Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT OKASAN NO HATSU KOI - my mom's first love (racebannon)

Bimabet
Woi sudah mau apdet woi
Ayo ngumpul..

Kacang2...tiket2.. aqua...mijon...

Lo minta apa gw ada

Apaan seh :D
 
kyokob10.jpg

OKASAN NO HATSU KOI – PART 25
(my mom's first love)

------------------------------

110.jpg

“Mmnnnn…..” Kyoko mengerang pelan, saat Hiroshi memeluknya. Hiroshi menciumi leher Kyoko dengan lembut, sambil menghirup wangi tubuh pacarnya itu. Mereka berdua bergumul tanpa pakaian malam itu, sehabis melakukannya.

Kyoko ada di pelukan Hiroshi, menyandarkan perasaan nyamannya pada lelaki itu. Kaki mereka saling bertaut. Hiroshi seperti tidak bosan-bosannya menciumi bagian tubuh Kyoko yang ingin dia cium.

“Hiroshi….” bisik Kyoko, sambil menikmati keintimannya dengan pacarnya itu.
“Ya?”
“Aku harus pulang” bisiknya.

“Kenapa?” Hiroshi tersenyum kepada kekasihnya.
“Kenapa kamu bertanya, hahaha”
“Ah… Tinggallah lebih lama, Kyoko”
“Aku tak bisa…. Kalau lebih lama lagi, aku bisa kemalaman sampai rumah”

Hiroshi melepas pelukannya ke Kyoko dan mencium keningnya. Kyoko beringsut turun dari kasur. Kyoko mulai memakai pakaian dalamnya. Hiroshi menikmati siluet kekasihnya yang sedang melengkapi bajunya itu.

“Andai kamu tidak harus pulang” Hiroshi terus menatap ke siluet Kyoko.
“Aku harap juga begitu”
“Kapan-kapan menginaplah disini…..”

“Berarti harus berbohong dong pada Okasan?”
“Betul juga…”

Kyoko sudah selesai memakai pakaian dalamnya dan sekarang dia mencari stockingnya, yang melindungi kakinya agar tetap hangat di balik roknya.

“Ngomong-ngomong, aku kepikiran terus soal Taniguchi dan lelaki itu” Hiroshi mulai turun dari kasur, mencari-cari pakaiannya dalam cahaya temaram malam itu.

“Soal apanya?”
“Iya, aku pikir, lama-lama aku merasa kalau lelaki itu tidak jahat ke Marie… Mungkin dia korban keadaan? Mungkin kan?”

“Korban keadaan seperti apa?” Kyoko mengeryitkan mukanya, sambil memakai sweaternya yang hangat, setelah dia berhasil memakai rok dan stokingnya.
“Mungkin, perempuan yang diceritakan oleh kamu itu begitu agresifnya dan tidak berhenti menggoda lelaki itu, sampai dia tidak bisa menolak lagi… Mungkin kan?”
“Ya tapi… Aku pun akan kesal kalau ada dalam situasi seperti itu, apapun alasannya” kesal Kyoko. Entah kenapa Hiroshi terdengar seperti membela sesama lelaki.

“Hmmm….”
“Intinya, kalau aku, lebih baik menghibur Marie-Chan, daripada harus memikirkan lelaki itu dan tingkah lakunya” balas Kyoko.

“Hmmm…..”
“Jangan berpikir terlalu keras, Hiro-Tan” bisik Kyoko yang telah berpakaian lengkap, mencium hidung Hiroshi yang sedang memakai celananya, sambil berpikir keras.

“Kenapa ya aku begitu memikirkannya? Menurutku sih aneh soalnya, kalau aku jadi dia, lantas aku mengundang kamu kalau aku manggung, siapapun perempuan yang mendekatiku malam itu, tidak akan kuladeni sama sekali……” bingung Hiroshi, menyalakan lampu, dan memakai mantelnya. Dia pasti ingin mengantarkan Kyoko pulang, setidaknya sampai stasiun kereta terdekat, yakni Omotesando.

“Mungkin dia memang brengsek….”
“Tapi terlalu aneh untuk jadi brengsek…..”

“Sudahlah…. Ngomong-ngomong, kamu mau mengantarku sampai mana?” Kyoko memotong pemikiran Hiroshi dengan bergaya sok imut di depan pacarnya.
“Sampai Mitaka saja”

Kyoko tersenyum dan memandang Hiroshi dalam-dalam. Tapi pacarnya ini sedang berpikir keras. Memikirkan tentang Marie Taniguchi dan Akira Sakurai. Ada yang aneh, menurut Hiroshi. Tidak seperti itu kalau lelaki brengsek.

Mereka berdua kini sudah berpakaian lengkap, siap untuk menerjang dingin malah hari, dalam perjalanan ke Mitaka. Sebenarnya waktu belum terlalu malam, masih jam 9 malam. Tapi, tentu saja Kyoko tidak bisa berlama-lama sampai tengah malam di tempat Hiroshi. Akan sangat merepotkan kalau dia baru pulang malam sekali. Sang ibu pasti tidak suka. Bagaimanapun, Kyoko masih tinggal bersama orang tua dan dia masih belum berusia 20 tahun.

Kedua kekasih itu berjalan dengan pelan, melewati keramaian Omotesando, menuju ke stasiun. Mereka saling bergandengan. Ya, berat memang bagi Kyoko. Dia baru bertemu lagi dengan Hiroshi setelah sang lelaki kembali dari Ibaraki untuk merayakan tahun baru. Dan sebentar lagi mereka akan mulai kuliah, menyelesaikan tahun pertama mereka.

Tak seperti biasanya, Hiroshi diam saja.

“Kamu pasti masih memikirkan soal masalah Marie” bisik Kyoko, sambil mengukur jalan.
“Iya”
“Tapi yang pasti, Hiroshi, lelaki itu seharusnya dihindari oleh Marie kan?”

“Iya sih. Tapi aku benar-benar bingung, kenapa dia melakukan itu ya? Untuk apa dengan perempuan lain? Untuk membuat Taniguchi cemburu? Taniguchi kan bukan pacarnya?” bingung Hiroshi.

“Kamu berpikir terlalu keras”
“Soalnya semuanya terdengar aneh”

“Pasti kamu mau mengulang kalimat itu” senyum Kyoko, bergelantungan di tangan Hiroshi.
“Iya, aneh… Untuk apa dia menggandeng perempuan itu di depan Taniguchi, untuk apa dia mengundang Taniguchi… Semuanya aneh….”

“Entahlah, Hiroshi…. Kalau buatku, walaupun misterius, lebih baik memikirkan bagaimana caranya melindungi Marie dari lelaki itu”

“Iya itu benar juga…. Tapi…”
“Haha… Pasti diulang lagi kalimatnya”

“Ah… Sudahlah…” senyum Hiroshi, dan mereka berdua masuk ke stasiun Omotesando, untuk kemudian meluncur ke Mitaka, tempat pulangnya Kyoko Kaede.

------------------------------
------------------------------
------------------------------

ph_0510.jpg

“Ah, aku lupa menjemur handukku di tempatnya”
“Apa?” sentak Kana ke Marie, saat mereka berdua baru sampai di kampus.
“Iya, aku lupa, kenapa sih pakai bentak-bentak segala?”

“Lupa, sofa… Atau di mana ya tadi….”
“Kamu menumpang di rumahku, jangan bikin berantakan!”
“Iya, iya, aku cuma lupa….”
“Seperti kemarin malam, lupa mencuci piring, teronggok begitu saja di dapur? Untung ayahku lagi ke luar kota…..” kesal Kana.

“Kenapa sih… Aku kan baru sehari menginap di tempat kamu”

“Ano…. Minna…” Kyoko bingung melihat pertengkaran pagi itu.

“Duh, bajuku kurang sepertinya…..” Marie mengelus-ngelus kepalanya sendiri, tanda kalau dia lupa membawa baju banyak, untuk sementara mengungsi ke tempat Kana. Dia benar-benar tidak ingin bertemu lagi dengan Akira Sakurai, jadi dia memutuskan untuk sementara pindah menginap di Kana, sampai April mungkin? Dan di malam pertamanya menginap, sudah banyak keributan terjadi.

Semalam, Marie tidur di sofa kamar Kana. Dan Kana benar-benar terganggu karena Marie agak-agak berantakan. Suka lupa menaruh piring, gelas, handuk, dan sebagainya pada tempatnya. Belum lagi di malam pertama itu, Marie ngorok. Mungkin karena kecapaian akibat perjalanan dari Chiba.

“Kau ambil saja sana ke apartemen kamu, terus bertemu lagi dengan si playboy sialan itu!” umpat Kana.
“Kamu yang menawarkan tinggal di rumah kamu, tapi kamu sewot terus… Bagaimana sih” balas Marie.

“Kana, Marie…. Sudah-sudah… Namanya juga kalian orang yang berbeda kan? Jadi wajar kalau ada banyak hal yang tidak nyambung di antara kalian….” senyum Kyoko awkward, mengeluarkan pernyataan yang retoris.

“Bicara apa kamu, Kyoko-Chan?”
“Iya, kamu bicara apa?” sinis keduanya.

“Pokoknya bajuku kurang, tapi aku malas untuk pulang ke apartemen itu…” kesal Marie.

“Ya ambil saja, kamu tahu tidak jadwal kuliah gitaris sialan itu? Kalau tahu, datang ke sana ketika dia kuliah”

“Tidak tahu…”
“Baka”
“Siapa yang kamu sebut baka?”
“Taniguchi Marie” bisik Kana.

“Sialan!”
“Kamu yang sialan!”

“Ano… Kalau Marie-Chan takut mengambil sendiri, bagaimana kalau aku temani? Aku ajak Hiroshi juga, biar kalau ada apa-apa nanti kan ada lelaki… Ya tidak?”
“Ah, memang Kyoko lebih baik dari Kana” Marie langsung memeluk tangan Kyoko dan menjulurkan lidahnya ke arah Kana.

“Sana, tinggal saja di rumahnya Kyoko” ledek Kana balik.
“Rumahnya jauh”
“Cuma setengah jam dari sana ke sini”

“Ano…”

“Sudah ah, mari kuliah…. Sore ya? Sehabis jam kuliah selesai, kita datangi ramai-ramai saja apartemen sialan itu….” ajak Marie.

“Tidak mau” kesal Kana.
“Kenapa?”
“Aku sudah menampung kamu, tidak mau repot-repot bertemu dengan gitaris band aneh itu lagi…….”

“Jadi tidak setia kawan nih?” ledek Marie.
“Sudah ah kalian, kenapa selalu adu mulut… Kalian berdua sekarang teman sekamar lho” tawa Kyoko, berusaha mencairkan suasana.

“Lihat, orang sesopan dan semanis Kyoko saja sampai meledek kita” kesal Kana.
“Yasudah kalau tidak mau ikut… Kyoko dan Hiro-Tan akan melindungiku… Aku tidak butuh kamu….”

“Awas, nanti malam akan kusiksa kamu”
“Apa ini, Mitsugi Kana mau bermain BDSM?”

“Nah, sikap kamu yang seperti itulah mungkin yang membuat lelaki brengsek tertarik pada kamu” kesal Kana.

“Ah sudah, ribut melulu…… Ayolah, lagipula kan nanti sore yang mengantar aku dan Hiroshi, Kana juga tidak usah repot-repot lagi” senyum Kyoko, menggamit lengan mereka berdua.

“Sepertinya, aku sekarang tahu kenapa dia dipanggil Kaede-Sama oleh teman-teman SMA nya…..” bisik Kana ke Marie.

“Kenapa?”
“Karena dia selalu berusaha bersikap sopan dan bersikap adil… Seperti bangsawan… Hahaha”
“Benar juga kamu…..”

Marie dan Kana tertawa berdua, sehabis bertengkar, dan Kyoko hanya bisa menggelengkan kepalanya saja melihat kelakuan antik kedua orang temannya ini.

------------------------------

ad943b10.jpg

Hiroshi dan Kyoko duduk di ruang tengah, di depan televisi. Marie sedang sibuk di dalam kamar tidurnya, memmbungkus baju-baju yang ia perlukan untuk menginap dalam jangka panjang di rumah Kana. Kana sudah memintakan izin pada ayahnya, tapi sepertinya ayahnya agak-agak masa bodoh, karena langsung diiyakan.

Sebenarnya sayang untuk meninggalkan apartemen ini. Sewanya masih jalan sampai April, tapi kalau untuk pindah, Marie baru dikirim uang oleh orang tuanya untuk memperpanjang sewa di bulan Maret. Tapi mau bagaimana lagi, Marie tidak nyaman bertetangga dengan Akira Sakurai. Setelah kejadian itu, Marie merasa jijik kepada dirinya sendiri.

Dia merasa tertipu, sudah menyerahkan dirinya untuk ditiduri, sampai dua kali. Walaupun kejadiannya terjadi begitu saja, dan memang karena suka sama suka, terbawa suasana.

Yang menyakitkan memang, ketika Marie membuka hatinya untuk kemungkinan berhubungan romantis dengan Akira, semuanya hancur berkeping-keping. Padahal Marie sudah merasakan perasaan berbunga-bunga saat Akira mengundangnya untuk menonton live shownya.

“Sayang sekali ya, Taniguchi, apartemen ini bagus….. Harga sewanya sama dengan apartemenku, tapi apartemenku studio, tidak ada kamarnya…”

“Kau sewa saja setelah aku”
“Menarik…” Hiroshi menarik napasnya dalam-dalam.

“Mungkin kalian juga boleh kalau mau pakai apartemen ini, kalau butuh variasi, daripada mesti keluar uang untuk love hotel” canda Marie.

“Marie-Chan!” potong Kyoko dengan muka memerah.
“Hahaha… Kami tidak pernah pergi ke tempat seperti itu” jawab Hiroshi santai.
“Soalnya melakukannya di apartemen kan?”

“Sembarangan kamu, Marie…. Sudahlah, mari cepat pergi saja, daripada kamu bertemu dengan tetanggamu…. Kalau soal apartemen ini setelah kamu mau dipakai siapa, kita pikirkan saja nanti…. Tapi memang nyaman di sini, ada ruang tengah, ada kamar juga….”

“Ya kan, kalian bisa seharian mengunci diri di kamar, melakukannya dari pagi sampai malam…… Hati-hati tapi, mungkin kami belum ingin bertemu Hiroshi junior sekarang” ledek Marie, mungkin dia bercanda untuk menghilangkan perasaan gugupnya. Terus terang, dia khawatir sekali, karena kemungkinan bertemu Akira Sakurai sangatlah tinggi.

Itu karena dia tidak tahu jadwal kuliah Akira. Dia tidak tahu orang di sebelah ini kapan saja beraktivitasnya.

“Sudah ah, kamu sudah beres kan?” tanya Kyoko.
“Sudah, tapi aku terlalu takut untuk keluar kamar” Marie menelan ludahnya, membayangkan kalau dia bertemu dengan Akira Sakurai.

“Tenang, kan ada Hiroshi… Masih ingat kan waktu dia mengusir lelaki-lelaki yang mengganggu kita saat di pantai?” ucap Kyoko bangga.
“Ano…” Hiroshi menggaruk kepalanya, sambil berusaha berpikir positif saja, bahwa tidak akan ada keributan antara Marie dan Akira.

“Kalau begitu ayo… Pelan-pelan saja keluarnya agar tidak kedengaran orang…” bisik Marie. Mereka semua mulai memakai alas kaki dan saling mengangguk ketika akan keluar. Hiroshi yang membuka pintunya duluan. Aman. Mereka semua keluar satu persatu dan Marie mulai mengunci dari luar. Marie celingukan, dan ketika mendapati situasi sepi, dia langsung berjalan perlahan, ke arah tangga, meniti tangga turun ke bawah.

Apartemennya berada di lantai tiga. Sadar bahwa tangga sepi, mereka bertiga lalu turun ke bawah, ke lantai dua, lalu ke lantai…

“Taniguchi?”

Sial. Mereka berpapasan dengan Akira Sakurai di tangga.

“….” Marie tidak melihat ke arah Akira dan dia langsung berjalan ke bawah, berusaha melewati Akira.

“Sebentar… Aku mau bicara….”
“Tidak… Tidak mau” balas Marie, dan Akira tidak bisa menghalanginya lagi.

“Menurutku, kita harus mendengar dia mau bicara apa” suara Hiroshi memotong keheningan.
“Hiroshi…” bisik Kyoko sambil menarik lengan pacarnya.
“Tidak usah”

“Bukan begitu.. Cerita kalian terlalu aneh.. Menurutku, biarkan dia bicara di sini sekarang, di depan kita bertiga, setelah itu, terserah Taniguchi, dia mau pergi, pergilah, mau kembali, kembalilah…..”

“Tidak usah, aku tidak mau dengar” balas Marie.

“Setidaknya, kamu harus tahu alasan dia, sebelum memutuskan, alasannya konyol atau tidak”
“Minna… Tapi, izinkan aku bicara berdua saja dengan Taniguchi-San” muka Akira terlihat memerah, sepertinya yang ingin dia katakan memalukan.

“Tidak… Sekarang” Hiroshi mulai menunjukkan muka garang kapten tim basket SMA-nya.
“….” Akira menatap Marie, berharap Marie bicara sesuatu.

“Bicara sesukamu… Cepat, sebelum aku berubah pikiran” sambung Marie, seperti membaca apa yang ada di pikiran Akira.

“Perempuan itu mantan pacarku. Dan dia orang yang menyebalkan. Selama aku pacaran dengan dia, dia memperlakukanku seperti pelayan….. Kami sudah putus dan dia tidak rela… Waktu aku bilang ke teman-teman band akan mengajak Taniguchi nonton, seperti nya dia dengar soal itu dari salah satu anggota band-ku… Jadi dia menunggu aku di backstage, tidak rela aku dengan perempuan lain….. Dan kalau di depan dia, aku tidak berkutik” jelas Akira.

“Oh begitu” Marie masih terdengar kesal.
“Ternyata seperti itu ceritanya, baiklah… terima kasih….” ucap Hiroshi, lega karena sudah mendengar penjelasan dari Akira.

“Kalau begitu… Yasudah, aku pergi” Marie turun ke bawah, dan kedua temannya yang berpacaran itu, mengikuti dari belakang.

Akira hanya bisa terdiam di tangga, menatap ketiga orang tersebut pergi menjauh dari apartemen ini.

“Bagaimana menurutmu, Taniguchi?” tanya Hiroshi, saat mereka sudah ada di trotoar.
“Entah, tapi aku tak suka alasan seperti itu”
“Menurutku dia jujur, dan dia yang ada dalam kesulitan, jadi menurutku tak apa memaafkan dia”

“Dasar laki-laki” sungut Marie ke Hiroshi.
“Eh?”

“Ano… Menurutku Hiroshi ada benarnya, tapi… Kalau aku yang ada di situasi seperti itu, aku tidak akan mau dengan lelaki yang seperti itu……”

“Kenapa?” bingung Hiroshi.
“Kalau memang dia menyukai Marie, pasti dia akan berusaha mati-matian menolak mantan pacarnya yang mengerikan itu. Laki-laki yang serius, tentu akan berusaha menyingkirkan semua perempuan yang mengganggu di hadapannya” senyum Kyoko.

“Hmm….” Hiroshi tampak berpikir.
“Jangan pakai logika Hiro-Tan… Rasakan saja, kalau perempuan yang katanya suka padamu, tapi memperlakukanmu seperti itu, tidak bisa menolak mantan pacarnya yang datang kembali… dengan alasan apapun” sambung Marie.

“Kalau Hiroshi ada di situasi seperti itu, di posisi si lelaki, apakah Hiroshi akan melakukan hal yang sama?”
“Tentu tidak pastinya” jawab Hiroshi tegas.
“Jadi, kita semua bisa berkesimpulan kalau tetangganya Marie salah kan? Walaupun dia juga menyukai Marie, tentu harusnya dia tidak bertingkah laku seperti itu”

“Hmmm… Iya sih”
“Nah” Kyoko lantas menggamit lengan Hiroshi. “Untung kamu tidak seperti itu”

“Bikin iri saja… Yasudah, masih banyak lelaki…. Aku tidak akan jatuh cinta pada lelaki lemah seperti itu”

Hiroshi dan Kyoko lantas saling berpandangan, dan lega karena Marie sudah mengambil keputusan, setelah mendengar kenyataan yang disampaikan oleh Akira. Tentu mereka lega, karena kalau situasi Akira seperti itu dan Marie memutuskan untuk menyambutnya, tentu Marie akan terkena masalah dengan mantan pacarnya Akira juga.

Jadi keputusan Marie, bisa dikatakan tepat, walaupun harus mengorbankan sekitar 3-4 bulan uang sewa apartemen. Tapi toh, rumah Kana jauh lebih nyaman daripada sebuah apartemen sewaan kan?

------------------------------

azabuj10.jpg

“Jadi begitu alasan Sakurai?” Kana melipat tangannya di belakang kepalanya, di atas kasur, di dalam kamar yang hanya diterangi oleh lampu tidur itu.

“Iya” jawab Marie, berguling di atas sofa, yang jaraknya hanya dua meter dari badan Kana itu.

“Terus, kamu masih mau apa tidak?”
“Seperti yang sudah kubilang, tidak mau”

“Kenapa, kalau suatu hari, dia jadi berani dan benar-benar mengusir mantan pacarnya dari hidupnya, berarti dia cukup pantas untukmu bukan?” tanya Kana.

“Tidak, terlalu rumit. Aku berharap mendapatkan cinta yang manis dan berbunga-bunga seperti Hiro-Tan dan Kyoko… Bukan yang penuh cerita masa lalu yang pelik”

“Kamu meledek aku ya?”

“Bukan begitu…. Tapi…. Entahlah, mungkin aku hanya iri pada Kyoko….” senyum Marie sambil memeluk kakinya sendiri.

“Memang, anak itu, dan hubungannya dengan Tanabe…. Membuatku iri juga…. Untung kita berteman dengan mereka ya?” sambung Kana.

“Iya, dan aku ingin mereka berdua berakhir sampai menikah”
“Kalau itu, aku juga sangat mengharapkannya….” balas Kana.

“Ya kan?”
“Iya”

“Mereka akan punya anak yang banyak… Hiro-Tan menjadi chef dan Kyoko mengurus café orang tuanya… Pasti manis sekali” tawa Marie.
“Mimpi untuk kita semua mungkin”
“Ya, tapi aku yakin mimpi itu akan jadi nyata….”
“Aku juga”

“Kalau begitu, mari kita jaga Hiro-Tan dan Kyoko deh”
https://ssl.***********/ui/v1/icons/mail/images/cleardot.gif
“Oke”

“Yakusoku?” tanya Marie dalam kegelapan, sambil mengacungkan jari kelingkingnya ke arah Kana.
“Yakusoku” balas Kana sambil mengacungkan jari kelingkingnya juga.

Kelingking mereka mungkin tidak bertemu, tapi mereka berdua telah berjanji untuk menjaga Kyoko dan Hiroshi dari gangguan-gangguan yang ada.

Untuk mereka, Hiroshi Tanabe dan Kyoko Kaede adalah pasangan yang sempurna. Dan mereka akan menjaganya. Sampai mereka semua tumbuh dewasa dan tua nanti.

------------------------------

BERSAMBUNG
 
CAST PART 26

Kyoko's Timeline:


438be411.jpg


- Kyoko Kaede (19)
- Marie Taniguchi (19) Teman akrab Kyoko di Senmon Gakkou
- Kana Mitsugi (19) Teman akrab Kyoko di Senmon Gakkou

- Hiroshi Tanabe (19), pacarnya Kyoko, teman di Senmon Gakkou

- Akira Sakurai (21) Tetangga Marie di apartemen, Mahasiswa tingkat tiga, Gitaris band Rock, Maria's Mantra

Glossary :

Minna
: Semuanya
Baka : Bodoh / Tolol
Yakusoku : Janji
.... - sama : Tuan - panggilan sopan. Untuk kasus Kyoko dipanggil sebagai Kaede-Sama, itu hanya ledekan teman-temannya saja.
Okasan : Ibu
Senmon Gakkou : Sekolah Kejuruan (setingkat diploma)
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Thx updatenya Om
Jadi begitu toh ceritanya?
Jadi makin penasaran... Kalo Kana dan Marie sudah ikut menjaga kok gak bisa lanjut sampe menikah?
 
Makasih updatenya suhu..
 
Thx updatenya Om
Jadi begitu toh ceritanya?
Jadi makin penasaran... Kalo Kana dan Marie sudah ikut menjaga kok gak bisa lanjut sampe menikah?
Nah itu dia, saya juga heran. Sepertinya hanya ada kejadian hebat yg bikin Kyoko tidak dengan Hiro-Tan
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd