Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT OKASAN NO HATSU KOI - my mom's first love (racebannon)

Bimabet
BTW, harap dimengerti kalo cerita ini progressnya lambat. saya mau eksplor banyak aspek di kehidupan Kyoko muda dan Haruko.

So, ini gak akan berakhir cepat :D
Setuju suhu..explore lagi kepolosan kyoko muda suhu. Penasaran juga sama kana, apakah akan ada edisi mahasiswa sm dosen?
 
Banyakin scene anggia dan anaknya aja hu seru bacanya
Bikin senyum senyum sendiri haha
 
kyokob10.jpg

OKASAN NO HATSU KOI – PART 30
(my mom's first love)
------------------------------

b6c7e410.jpg

Tokyo, kota yang sangat ramai. Dan saking ramainya, untuk pendatang seperti Atsushi Okubo, keramaian itu bisa berubah jadi sepi.

Tapi malam itu, di malam pertama Kana Mitsugi mengunjungi apartemennya, dia tidak merasa kesepian lagi.

“Anh….. Ahhh…” Kana mengerang pelan, saat badan Okubo mulai memasuki dirinya. Dia merasakan kehangatan yang sudah lama tidak ia rasakan. Dia sudah sangat menginginkannya. Okubo yang membuatnya jadi seperti itu.

Setelah semuanya masuk, Okubo lantas mencium bibir Kana, memeluknya sambil menggerakkan tubuhnya, memberikan rangsangan ke tubuh Kana.

“Nngghh….” Kana merasakan nafas Okubo di tubuhnya saat Okubo bergerak. Kana melingkarkan kakinya di pinggang Okubo. Mereka bersetubuh, dengan mesranya malam itu, di dalam cahaya temaram kamar Okubo.

Okubo bergerak dengan sabar, memberikan rangsangan gila-gilaan yang merayap dari dirinya ke tubuh Kana. Dia benar-benar membuat perempuan ini merasa spesial.

Yang ada di kepala Kana cuma Okubo, yang dengan pastinya sedang menggaulinya, bergerak dengan penuh perasaan di dalam tubuh Kana. Tubuh Kana merasakan perasaan yang sudah lama tidak dia rasakan. Kenikmatan yang besar. Ecstasy. Dia merasa diperlakukan sebagai wanita dewasa oleh Okubo. Buah dadanya menempel di badan Okubo. Dia tak bisa menahan semua rangsangan gila itu, dia menggigit bibirnya sendiri dan berusaha agar dirinya tidak terlalu berisik.

Dan kepala Kana mendadak mengingat ulang, memorinya dari pertama ia bertemu dengan Okubo, sampai detik ini.

--

latte_10.jpg

“Oh… Aslinya dari Gunma ternyata” balas Kana.

Gunma, adalah sebuah perfektur yang terletak di utara Tokyo. Nama ibukotanya adalah Maebashi. Atsushi Okubo berasal dari sana, tumbuh besar dan bekerja juga di sana. Dia merupakan pegawai sebuah perusahaan konstruksi sipil. Dia mengurus sebuah proyek yang lumayan besar di Tokyo sebagai staf yang mengurus manajemen konstruksinya.

Sebelumnya, dia hanya mengurus konstruksi di Gunma dan sekitarnya. Tapi karena prestasinya baik, dia lantas ditempatkan di Tokyo, khusus untuk satu proyek saja.

“Iya, aku sering sekali pulang ke Gunma, seminggu sekali bahkan” Atsushi Okubo, membalas ucapan Kana sambil meminum kopi panasnya, di sebuah tempat yang cozy, di sudut Shibuya itu.

“Repot tidak pulang bolak-balik Tokyo Gunma?”
“Awalnya iya, tapi karena aku tampaknya sulit pindah dari Gunma, lama kelamaan jadi sangat-sangat terbiasa. Jadi kalau weekend, aku jadi anak orang tuaku lagi”

Atsushi Okubo, 25 tahun. Beda umurnya dengan Kana lumayan jauh. Umur Kana 19 tahun. Jadi bedanya dengan Okubo sekitar 7 tahun.

“Pasti kau sangat menyayangi orang tuamu”
“Haha, bukankah kita semua begitu? Lagipula, setelah proyek beres, akhir tahun ini, aku pindah lagi ke Gunma…. Tapi ada obrolan dari petinggi, aku akan dilempar lagi ke Osaka… Namanya juga orang proyek, dipindah-pindah begitu semau-maunya perusahaan…”

“Repot juga ya”

“Yah, demi pekerjaan… Lagipula, sewa apartemen kan dibayari oleh perusahaan. Sebenarnya aku bisa saja tinggal di asrama kantor, tapi karena isinya semua teman-teman di pekerjaan, jadi sulit untuk istirahat, apalagi kalau mulai minum-minum….. Jadi tidak tenang kalau ingin tidur… Hahahaha” tawa Okubo, menatap lekat mata Kana.

“Tapi apa tidak jadi boros?”
“Kan aku ada mobil”
“Oh? Kok tidak lihat di apartemen?”
“Aku simpan di kantor… Jadi jumat setelah pekerjaan selesai, aku langsung jalan ke Gunma, macet sedikit tidak apa… Hanya menghabiskan waktu dua jam saja kok”

Kana mengangguk-angguk tanda mengerti. Dia sebenarnya tidak tahu kenapa bisa ada di sini bersama Okubo. Setelah pertemuan pertama, mereka jadi intens berkirim mail, dari mulai bertanya kabar sampai mengobrol ringan. Dan Okubo, malam itu setelah kerja, akhirnya mengajak Kana untuk mengobrol bersama, di sebuah café.

“Ngomong-ngomong, besok Mitsugi-San katanya masih ada ujian ya? Apa tidak apa-apa sampai semalam ini kamu di luar rumah?” tanya Okubo.
“Tidak… Aku tidak biasa belajar sampai larut malam sebelum ujian…. Aku sudah belajar dari jauh-jauh hari, jadi sebelum ujian aku bisa bersantai dan menarik napa sejenak…. Supaya rileks ketika ujian” senyum Kana dengan anggunnya.

“Tadinya, sebelum tahu kalau kamu kuliah di Senmon Gakkou, kupikir kamu sudah bekerja lho”
“Haha, masa”

“Iya, entah kenapa aura kamu seperti perempuan dewasa… Bukan berarti mahasiswa belum dewasa ya, cuma ada sedikit vibe office lady yang keluar dari dirimu” senyum Okubo.

“Bisa saja”
“Tidak, serius kok… Kupikir kita seumuran, tahunya kamu masih lebih muda”

Kana tersenyum simpul, sambil menatap ke arah kopi di hadapannya. Atsushi Okubo benar-benar tipenya. Kalem, bicaranya pelan dan sopan, tampilannya rapi, ala-ala salaryman muda yang rajin, potongan rambutnya juga tidak macam-macam, benar-benar bersih. Not to mention kacamata yang terlihat mahal, bertengger di mukanya.

“Jadi, selain Gunma – Tokyo pulang pergi, apalagi yang menarik dari dirimu?” tanya Kana.
“Yang pasti, karena keluarga dan teman-temanku semuanya di Gunma, rasanya memang sedikit agak kesepian di apartemen….”

“Setelah temanku pindah kesana minggu depan, pasti tidak akan sepi lagi…. Marie.. Eh, Taniguchi orang yang ramah dan ramai, pasti Okubo-San tidak akan kesepian lagi”
“Hehehe”

“Oh, sebentar lagi aku harus pulang tapi, sudah terlalu malam juga” senyum Kana, sambil melihat jamnya. Sudah pukul setengah sebelas malam, tapi walau begitu, masih banyak orang yang lalu lalang di Shibuya.
“Baiklah.. Mau aku antarkan sampai rumah? Mungkin agak bahaya kalau sendirian pulangnya..”
“Ah, aku sudah biasa, ini Tokyo, orang-orang masih banyak yang di luar rumah jam segini”
“Oh.. Baiklah, tapi mungkin kita masih bisa mengobrol di perjalanan, daripada bosan di jalan sendiri kan?”

“Tapi nanti Okubo-San pulangnya bagaimana?”
“Tidak masalah, kalau aku sih… Bisa naik taksi pulangnya”

Naik taksi. Taksi di Jepang mahal. Berarti di usia yang masih relatif muda untuk ukuran salaryman, Okubo sudah lumayan penghasilannya. Di Jepang yang serba senioritas, ada seorang pemuda yang bisa dipindah tugaskan karena prestasinya, itu adalah sebuah pencapaian tersendiri. Tentunya pencapaian itu, di dunia kerja, diterjemahkan jadi fasilitas dan tunjangan.

“Baik kalau begitu”
“Ngomong-ngomong, aku senang bicara denganmu, rasanya tidak seperti bicara dengan mahasiswa, tapi seperti bicara dengan orang yang seumuran…. Apakah kita boleh bertemu lagi di lain waktu?”
“Boleh saja”

“Baiklah…” senyum Okubo dengan kalemnya ke arah Kana, menjadi penutup yang indah untuk malam ini.

------------------------------
------------------------------
------------------------------

5795cb10.jpg

Satu minggu sudah lewat sejak pertemuan pertama Okubo dan Kana. Besok, Marie akan mulai pindah ke apartemen baru. Dan di malam itu, mereka berdua, Atsushi Okubo dan Kana Mitsugi, sedang makan malam di sebuah tempat makan yang sederhana, di dekat apartemen tersebut.

“Temanmu pindah besok ya?”
“Iya”
“Kamu akan membantunya pindahan kan?” tanya sang lelaki.

“Mungkin” senyum Kana.
“Kenapa mungkin?”

“Hahaha… Di satu sisi aku senang, temanku dapat apartemen sewaan baru yang harganya masuk akal dan lingkungannya enak, tapi di sisi yang lain, aku sedikit lega, karena selama ini kan dia menumpang di rumahku”

“Iya, kamu sudah cerita….. Berarti kamu akan sering main ke sana?”
“Mungkin”
“Kalau iya, aku tentu akan senang sekali” senyum Okubo.

“Kenapa memangnya?” tanya Kana, dengan ekspresi malu-malu.
“Karena bisa lebih sering bertemu denganmu?”
“Ahaha… Kenapa memangnya?” Kana yang biasanya judes dan dense itu, mendadak agak lumer.

“Aku suka bicara denganmu. Kamu lebih dewasa dari umurmu” puji Okubo.
“Masa?”
“Setidaknya begitu yang aku rasakan… Kalau kamu bilang, kamu sudah bekerja, apalagi kalau kamu mengaku kalau dirimu adalah office lady, aku akan percaya”
“Terlihat lebih dewasa atau lebih tua?” canda Kana, mencoba ikut dalam arah obrolan yang disetir oleh Okubo.

Setidaknya, selama dia berbincang, dan makan berdua dengan Okubo, pikirannya dapat teralihkan dari Abe-Sensei. Dia merasa damai dengan hadirnya orang seperti Atsushi Okubo. Tapi entah kenapa, dia tidak merasa perlu mengumbar berita ini dengan Marie dan Kyoko. Kalau Marie bertanya kepadanya, kenapa pulang malam sekali, dia hanya perlu mengatakan kalau dia habis bertemu teman. Lagipula, teman-temannya kadang terlalu heboh untuk urusan seperti ini..

Obrolan mereka berdua sangat nyambung, dan bahkan Kana jadi luwes terbawa oleh aliran pembicaraan yang nyaman ini. Kana merasa dianggap sebagai perempuan dewasa. Mungkin karena, dia menganggap teman-temannya bertingkah seperti anak-anak.

Tak lama kemudian, mereka berdua selesai makan. Okubo mendadak mengambil kuitansi yang ditaruh di meja oleh pelayan toko, menatapnya, dan bersiap untuk membayar.

“Okubo-San, bagianku berapa?” tanya Kana. Sedang berpacaran atau tidak, budaya pergi bareng di Jepang adalah membayar masing-masing.
“Tidak, biar aku saja” senyum Okubo sambil menumpuk peralatan makan yang ia gunakan.

“Eh?”
“Lagipula, aku yang mengajakmu bertemu kan?” Kana tidak dapat berkata apa-apa lagi. Kana hanya menarik napasnya dengan berat, karena dia merasa tidak sopan dan berhutang pada Okubo.

“Baiklah” balasnya dengan keberatan.
“Tunggulah di luar, sepertinya banyak yang mau masuk”
“Iya”

Kana tersenyum kecil dan dia keluar dari tempat makan yang sederhana itu. Beberapa orang tampak menunggu meja kosong, dan dia bersyukur sudah pergi dari meja tadi, jadi orang-orang yang menunggu ini dapat mengambil meja tersebut. Dia lantas berdiri di depan restoran, melihat ke arah jam tangannya.

Masih pukul 7 malam, dan sekarang masih dalam masa rehat sehabis ujian, sebelum pengumuman nilai. Nilai baru akan diumumkan di akhir minggu ini. Ditambah lagi, besok Marie mulai pindah ke apartemen baru, tempat di mana Okubo tinggal.

“Maaf, kalau lama” Okubo keluar dari dalam restoran, dan dia berdiri di samping Kana. Okubo melepas dasinya dan membuka kancing atas kemejanya. “Sudah mulai hangat ya cuacanya”

“Iya”
“Sakura sudah mulai bermekaran”
“Betul” jawab Kana.

“Dan ritual melihat bunga sakura bermekaran ala kantor yang membosankan pasti akan segera terjadi” senyum Okubo, sambil mulai berjalan.
“Membosankan? Menurutku Sakura Hanami ala kantoran menyenangkan, dan ada aura kedewasaan yang menyenangkan di baliknya” senyum Kana, langkahnya mengikuti Okubo.
“Ya… Mungkin orang luar akan melihatnya seperti itu, tapi kalau kamu jadi salaryman, Sakura Hanami adalah tempat dimana kamu akan cari perhatian kepada para direktur dalam bentuk menjilat”

“Hmm"

“Ya, kamu menuangkan sake ke gelas mereka tanpa pernah minum setetespun dari botol yang sama” tawa Okubo. “Tapi kalau kamu menundukkan kepalamu terus dan terus tersenyum, kamu akan cepat promosi dan mendapatkan posisi yang bagus”

“Jangan bilang kamu seperti itu” Kana tersenyum, melihat Okubo yang sepertinya makin hari makin terbuka kepadanya.

“Aku bisa ada di Tokyo ini, mungkin karena aku seperti itu”
“Hahaha, memang berat ya jadi orang dewasa”

“Berat. sekarang rasanya lebih ringan”
“Kenapa?”
“Mungkin sejak kita saling bertukar kontak, perasaanku jadi lebih ringan” tawa Okubo. Secara tak sadar, mereka ada di halte bus.

Kana mendadak tersipu dan hatinya berdebar. Okubo melihat jadwal bus dan dia melihat ke arah jam tangannya. “Lima menit lagi busku datang… Yang ke arah stasiun 7 menit lagi… Jadi mungkin aku akan pergi duluan” senyumnya.

Kana membalasnya dengan senyum, dan dia menarik napas panjang. Bicara dengan Okubo rasanya fulfilling. Perkenalannya dengan Okubo akhir-akhir ini membuatnya merasa dianggap sebagai perempuan dewasa.

“Ya… Kita bisa bertemu besok kan?” tanya Okubo retoris.
“Iya, aku menyempatkan diri membantunya pindahan kalau begitu”
“Kalau begitu mudah-mudahan besok aku tidak ada pekerjaan sampai larut, jadi aku sudah bisa pulang di jam normal…. Kalau kamu belum mau pulang cepat dari apartemen temanmu, kita bisa bertemu lagi berarti” senyum Okubo dengan kalem..

“Tapi kalau tidak bagaimana, misalkan Okubo-san ada pekerjaan mendadak, atau ternyata pindahannya sangat sibuk?” senyum Kana, sebenarnya dia berharap pertemuannya dengan Okubo malam ini tidak berakhir begitu cepat.


“Atau malam ini kita mau cari tempat untuk mengobrol? Kita bisa mencari café” usul Okubo.
“Boleh saja”
“Atau…. mau minum kopi di apartemenku saja? Hitung-hitung kamu berkunjung duluan ke tempat temanmu?”

“Ah?” jantung Kana berdegup dengan kencangnya.

“Maaf, mungkin aku terlalu lancang, bicara apa aku, mengundang perempuan ke tempatku…” tawa Okubo malu-malu.
“Ahahaha… Tidak apa-apa”
“Kalau kamu tidak nyaman, mungkin kita bisa cari café…”

“Sebenarnya tak apa… Aku tidak berpikir ke arah yang macam-macam kok” senyum Kana.
“Kebetulan, aku punya banyak bubuk kopi dari macam-macam coffee shop, mungkin aku bisa suguhkan kamu favoritku” tawa Okubo-San, dan entah kenapa mukanya jadi cerah. Kana tersenyum kepada lelaki ini, dan dia merasa beruntung karena dia mengenalnya.

---

b6c7e410.jpg

“Aahhhhh” Kana mengejang, dan Okubo malah bergerak semakin deras. “Aa… Ah… Ah.. Uhhh… AH!” Kana memberontak sejadi-jadinya di dalam pelukan Okubo. Dia lantas mengejang, mengerang, dan melepaskan kenikmatannya sejadi-jadinya, walaupun bisa dibilang, mereka tidak melakukannya dalam waktu yang lama.

Okubo mendadak berhenti, dan dia menegang pula.

“Nnh..” Dia mengerang pelan, dan mereka berdua saling berpelukan. Napas mereka berdua berat dan mereka tampak lega. Okubo menarik napas panjang, dan dia menarik alat kelaminnya dari dalam tubuh Kana. Kana mengejang pelan, dan dia lantas meneriman ciuman mesra dari Okubo.
https://ssl.***********/ui/v1/icons/mail/images/cleardot.gif

“Mnnn….” erang Kana dengan manisnya, saat Okubo menciumnya, dan mereka berpelukan dengan erat.

“Aku sayang kamu” bisik Okubo. Dan Kana hanya mengangguk pelan, sambil meraba dada Okubo. Mereka berpelukan kembali di atas kasur sempit itu, dan mereka tidak menyesali sedikitpun langkah yang mereka ambil hari ini.

Akhirnya, ada lelaki yang bisa mengalihkan perhatiannya dari Abe-Sensei. Dan sepertinya worth it untuk diperjuangkan. Setelah sekian lama, Kana merasa jatuh cinta kepada orang yang tepat.

Dan dia membiarkan dirinya terbuai dalam mimpi yang manis, bersama Atsushi Okubo malam itu.

------------------------------


BERSAMBUNG
 
CAST PART 30

Kyoko's Timeline:


438be411.jpg


- Kana Mitsugi (19) Teman akrab Kyoko di Senmon Gakkou
- Atsushi Okubo (25) Tetangga Marie, menjalin hubungan khusus dengan Kana, pekerja kantoran.

Glossary :


Sakura Hanami : Piknik melihat bunga sakura bermekaran
Okasan : Ibu
Senmon Gakkou : Sekolah Kejuruan (setingkat diploma)
 
Akhirnya Kana....

Artinya emang beneran pria dewasa adalah tipenya...
:panlok3:
 
Thanks update nya om

Wah kayaknya yg ikut ke nikahan kyoko kana sama okubo ya om
 
Ditinggal tidur malah apdet
Woi yg masuk gretongan sini ma rebu ganti tiket masuk.

Makasih apdetnya om :D
 
Ini tiga sekawan...
Kyoko - Marie - Kana

Udah mulai 'kenal' lelaki saja..
Serasa masih abegeh...
 
Mampir hu, selalu, seperti biasa, cerita yg dikemas secara detail, dan selalu juara untuk diikuti..
Lanjutkan hu..
 
Suhu RB ntar kalok ini uda tamat,gaberniat bikim cerita yang pov utama nya si stefan setan? Xixixixi
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd