Kenapa memangnya?” tanya Kyoko.
“Ini meja pemain inti”
“Oh ya?”

“Hiroshi Point Guard, kapten… Aku Center” lanjut Tecchan. “Ini Iida Kenji, Shooting Guard”
“Halo” sapa Kenji.
“Small Forward…. Kobayashi Yuuji dan Mukaiya Yoshito, Power Forward kami”
“Salam kenal semuanya”
“Salam kenal”

“Jangan sungkan memanggil kami semua dengan nama depan, Kyoko, kita semua teman” senyum Tecchan.
“Baiklah haha…” Kyoko tertawa.

“Jadi…..” Hiroshi menatap ke arah Tecchan dengan serius.
“Ya, beginilah…” dia menatap ke arah Kaoru dengan mata teduh. Kaoru tersenyum ke arah Tecchan.

“Itu sebuah kesalahan, tapi… Tecchan mau bertanggung jawab” sambung Kaoru. Dari semua orang di ruangan ini, sepertinya hanya Kyoko dan Kaoru yang bukan anggota tim basket. “Aku akan membantu di toko sake orang tuanya Tecchan setelah ini semua”

“Ya, dia akan meninggalkan kuliahnya…. Ayahku bilang untuk fokus kepada kuliahku saja, supaya aku bisa memberikan kehidupan yang baik untuk Kaoru dan anakku nanti”

“Tecchan, kakak kelasku ada lho yang sudah punya anak dan tetap kuliah” potong Kenji.
“Ini pilihan Kaoru, agar nanti ada penghasilan yang masuk untuk anak kami”

“Wajar sih….” Hiroshi melipat tangannya dan menatap ke arah meja.
“Jadi, kalian berdua, mulailah makan dan minum…… Dan karena pemilik Izakaya ini temannya ayahku, jadi kita tidak dibolehkan minum bir” seringai Tecchan.

“Ya, bagaimanapun kita harus menunggu setahun lagi agar kita legal minum-minum” komentar Yoshito.

“Nanti setahun lagi kita reuni dan kita bisa mabuk-mabukan sampai bego tanpa dimarahi oleh orang tua” tawa Yuuji.

“Tidak semua ayah seperti ayahnya Hiroshi soalnya” balas Tecchan.
“Iya, andai ayahku seperti ayahnya Hiroshi”
“Aku juga harap begitu”

“Ambil saja… Malas kadang-kadang, suka bikin malu di muka umum” tawa Hiroshi.
“Kemarin-kemarin aku sempat lihat dia di televisi lokal, diwawancara begitu… Keren” sambung Kenji.
“Taruhan, reporternya pasti dia jahili, apalagi kalau perempuan cantik”
“Itu yang bikin kami suka dengan dia bukan? Kepercayaan dirinya di depan perempuan itu lho…. Kok bisa ya….”

“Jangan ditiru, itu memalukan” Hiroshi menggelengkan kepalanya sambil mencomot makanan yang ada di meja. Kyoko cuma tertawa kecil saja sambil memperhatikan pacarnya itu. Si Kapten tim basket.

“MINNA!!!! MAAF TERLAMBAT!!!”
“Captain-Chan! Darimana kamu!! Kenapa baru datang sekarang??”

12a93b10.jpg

Aduh. Suasana hati Kyoko kacau lagi. Mi-Chan dipanggil Captain-Chan? Pasti dia kaptennya tim putri.

“Duduk sini Mi-Chan!! Buat suasana hati kami jadi gembira dong” Mi-Chan dengan tampang manisnya hanya menjulurkan lidah.

Jangan, jangan duduk disini. Tolong, duduk di meja lain saja sana, oke Mi-Chan? Pikir Kyoko dalam hati, sambil menatap Mi-Chan yang sedang membuka sepatunya untuk masuk ke dalam ruangan. Dia mengenakan celana jeans dan sweater hoodie bertuliskan Ibaraki Kenritsu Iryou Daigaku, atau Universitas Kesehatan Masyarakat Ibaraki.

Apa itu artinya Mi-Chan mahasiswi kedokteran?

Ah sial, Mi-Chan jalan ke arah meja ini dan langsung duduk diantara tim inti putra. Lagi-lagi dekat dengan Hiroshi.

“Ah, Tecchan….” Mi-Chan menarik nafasnya dengan tampang penuh penyesalan.
“Apa? Mau bicara apa lagi? Sudah lah, jangan meledekku terus, kita sudah bertemu berkali-kali dan kamu juga sudah berkali-kali bicara dengan Kaoru…..”

“Jadi sudah tahu ya aku mau bicara apa…”
“Iya, pasti menasihati soal safe sex kan…. Sudahlah, kamu kan tidak akan jadi dokter juga”

“Memang… Tapi sebagai calon pegawai manajemen rumah sakit, aku juga punya kewajiban untuk memperingatkan masyarakat kan?” Mi-Chan menjulurkan lidahnya. Oh, berarti dia mengambil mata kuliah manajemen rumah sakit. Oke, bukan calon dokter berarti.

“Kenapa kamu duduk disini sih…..” kesal Kenji mendadak.
“Kok kamu kesal? Memang tidak boleh aku duduk dengan Tim cowok?”
“Tidak boleh, kamu kan kaptennya mereka” tunjuk Tecchan ke arah kerumunan anak-anak perempuan.

“Aku duduk disini karena disini ada kapten lainnya, jadi ini mejanya kapten” tawa Mi-Chan sambil melirik ke Hiroshi.
“Boleh juga” Hiroshi balas tertawa. Aduh, apa-apaan sih. Kyoko tampak tidak nyaman atas rangkaian kejadian ini.

“Bagaimana kuliah? Sudah mulai sulit kan?” tanya Tecchan ke Mi-Chan.
“Sulit? Memangnya aku kamu?”
“Kita ambil jurusan yang sama tahu, dan aku sudah mulai merasa sulit….”

“Ano… Kalian satu kampus?” tanya Kyoko, mencoba terlihat luwes, walaupun dia tidak nyaman dengan kehadiran Mi-Chan di meja ini.

“Beda universitas, kalau Tecchan di Ibaraki Christian University…..”
“Dan itu menjelaskan kenapa ayahku marah sekali sewaktu kejadian……” Kaoru mukanya tersenyum, tapi tersenyum kecut.

“Keluarganya kristen taat, jadi…. Ya, aku jadi bulan-bulanan ayahnya sewaktu dia ketahuan hamil….” Tecchan menggaruk-garuk kepalanya. “Karena aku bukan kristen jadi dia tambah marah, ayahnya ingin sekali dia menikah dengan orang kristen… Jadi aku terpaksa….”

“Terpaksa masuk kristen?”
“Iya”
“Kristen tidak buruk, kita biasa merayakan natal bukan? Dan akan lucu kalau kita jadi satu gereja, Tecchan” tawa Yoshito. Sepertinya keluarganya beragama kristen juga.

“Segereja dengan kamu….. Hmmmmm” Tecchan tampak berpikir keras.
“Tapi kasihan Mi-Chan ya, memangnya kamu ingin kuliah manajemen rumah sakit?” potong Yuuji.
“Tidak, ini kan karena ayahku melarangku kuliah di Tokyo.. harusnya aku bisa kuliah bareng dengan Hiro-Chan di Tokyo, kesal kan… Padahal aku sudah hunting apartemen bareng dengan dia sebelum tes masuk…..”

“Oh, calon mahasiswi Meiji dan Waseda yang gagal” ledek Tecchan.
“Diam kamu”

APA? Tadinya Mi-Chan mau kuliah di Tokyo juga? Hunting apartemen bareng? Kalau mereka tinggal bareng bagaimana? Tanpa sadar Kyoko tampak senewen oleh semua berita yang dia dengar di meja itu.

“Untung kamu tidak jadi kuliah di Tokyo, kalau jadi, Hiroshi pasti akan repot oleh kamu, seperti jaman SMA dulu, kamu kan selalu bikin dia repot” ledek Kenji.

Duh, apa-apaan sih? Apa lagi ini. Sedekat apa sih Mi-Chan dan Hiroshi?

“Ngomong-ngomong, aku ada ide…..” Tecchan seakan-akan sedang berpikir keras.
“Apa?” Hiroshi tampak penasaran.

“Sehari setelah pernikahanku…… Bagaimana kalau kita adakan pertandingan antara tim putri lawan tim putra di bekas sekolah kita? Sebagai peringatan saja…..”

“Aku agak kurang setuju” Potong Yuuji.
“Kenapa?”
“Pasti anak-anak cewek, kecuali Mi-Chan bakal sewot, pasti disangkanya kita mau pegang-pegang mereka ketika lagi bertanding”

“Masuk akal, aku sendiri gak keberatan, tapi anak-anak yang lain kan, tahu seberapa mesum kalian, kecuali Hiro-Chan, bisa tidak sih kalian sedikit saja seperti dia” kesal Mi-Chan.

Duh, kenapa sih Hiroshi disebut terus, dan setiap nama Hiroshi disebut sebagai Hiro-Chan, hati Kyoko selalu merasakan hal yang tidak nyaman.

“Kalau….” Hiroshi tampak berpikir. “Kita buat pertandingan persahabatan dengan tim yang sekarang bagaimana? Pasti lebih menarik… Tim putri lawan tim putri, dan tim putra lawan tim putra”
“Ah! aku kok malah lebih suka ide itu!” Tecchan tampak ceria.
“Kalau begitu aku jadi malah makin bersemangat” tawa Yuuji.

“Kalian masih simpan seragam kalian kan?” senyum Hiroshi.
“Masih”
“Oke, kita pakai lagi seragam yang hampir meloloskan kita ke Interhigh itu!”
“Oke!”

“Besok aku akan menghubungi pelatih tim basket, jadi nanti akan kuberitahu kalian lagi” Hiroshi terlihat bersemangat sekali malam itu. Kyoko tersenyum, dia selalu suka melihat Hiroshi main basket, walau pasti nanti Mi-Chan akan heboh menyemangatinya.

Entahlah.

------------------------------

“Ah, Sumimasen” Kyoko menunduk kepada dua orang teman Hiroshi yang sedang merokok di area merokok. Mereka berdua sedang duduk disana, sambil menghisap rokok mereka, mengobrol entah apa.

“Ah, Kaede-San…” mereka membalas dengan menundukkan kepala juga, dan paham, bahwa Kyoko akan menggunakan toilet disana. Toiletnya kecil, dan memang terletak tepat di area merokok itu. Hanya berbatas pintu masuknya saja.

p20-br10.jpg

Kyoko tersenyum dan langsung masuk ke ruangan toilet itu. Dia menguncinya dari dalam, lalu buang air kecil, sambil merenungkan dirinya yang ada disana. Teman-temannya Hiroshi ramah dan asik-asik, tapi keberadaan Mi-Chan jelas sangat mengganggunya.

“Mi-Chan makin cantik saja ya?”

Lho? Suara dari luar tembus ke dalam? Tampaknya dua orang tersebut sedang bergosip dan tidak sadar bahwa suara mereka terdengar dari dalam toilet. Kyoko jadi penasaran, dan ingin mendengarkan apapun yang mereka ingin bicarakan.

“Haha, Mi-Chan, primadona tim basket putri… Tapi aku lebih suka ketika dia SMA, dia terlihat lucu pakai seragam sailor”
“Iya, lucu sekali dulu, dan banyak sekali kan yang nembak dia waktu dulu”
“Termasuk aku, tetapi ditolak mentah-mentah, tentunya”
“Hahahaha….. Bahkan kapten Tim Sepakbola yang begitu populernya di kalangan siswi dan gantengnya luar biasa itu ditolak oleh Mi-Chan, gila….”

“Yah, menurut kamu, kenapa begitu?”
“Jelas lah, karena siapa lagi, pasti karena Kapten kita, si Tanabe itu…..”

Kyoko menelan ludahnya. Dia mulai mereka-reka adegan apapun yang ada di kepalanya.

“Iya, mereka kemana-mana berdua terus….. Tadinya aku pikir mereka jadi kuliah bareng di Tokyo, tahunya tidak…. Tanabe malah punya pacar disana, dibawa pula ke Ibaraki sekarang”

“Bagaimana perasaan Mi-Chan ya?”
“Entahlah, mereka berdua tidak pernah pacaran walaupun mereka literally tiap hari pergi ke sekolah dan pulang bareng, bahkan di hari libur juga mereka selalu main bareng…. Tidak jarang juga menjelang ujian akhir mereka belajar bareng sampai larut di perpustakaan…..”

“Iya, aku selalu merasa bahwa Mi-Chan tidak pernah sampai pacaran dengan Tanabe itu mungkin karena Tanabe tidak suka cewek tomboy…. Dan Mi-Chan terus berharap, jadi mereka nempel terus…”

Kyoko terdiam. Dia tidak berani bersuara. Jantungnya berdegup dengan kencang dan imajinasinya bermain-main, membayangkan hal-hal yang tidak ingin ia bayangkan.

“Salah kamu”
“Eh?”
“Dulu waktu kelas satu, Tanabe pernah pacaran dengan Okuda Azusa kan? Dia tomboy”
“Itu siapa ya…”
“Manajer tim bisbol”

Kyoko terus mendengarkan dengan perasaan campur aduk.

“Ya dulu semua orang kan yakin sekali kalau Tanabe dan Mi-Chan bakal sampai menikah, walau mereka tidak pacaran-pacaran sampai sekarang………”
“Haha, kalau mereka jadi kuliah di Tokyo bareng, mereka pasti pacaran, tinggal bareng, lalu menikah…. “
“Mereka memang cocok sekali…. Bahkan sampai sekarangpun….. Entah apa yang ada di pikiran Tanabe…. Kenapa dia malah punya pacar ya di Tokyo?”

“Entah”

Itu aku, pikir Kyoko. Aku yang pacarnya Hiroshi Tanabe.

“Mungkin dia butuh pelarian dari perasaan kangennya ke Mi-Chan”
“Bisa jadi”
“Bisa jadi”

Kyoko menutup matanya, sambil masih duduk di kloset. Dia menatap ke arah cermin, melihat bayangan dirinya, yang tampak ditelan oleh ruangan itu. Dia berharap, dia menghilang saja sekarang, dan dia sungguh-sungguh ingin pulang ke Tokyo. Kenapa mesti ada Mi-Chan di sini? Kenapa?

Ada apa sih sebenarnya antara Mi-Chan dan Hiroshi? Kenapa aku harus ada di situasi ini sekarang? Kenapa?

------------------------------
------------------------------


haruko10.jpg


“Eh, Haruko sudah pulang?” Okasan nyambut aku yang baru aja dateng habis ketemuan sama Adira.
“Udah” jawabku pelan, dengan muka datar.

“Bagaimana tadi?”
“Ya… Lumayan?”
“Melakukan apa saja?”
“Ngobrol, nonton, ngobrol…..”

“Nonton apa Haruko?”

“Ada lah, film….. Aku capek, mau istirahat ya?” aku jalan dengan cuek, ngelewatin Okasan gitu aja, masuk ke kamarku. Terus aku kunci kamarku dari dalem.

Aku ngeliat ke arah cermin. Iya, aku lebih cantik dari biasanya. Dan aku juga sekarang ngerasa gak nyaman. Ngerasa gak nyaman lebih dari biasanya. Adira orangnya baik, ngobrolnya asik, juga dia sopan banget. Tapi kenapa aku rasanya gak nyaman? Kok rasanya semuanya numpuk di kepalaku gini?

Overwhelmed banget rasanya. Aku sanggup gak sih kayak orang lain? Punya pacar? Ngedate? Kenalan sama cowok? Kenapa kayak gini aja rasanya berat banget buatku? Aku bukannya gak nikmatin. Tapi rasanya semuanya berat, aku gak tau harus ngapain. Aku gak bisa kali kayak gini? Gimana caranya.

Yang pasti ini bukan salahnya Adira. Dia baik dan gentle banget. Dia bahkan nganterin aku tadi pulang, naik mobil, sampe ke depan rumah. And it was nice. Seneng juga kenal sama orang baru, dan ternyata aku bisa juga ngobrol normal sama cowok yang baru kenal.

Tapi kenapa sih sekarang aku kayak gak bisa santai? Masalahnya kenapa? Kenapa aku gak bisa santai aja kayak Mbak Alika? Kayak Shirley? Kayak Okasan sama Papa gitu? Kenapa aku gak bisa luwes kayak cewek-ceweknya Jonathan? Kenapa?

Kenapa aku harus ngebuat-buat gerakanku di depan Adira karena takut, karena aku gak tau harus ngapain? Katanya aku harus santai aja? Harus biasa aja kayak ke temen cewek? Tapi gimana. Beda. Cowok ama cewek itu beda. Aku selalu rasanya kayak gini kalo ketemu cowok. Deg-degan gak puguh. Apalagi di depan Kak Rendra. Satu –satunya kenalan cowok yang aku biasa aja di depan dia cuman Jonathan. Ya masa aku harus sama dia?

Dan aku bahkan gak suka sama si Adira ini. Tapi rasanya bingung harus ngapain, deg-degan. Aku keliatan tolol gak sih tadi? Apakah aku kebanting sama penampilanku? Apa aslinya sifat dan sikapku di depan cowok gak secantik penampilanku sekarang.

Gak tau. Rasanya aneh. Rasanya strange dan rasanya overwhelmed.

Aku natap lagi ke arah cermin, ngeliat anak cewek umur 15 tahun yang kebingungan ini. Mukanya keliatan cantik tapi capek. Entah harus ngerasa seneng atau bete. Seneng karena bisa ngobrol sama orang asing yang baik, tapi bete karena bingung harus gimana menyikapinya.

Abis ini aku harus ngapain?

Ada apa sih sebenarnya sama aku? Kenapa aku harus selalu gak nyaman kalau ada di situasi berdua doang bareng cowok? Kenapa? Harusnya kan gak kenapa napa?

Heran.

------------------------------

BERSAMBUNG


selalau salute sama suhu double rb karna rutin update. semangat terus suhu :beer::beer:
 
Udahlah kyoko..pulang aja k tokyo..sudahi saja hubunganmu dgn hiroshi dan keluarganya ...tinggalkan yg membuatmu tidak nyaman.. Sahabat antara cowo cewe itu bullshit, pasti ada apa2 antara hiroshi n mi chan. Haruko kamu sekolah aja ga usah pacaran2
 
Iya bener, sahabatan cewek sama cowok itu bullshit, salah satunya paati ada yg ngarep.
Btw ini ceritanya masih panjang gak ya? Apakah gara2 mi-chan kyoko putus sama hiroshi?
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd