Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT OKASAN NO HATSU KOI - my mom's first love (racebannon)

Hahaha akhirnya enemy number one nya aya di tampilin jugaa dimari

Masih ngeselin ternyata hahaha
 
Dgn adanya cerita2 di universe ini yg muncul post mdt2, saya yakin banget mdt2 akan di-retell sedinamis mungkin, dengan atau tanpa tokoh yg "mustnotbenamed"...

Apalagi skrg di sini ada Karina. Yakin deh ceritanya msh super panjang. Blm berani lompat ke konklusi..
 
Hahaha...
Karina muncul...

Untung bukan ibunya Haruko..
Kebayang kalo Karina jadi ibu nya Haruko...
Kebayang jutek dan 'rewel'nya...
 
Bimabet
kyokob10.jpg

OKASAN NO HATSU KOI – PART 42
(my mom's first love)

------------------------------

ph_0510.jpg

Tidak enak jadi Marie hari ini. Dia terlihat begitu tidak fokus, sampai-sampai pikirannya kosong ketika sedang kuliah tadi. Ketika kuliah praktik pun sering salah-salah. Campuran minumannya sering tidak pas. Dan sering ditegur oleh dosen.

Kepalanya dipenuhi oleh Okubo. Bukan cuma satu Okubo, tapi dua Okubo. Atsushi Okubo dan Misato Okubo. Suami, Misato bilang. Berarti Okubo selingkuh dengan Kana? Apa benar? Di sore hari musim semi yang cerah, menjelang musim panas itu, pikiran Marie benar-benar ke mana-mana.

“Kana!” dia menghampiri Kana yang sedang bertukar catatan dengan seorang mahasiswa lainnya.
“Hei.. Ada apa?” Kana menjawab tanpa melihat muka Marie. Dia memeriksa hasil fotokopian yang diberikan oleh mahasiswa yang lain itu. “Sebentar ya”.

Marie terpaksa menunggu sampai Kana selesai memeriksa lembaran demi lembaran kertas tersebut, lalu mengucapkan salam perpisahan kepada orang itu. Teman sekelasnya pasti. Di semester sekarang, Marie dan Kana sudah jarang sekelas, paling hanya di mata kuliah umum saja.

“Sudah selesai…… Kenapa tadi?”
“Ah itu… Ano…” Marie tampak sulit bicara dengan Kana, hari itu. Terlebih karena hari minggu kemarin dia seharian berkontemplasi di kamar, soal informasi mengerikan yang ia terima dari Misato Okubo di hari sabtu. Soal statusnya dia dengan Atsushi Okubo.

“Jangan bilang ini lagi-lagi soal Atsushi…”
“Iya, Kana, kita sepertinya harus bicara………”
“Sudah kubilang bukan, jangan mencampuri urusan orang lain…. Apalagi orang yang kamu tidak kenal…”

“Ini bukan hanya soal Okubo….. Ini soal kamu juga, kalau ini kamu harus tahu!” nada bicara Marie terdengar sangat kesal. Tentunya karena kenyataan bahwa sepertinya Kana tidak ingin mendengarkan ucapannya. Kana seperti ingin lari dari kenyataan.

Atau jangan-jangan, Kana sudah tahu soal status Okubo, dan dia malah menikmati ada di posisi selingkuhan. Tidak. Itu bukanlah Kana Mitsugi yang biasanya. Kana Mitsugi biasanya pridenya tinggi dan benar-benar menjaga kehormatan dirinya.

“Soal aku?”
“Kita bisa cari tempat sepi tidak, berdua saja…….”

“Hai Minna!” mendadak suasana intens antara Kana dan Marie buyar. Kyoko datang. Wajah ceria Kyoko membuat Marie menelan ludahnya sendiri, sambil menatap ke arah temannya itu. “Eh, ada apa? Sepertinya ada hal serius antara kalian berdua?” Kyoko tampak bingung, melihat Kana dan Marie berhadapan dengan aura yang tidak nyaman.

“Kita cari tempat bicara… Tapi bertiga” tegas Kana.
“Ano….” Marie menatap bolak balik antara Kyoko dan Kana.

Kyoko diam sambil menerka-nerka. Pasti ada sesuatu yang penting, atau gawat. Entah hal itu terjadi antara Kana dan Marie, kepada Marie atau kepada Kana. Atau dua-duanya.

“Kyoko harus dengar juga… Kalau kamu bilang ini soal aku, dan kalau aku harus tahu… Mungkin Kyoko juga harus tahu” tegas Kana.
“Baiklah… Kita cari tempat” Marie sepertinya enggan mengatakannya pada Kyoko. Tapi kalau menurut Kana Kyoko harus tahu, maka dia mau tidak mau harus menceritakannya juga kepada Kyoko.

Tapi yasudahlah, kejadian seperti ini memang harus semuanya tahu. Jadi, sekarang Marie harus putar otak untuk mencari tempat yang cocok untuk mereka bertiga.

------------------------------

b6c7e410.jpg

“Kenapa di sini?” bingung Kana. Tempat yang dipilih Marie adalah apartemennya sendiri, yang bersebelahan dengan apartemen Okubo.

“Entah. Tapi… Ah, entah… Pokoknya di sini saja… Dan kalian juga tidak bilang apa-apa saat aku ajak ke sini tadi…” Marie menjawab Kana sambil mengeluarkan tiga kaleng bir dari dalam lemari esnya. Lagi-lagi bir untuk orang yang di bawah umur. Padahal tinggal setahun lagi, ketiga perempuan berumur 19 tahun itu bisa minum minuman keras dengan bebas di manapun mereka mau.

“Jadi…. Sepertinya ada hal yang penting yang ingin kamu bicarakan, Marie….. Tapi entah kenapa aku khawatir” Kyoko memulai pembicaraan sambil memutar-mutarkan kaleng bir dingin itu di tangannya. Dia menatap ke arah Marie yang bersimpuh di depan Kana, dan Kana meluruskan kakinya, sambil bersandar ke dinding. Dinding yang memisahkan antara apartemen Marie dan apartemen Okubo. Entah kenapa posisi Kana itu membuat Marie merasa khawatir.

“Jadi…. aku…. kemarin Sabtu…. sore-sore……….. Akhirnya nekat mengetuk apartemen sebelah….” Marie menunjuk ke arah tembok. Kana mendelik dan dia menunggu kalimat berikutnya dari Marie.

“Memangnya ada apa?”
“Aku Sabtu pagi, berpapasan dengan perempuan yang masuk ke apartemen sebelah. Aku penasaran, tapi Kana bilang, biarkan saja, karena kalau weekend, Okubo tidak ada di Tokyo, mungkin itu keluarganya yang meminjam apartemen di weekend karena ada urusan…….”

“Dan kamu tidak menurutiku? Mikir apa sih kamu?” potong Kana dingin.
“Kamu kalau mau marah, marahlah, tapi aku melakukannya karena kepikiran kamu terus menerus”
“Ano…. Jadi, Marie-Chan sengaja mengetuk karena penasaran perempuan itu siapa?” tanya Kyoko, penasaran.

“Iya”

Kana menatap ke arah Marie. Marie bingung atas reaksi temannya ini, harusnya dengan semua kenyataan ini, sudah cukup alasan untuk bertanya langsung ke Okubo, siapakah perempuan itu. Tapi Kana tidak bertanya sedidkitpun, dia bilang, Okubo pasti ada di Gunma. Jadi, Kana ini naif atau dia cuek?

Kalaupun cuek, benarkah Okubo Cuma pelarian Kana, karena dia tidak bisa menggapai Abe-Sensei?

“Lalu?” Kana melipat kakinya, memeluknya dan menatap tajam ke arah Marie.
“Namanya Okubo Misato….. Dan…. Benar, dia istrinya Okubo-San………”

“Apa?” Kyoko membelalakkan matanya. Suasana mendadak hening. Mereka bertiga terdiam, Kana menundukkan kepalanya, membenamkannya ke lututnya, dan menarik napas panjang.

“Kana… Kamu tidak apa-apa kan?” tanya Marie, setelah melalui keheningan yang lama. Kana bereaksi dengan mengangkat tangannya ke arah Marie, sebagai tanda, agar dia jangan bicara apa-apa lagi dulu. Marie menelan ludahnya, dan dia bertatapan dengan Kyoko. Situasi seperti ini sungguh-sungguh awkward.

“Dia memang bilang kalau dia istrinya, atau itu cuma tebakan kamu saja karena nama belakang mereka berdua sama? Bisa saja mereka sepupu atau kakak adik… Aku tidak tahu sedikitpun soal keluarganya, jadi hal itu mungkin kan?” komentar Kana dengan suara datar.

“Tidak, itu bukan tebakanku. Dia yang bilang sendiri, aku tidak bertanya apa-apa kepadanya…. Aku pura-pura berkenalan dengannya, aku pura-pura menganggapnya penghuni baru, dan dia memperkenalkan dirinya sebagai Okubo Misato….. Setelah itu dia bilang maaf merepotkan, dan suami saya juga pasti banyak merepotkan tetangganya……” jawab Marie.

“Oh” balas Kana pelan sambil tetap membenamkan mukanya di lututnya.
“Ano….”

Kana mengangkat kepalanya. Mukanya terlihat tanpa ekspresi, menatap bergantian ke arah Kyoko dan Marie. Kedua temannya tidak tahu harus berbuat apa, karena reaksi Kana benar-benar tak tertebak. Andai Kana menangis, mereka bisa memeluknya. Andai Kana marah, mereka bisa menenangkannya. Tetapi sekarang, Kana terdiam, mukanya tak menampakkan perasaan apa-apa.

“Aku bodoh ya?” tanya Kana, sambil tersenyum sinis.
“Kana…”

“Aku bodoh, kalau berpikir bisa melupakan Abe-Sensei…. Ternyata malah dibodohi oleh lelaki beristri… Hahaha” Kana menarik napasnya panjang dan mengacak-ngacak rambutnya. Dia menatap ke arah Marie.

“Maaf, aku….”

“Tidak, tidak usah minta maaf, kamu sudah melakukan hal yang menurut kamu benar, walaupun aku larang-larang…. Sebenarnya aku melarang kamu, karena aku takut kalau itu semua benar. Ternyata dia memang sudah beristri…. Aku bodoh sekali….” Kana meluruskan kakinya lagi dan dia terlihat lemas. Tak setitikpun air mata keluar dari matanya, tapi dia pasti terluka. Tidak ada gunanya meneteskan air mata untuk orang seperti itu, pikir Kana.

“Jadi…”
“Iya, aku akan menendangnya jauh-jauh dari hidupku…”

“Aku…”
“Kamu tidak usah pindah apartemen lagi, Marie….” Sambung Kana.
“Bukan, aku bukan mau membicarakan soal hal itu….”

“Aku akan tetap main ke sini dan tidak akan menghindar darinya. Dia yang salah, aku akan memberinya pelajaran setiap dia bertemu dengan kita bertiga di sini…… Bahkan mungkin dia yang akan pindah dari sini karena perasaan berdosanya….”

“Ano… Lalu bagaimana sekarang, Kana?” tanya Kyoko, masih dengan muka khawatir.
“Kalian tenang saja… Aku akan membuat perhitungan dengannya…. Dia harus membayar kesalahan yang dia lakukan kepadaku, dan mungkin kesalahan ke istrinya…….”

“Bagaimana caranya, apa tidak bahaya?” Marie terlihat khawatir sekali.
“Kalian tidak usah ikut campur dulu… Ini urusanku dengan dia…”

“Tapi…”

“Tidak pakai tapi, aku yang akan membuatnya menyesal….” Kana mengambil kaleng bir dingin yang ada di sebelahnya, membukanya dan menenggaknya banyak-banyak. “Dia pasti akan benar-benar menyesal”

Marie dan Kyoko saling bertatapan lagi, bingung harus bereaksi seperti apa. Reaksi Kana benar-benar di luar dugaan mereka. Mereka mungkin menyangka Kana bakal menangis, seperti ketika Marie dilukai oleh Sakurai. Mungkin mereka menyangka Kana bakal marah, seperti ketika Marie mendapati bahwa Yusuke digosipkan dengan cara kasar di dunia maya.

Kana Mitsugi, ada di depan mereka berdua, sedang menenggak bir dari kalengnya, dengan aura balas dendam yang begitu kental.

Kyoko dan Marie, pada saat itu, bahkan tidak berani membayangkan, akan seperti apa, cara Kana untuk membuat Okubo menyesal. Mereka tidak tahu, dan mungkin tidak akan mau tahu caranya seperti apa.

------------------------------
------------------------------
------------------------------

b6c7e410.jpg

Malam hari. Entah berapa hari setelah hari di mana Marie memberitahu semuanya yang ia lihat dan dengar ke Kana. Kana ada di dalam apartemen Okubo, mereka baru saja sampai setelah makan malam. Sekilas, tidak ada yang terlihat aneh. Kana masih tetap bersandiwara, seperti bagaimana selama ini Okubo bersandiwara di depan dia.

Sudah berapa bulan, sejak mereka pertama bertemu? Kana sekarang menyesalinya. Iya, benar seperti yang Marie bilang. Okubo hanyalah pelarian. Dari dulu sampai sekarang, dia masih mencintai Abe-Sensei. Tidak sedikitpun perasaan itu pudar. Dan Okubo, datang di saat yang tepat. Dia masih ingat ketika pertama kali menemani Marie melihat-lihat apartemen baru. Okubo datang dan mereka berkenalan. Okubo memang tipe-nya Kana, jadi tak sulit untuk Kana, sedikit membuka diri pada lelaki itu.

Tapi harganya ternyata mahal. Kana dibodohi. Lelaki ini, menurut penelusuran Marie, sudah menikah.

“Kamu menginap di sini malam ini?” tanya Okubo ke Kana, sambil membuka dasi yang melingkar di lehernya. Sungguh, kana ingin mencekik pria itu dengan dasi itu.
“Iya” jawab Kana dengan senyum palsu. Entah kenapa Kana jadi ingat masa-masa ketika dia masih SMA. Pada masa itu, dia banyak sekali menunjukkan senyum palsu ke siapapun.

“Baguslah… Aku sudah rindu sekali denganmu, weekend kemarin rasanya benar-benar sepi di Maesbashi” balas Okubo.

Bohong. Istrimu ada di sini. Pasti kamu ada di Tokyo weekend kemarin, pikir Kana. Kenapa harus bohong? Kenapa kamu tidak bilang dari awal kalau kamu sudah menikah? Apakah kamu sebegitu kesepiannya di Tokyo, sampai-sampai butuh untuk membohongi perempuan di sini?

“Haha, itu cuma berapa hari, Atsushi?” tawa Kana. Tawa yang palsu.
“Tapi aku benar-benar kangen” Okubo langsung memeluk Kana dari belakang. Kana bahkan belum sempat duduk. Ruangan itu bau rokok walaupun tipis. Dan Kana, benar-benar ingin melepas pelukan dari Okubo, bahkan kalau bisa, dia ingin membanting Okubo dengan gerakan ala-ala atlet judo. Sayang dia hanya mantan atlet voli SMA.

“Lelaki memang selalu jadi anak-anak ya kalau di depan perempuan?” bisik Kana. Pasti kamu bilang kangen juga dengan nada yang sama ke istrimu kan? Atau bahkan mungkin ke anakmu? Siapa kamu sebenarnya, Okubo?

“Ah sini kamu” Okubo menyambar pipi Kana, menciumnya, dengan gerakan yang sudah dia hafal. Sudah berapa bulan ini? Sudah berapa bulan Kana jadi selingkuhan pria beristri. Dan Kana, walaupun sekarang dia berusaha menerima ciuman dari Okubo dengan natural seperti biasa, dia merasa jijik dan ingin muntah. Dengan mulut yang sama, Okubo mencium istrinya, dan dengan tangan yang sama, Okubo memeluk istrinya juga.

Okubo menjelajah leher Kana, dan Kana benar-benar menahan rasa mual yang ada di dalam perutnya. Jijik. Jijik sekali. Tapi belum saatnya. Kana sudah memikirkan matang-matang, apa yang harus ia lakukan malam ini, untuk membalas semua perbuatan Okubo.

Perlahan, Okubo tampak menggiring Kana pelan-pelan masuk ke dalam kamar. Dia tidak ingin membuang waktu lagi sepertinya. Oh, jadi ini, pikir Kana. Kalau weekend, kamu melakukannya dengan istrimu, dan kalau weekday, kamu melakukannya dengan aku? Menjijikkan. Kana tak bisa membayangkan raut mual di wajah istrinya Okubo, jika ia tahu suaminya sedang mencumbui seorang anak kuliah berumur 19 tahun.

Kana tampak menyerah, dia menurut saja ketika Okubo menggiringnya ke kamar. Dia tahu setelah ini akan ada apa. Okubo pasti melucuti bajunya perlahan, lalu memulai foreplay, lalu mereka akan bercinta. Dia sudah hafal. Kali ini, entah permintaan apa lagi yang akan diucapkan oleh Okubo. Tapi ada satu yang tidak pernah diizinkan oleh Kana dalam keadaan sadar maupun tidak. Mengeluarkannya di dalam tubuh Kana.

Tangan Okubo sudah mulai menejelajah, sambil melucuti kancing baju Kana satu demi satu.

Kana berusaha menuruti apa mau Okubo terlebih dahulu, walaupun di dalam kepalanya sudah banyak skenario-skenario yang ia susun sedari kemarin-kemarin. Dia tidak akan membiarkan Okubo lepas begitu saja. dan dia akan membuat Okubo merasakan akibatnya.

Kemeja Kana sudah terbuka dan Okubo melepasnya perlahan. Sementara itu Kana berbalik, berpura-pura mesra dengan memeluk badan Okubo. Kana melumat bibir Okubo tanpa perasaan. Rok Kana sudah mulai dilucuti oleh Okubo. Kana menarik napas dalam-dalam, mencoba memalsukan senyum, mencoba memalsukan kemesraan. Okubo mendorongnya pelan ke atas kasur, dan Kana mengikuti arah gravitasi.

Dia terbaring dengan hanya berbalut pakaian dalam. Okubo mulai melucuti bajunya sendiri, meneruskan adegan selanjutnya. Dengan muka tenang, Okubo membuka kancing kemejanya satu demi satu, menurunkan celananya, menelanjangi dirinya sendiri.

Melihat mukanya yang tenang, atau sok tenang, Kana berpikir, betapa brengseknya Okubo. Dia bisa membayangkan segala pujian, segala sentuhan, dan segala macam perlakuannya kepada istrinya. Dan sekarang, dia bisa setega itu mengkhianati istrinya, hanya untuk memuaskan hasratnya, selama pisah kota. Kenapa lelaki ini tidak main ke host club saja? Atau ke Soapland? Apa karena dia merasa dia womanizer? Apa dia menipu perempuan untuk bisa meniduri mereka asal asalan? Apa ada perempuan lain selain Kana?

Okubo sudah telanjang bulat sekarang, dan tampaknya dia tidak melakukan apapun yang aneh-aneh lagi. Dia tidak membawa borgol, penutup mata, ataupun entah apalah. Pasti karena dia sudah lelah melakukannya dengan istrinya bukan di dalam apartemen ini?

Okubo merayap ke arah Kana dan mulai menciumi lehernya, serta meremas pelan dada Kana. Kana pura-pura mendesah, walaupun badannya ingin berontak dan langsung menghajar Okubo habis-habisan.

“Atsushi” bisik Kana dengan suara yang dibuat-buat.
“Ya?” jawab Okubo.
“Aku ingin memberitahu sesuatu…”
“Apa itu?”

“Hari ini, hari yang aman, jadi kamu tidak harus memakai kondom… mungkin?” bisik Kana, pura-pura malu-malu, sambil khawatir. Biasanya dia selalu menuntut pasangannya memakai kondom, jadi dia khawatir Okubo akan curiga, apabila hari ini, dia mengabaikan kondom.
“Hmm?” Okubo diam cukup lama, dan dia masih menciumi badan Kana.

“Kamu serius?” tanya Okubo lagi, sambil tetap melumat, menjelajahi setiap jengkal badan Kana.
“Iya… Aku pikir, aku selama ini terlalu keras pada kamu…. Jadi, karena hari ini hari aman, aku mengizinkan kamu tidak memakai pengaman”
“Baiklah” suara Okubo terdengar riang. Kena, pikir Kana.

Mereka bercumbu kembali. Kana pura-pura terangsang, pura-pura horny, dan pura-pura semuanya. Dia bahkan pura-pura buru-buru melepas BH nya, dan dia pura-pura mendesah dengah penuh gairahnya saat Okubo mempermainkan buah dadanya dengan lidahnya.

“Aku…. Tapi kamu harus hati-hati, walau sebenarnya mungkin tidak apa-apa kalau kamu keluar di dalam….” bisik Kana.
“Apa?” Okubo menarik wajahnya dari dada Kana. Mukanya tampak kaget, tapi kaget yang tampak bahagia.

“Hari ini, aku sudah menghitungnya, dan aku pikir tidak apa-apa sesekali kamu keluar di dalam…….. Aku belum pernah merasakannya, soalnya” bisik Kana dengan senyum palsunya.
“Kalau kamu hamil bagaimana? Kamu biasanya khawatir soal itu”

“Tidak apa-apa, mungkin? Kamu akan bertanggung jawab kan?” Kana meringis malu. Pura-pura malu lebih tepatnya.
“Aku akan bertanggung jawab” bisik Okubo dengan semangat. Bohong. Istrimu saja kau khianati. Kalau kau sudah punya anak, dua orang berarti yang kau khianati. Oh tidak, Orang tuamu juga, mertuamu, juga kakak adikmu kalau punya. Juga kakak dan adik iparmu kau khianati. Mungkin pendeta di kuil kau khianati, jika kamu menikah menggunakan adat Jepang. Mungkin pastur di gereja yang kau khianati, jika kau menikah di gereja. Tapi yang pasti, orang catatan sipil, itu juga kau khianati.

“Aku penasaran…. Bagaimana kalau laki-lakinya yang di borgol?” bisik Kana, sambil meremas mesra alat kelamin Okubo.
“Hmm? Boleh juga… Pasti kamu ingin membalas perbuatanku waktu itu ya, dan diakhiri dengan reward seperti yang kamu bilang tadi?” jawab sang lelaki.

Reward? Gila kamu ya. Keluar di dalam dibilang reward. Lihat saja nanti.

Okubo bangkit dan membuka laci di kamarnya, mengeluarkan borgol yang pernah ia pakai untuk memborgol dan mengerjai Kana habis-habisan. Pasti dia sudah menggunakannya dengan istrinya, pikir Kana. Jijik sekali aura hari ini.

“Penutup matanya juga” senyum Kana.
“Haha… Kamu benar-benar ingin balas dendam ya?” balas Okubo. Iya. Balas dendam. Akan kubuat kamu menyesal, womanizer amatiran, pikir Kana.

“Sini” Kana, dengan senyum palsunya, memakaikan borgol di tangan Atsushi Okubo, sambil mengutuk dalam hati. Kana menuntun Okubo agar dia berbaring di kasurnya. Alat kelamin Okubo sudah sangat tegang, tampaknya dia sangat excited malam ini. Kana lalu memakaikan penutup mata tersebut di mata Okubo.

Napas Okubo sudah sangat berat. Kana tersenyum sinis, dan dia malah berdiri, memakai bajunya lagi dengan cepat. Setelah selesai membereskan dandanannya, Kana menghampiri Okubo.

“Kamu benar-benar excited ya….” bisik Kana, sambil meremas area privat Okubo, dengan lembut. Atau pura-pura lembut, lebih tepatnya.

“Haha…. Aku penasaran apa yang akan kamu lakukan kepadaku….”
“Tunggu saja” balas Kana.

Kana mengocok pelan alat kelamin lelaki itu, dan pura-pura bernapas berat. Dia bahkan menjilat puting Okubo, sampai lelaki itu menggelinjang kegelian.

“Kamu tampaknya sangat lelah ya….”
“Tentu, pekerjaan semakin gila….”

“Ngomong-ngomong, kemarin weekend, Marie bilang, katanya ada suara dari apartemen ini, masa apartemen ini berhantu sih… Haha” tawa Kana, dengan suara ramah palsunya. Dia bahkan sedikit mendesah untuk menghangatkan suasana.

“Ah, mungkin itu perasaan dia saja”
“Tidak, katanya ada bau rokok dari sini… Kamu di Tokyo, ketika weekend?”
“Masa hahaha……”
“Jujur dong sama pacar kamu….” Kana dengan jijik, tapi terpaksa, menyapu kepala alat kelamin Okubo dengan lidahnya, membuat Okubo kegelian.

“Ano.. Kana… Kamu seperti memakai baju lagi?”
“Haha, jangan dipikirkan…… Kalau kamu ada di Tokyo weekend kemarin, kita kan bisa melakukan ini lebih cepat? Aku selalu tidak ada kegiatan ketika weekend…..”

“Kenapa kamu sedikit… Ah… Ah…” Kana mengulum kepala organ vital Okubo, dengan gerakan-gerakan yang sensual, padahal dalam hatinya, ia ingin sekali menggigitnya sampai putus.

“Aku ingin menikmati weekend bersamamu…. Dan aku ingin pacarku jujur…..”
“Haha….”
“Jadi, kamu ada di Tokyo kemarin weekend?”

“Yah…. Begitulah…” Okubo mulai membuka kartunya. “Tapi aku sengaja tidak bilang kamu… Soalnya ada kecelakaan kerja di salah satu sektor pembangunan kami, jadi weekend kemarin benar-benar repot”
“Tidak apa-apa, aku mengerti… Pekerjaan penting kan?”

“Penting sekali”
“Dan pekerjaan pasti fokus utama kamu”
“Tentunya”

“Keluarga kamu juga penting”

“Hm?”

“Keluarga kamu…”

“Ayah dan ibuku? Jelas… Mereka… ARRGH!!!” Kana meremas organ Okubo tersebut dengan keras, seakan-akan dia ingin memecahkannya. “KANA!!! APA!! AAAAAHHHH”

“Keluarga kamu penting?”
“Iya!! APA MAKSUDNYA INI!!!”

“Istri kamu penting kan?”
“ISTRI APA? AH!!!!” Okubo menegang, karena tampaknya Kana dengan teganya mencabut salah satu bulu kemaluan yang ada di area privat Okubo.

“Apa-apaan ini!!!”
“Kamu yang apa-apaan” Kana kembali meremas kelamin Okubo dengan keras.
“Kana… Lepaskan”

“Siapa Okubo Misato?” bisik Kana.
“Siapa?"
“Masa lupa sama nama istri sendiri? Baka!”

“AAAARRRGGHHH” Kana menekan biji Okubo masuk ke dalam dengan ganasnya. Muka Kana sudah terlihat menyeramkan sekarang, seperti bisa makan orang.

“Lelaki sialan. Orang seperti kamu harusnya terbakar di neraka…”
“Kana, apa-apaan? Kenapa ini? Misato siapa?”
“Istri kamu”

“Lepaskan”
“Jujur, katakan, siapa dia!”

“Kana!! AAAAA…..”
“Oh iya, kamu pernah minum sperma kamu sendiri tidak?”
“Jangan konyol!”

Kana mulai mengocok batang kemaluan Okubo dengan ganas, dan bahkan mencengkram organ tersebut dengan kukunya. Alat kelamin Okubo sudah menciut, mungkin karena tidak nyaman dan takut.

“HENTIKAN!!!”

“Siapa Misato?”

“KANA!!!”

“SIapa?” Kana mulai ganas. Dia mencubit puting Okubo dengan ganasnya.

“IYA!! IYA!! AKU SUDAH MENIKAH!! TAPI AKU MAU CERAI…”
“Bohong… Kenapa dia terlihat begitu normal di sini, kamu tolol sekali ya? Kamu pasti jujur soal kecelakaan itu, makanya tidak bisa pulang ke Gunma, dan istri kamu pasti memaksa untuk datang ke sini, karena dia ingin mengurus kamu, betul kan?”

“LEPAS!!!”

“Ah, sudahlah…” Kana melepas alat kelamin Okubo dari tangannya. “Kamu tak pantas mendapatkan dia…. Mungkin aku laporkan saja ke kantor kamu…. Pasti akan dipecat” bisik Kana dengan nada marah. Ya, dia pernah mendengar dari ayahnya, seorang pejabat di kantor ayahnya ketahuan selingkuh, dan orang tersebut terkena sanksi dipecat, karena mencemarkan nama kantor.

“Jangan!”
“Terserah aku kan sekarang? Kamu tidak bisa berbuat apa-apa lagi……. Kamu terikat seperti orang tolol, kamu sudah membodohi aku, istri kamu, dan entah siapa lagi, aku tak peduli” balas Kana.

“Jangan… Kana.. Lepaskan… Aku minta maaf!!! Aku salah!!!”
“Sudahlah…. Aku pergi saja. Jangan cari-cari aku lagi….. Aku tidak akan pernah menganggap kamu ada di dunia”

“Kana!! Lepaskan dulu!!”

“Lepas saja sendiri atau kamu bisa teriak-teriak minta tolong sambil memecahkan kaca, tapi kalau orang-orang melihat kamu seperti ini, pasti malu sekali dan pasti banyak pertanyaan…… Dan posisi kamu, tidak bisa membela diri, karena aku dan Marie bisa cerita panjang lebar tentang perselingkuhan kamu denganku….. Kalau istri kamu tahu, kamu pasti akan langsung diceraikan… Kasihan….” Kana mengambil tasnya dan mengambil jaketnya.

“Kana!”

“Selamat tinggal, Okubo…. Selamat cari cara melepaskan diri kamu sendiri dari borgol sialan itu”

“KANA!!!”
“Teriak saja sampai puas…. Dan nanti semua orang tahu kalau kamu tukang selingkuh”

“Kan….”

Duk! Suara pintu kamar apartemen itu terdengar dibanting dengan keras oleh Kana. Dia sudah ada di luar. Teriakan Okubo masih agak-agak terdengar. Tapi Kana akan membiarkannya begitu saja. Itu borgol mainan, tentu gampang kalau dia mau agak menggunakan tenaganya sedikit, walaupun ada resiko luka di tangan kalau dibuka paksa. Tapi biarlah. Bodo amat.

Kana menatap pintu kamar Marie, dan sambil tersenyum puas, dia mengetuk pintu kamar tersebut.

Tak berapa lama, Marie keluar dengan muka tegang.

“Itu… Di sebelah, kenapa teriak-teriak begitu?”
“Biarkan saja….. Aku sudah membalas perbuatannya…. Sekarang, aku boleh tidur di sini tidak?” senyum Kana.

“Ano…. Boleh”
“Oke, ayo kita nikmati teriakan orang bodoh di apartemen sebelah itu sampai pagi”
“Eh?”

“Haha…. Terima kasih ya, sudah iseng bertanya soal Okubo Misato”
https://ssl.***********/ui/v1/icons/mail/images/cleardot.gif
“Ano… Kembali?”

Kana lalu melempar tas dan jaketnya ke lantai apartemen Marie, dan dia langsung membenamkan tubuhnya di atas karpet kamar tidur Marie. Dia menatap ke langit-langit, sambil tersenyum. Awas kalau Okubo macam-macam lagi. Dia akan melakukan hal yang lebih gila lagi.

Jangan pernah sekali-kali macam-macam dengan Kana Mitsugi. Salah-salah, kamu akan diborgol dalam keadaan telanjang dan tak berdaya, seperti si brengsek Atsushi Okubo.

Mulai malam itu, Kana akan menghapus satu nama orang dari dalam kepalanya. Dan orang itu, bisa teriak-teriak sepuasnya di kamar sebelah, dalam kondisi telanjang dan memalukan. It serves him right. He will remember this, dan dia akan malu seumur hidupnya.

Dasar pria brengsek.

Andai saja, semua pria sehangat dan sebaik Abe-Sensei, senyum Kana. Dan sekarang, dia tidak akan menahan perasaannya ke Abe-Sensei. Dia akan meluapkannya sebisanya.

------------------------------

BERSAMBUNG
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd