Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT OKASAN NO HATSU KOI - my mom's first love (racebannon)

kyokob10.jpg

OKASAN NO HATSU KOI – PART 51
(my mom's first love)

------------------------------

haruko10.jpg

“Sejak lo dandan gue makin redup nih” keluh Tania. Lucu, ngeluh tapi mukanya kok senyum. Dasar teman yang aneh.

“Duh apaan sih….” Aku menyipitkan mataku, sambil jalan ke gerbang sekolah. Hari ini gak ada urusan di sekolah, gak ada rapat seksi dekor, gak ada apa-apa. Hari ini juga jadwalnya aku latihan badminton. Di tangan kananku ada raket badminton kesayanganku dan cuaca hari ini juga cerah. Gak sabar rasanya untuk cepet-cepet ke GOR, pengen berkeringat, pengen gerak.

“Ada beberapa anak cowok nanyain ke gue, lo udah punya pacar belom”
“Bilang aja belom” aku merogoh handphone di saku jaketku, berharap bisa cepet manggil ojek online dan bisa cepet jalan ke GOR.
“Udah, tapi rata-rata gak pada percaya….” Balas Tania.

“Kenapa gak percayanya?” mataku makin sipit, ngeliat Tania dengan pandangan aneh.

“Ya… Lo kan klarifikasi soal dibonceng sama anaknya temennya ortu lo kan cuman ke gue dan Kak Rendra, belum katanya ada yang liat lo ngemall ama cowok….”
“Kok aneh ya…. Katanya nanyain gue udah ada cowok apa belom, tapi pas dikasih tau belom gak percaya, jadi mau apa sih…. Kalau gue sih mau ke GOR sekarang, pengen cepet-cepet gerak…..”

“Namanya juga cowok, pasti pada aneh-aneh lah” jawab Tania pasrah, ngeliatin aku yang kesel. Iya, kesel. Tau kan kesel kenapa. Orang-orang ngapain sih pada nanyain aku udah punya pacar apa belom. Jawabannya jelas belom. Karena gak kepikiran. Udah dikasih tau belom, pada gak percaya. Kalo emang gak percaya ngapain nanya. Aneh.

Aku cuma geleng-geleng kepala sambil buka kunci handphone, dan ngeliat aplikasi ojek online yang ada di sana. Tunggu. Ada satu pesan wassap masuk. Siapa nih?

“Hai Haruko, bisa ngobrol sebentar?” wah, baru pesannya. Dari….. Reyhan? Dia anak dekor juga, kelas satu juga. Baru kenalan kemaren pas rapat akbar, terus beberapa kali rapat dan kerja sama dia. Lumayan asik juga sih anaknya. Ngobrol sama dia lumayan nyenengin.

“Hai Reyhan, boleh aja” jawabku. Mungkin mau ngobrolin masalah dekor-dekoran atau panitia-panitiaan kali ya?
“Sekarang bisa?” sekarang? Bisa dong. Ini kan lagi ngobrol di wassap.
“Bisa”
“Oke, ditunggu di taman deket kantin ya?”

Eh? Apa? Ngobrol langsung? Buat apa? Kalo urusannya urgent masalah kerjaan kita untuk pensi sih gapapa kali ya? Dan kebetulan aku juga lagi bareng Tania, jadi bisa ngobrol banyakan juga kalo ada apa-apa.

“Bentar lagi ke sana, ini bareng Tania juga kok…. Kita berdua ke sana”
“Eh. Haruko aja, gak usah sama Tania, hehe”

Aku aja? Apaan nih.

“Tania..”
“Oi…”
“Gue masuk sekolah lagi ya, ada yang mau ketemu gue…”

“Gih… Paling Kak Rendra” Tania ngeledekin aku sambil julurin lidahnya. Aku bales julurin lidah lagi. Kak Rendra apaan. Orang si Reyhan kok. Entah dia mau ngobrolin apa juga, soalnya ga jelas. Ga bilang maksud dan tujuannya di wassap. Mungkin emang penting buat disampein langsung dan ngobrol lewat wassap gak ngasih clue yang jelas soal topiknya.

Aku jalan dengan langkah santai ke dalam sekolah lagi, menuju taman yang deket kantin. Kalau jam pulang sekolah gini pasti sepi. Soalnya kantin tutup. Kantin emang tutup pas jam pulang sekolah, biar anak-anak gak kebanyakan nongkrong habis jam pelajaran. Tapi kayaknya gak ngaruh, soalnya di luaran sekolah kan masih pada bisa nongkrong semaunya.

Nah, itu dia. Dia lagi duduk sendirian di taman yang sepi itu, dan aku melambai ke arah dia, sambil mendekat.

“Hei” sapaku ketika udah deket dan aku langsung duduk di deket dia.
“Hai” dia keliatan kaku. Kaku sambil ngeliatin aku terus-terusan. Aneh amat tatapannya. Perasaan kemaren-kemaren pas banyak interaksi sama dia, gak kayak gini bahasa tubuhnya kok.

“Untung belom manggil ojek, kalau keburu kepanggil, telat ya kayaknya” lanjutku sambil mainin hape yang ada di tangan kiriku. Dan raket di tangan kananku.

“Iya mungkin, hari ini latihan badminton ya?”
“Iya”
“Ngomong-ngomong…” Reyhan narik napas dalam-dalam.

“Ya?”
“Gue mau nanya sesuatu sama elo…. Tapi pengennya langsung, gapapa gak?” tanya Reyhan.
“Emm… boleh aja sih, kenapa gak bolehnya coba” senyumku, sambil bingung. Ini orang mau ngomong apa sih,

“Beberapa orang bilang, elo udah punya cowok ya?”
“Eh?”

“Katanya sih bukan anak sini, tapi anak itu…” dia nyebut nama sekolahan yang isinya anak cowok semua. Iya, itu sekolahannya Jonathan. Aku melongo. Dia jauh-jauh manggil aku dari gerbang sekolah ke taman deket kantin cuman buat nanyain ini langsung? Kita bahkan baru kenal ketika rapat akbar. Iya sih kita jadi agak akrab pas berpanitia bersama, tapi kok nanya ginian?

“Engga… Gue ga punya cowok, serius deh…” aku melongo sambil aneh. Ngapain Reyhan nanyain gitu.
“Oh…. Haha” dia ketawa aneh, sambil garuk-garuk kepala sendiri. Sumpah, kenapa orang ini.

“Nnn… Terus, mau ngajak ngobrol apa?” aku terpaksa mancing dia mau ngomong apa, karena mendadak dia jadi diem aneh. Kayak lagi ngumpulin jurus gitu. Entah jurus apa.

“Jadi…. Elo…. Gak punya cowok… terus…”
“?”

“Gue suka sama elo… Lo mau jadi pacar gue gak?”

Eh? Mendadak omongannya Reyhan terngiang-ngiang terus di dalam kepala gue, sepersekian detik setelah dia ngomong itu. Apa tadi? Dan aku bisa liat, mukanya kayak pucat gitu, kayak habis liat hantu, entah kenapa. Aku bingung harus ngomong apa, ngeliat dia kayak gitu.

“Eh, gue tapi…..”
“Kalo gak bisa jawab sekarang gapapa kok…”
“Itu, masalahnya….”

“Gue seneng bisa kenal sama elo, dan akhirnya berani ngomong gini, gue tunggu jawabannya kalo gak bisa sekarang jawabnya….”

“Engg………..”

Terus si Reyhan senyum sambil ngeliat gue terus-terusan. Mukanya penuh dengan optimisme, sementara yang aku pikirin sekarang adalah gimana caranya cepet-cepet manggil ojek online supaya aku bisa cepet jalan ke GOR. Bisa gak ya dia masuk ke sekolah, jemput aku di taman ini?

Please? Ojek Online? Masuk ke dalam sekolah ya? Aku bener-bener pengen kabur sekarang!!

------------------------------
------------------------------


110.jpg

“Pagi” Hiroshi membangunkan Kyoko dengan ciumannya di hidung Kyoko.
“Mnnn?” Kyoko bangun, dan dia menarik selimut untuk menutupi tubuh telanjangnya. Hiroshi sudah berpakaian lengkap, dan ada bau makanan yang tercium di dalam apartemen itu.

“Aku sudah masak sarapan…. Makan dulu yuk” bisiknya sambil memeluk pundak Kyoko. Kyoko membalas dengan mencium pipi pacarnya. Dia mengangguk dalam diam. Ini pengalaman pertamanya menginap di tempat lelaki. Tentunya, dia tidak jujur kepada orang rumah. Pagi ini, orang rumahnya masih mengira dia sedang dalam perjalanan dari Ibaraki. Keputusan yang terbilang berani atau nekat dari Kyoko, berbohong kalau malam tadi dia belum ada di Tokyo.

Tapi dia tidak menyesali keputusan itu. Menginap bersama, tidur berpelukan, saling bersempit-sempit di kasur kecil itu rasanya menyenangkan. Tidak ada satupun yang tidak enak dari kemarin. Tapi, hari itu Kyoko harus pulang. Dia sudah terlanjur janji sore nanti, Kana dan Marie akan mampir di café milik keluarganya.

Kyoko mencoba bangkit dengan ditolong oleh Hiroshi. Perlahan dia berjalan meniti lantai menuju kamar mandi. Tak lama setelah dia cuci muka, sikat gigi, dan lain sebagainya, dia keluar dan membuka tasnya untuk mencari pakaian bersih. Setelah selesai, dia mulai menghampiri meja kecil yang ada di antara televisi dan dinding.

“Terlihat enak, Hiroshi” senyum Kyoko sambil menatap makanan pagi yang sudah tersedia.
“Kalau begitu, dimakan saja”
“Itadakimasu!”
“Itadakimasu juga!”

Mereka berdua lantas sarapan. Roti panggang, sosis, dan telur rebus jadi menu mereka siang itu. Teh hangat mengepul menemani suasana pagi musim panas yang cerah itu.

“Sayang sekali kamu harus pulang”
“Hehe… Tapi kan aku tidak bisa tinggal di sini selamanya….”
“Aku jadi berpikir….”
“Berpikir apa?”

“Entah, hanya pemikiran liar saja….. dan cenderung mengkhayal… bagaimana seandainya jika nanti sehabis lulus kita tinggal bersama?” Hiroshi menatap Kyoko dengan penuh harap. Kyoko mendadak tertegun, berhenti makan, dan menatap Hiroshi balik. Seketika, suasana menjadi hening.

“…….” Kyoko lalu membuang tatapannya dan mencoba kembali makan dengan awkwardnya. Dia tidak bisa menjawab pertanyaan itu.

“Ano… mungkin aku bicara seperti itu terlalu cepat ya? Hahahaha” Hiroshi tertawa aneh, tapi dia tidak bisa menyembunyikan air muka penasarannya, akan seperti apa jawaban Kyoko atas pertanyaannya.

“Tapi aku kan nanti akan setiap hari bekerja di café…. Sepertinya tidak mungkin untuk… Tinggal bersama jauh dari Mitaka…”
“Aku bisa tinggal di Mitaka, mungkin?”

“Hehe.. Nanti saja, Hiroshi… Dibicarakannya nanti saja ketika kita sudah lulus ya? Sepertinya terlalu cepat bicara soal hal-hal seperti ini sekarang” senyum Kyoko dengan raut muka tak enak. Hiroshi membalasnya dengan dengusan napas panjang dan senyum juga. Dia berusaha mengerti akan reaksi Kyoko, dan dia berusaha untuk tidak memaksakan khayalannya bermain terlalu banyak.

Tapi untuk Hiroshi, dia ingin mengulang malam-malam seperti kemarin. Malam di mana dia dan Kyoko tidur bersama, saling merangkul dan terlelap berdua. Tanpa ada batasan ruang dan waktu.

------------------------------
------------------------------
------------------------------

ph_0510.jpg

Hari pertama. Hari pertama masuk dan berkuliah setelah liburan panjang musim panas. Sore itu Kyoko dan Marie ada di common room gedung Senmon Gakkou mereka, bertukar catatan kuliah hari itu, dan sedikit berdiskusi soal ujian akhir. Mereka sedang menunggu Kana yang masih berkuliah untuk kemudian nongkrong sore itu entah di café mana. Dan hari itu tanpa Hiroshi, karena dia sudah sibuk part time lagi. Intinya hari itu, adalah harinya cewek-cewek.

“Sebentar lagi Kana akan keluar….. Ah, andai libur musim panas tidak akan pernah berakhir” dengus Marie.
“Kamu kan di Chiba terus… Katanya suka bosan di sana?” tanya Kyoko sambil menyalin catatan Marie.
“Iya, ke Chiba sampai hari di mana aku dan Kana main ke café keluargamu….. Tapi aku kemarin senang di Chiba”
“Iya, aku tahu…. Karena Kamiya-San main ke sana kan?”

“Hahaha iya, dia ada manggung di sekitar Chiba, dan aku menonton dia, memang gila dia di panggung kalau diperhatikan, begitu anggun dan keras dalam satu paket”

“Kalau dia tidak buka suara pas manggung, memang keliatan perempuan sekali ya”
“Iya….”

“Dan kamu belum resmi berpacaran dengannya?” tanya Kyoko, mencoba bergosip kecil-kecilan. Tapi tidak apa bukan? Kalau bertanya kepada orangnya langsung, bukan bergosip itu namanya.

“Belum” Marie menatap ke arah lorong, berharap para mahasiswa yang mengambil penjurusan restoran segera keluar dari kelas praktik mereka.

“Apa tidak apa-apa?”
“Entah, tapi aku menikmati hal yang seperti sekarang ini… Rasanya senangnya di sini” Marie menunjuk ke arah dadanya, menandakan bahwa hubungan dia dan Yusuke Kamiya, musisi amatir yang punya persona panggung Maria, semuanya aman dan nyaman untuk perasaannya. Kyoko paham kenapa mereka tidak cepat-cepat pacaran. Marie mungkin masih takut sakit hati seperti pengalaman sebelumnya dengan Akira Sakurai, mantan gitaris bandnya Yusuke, Maria’s Mantra.

“Turut senang mendengarnya… Memang tidak usah buru-buru kan ya?”

Mendadak, suasana lorong itu menjadi ramai. Murid-murid yang mengambil penjurusan restoran tampaknya baru selesai kelas praktik. Mereka semua berjalan ke arah locker, Hiroshi dengan Kana juga lewat di antara kerumunan itu. Kana tampak fokus berjalan sementara Hiroshi melambai ke arah Kyoko dan Marie.

“Aku amazed lho, Kyoko Chan”
“Kenapa?” tanya Kyoko ke Marie.
“Kamu menginap semalam bersama dia hahaha…. Hebat-hebat….”
“Ah, biasa saja”
“Waktu di Ibaraki, aku lupa bertanya, kalian saling tidur berpelukan tidak?”
“Tidak”
“Masa?”
“Tidak kok”

“Kok mukamu merah Kyoko Chan?” goda Marie.
“Apa sih…”

“Eh, aku masih penasaran kenapa kamu tidak cemburu ya?”
“Cemburu pada apa?” bingung Kyoko.
“Kepada Mi-Chan yang kamu ceritakan itu…”
“Awalnya kan cemburu”

“Maksudku sekarang, kenapa sekarang bisa mendadak hilang cemburunya? Kan walaupun sudah dijelaskan seperti itu, tetap saja ruang untuk mereka berdua melakukan kesalahan ada” muka Marie mendadak menjadi serius.

“Ah, justru karena dijelaskan itu aku jadi tenang… Dan dia nanti liburan semesteran mau ke Tokyo, dengan pacarnya mungkin…. Nanti kalian kalau bertemu pasti cocok deh, anaknya menyenangkan sebenarnya, jadi ketika dia menjelaskan hubungannya dengan Hiroshi panjang lebar, aku jadi tenang karena sepertinya tidak ada yang ditutup-tutupi lagi” Kyoko menjelaskan panjang lebar ke Marie. Marie hanya mengangguk-angguk saja sambil menutup buku catatannya.

“Yasudah, kamu yang menjalani…. Ngomong-ngomong, Kana kok lama?” Marie menunjuk ke arah Hiroshi yang sudah berganti pakaian dan siap untuk pergi part time.

“Hei, kalian menunggu Mitsugi ya?” tanya Hiroshi, sambil mendekat dan menepuk-nepuk kepala Kyoko. Kyoko hanya tesenyum menerima sentuhan yang hangat dari Hiroshi itu.

“Iya, mana dia?”
“Entah, anak-anak cewek lain sudah pada beres berganti pakaian….. Aku jalan dulu ya, ke tempat part time, selamat bersenang-senang kalian”

“Iya, Hiroshi, sampai bertemu besok ya”
“Jya… Mata ne..”
“Mata ne..”

Marie dan Kyoko menatap ke arah punggung Hiroshi yang lama-lama menghilang dari tatapan mereka.

“Kalau kamu tinggal bareng sama dia, lucu juga pasti hahahaha” tawa Marie sambil meledek, merujuk ke khayalan Hiroshi waktu itu, yang tentu saja dicurhatkan oleh Kyoko ke Marie dan Kana. Marie mendengarnya tertawa-tawa, tapi kalau Kana bilang, keputusan seperti itu adalah keputusan yang serampangan.

“Entahlah…. Tidak praktis sepertinya” Kyoko mengulum senyumnya, sambil membereskan catatan dan mereka siap menerima kedatangan Kana.

“Nah itu dia Kana! Eh?” Kyoko dan Marie menatap ke arah Kana Mitsugi. Tapi ada pemandangan aneh yang tak biasa. Kana sedang menggandeng seorang anak kecil perempuan. Umurnya mungkin 3 tahun. Anak itu terlihat gemuk dan lucu. Rambutnya bob nanggung dan dia sedang menangis.

“Siapa itu?” tanya Marie bingung, melihat Kana menggandengnya.
“Entah, aku sudah tanyakan siapa dia, tapi dia cuma menangis saja”

“Coba sini, sama Onee Chan…” Marie tampak gemas pada anak itu dan dia bangkit dari tempat duduknya, kemudian berjongkok dan mau memeluk anak itu.

“HYAAAAA!!!!” anak itu malah makin deras menangis.
“Eh, kok begitu?” Marie malu sendiri karena ulahnya malah mengundang perhatian orang-orang lain di sekitarnya.

“Sebentar, titip dulu” Kana menyerahkan tangan anak itu ke Marie dan anak itu malah menangis sejadi jadinya.

“GYAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA”
“Kana kamu mau ke mana!”
“Sebentar”

Kyoko bangkit dari duduknya dan dia berusaha menenangkan anak itu. Tapi Kyoko, yang suka pada anak-anak pun di tolak oleh anak itu. Anak itu menangis dengan kencang dan mukanya merah sekali.

“Eh gimana ini?”

“Entah Marie-Chan… Kana ke mana pula?” Kyoko dan Marie panik, mencoba menenangkan anak kecil itu, tapi mereka tak mampu, dan untuk beberapa saat, common room Senmon Gakkou mereka, dipenuhi oleh tangis anak kecil.

------------------------------

img_0010.jpg

Tangisnya sudah reda. Tapi anak kecil itu duduk di lantai, tidak mau dipegang oleh Kyoko dan Marie. Anak itu berdandan lucu, kaus Anpanman, dan rok bermotif polka dot. Matanya merah dan ada bekas air mata. Sudah seratus ribu cara digunakan oleh Marie dan Kyoko, tapi anak itu tetap diam. Pipinya menggembung, mogok bicara entah pada siapa.

“Sulit sekali anak ini, Kana ke mana pula?” kesal Marie.
“Jangan tanya aku, aku juga bingung”

“Nah”

“Kana! Ke mana saja kamu!” Marie kaget karena Kana mendadak muncul di dekat mereka. Kana lalu berjongkok di dekat anak itu dan memberinya sekotak susu, yang dari warnanya tampaknya rasa pisang.

“Susu?” senyum Kana. Senyum Kana terlihat manis sekali saat itu, berbeda dengan ekspresi muka judes yang biasanya ia pasang.
“N” jawab si anak, dan dia mengambil kotak susu itu, menggenggamnya dengan dua tangan, dan menyedotnya pelan-pelan.

“Anak kecil harus disogok seperti itu dulu ya, baru mau tenang” bisik Marie ke Kana.
“Jangan bicara yang tidak-tidak, nanti dia dengar dan menangis lagi”

Mereka bertiga melihat anak yang lucu itu menghabiskan susu kotak rasa pisang. Begitu beres menghabiskannya, ia menunjuk ke hal lain yang dipegang Kana.

“Sore nani?” rajuknya dengan suara yang benar-benar manja.
“Kore wa, anata no tame… Demo… Onamae wa ?” Kana bicara dengan nada yang benar-benar keibuan. Dan anak itu menatap dengan penuh harap ke benda yang ada di tangan Kana.

“Kuma-Chan wa, watashi no tame?” tunjuk anak itu ke tangan Kana.
“Kamu dapat dari mana boneka beruang kecil itu?” Marie bingung, sambil menatap ke boneka beruang kecil berwarna coklat yang ada di tangan Kana.

“Hus, diam… Iya, Kuma-Chan nya untuk kamu, siapa nama kamu?” tanya Kana dengan lembutnya, mengulang pertanyaan yang tadi, sambil menyuruh Marie untuk diam.
“Aoi” jawabnya pelan, sambil berusaha meraih boneka yang ada di tangan Kana.

“Orang tua kamu mana?” tanya Kana, setelah memberi boneka beruang yang lucu itu ke Aoi-Chan.
“Wakaranai” tidak tahu, jawabnya sambil merengut.
“Mau dicari bersama Oneesan?” tanya Kana dengan manis.
“Boleh”

“Curang, kamu menyogok” dengus Marie.

“Dia anak-anak, mau tak mau harus begini” Kana melotot ke arah Marie dan Marie menjulurkan lidahnya ke arah Kana. “Kocchi” Kana memeluk anak itu dan dia menggendongnya. Kyoko tampak iri dengan Kana yang mendadak jadi akrab dengan Aoi-Chan.

“Aoi-Chan nama lengkapnya siapa?” tanya Kana, mungkin dia adalah anak dosen di sini yang sedang main dan terpisah dari orang tuanya.
“Ano….” Aoi memeluk boneka beruang kecil itu. “Abe.. Abe Aoi”

Deg. Kana mendadak sesak. Abe? Nama keluarga anak ini Abe?

“Kana”
“Iya, aku tahu” Kana menjawab bisikan Kyoko dengan mengatur napasnya. Ini anaknya Abe Sensei bukan? Atau siapa? Kenapa anak ini ada di sini?

“Kita ke ruangannya Abe Sensei saja” bisik Marie.
“Kamu pikir aku sedang jalan ke mana ini?” tanya Kana retoris, berusaha menekan perasaan stressnya yang muncul tiba-tiba. Anak Abe Sensei? Berarti Abe Sensei sudah menikah?

Mereka masuk ke dalam lift dan naik ke lantai dua. Di sana ruangan dosen berada. Jantung Kana berdegup kencang, seperti mau copot, karena anak ini mengatakan kalau namanya adalah Aoi Abe. Apakah dia anak dari Kazuo Abe Sensei? Pikiran Kana berkecamuk dan pikirannya benar-benar kalut. Anak itu, dengan polosnya menatap ke muka tegang Kana yang benar-benar amburadul. Perutnya mulas dan rasanya dia ingin kabur saja dari situasi itu.

Pintu lift terbuka dan ada pemandangan di sana. Abe-Sensei dan seorang perempuan yang terlihat sebaya dengannya, tampak sedang ribut di depan lift bersama dengan seorang satpam.

“Aoi!” teriak perempuan itu. Rambutnya panjang, hitam legam dengan indahnya. Dandanannya anggun, seperti seorang office lady senior yang tampak berwibawa.

“Ah, sumimasen, ini anak anda, tadi dia berkeliaran sambil menangis di lantai bawah” Kana menyerahkan ke perempuan yang terlihat seperti istri Abe Sensei itu. Tapi muka Abe-Sensei tampak tidak bahagia melihat interaksi antara Aoi dan ibunya.

“Ah, terimakasih… Aoi kamu ke mana saja….” Anak itu sudah ada di pelukan ibunya, dan anak itu tertawa-tawa dengan lucunya. “Ini boneka dari mana?” tanya ibunya.
“Onechan” sebutnya lucu sambil menunjuk ke Kana.

“Terima kasih, maaf kami merepotkan”
“Tidak-tidak apa-apa” Kana tampak bingung harus bersikap seperti apa, dan dia dengan malu-malu menunduk kepada Abe-Sensei dan perempuan itu. Perempuan itu juga menunduk, dan kemudian ia bangkit, lalu menatap ke arah Abe-Sensei.

“Aku pulang. Ide buruk membawa Aoi ke tempat kerjamu” sungut perempuan itu.
“Pulanglah sana” Abe-Sensei menarik napasnya sambil menatap ke arah Aoi. Aoi melihat balik dan dia mulai merajuk.

“Papa” panggilnya dengan senyum. Abe-Sensei hanya tersenyum kecut sedikit, dengan muka penuh menahan emosi.
“Kita pulang, Aoi…” Sang ibu mulai menekan tombol lift, dan menunggu lift tadi terbuka lagi.
“Papa?”

“Ayo pulang, jangan panggil-panggil”
“Papa?”

Pintu lift terbuka lebar, dan perempuan itu masuk ke dalam lift. Dia menatap Abe-Sensei dengan tatapan tajam.

“PAPA!!!” Aoi-Chan mendadak nangis sekencang-kencangnya dan dia berusaha untuk lepas dari pelukan ibunya. Boneka beruang yang tadi diberikan oleh Kana jatuh di dalam lift. Pintu lift tertutup, dan tangisan Aoi-Chan bergema dalam ruangan lift tersebut.

Kana, Kyoko, dan Marie tertegun. Mereka melihat adegan itu tanpa bersuara dan tanpa berkata apa-apa.

“Ano Sensei…. Saya permisi dulu” satpam menundukkan badannya dalam-dalam ke Abe-Sensei yang terlihat stress. Abe-Sensei mengangguk sambil menatap terus ke pintu lift. Dia menarik napasnya dalam-dalam, menunggu satpam pergi.

“Kalian..” Abe-Sensei menatap ke arah mereka semua terutama Kana Mitsugi. “Maaf kalian harus melihat itu”.

Dan dia membalikkan badannya, kembali ke ruangan dosen dengan langkah diseret yang penuh emosi. Kana menatap terus-terusan ke punggung Abe-Sensei. Dia tidak bisa mengedipkan matanya, dan jantungnya masih berdegup tidak karuan.

Apa itu tadi? Kejadian apa itu tadi?

Ada apa dengan Abe-Sensei?

------------------------------

BERSAMBUNG
 
CAST PART 51

- Haruko Aya Rahmania (16) anak semata wayang Arya dan Kyoko, tokoh utama MDT
- Tania (16) teman Haruko di sekolah.

- Reyhan (16) teman sekolah yang nembak Haruko....

Kyoko's Timeline:

438be411.jpg


- Kyoko Kaede (19)
- Marie Taniguchi (19) Teman akrab Kyoko di Senmon Gakkou
- Kana Mitsugi (19) Teman akrab Kyoko di Senmon Gakkou

- Hiroshi Tanabe (19), pacarnya Kyoko, teman di Senmon Gakkou

- Kazuo Abe (36) dosen di Senmon Gakkou
- Aoi Abe (3) anak perempuannya Abe-Sensei

Glossary :


Sensei : Sebutan untuk orang yang ahli dalam satu bidang tertentu (Chef, Guru, Mangaka)
Oneesan / Onee-Chan : Kakak perempuan
Sore Nani? : Itu apa?
Kuma : Beruang
Kore wa, anata no tame… Demo… Onamae wa ? : Ini untuk kamu, tapi.. Siapa namamu?
Watashi no Tame? : Untukku?
Sumimasen : Maaf
Wakaranai : Tidak tahu
Itadakimasu : Selamat makan
Senmon Gakkou : Sekolah Kejuruan (setingkat diploma)
 
Thx updatenya om

Ternyata Abe sensei memang sudah berkeluarga, bahkan sudah punya anak pula. Cuman sikap Abe sensei ke istri dan anaknya kok seperti itu? Apakah dia dan istrinya sudah bercerai ato bijimane?
 
lama ga baca update, ane maraton 21 chapt terakhir, malah makin penasaran, haruko sepertinya bakal jd ama rendra, jd apanya kita tunggu aja, trs ada sayangnya jg sihh, haruko masih underage, jd ga ada adegan hot-nya, hehehe

sama 1 lg, sutepan pendeta dewa kon*ol ntu pas nikahan arya di jepang ama cewek apakah bareng si valen?

selamat menulis, master
keep the faith
 
lama ga baca update, ane maraton 21 chapt terakhir, malah makin penasaran, haruko sepertinya bakal jd ama rendra, jd apanya kita tunggu aja, trs ada sayangnya jg sihh, haruko masih underage, jd ga ada adegan hot-nya, hehehe

sama 1 lg, sutepan pendeta dewa kon*ol ntu pas nikahan arya di jepang ama cewek apakah bareng si valen?

selamat menulis, master
keep the faith

ditunggu aja ya release ulang MDT 2 nya :D
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd