Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT OKASAN NO HATSU KOI - my mom's first love (racebannon)

Bimabet
kyokob10.jpg

OKASAN NO HATSU KOI – PART 8
(my mom's first love)

------------------------------

haruko11.jpg

“Bete amat mukanya?” tanya Papa waktu dia lagi nyetirin mobil. Kita berdua mau ke Mitaka, coffee shopnya Okasan sama Om Zul. Mudah-mudahan di sana ada Tante Ai juga, kangen udah lama gak liat dia. Dan sekarang weekend, hari sabtu tepatnya.

Tante Ai dulu tinggal di rumah, tapi setelah nikah, pindah ke Bintaro sama Om Zul. Tadinya mereka agak ribet, ke sana ke mari Bintaro – Kemang – Sudirman dengan motor dan mobil. Tapi karena transportasi umum Jakarta dan kota-kota sekitarnya jadi bagus, mereka gak ribet lagi.

“Bete lah Pa….” aku ngejawab pertanyaan Papa dulu soal suasana hatiku.
“Masih ada taun depan kan ya?”

“Iya sih….” aku melirik ke raket badmintonku yang tergeletak di jok belakang. Dari kecil, aku gak suka masak, gak kayak Okasan. Aku juga gak suka main musik, gak kayak Papa. Jadinya orangtuaku bingung bakatku apa.

Dan aku juga gak tau, sejak SD kok suka main beginian. Ya, beginian ini namanya Badminto. Sama orang tuaku diseriusin. Disuruh les terus dianter sana sini. Jadinya gini, di tengah-tengah kesibukan sebagai anak kelas 1 SMA yang gak sibuk, aku sibuknya main badminton. Tapi pelajaran gak boleh ketinggalan. Tapi aku masih gak tau aku mau jadi atlet profesional atau enggak, soalnya banyak kejuaraan yang aku skip karena di luar kota dan aku masuk sekolah biasa, bukan sekolah atlet.

Weekend ini, aku abis kalah di babak penyisihan sebuah turnamen junior terbuka. Dan aku bete, karena bisa menang turnamen badminton terbuka di usia segini itu kayaknya asik banget. Terus lawanku tadi di babak penyisihan itu umurnya udah 17. Udah mau mahasiswa kayaknya. Sedangkan aku masih 15. Aku kembungin aja pipiku dari tadi sampe di jalan sekarang.

“Kenapa sih Papa suka main gitar?” mendadak aku nanya ke Papa.
“Suka aja, gak tau, gak ada alasan khusus….”
“Apa yang bakal kejadian kalo misal Papa gak main gitar?” Jujur, kadang kalo lagi gagal gini, pengen berhenti main Badminton aja.

“Bisa gak ketemu Mama kamu lah” tawa Papaku.
“Gitu ya?”
“Iya, gitar itu yang bikin Papa terbang ke mana-mana, bisa sampe Amerika, bisa sampe Jepang, dan ketemu Mama kamu….”

“Tapi Papa pernah jenuh gak main gitar?”
“Kamu pasti bete banget ya, gagal di babak penyisihan awal-awal? Sampe nanya-nanya gitu?” tebak Papa.

“Ngg..” Papa emang ngerti banget aku. Dia bisa nebak apa yang aku pikirin.
“Gapapa bete, Papa juga sering dulu kena rintangan, yang gagal manggung lah, gagal rekaman lah…. Dulu Papa pernah mau dikontrak label Jepang sebagai Gitaris Jazz Solo, tapi gak Papa ambil lho…”

Ngomong-ngomong, selain sama band-nya, Hantaman, Papa udah ngeluarin dua album solo. Tapi gak satupun yang musiknya jazz. Dia malah punyanya album balada, dua biji. Cuma dia sama gitar dan lirik-lirik tentang sehari-hari. Dan itu booming. Lucu ya?

“Oh ya?”
“Iya haha, padahal rekamannya lama di sana, bisa puas tuh pacaran sama Mama kamu kalo jadi…..”
“Kok gak diambil?”

“Soalnya bakal ngorbanin Hantaman….” senyumnya.
“Oh… Emang Hantaman penting banget ya Pa?”

“Itu kan keluarga”

“Hmm…”
“Kamu juga, dari kecil suka banget main nepok-nepokin raket, kadang pantat Mama jadi sasaran…”
“Hahahaha….. Aku gak inget…”

“Ya Papa liat sih kamu main badminton itu bahagia banget ya, dan kalo kamu gagal mencapai apa yang kamu pengen di dunia badminton, pasti nyesek banget……”
“Ho oh…”

“Yah, namanya kegagalan, ujian, rintangan, harus dihadapin lah…. Asal gak lepas mimpi dari hadapan kita…. Ya gak?”
“Hmmm… Iya..”

Aku ngeiyain walau masih bete. Entahlah. Mungkin bener apa dia bilang. Namanya ujian. Bisa gagal bisa enggak. Sekarang gagal. Tapi, tiap taun ada turnamen badminton dan PON masih ada beberapa tahun lagi kan? Mungkin memang masih banyak kesempatan. Dan dikesempatan berikutnya aku bisa berhasil kan?

Aminin dulu aja deh ya?

==================
==================


omote10.jpg

Kyoko tampak gemetar di pagi yang hangat itu. Entah sudah berapa kali dia berlatih memasak dengan Hiroshi, tapi dia tetap tidak bisa menyembunyikan perasaan paniknya.

Sebentar lagi liburan musim panas. Dan setelah liburan musim panas, ada sedikit perkuliahan, lalu semester pertama berakhir.

Artinya? Artinya minggu ini, sudah mulai banyak ujian. Beberapa ujian tertulis sudah Kyoko lalui dengan lancar. Tanpa diperiksa pun, harusnya dia sudah bisa dinyatakan lulus. Tapi, yang jadi batu sandungan untuknya adalah ujian praktik. Ujian praktik memasak terutama. Untuk minuman, harusnya besok tidak ada halangan sama sekali.

Kyoko sudah berlatih, berlatih, dan berlatih, tapi tampaknya belum cukup saja untuknya. Maklum, dimulai dari skill minus, lantas dilatih oleh anak seorang chef yang tampaknya, memasak adalah bernapas untuknya. Apalagi mimpi Hiroshi adalah menjadi chef kenamaan, melebihi keahlian ayahnya, yang katanya adalah selebriti lokal di Ibaraki.

Kereta penuh sekali hari itu. Kyoko begitu gugupnya sampai dia sudah tidak peduli lagi saat badannya terdorong-dorong atau terbawa arus penumpang lain. Dia hanya cukup tahu kapan dia harus turun di stasiun Omotesando.

Buat orang-orang kebanyakan, mendengar nama Omotesando harusnya akan senang. Di situ banyak gerai-gerai elit yang jadi tujuan para maniak belanja. Dan Omotesando sangat dekat dengan Harajuku. Itulah yang membuat Marie menjadi benar-benar kesengsem dengan daerah itu. Tapi buat Kyoko, membayangkan belanja, atau melihat-lihat fashion, membuatnya jadi mual.

Tidak, Kyoko bukannya tidak suka pada fashion, belanja, dan semacamnya. Dia cuma gugup pada ujian praktik dan kepalanya mulai membayangkan hal-hal yang tidak semestinya.

Misalnya, ketololan-ketololan masa kecilnya, lalu kegagalan-kegagalannya ketika latihan masak, bahkan adegan film porno yang pernah ia lihat saat dia memergoki kakaknya sedang menonton di kamarnya berputar-putar di kepalanya.

“Tidak usah khawatir… Aku sudah mengajarkan kamu banyak sekali, jadi untuk ujian praktik saja, harusnya kamu santai”

Kalimat terakhir dari Hiroshi sebelum dia pulang ke apartemennya itu berputar-putar di kepalanya. Kalimat itu sedang bertarung dengan pikiran-pikiran buruknya soal kegagalan dalam memasak. Di dalam kepalanya masih terbayang panci yang meledak, telur yang menetaskan monster, pasta yang berubah menjadi busuk, dan kepala manusia muncul dari penggorengan.

Sebenarnya masalahnya apa? Kenapa sulit sekali untuk Kyoko menemukan kedamaian dalam memasak. Katanya skillnya sudah cukup, mana buktinya? Kok tidak ada perasaan aman dalam diri Kyoko sama sekali?

“Tsugi wa… Omotesando desu…. Deguchi wa… Migi gawa desu….” lamunan Kyoko mendadak hilang dan dia bersiap-siap turun, karena Stasiun Omotesando sudah sangat dekat.

Kemudian, kereta berhenti dan dia berdesakan turun bersama beberapa orang lainnya. Dia sampai di platform dan dia kemudian berjalan dengan cepat ke pintu keluar, berharap segera tiba di halte bus dan menaiki bus yang membawanya ke kampus Senmon Gakkou.

“Lho?”
“Sudah kubilang kan, Hiro-Tan, dia pasti lewat sini”
“Taniguchi memang hebat” senyum Hiroshi.

“Eee… Kok kalian ada di sini?” bingung Kyoko, melihat Hiroshi dan Marie menunggunya di depan pintu keluar stasiun.

“Karena kamu semalaman tidak berhenti mengeluh soal ujian hari ini, dan menemuimu lebih awal, sepertinya bisa membuatmu lebih tenang” sambung Marie.
“Aahh… Terimakasih Marie-chan!” Kyoko lalu memeluk Marie dengan senangnya.

“Eh tapi ini idenya Hiro-Tan”
“E?”

Hiroshi cuma tersenyum aneh sambil menggaruk kepalanya. Dia menatap ke arah Kyoko dengan tatapan yang aneh juga.

“Ide bagaimana maksudnya….”
“Aku bilang ke dia kalau kamu mengeluh terus, dia bilang juga sama, bagaimana kalau kita jemput di stasiun besok pagi, supaya dia terhibur…” senyum Marie.

“Terima kasih, Tanabe, kau memang benar-benar guru yang baik”
“Mudah-mudahan itu juga membuat kamu jadi murid yang baik”

“Habis ujian praktik hari ini, kita makan-makan ya! Terus karaoke!” Marie lantas menggandeng Kyoko dan mereka berjalan menuju halte bus untuk kemudian menuju ke kampus mereka.

“Tapi besok masih ada ujian praktik untuk minuman…..” lanjut Kyoko.
“Kan kalau itu Kyoko-Chan pasti sudah lancar kan? Tidak ada kekhawatiran lagi….”
“Bukan, tapi kalian bagaimana?”

“Tenang, kita tidak lemah di minuman kok”
“Oh jadi dari kita bertiga, hanya aku yang yang tertinggal, lemah di praktik memasak?” tawa Kyoko.

“Sekarang kan tidak lagi” senyum Hiroshi.
“Entahlah…”
“Tidak usah rendah diri begitu, aku tahu kok perkembangan kamu”

Kyoko hanya tersenyum, saat mereka sudah sampai di halte bus. Hiroshi berbalik tersenyum dan mereka saling tersenyum sambil saling memandang.

“Pasti Kyoko sukses…. Kyoko-Chan kan sudah bekerja keras, dan hasil tidak akan jauh dari usahanya kok” Marie dengan ceria, menyambut bus yang akan datang.

Kyoko berpikir, baiklah, dikelilingi oleh orang-orang ini membuatnya merasa semangat juga. Jadi tidak ada alasan untuk dia merasa down. Mungkin, hari ini akan menyenangkan seperti suasana pagi ini.

------------------------------

110.jpg

“Kita sepertinya berlebihan” bisik Marie.
“Iya” jawab Hiroshi.

Kyoko tergeletak dengan lemahnya di dalam apartemen Hiroshi. Hari ini bisa dibilang sukses untuk Kyoko. Dia berhasil melewati ujian tengah semester praktik memasak dengan lancar, walaupun ada beberapa kesulitan yang membuatnya gugup. Tapi untuk ukuran Kyoko, yang masuk ke sebuah Senmon Gakkou tata boga tanpa keterampilan memasak yang baik, ini merupakan prestasi. Nilai B atau C saja pasti akan sudah memuaskan untuknya.

Dan oleh karena itu, dia menyetujui ajakan Marie untuk karaoke. Dan tampaknya, sore itu, tidak ada yang menyadari, berapa banyak asupan alkohol yang masuk ke dalam tubuh Kyoko. Hiroshi dan Marie baru sadar, saat giliran Kyoko menyanyi, suaranya mendadak merdu, dan dia tiba-tiba kolaps ke lantai.

“Ini jam 7 malam dan dia sudah mabuk seperti Ojisan yang stress karena target penjualan divisinya tidak terpenuhi….” keluh Hiroshi sambil menyalakan kompor, merebus air.
“Dia minum banyak alkohol tanpa kita tahu, mungkin karena dia lega, jadi remnya blong…..”
“Dan kenapa mesti aku yang membopongnya? Dan kenapa mesti apartemenku? Nanti aku disangka yang tidak-tidak oleh tetangga”

“Semua orang sudah tahulah, Tanabe, kalau melihat Kaede, tatapannya beda”
“Diam kamu”
“Kasar sekali kamu sama perempuan, tapi kalau sama Kaede, tidak” tawa Marie.
“Dan kamu tumben memanggil orang dengan nama keluarga mereka, Taniguchi”

“Ah, tadi bercanda saja kok….. Aku pulang ya, Kyoko aku serahkan kepadamu”
“APA??”

“Kenapa memangnya? Santai saja, nanti kalau dia sudah sadar, antarkan ke stasiun, atau kalau perlu, kamu antarkan ke Mitaka”
“Taniguchi…. Ayolah, pertama ini apartemenku, berdua saja dengan Kaede tentu tidak pantas…. Lalu, nanti kalau aku antarkan ke rumah, dalam kondisi dia seperti itu, tentu aku akan disangka yang macam-macam, apalagi ada kasus waktu mixer party yang kamu adakan bukan? Bukankah lebih baik kalau kamu yang mengantarkan ke Mitaka?” Hiroshi memohon, agar Taniguchi tinggal.

“Kenapa mesti aku? Aku kan tidak kenal dengan orang tuanya Kyoko…. Kamu yang sering ke sana kan?”
“Terus aku akan ditendang juga oleh kakaknya? Seperti teman kamu yang dari Meiji itu?”
“Taka bukan temanku! Lagipula kita kan ada ujian lagi besok, aku harus cepat pulang…..” senyum Marie.

“Kaede juga besok ujian, aku mohon, Taniguchi, tinggallah di sini sampai Kaede sadar…”
“Tapi aku harus tidur cepat, dalam kondisi seperti ini memang enak untuk langsung tidur, lalu bangun pagi….. Kenapa kamu tidak biarkan Kyoko tidur terus di kasurmu seperti itu?”

“Kaede menginap di kamarku?? Emangnya aku cowok apaan?”
“Ayolah, semua orang kan tahu, seperti yang aku bilang, kalau Tanabe melihat ke Kaede, tatapannya beda” goda Marie.
“Ah… Tidak bisa diharapkan memang kamu….. Taniguchi, ayolah, setidaknya kamu jangan pergi sampai Kaede bangun dan temani aku mengantarkan dirinya pulang ke Mitaka….” Hiroshi menatap ke arah ketel berisi air yang sebentar lagi akan mendidih tersebut. Dia tampaknya ingin membuatkan teh pahit untuk Kyoko, supaya dia bisa segera sadar sewaktu bangun nanti.

“Aku pulang ya?”

“JANGAN!!”

------------------------------

800-mi10.jpg

Dengan ragu-ragu, Hiroshi menekan bel rumah keluarga Kaede. Dia tampaknya terlalu takut kalau dia masuk ke cafenya yang belum tutup itu. Sekarang masih jam 8 malam. Malam masih pagi dan ramai. Tapi Kyoko masih tergeletak tewas di dalam apartemen Hiroshi.

Dia sendiri tidak tahu, ini ide buruk atau tidak. Dalam hati, dia pasti tidak tahu akan berkata apa, kalau ibunya Kyoko yang membuka pintu. Dia menelan ludahnya, tercekat, dan khawatir.

“Hai…” Kyou-Kun yang membuka pintu rumah. Dan Hiroshi lalu bingung harus berkata apa. “Loh, Tanabe?”
“Ah, Hai…. Selamat Malam, Onisan….” ucapnya dengan begitu sopan.
“Kyoko mana?”
“Ano… Kaede-san dia…..”

“Kenapa kamu gemetar begitu? Adikku kecelakaan? Luka? Masuk rumah sakit? Ada apa?” muka Kyou-Kun terlihat panik.

“Aduh.. Tidak tadi….”
“Kenapa, apa dia gagal ujian masak dan dia nangis terus di kampus?”

“Jadi begini….” Hiroshi menarik napasnya panjang dan dia melirik ke arah tangan Kyou-Kun. Di jari-jarinya ada sebatang rokok. Dia takut salah bicara. Salah-salah, rokok itu akan melayang ke mukanya, pasti sakit sekali rasanya.

“Begini bagaiman?”

“Tadi, aku, Kaede-san dan Taniguchi Marie.. Setelah selesai ujian, memutuskan untuk berhibur, dan kami pergi ke karaoke…. Kami berdua tidak sadar, kalau Kaede minum terlalu banyak dan dia… Tumbang… aku dan Taniguchi Marie membawanya ke apartemenku yang dekat dengan tempat karaokenya….. Lalu aku ke sini, memberitahu bahwa Kyoko mabuk berat dan….”

“Ah..” Kyou-Kun menghisap rokoknya dalam-dalam. “Anak itu….”
“….” Hiroshi masih menghitung nasibnya, apakah sang kakak akan menghajarnya atau tidak.
“Sebentar….” Kyou-Kun menutup pintunya, meninggalkan Hiroshi dalam ketidakpastian.

Tak lama kemudian, Kyou-Kun keluar sambil memakai jaketnya. Dia menarik Hiroshi dan membawanya ke arah halte bus.

“Cepat, sebelum ibuku melihat…”
“Eh?”
“Aku tadi bilang, pura-pura darurat ada teman yang kecelakaan…. dia marah sih karena aku meninggalkan café yang sedang ramai, tapi mau bagaimana lagi….”

“Eh?”

“Untung kamu orangnya…”
“Kenapa dengan aku Onisan?”
“Dasar orang Ibaraki, kalau kamu orang Tokyo, apalagi anak nongkrong Omotesando, pasti adikku sudah kamu tiduri!”

“Eh? Aku tidak akan berpikir seperti itu!”
“Serius?”
“Tentu saja! Kaede kan temanku”

“Beberapa temanku kadang suka bicara yang tidak-tidak kalau lihat adikku….. Kadang ingin marah, tapi namanya juga lelaki, mau bilang apa….”
“Oh….”

“Sekarang bawa aku ke apartemen kamu, dan aku akan membawa Kyoko pulang…. Anak itu masih hutang uang taksi waktu dia mabuk di Shimokitazawa… Sekarang dia hutangnya bertambah, sial…” lanjut Kyou-Kun dengan kecut.

“Ano….” Hiroshi masih bingung dengan semua kejadian ini. Dia juga bingung kenapa Kyou-Kun tidak marah.

“Dasar anak itu, kadang-kadang dulu waktu SMA dia suka curi-curi nyolong birku….. Sekarang saja dia masih di bawah umur…. Setidaknya tunggulah sampai umur 20 tahun kalau ingin minum sampai tumbang……” kesal sang kakak. “Belum lagi kalau Okasan tahu, pasti dia marah-marah lagi…. Jadi sekarang judulnya menyelundupkan Kyoko pulang, kamu harus bantu aku!” tegas sang kakak.

“Baik”
“Kamu kuat kan gotong manusia, anak Ibaraki?”
“Kuat…. Dulu aku anak klub basket”
“Tidak perlu tahu juga soal klub basketnya, tapi kalau begitu……. Ah, lupakan saja, aku lebih suka baseball daripada basket….”

“Iya, Kaede-san pernah cerita”
“Nah itu busnya…. Ayo!”
“Ah, Hai!”

------------------------------
------------------------------
------------------------------

untitl10.jpg

“Ah!” Kyoko kaget dan dia bangun. Dia ada di kamarnya. Dia bingung. Ingatan terakhirnya adalah dia sedang minum beberapa gelas minuman keras di tempat karaoke itu. Umur mereka memang tidak dicek karena tampang mereka yang meyakinkan.

Bajunya masih lengkap, kepalanya pening, dan jam sudah menunjukkan pukul 12 malam.

Dengan panik, dia bangkit dan berkaca. Make up nya masih rapih. Tidak kurang satu apapun dan tidak ada yang aneh-aneh terjadi pada dirinya. Dia lalu membuka handphonenya dan membaca beberapa mail yang masuk. Dia mulai dari mailnya Marie.

“Aku pulang duluan ya, kamu aku tinggalkan di apartemennya Hiro-Tan, kamu jangan nakal, kalau tidak mau, bilang kepada Hiro-Tan ya?”

Tidak mau apa? Apa sih yang ada di pikiran Marie? Jadi rupanya Kyoko tadi mabuk begitu parah dan tumbang, lantas diungsikan ke apartemen Hiroshi. Lucu, dia bahkan tidak ingat apartemennya seperti apa dan di mana. Kemudian dia lanjut membuka mail. Satu dari Hiroshi dan satu dari kakaknya.

“Kamu tumbang dan dibawa ke apartemenku, tapi kamu sekarang sudah jalan pulang. Kakakmu menjemput dan kalian pulang naik taksi. Mudah-mudahan tenaga kamu masih ada untuk ujian besok” pesan dari Hiroshi membuatnya tersenyum. Dalam kondisi seperti itu dia masih bisa mendoakan yang positif untuk ujian.

Kyoko bingung dan kehilangan arah.

Dan dengan langkah terhuyung dan pusing, dia merayap ke arah pintu, pura-pura sadar dan keluar dari kamarnya. Suasana rumah sudah sepi. Ibunya pasti sudah tidur. Kakaknya entah. Dia berjalan ke kamar kakaknya dengan gontai. Lantas dia mengetuk.

“Nii-san”
“…”
“Nii-san?”

Tak lama kemudian, pintunya terbuka. Sang kakak masih bangun, dia sedang berlatih bass, melatih fingering, yang wajib hukumnya bagi musisi, tiap hari fingering. Sang kakak menguap, dan kamarnya sangat bau rokok.

“Ano….”
“Baka!”
“Aku….”
“Jangan sembarangan seperti itu terus…. Kamu itu sensitif sekali sama alkohol……” Kakaknya menggelengkan kepalanya.

“Maaf ano… Aku pikir, tak apa bersenang senang, lagipula itu kan sama Tanabe dan Marie….”
“Untung saja tadi si Tanabe bilang ada nama perempuan ikut dengan kalian….. Hampir saja aku tonjok tadi dia karena kupikir kamu terjebak di situasi yang mirip dengan mixer party kemarin……….” kesal sang kakak.

“Maaf… Sekali lagi maaf”
“Kamu masih hutang taksi, dan sekarang hutang taksi kamu bertambah!”
“Ano… Aku…..”
“Kapan bayarnya? Uang jajan kamu pasti habis untuk belanja fashion dan bermain-main dengan teman kamu kan?”

“Ano aku……”
“Sebaiknya musim panas nanti ketika libur kamu part time, biar bisa bayar ongkos taksi” kesal sang kakak. Tampaknya dia kesal sekali. Mungkin kalau Kyoko anak laki-laki, sudah dia gampar agar cepat sadar.

“Iya, Nii-san”
“Tidur sana”
“Baik”

“Eh tunggu!” saat Kyoko mulai berbalik arah untuk kembali merayap ke kamar tidurnya, dia dipanggil lagi oleh kakaknya.

“Kenapa, Nii-san?”

“Pertama kan kamu sensitif sama alkohol. Kedua, kamu masih di bawah umur, kalau mau hancur-hancuran ingat itu…. Nanti saja pas sudah 20 tahun…. Yang ketiga, kamu jangan kayak begitu di depan lelaki. Untung tadi Tanabe…. Coba semacam Taka lagi? Aku tidak bisa terus-terusan menjaga kamu…. Suatu hari nanti kamu akan jadi orang mandiri, yang bertanggung jawab sendiri…….. Ayolah….”

“Iya, maafkan aku…….” Kyoko membungkuk begitu dalam ke arah kakaknya.
“Untung Okasan tidak tahu… Dia tahunya kamu bermain di tempat teman sampai malam…….. Besok jangan bahas ini lagi!”

“Baik, Nii-san….”
“Oh iya, lebih baik kamu cari pacar! Pacari saja sana si Tanabe, biar ada yang jaga kamu kalau aku tidak ada!”

“Ano….”
“Kenapa? Tidak suka dengan dia? Kalau tidak suka ya sudah… Cari yang lain…. Sudahlah, aku berlatih lagi….. Jangan ganggu lagi”

“Iya, Nii-san” pintu kamar Kyou-Kun tertutup kembali.

Kyoko merayap dan dia akhirnya masuk kembali ke dalam kamarnya. Dia menguncinya dari dalam dan dia bergerak dengan bodohnya ke arah kasurnya dan dia membenamkan dirinya di sana. Dia menarik napas panjang dan menatap ke langit-langit.

Untung Tanabe. Coba orang lain. Siapa yang akan jaga dia? Ini Tokyo, kejam untuk perempuan muda yang labil. Dan entah kenapa, ucapan kakaknya terngiang-ngiang di kepalanya. Tidak suka dengan Tanabe? Entah. Dia tidak tahu harus menjawab apa.

Yang dia tahu, ketika dia membayangkan muka Tanabe Hiroshi, alias Hiro-Tan, yang terpikir hanya beberapa hal.
https://ssl.***********/ui/v1/icons/mail/images/cleardot.gif

Yakni adegan Hiroshi masak, senyum Hiroshi saat dia memuji mimpi Kyoko untuk melanjutkan café milih orang tuanya, dan Tatsuro Yamashita. Suara lembut dan empuk penyanyi pria itu berputar di telinga Kyoko, setiap dia membayangkan Hiroshi. Ya, ada hal yang sama. Kenyamanan.

Tapi, entah. Itu apakah bisa dibilang suka atau tidak. Yang pasti, semakin sering bertemu dengan Hiroshi, Kyoko tampaknya makin senang.

Dan dia merasakan seperti apa yang dideskripsikan dalam lagu Sparklenya Tatsuro Yamashita.

“Wonder in your world, Sparkle in my heart”

------------------------------

BERSAMBUNG

==================
==================


CAST PART 8

Haruko's Timeline:


- Haruko Aya Rahmania (15) anak semata wayang Arya dan Kyoko, tokoh utama MDT
- Arya / Achmad Ariadi Gunawan (47), Sang ayah, suami dari Kyoko

Kyoko's Timeline:

- Kyoko Kaede (18)
- Marie Taniguchi (18)
- Hiroshi Tanabe (18)
- Kyou-Kun / Kyoshiro Kaede (22)

Glossary :

Tsugi wa, Omotesando desu. Deguchi wa, Migi gawa desu
: Menandakan sudah tiba di Stasiun Omotesando, dan pintu kereta sebelah Kanan lah yang akan terbuka
Ojisan : Paman / Om-Om
Onisan / Nii-San : Kakak laki-laki
Okasan : Ibu
Otosan : Ayah
Senmon Gakkou : Sekolah Kejuruan (setingkat diploma)
 
ga doubel update om, kan kamis katanya ga bisa posting masih sibuk....
 
Thx updatenya hu
Jadi sudah merasa nyaman ya...
Tinggal nunggu Hiroshi nembak keknya langsung diterima :Peace:
 
kayaknya ada salah penulisan ya om?

"Kita berdua mau ke Mitaka, coffe shopnya Okasan dan Om Zul."

apa harusnya ke Bintaro ya?atau Kemang?lupa gue coffe shop nya si Zul ada dimana.


so,tante Ai nikah sama ok Zul??kok bisa?
 
kayaknya ada salah penulisan ya om?

"Kita berdua mau ke Mitaka, coffe shopnya Okasan dan Om Zul."

apa harusnya ke Bintaro ya?atau Kemang?lupa gue coffe shop nya si Zul ada dimana.


so,tante Ai nikah sama ok Zul??kok bisa?

Zul tinggal di Bintaro, nama cafe punya Zul dan Kyoko adalah "Mitaka", lokasinya di Kemang :D
 
napa gw jd inget cerita taiko yah heuheuheu...
btw thanks suhu updatenya
 
Yg sampe sekarang ane gak terima kenapa Zul yg dapat Aisyah Ariadi Gunawan...kenapa om kenapa..
Trus kapan jumpanya tu 2 makhluk kan di MDT 2 belum pernah jumpa selain waktu Launching Mitaka

Kenapa harus Gilang yg dapat Tara bukan nya kembali ke Zul aja Taranya dan Gilang sama Sarah. Jadi Ai nya msh sama saia. Ngemeng opo akyu ini :D

Anyway makasih apdetnya ya om. Have a nice day & have a nice trip.:beer:
 
Yg sampe sekarang ane gak terima kenapa Zul yg dapat Aisyah Ariadi Gunawan...kenapa om kenapa..
Trus kapan jumpanya tu 2 makhluk kan di MDT 2 belum pernah jumpa selain waktu Launching Mitaka

Kenapa harus Gilang yg dapat Tara bukan nya kembali ke Zul aja Taranya dan Gilang sama Sarah. Jadi Ai nya msh sama saia. Ngemeng opo akyu ini :D

Anyway makasih apdetnya ya om. Have a nice day & have a nice trip.:beer:

Inget nggak om Arya pernah nge gap zul malem2 dirumah arya banyak yg nyangkain Zul affair ma kyoko
 
Suka bgt sama konflik2nya haruko, masih seputaran konflik yg biasa dihadepin anak seumuran dia hahaha mantap suhu racebannon memang
 
Inget nggak om Arya pernah nge gap zul malem2 dirumah arya banyak yg nyangkain Zul affair ma kyoko

Mungkin Zul lagi PDKT ma Ai ya..:pandatakut:
Kenapa ane biarin tuh si Panjul main2 ke rmh Arya. Dah bosan idup apa. Atau mo minta jotosan Bagas x ya :pandaketawa:

Kok bisa lupa ane. Apa mgkn ini karena MDT 2 msh ngider planet UrAnus :pandabelo:

Piss om:Peace:
 
Penasaran konfliknya Arya dengan Ai... apakah masih dingin sedingin sepertiga malam akhir?
 
Yg sampe sekarang ane gak terima kenapa Zul yg dapat Aisyah Ariadi Gunawan...kenapa om kenapa..
Trus kapan jumpanya tu 2 makhluk kan di MDT 2 belum pernah jumpa selain waktu Launching Mitaka

Kenapa harus Gilang yg dapat Tara bukan nya kembali ke Zul aja Taranya dan Gilang sama Sarah. Jadi Ai nya msh sama saia. Ngemeng opo akyu ini :D

Anyway makasih apdetnya ya om. Have a nice day & have a nice trip.:beer:
Dulu seingat ane suhu RB pernah kasih spoiler setelah MDT 2 berhenti tayang, waktu si Ai sempat kabur dari rumah gara2 tau si Arya selingkuh. Nah itu dia kaburnya ke rumahnya si Zul.
 
Bimabet
Mungkin Zul lagi PDKT ma Ai ya..:pandatakut:
Kenapa ane biarin tuh si Panjul main2 ke rmh Arya. Dah bosan idup apa. Atau mo minta jotosan Bagas x ya :pandaketawa:

Kok bisa lupa ane. Apa mgkn ini karena MDT 2 msh ngider planet UrAnus :pandabelo:

Piss om:Peace:


Nah itu bisa jadi sebenarnya nganterin n pdkt ma ai si zul
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd