Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT OKASAN NO HATSU KOI - my mom's first love (racebannon)

Sundul....


Sundul....


Sundul....


Sundul...
 
Sambil nunggu update, cuma mau disclaimer:

Walaupun di cerita ini ada tokoh-tokoh underage seperti Haruko, Jonathan dan Shirley, cerita ini akan aman dari adegan seks yang melibatkan mereka. Dari awal saya menulis cerita ini, tidak ada niatan sedikitpun untuk memberikan sex scene ke mereka. Haruko, Jonathan dan Shirley hanyalah tools agar kita lebih bisa mengenal orang tua mereka saja.

Cheers,
RB
 
kyokob10.jpg

OKASAN NO HATSU KOI – PART 27
(my mom's first love)

------------------------------

110.jpg

Siang itu, di weekend menjelang ujian akhir semester genap dimulai, Hiroshi duduk di depan televisi yang menyala. Dia memandang Kyoko yang sedang duduk bersimpuh di sebelahnya. Suasana dapur agak kacau balau karena sedari tadi pagi, mereka berlatih memasak untuk ujian praktik.

Cahaya matahari siang itu menyinari apartemen Hiroshi. Kyoko duduk bersimpuh di lantai, sambil menggenggam tangan Hiroshi, menikmati acara entah apa yang sedang diputar di televisi.

“Untung kita sudah makan ya?”
“Iya, nanti kalau Taniguchi dan Mitsugi sudah datang, kita berempat bisa langsung pergi mencari apartemen yang cocok untuk Taniguchi sebelum ujian dimulai, supaya dia bisa konsentrasi belajar lagi”

“Iya…. Aku pusing tiap hari melihat Kana dan Marie bertengkar soal macam-macam. Kemarin Kana marah-marah karena pasta giginya dihabiskan Marie, belum lagi Marie kesal karena Kana melarangnya membawa kucing liar ke rumah” tawa Kyoko.

“Mereka berdua, benar-benar tidak cocok ya….”
“Iya, heran kenapa mereka bisa berteman dekat”
“Itu karena kamu… Kamu lem yang merekatkan mereka” bisik Hiroshi, menggoda Kyoko.

“Bicara apa kamu….”
“Benar kan? Buktinya aku tidak pernah bisa melepas tanganku kalau bersama kamu”
“Uso”
“Tidak, itu benar”

“Sebentar lagi kalau mereka datang dan mengetuk pintu, pasti langsung kamu lepas kan? Tentunya untuk membuka pintu” tawa Kyoko.

“Kenapa sih, kamu menggemaskan sekali, Kyoko-Chan?” Hiroshi mencium pipi Kyoko dengan lembut. Dia sungguh merasa beruntung memiliki kekasih yang sangat lovable seperti Kyoko.

“Mulut kamu, Hiroshi…. Terlalu manis sepertinya, kadang aku tidak percaya, memangnya benar aku seperti yang kamu bilang?” balas Kyoko.
“Terserah sih… Tapi aku benar-benar menyukai kamu dan senang menghabiskan waktu denganmu…. Itu saja kok yang aku pikirkan”

Mereka lantas berciuman dengan lembut, untuk beberapa detik, waktu berhenti.

“Mnn..”

“Aku sayang kamu” bisik Hiroshi setelah mencium bibir Kyoko.
“Aku juga sayang kamu” bisik Kyoko balik, sambil berharap, teman-temannya telat datang, jadi dia bisa berduaan saja dengan Hiroshi lebih lama lagi.

------------------------------

“Kupikir kamu sudah makan di rumah Mitsugi, tahunya malah bawa makanan minimarket ke sini” tawa Hiroshi, duduk di kasurnya, menatap Marie yang sedang makan dengan lahapnya, dan Kana sedang melipat tangannya sambil menatap sinis ke arah Marie.

“Dia bangun terlambat, siang sekali, jadi dia tidak sempat makan siang….. Padahal aku sudah masak banyak… Dan Ayahku cuma makan sedikit sebelum pergi entah ke mana” kesal Kana.
“Jangan salahkan aku kalau aku membaca materi kuliah sampai larut malam… Aku tidak sepintar kamu atau Kyoko, aku perlu banyak menghafal dan tidak bisa belajar tiba-tiba sehari sebelum ujian” balas Marie.

“Pokoknya hari ini kamu sudah harus dapat apartemen baru”
“Aku kan baru bisa pindah bulan April”
“Setidaknya aku bisa punya harapan yang pasti, kalau April, kamu sudah tidak ada di rumahku lagi!”

“Masa kamu kesal cuma gara-gara ada gosip kalau kita pasangan lesbian yang tinggal bareng?”
“Bukan itu!” reaksi Kana benar-benar meledak.

“Ah, berarti aku bukan seleranya Mitsugi-San”
“Memang! karena aku sukanya laki-laki dewasa!”

“Seperti Abe-Sensei? Yang sampai sekarang kamu takut untuk mengatakan kalau kamu suka padanya? Dan sampai sekarang kamu belum tahu status pernikahannya?” ledek Marie.

“Oh, orang yang dikejar-kejar sama musisi yang lemah sama perempuan sekarang bisa bicara seperti itu? Kamu harusnya lihat akibat kejadian itu sekarang, aku yang jadi kesulitan karena kamu sudah menginap sebulan lebih di kamarku…..”

“Kan enak kamu punya teman di rumah sekarang?” ledek Marie, lagi.

“Kalau temannya Kyoko sih, aku tak masalah… Ini kamu!”
“Bilang saja inginnya yang menemani di rumah itu Abe-Sensei”
“Iya, memangnya kenapa?”
“Tidak” Marie memakan makanannya dengan muka bahagia. “Tidak apa-apa”

“Kalau kalian berdua di rumah seperti apa ya…. Tapi benar, kalian berantemnya seperti suami istri” tawa Hiroshi.

“Hiroshi… Jangan menambahkan bensin ke api yang sedang menyala dong…” Kyoko memegang tangan Hiroshi dan menarik-narik pakaiannya, agar Hiroshi tidak ikut-ikutan meledek Kana dan Marie atas gosip kalau mereka berdua pasangan lesbian yang tinggal bersama.

“Sulit memang…. Aku juga kesal, masalah lelaki, jadi panjang seperti ini… Aku sebenarnya tidak ingin pindah dan cari-cari apartemen sewaan lagi, tapi rasanya pasti tidak nyaman. Mungkin kalau aku jadi Sakurai, aku yang akan pindah karena malu…. Tapi, tidak mungkin mengharapkan dia seperti itu… Sepertinya dia tidak punya pendirian” Marie baru saja beres makan dan dia mengeluarkan unek-uneknya.

“Dan kamu itu, kalau sudah kejadian seperti ini, baru berpikir….. Harusnya dari awal kamu tidak asal masukkan lelaki ke apartemen kamu”
“Kalau kamu jadi aku, mungkin juga akan melakukan hal yang sama” sinis Marie.
“Lelaki yang kamu sukai norak begitu sih… Kalau aku tidak akan mungkin begitu”

“Menyebalkan”

“Nah, karena Marie sudah makan, ayo kita cepat berangkat untuk melihat-lihat apartemen” Kyoko langsung berdiri, kembali mencairkan suasana yang tegang antara Marie dan Kana. Mudah-mudahan nanti setelah Marie tidak tinggal di rumah Kana lagi, ketegangan dan pertengkaran mereka berdua bisa jadi lebih berkurang.

------------------------------

“Ini yang terakhir” tunjuk Hiroshi ke sebuah gedung apartemen kecil. Dari semua apartemen yang dilihat hari ini, gedung ini yang paling jauh. Sudah dekat ke stasiun Hiro-o, selatannya Omotesando.

“Memang sulit dan mahal-mahal ya, cari yang di pusat kota seperti ini” kesal Marie, sambil berjalan, memperhatikan selebaran penyewaan apartemen yang ada di tangannya.

“Makanya, jangan buat gara-gara harusnya kamu”
“Capek lama-lama” lirik Marie ke Kana.

“Aku yang capek, awas saja kalau nanti malam kamu lupa cuci baju lagi”
“Kalau aku jadi rajin dan rapi, kamu mau tidak aku tinggal di rumahmu selamanya, sampai aku menikah? Kan lumayan, tinggal di Roppongi, seperti orang-orang keren di Tokyo”

“Ada tiga hal… Satu, kamu tidak mungkin jadi rajin dan rapi, kedua, soal menikah… Selama kamu masih asal dalam memilih lelaki, sepertinya akan sulit… Dan yang ketiga, kalau kamu bilang orang yang tinggal di Roppongi itu keren, secara tidak langsung, kamu bilang aku keren”

“Kalau begitu, yang ketiga aku tarik kembali deh” Marie menjulurkan lidahnya ke arah Kana.
“Lebih baik kita bicara dengan manajernya…. Ayo kita cari kantornya” potong Hiroshi, karena bagi Kyoko dan Hiroshi, pertengkaran-pertengkaran kecil antara Marie dan Kana, walaupun bercanda, sudah tidak nyaman lagi untuk didengar, karena intensitasnya makin tinggi semenjak Marie menumpang di rumah Kana.

Dengan ditemani oleh Hiroshi, Marie mengetuk pintu kantor manajer apartemen, sedangkan Kana dan Kyoko menunggu di sebuah taman, di depan apartemen tersebut. Mereka duduk di bench, dan menikmati puncak dinginnya Tokyo. Puncak musim dingin adalah bulan Februari. Tetapi setelah itu, saat mulai masuk akhir Maret, setelah mau masuk ke tahun ajaran baru, cuaca sudah mulai menghangat, masuk ke musim semi.

“Untung kita orang Tokyo ya, Kana” Kyoko memperhatikan pacarnya dan Marie yang sedang mengobrol dengan manajer apartemen.
“Iya. Jadi tidak perlu repot-repot cari tempat tinggal….. Tapi ada beberapa teman kita kan yang sengaja tinggal sendiri, latihan mandiri katanya”
“Padahal masih pakai uang dari orang tua ya” tawa Kyoko.
“Itulah… Tidak praktis saja… Tapi terserah mereka sih”

“Di sini lingkungannya agak enak…. Ada tempat bermain anak-anak, tidak seperti Omotesando yang makin lama makin bergerak ke arah area komersial”
“Iya, gedung kita juga akan pindah kan dalam beberapa tahun ke depan? Mau dibangun mall katanya disitu….”
“Sedih kalau dipikir-pikir” sambung Kyoko.

“Iya”

“Kana! Kyoko! Ayo lihat sini” Marie memanggil mereka berdua untuk melihat-lihat kamar yang disewakan. Kyoko dan Kana bergegas pergi ke arah Marie, dan mereka berempat, ditemani oleh manajer apartemen, melihat beberapa kamar yang kosong.

b6c7e410.jpg

“Lumayan” komentar Kana, melihat kamar pertama, dimana cahaya matahari dengan indahnya masuk. Dapur kecil, dan ada dua ruangan terpisah. Satu bisa dipakai untuk jadi kamar dan satu lagi bisa dipakai sebagai ruang makan, ruang tv, atau ruang apapun.

“Semua layoutnya sama…. Yang beda hanya posisinya, jadi pengaruh ke matahari juga” sang manajer menjelaskan semua-semuanya ke Marie, yang tampaknya tertarik.

“Hiroshi” bisik Kyoko.
“Ya?”
“Berapa sewanya?”

Hiroshi lantas membisikkan sebuah angka ke telinga Kyoko. Dan Kyoko mengangguk-angguk, tanda kalau harganya masuk di akal.

Marie masih mendengarkan sang manajer memaparkan banyak hal, dengan antusiasnya. Sepertinya, karena harganya yang paling murah dari semuanya dan tempatnya juga nyaman, dikelilingi oleh perumahan, Marie sangat tertarik dengan apartemen ini. Hiroshi mendadak berbisik pada Kyoko.

“Mitsugi mana?”
“Sepertinya di luar, tadi aku tidak melihatnya masuk”
“Kita keluar saja yuk, sisanya biar Taniguchi yang menghandle dan memutuskan”
“Baik”

“Lho?”

Hiroshi dan Kyoko melihat Kana sedang berbincang-bincang dengan seorang lelaki. Lelaki itu berdandan rapi walaupun ini hari libur. Dia sedang menenteng kantung plastik, sepertinya dia habis belanja, entah di minimarket atau supermarket. Dilihat dari penampilannya, sepertinya orang ini umurnya sekitar pertengahan 20-an.

“Siapa itu?” bisik Hiroshi.
“Entah” balas Kyoko. Tapi untuk Kyoko, bentuk lelaki itu adalah tipe Kana. Terlihat mature, dengan potongan rambut yang rapi, klimis, dandanan yang rapih walaupun casual, dan dari pembawaannya terlihat dewasa. Lelaki itu bahkan berkaca mata, dan itu membuatnya terlihat lebih intelek lagi.

“Yuk, sudah, sepertinya aku akan ambil ini, masih ada beberapa kamar yang kosong, dan bulan depan, aku sudah bisa bayar setelah uang dari orang tuaku datang…” Marie mendadak keluar, diiringi oleh sang manajer apartemen.

“Sebentar” bisik Kyoko, sambil menunjuk ke arah Kana yang sedang antusias mengobrol.
“Oh, sudah bertemu Okubo-San rupanya…” komentar si Manajer apartemen.
“Eh?” Kyoko bingung, karena yang berkenalan dengan Okubo adalah Kana.

“Dia kamarnya di sini” sang manajer menunjuk ke apartemen sebelah. “Anak yang baik, dan dia benar-benar suka membantu penduduk di sini kalau ada masalah, dia kerja di bidang konstruksi, jadi dia tahu lah sedikit banyak soal pertukangan….” lanjutnya sambil mengunci apartemen yang baru dilihat Marie.

“Hmm…” Marie menatap ke arah Kana yang tampaknya nyaman, bicara berdua dengan Okubo.
“Aku turun dulu ya, nanti kalau mau pulang beritahu aku” dan sang manajer pun berjalan, menyusuri lorong, untuk pergi ke kantornya.

“Gawat” bisik Marie.
“Kenapa?” bingung Hiroshi.
“Iya, gawat… Lelaki itu, tipe nya Kana banget” sambung Kyoko.

“Masa?”
“Lihat… Dewasa, kalem, dan terlihat ramah…. Dan katanya sudah kerja kan? Kana pasti lebih senang lagi…. Dia memang suka pria yang jauh lebih tua”
“Haha… Menarik, kalau dia single, boleh juga tuh sebagai gantinya Abe-Sensei” komentar Hiroshi.

“Benar juga” senyum Kyoko. “Ayo, kita hampiri dan berkenalan”

Mereka bertiga berjalan, menghampiri Kana yang mukanya, hari itu mendadak cerah sekali. Sepertinya dia menemukan sesuatu yang menarik di apartemen kecil ini.

==================
==================


haruko10.jpg

“Jonathan?” kok dia ada di sini sih? Ada di minimarket deket sekolahku? Dan kebetulan, aku lagi bareng sama Tania, jadi dia langsung berbinar-binar liat si Jonathan.

“Oi” jawabnya pelan, sambil bayar di mesin kasir. Ya, dia beli rokok, gak usah ditebak lagi.
“Ngapain di sini?”
“Jemput Kimberly?” jawabnya cuek.

“Dia sekolah di mana emang?”
“Tuh di sebrang sekolah lu… Dulu katanya sekolah situ sama sekolahnya Kimberly sering tawuran ya belasan tahun lalu?”

“Denger dari mana…” bingungku.
“Semua abang-abang warung di bulungan pada tau kali, katanya pas mereka kecil sering liat anak SMA tawuran” tawa Jonathan. Dan dia langsung keluar minimarket, ninggalin aku dan Tania yang mau bayar.

“Cakep banget ya” bisik Tania.
“Iya sih… Tapi…”
“Dia jemput ceweknya katanya?”
“Iya”

“Kayak gimana ceweknya?” Tania kepo banget deh ih.
“Nih” habis bayar minuman aku terus kasih foto Kimberly yang dipajang di instagramnya Jonathan.

“Oh my…. Cantik banget… Bule lagi…. Kita mah apaan”
“Iya, kita mah apaan” aku senyumin aja deh. Aku gak tertarik bahas gini-ginian soalnya.

Aku dan Tania keluar, dan aku bentar lagi pasti mesen ojek online, karena mau pergi ke GOR, buat latihan di klub bulutangkis, latihan rutin. Dan sebelum aku ngecek handphone untuk buka aplikasinya, Tania mendadak bisik-bisik ke aku.

“Kenalin dong” dia nunjuk Jonathan yang lagi duduk di kursi, sambil ngerokok. Gila, cuek amat ngerokok pake seragam SMA. Kalo keliatan sama guru, pasti ditegur itu, walaupun dia bukan anak sekolahku. Dia anak sekolah swasta yang terkenal, dan isinya anaknya cowok semua.

“Ngapain?” balasku, karena kayaknya gak ada gunanya Tania kenalan sama Jonathan.
“Pengen aja, cakep banget soalnya”
“Gak ada gunanya ah”
“Lah curang dong elo kenal”
“Gue kenal dia dari kecil”

“Lebih curang lagi” kesal Tania.
“Yaudah, mau dikenalin?”

“Iya!”

“Yuk”

Aku narik tangan Tania dan kami jalan ke arah Jonathan.

“Cewek lo belom dateng?” tanyaku ke Jonathan dan langsung duduk.
“Belom, masih latihan cheers kayaknya”
“Oohh…. Gapapa gue ganggu?”
“Gapapa, orang sering saling ganggu kok kita” balas Jonathan sambil cuek, liat-liat ke handphone/jam tangannya.

“Eh, kenalin ini temen gue”
“Tania”
“Jonathan” ya kan? Dilirik aja enggak. Jonathan cuma salaman sambil terus liat ke jam tangannya.

“Nungguin pacarnya ya?” Tania coba basa-basi dengan tololnya.
“Iya”
“Sekolahnya di mana Jonathan?”

“Nih” dia nunjuk ke jaketnya. Ternyata jaket itu jaket ekskul sekolahannya, jadi ada tulisan nama sekolahnya di situ.
“Ooh… Kok bisa kenal sama pacarnya, beda sekolah kan ya hehehe”
“Di sekolah gue batangan semua, jadi harus usaha kalo mau punya pacar” jawab Jonathan, gak nyambung.

“Gue balik ya” aku buka handphone sambil mau nyari ojek online. Tania mendadak panik dan dia menyiratkan kalau aku harus nemenin dia bentar, ngobrol-ngobrol sama Jonathan. Untung belum telat buat latihan, andaikan aku jalan 15 menit lagi.

“Aneh gak sih kalo gue bawa cewek gue ke Mitaka?” mendadak Jonathan nanya ke aku.
“Kenapa emang? Kan biasa kali orang pacaran di situ, tapi kan itu coffee shop, emang elo ngopi?”
“Enggak, tapi katanya nyokap tar sore mau rapat di sana” senyum Jonathan.
https://ssl.***********/ui/v1/icons/mail/images/cleardot.gif

“Rapat apaan?”
“Dia lagi bikin promotional image buat Red Comet”
“Ah… Itu lagi” aku menggelengkan kepalaku, dan Tania bingung karena obrolan kita berdua jadi lokal gini.

“Gue mau liat Tante Tara”
“Itu istri orang, tauk”

“Iya gue tau, makanya gue harus sering-sering liat… Kan gak bisa gue pegang, jadi gue liatin aja terus” tawanya, terkesan bangga.

“Ini ngomongin siapa?” bisik Tania kepadaku. Aku cuma geleng-geleng kepala, males jawab.

“Elo kalo demen sama Tante Tara, kenapa gak nyari cewek yang setipe sih, justru malah cewek lo yang sekarang lebih tante-tante daripada Tante Tara”

“Gak tau” jawab Jonathan.
“Iya makanya, mungkin lo sebenernya sukanya yang modelan Tante Tara gitu, cute, mungil, rambutnya pendek, dandanannya lucu gitu, quirky”

“Tunggu… Lo kok kayak deskripsiin Shirley?” Jonathan mendadak duduknya jadi tegak.

“Ah!! Jangan-jangan tipe elo yang kayak adek lo sendiri????” bingungku sambil melotot. Iya kalo dipikir-pikir. Shirley, yang gayanya ngopi banget Tante Anggia itu, kalo dipikir-pikir…. Dandanan ala Tante Anggia tapi bentukan ABG, ya mirip banget sama Tante Tara.

Wah.

Apa ini?

Sakit bener kayaknya.

“Beda”
“Apa bedanya”

“Beda banget lah, Tante Tara gak kayak adek gue” Jonathan ngisep rokoknya dalem-dalem. “Dia lebih imut. Dia lebih keliatan kayak anak-anak daripada Shirley. Dan dia, tatapan matanya, kayak minta disayang, auranya lembut, kalo Shirley, auranya nyebelin, minta ditendang” lanjut Jonathan dengan keras.

“Ada-ada aja sih” aku bingung gimana nanggepinnya.
“Dah ah, cewek gue dah beres” Jonathan langsung berdiri, matiin rokoknya pake kaki dan jalan sambil nenteng helm. Aku masih melongo.

“Kalian ngomongin apaan sih?” Tania masih bingung sama semua yang kita berdua obrolin tadi.
“Gak tau” jawabku pelan, sambil mikirin hal-hal yang rumit dan gak jelas.

Udahlah, mendingan aku cepet-cepet pergi ke GOR, biar cepet bisa berkeringat, ngelupain obrolan aneh sama Jonathan.

------------------------------

BERSAMBUNG
 
CAST PART 27

Haruko's Timeline:


- Haruko Aya Rahmania (16) anak semata wayang Arya dan Kyoko, tokoh utama MDT
- Tania (16) teman Haruko di sekolah.

- Jonathan Andika Akbar (16) anak sulung Rendy dan Anggia

Kyoko's Timeline:


438be411.jpg


- Kyoko Kaede (19)
- Marie Taniguchi (19) Teman akrab Kyoko di Senmon Gakkou
- Kana Mitsugi (19) Teman akrab Kyoko di Senmon Gakkou

- Hiroshi Tanabe (19), pacarnya Kyoko, teman di Senmon Gakkou

- Okubo (??), calon tetangganya Marie

Glossary :


Uso : Bohong
Okasan : Ibu
Senmon Gakkou : Sekolah Kejuruan (setingkat diploma)
 
Bimabet
siap huu, cm lebih berharap kalau adegan waktu kyoko dgn hiroshi lebih spesifik kurang lebih seperti arya dan kyoko dulu jadi tidak terkesan seperti cut scene, terutama waktu bagian belah duren XD
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd