Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT OKASAN NO HATSU KOI - my mom's first love (racebannon)

kyokob10.jpg

OKASAN NO HATSU KOI – PART 22
(my mom's first love)

------------------------------

110.jpg

Suara televisi mengalun di ruangan apartemen Hiroshi, di malam natal itu. Suhu di luar sangatlah dingin. Walau baru pukul tujuh malam, tapi di musim dingin seperti ini, langit sudah gelap, dan cahaya matahari digantikan oleh lampu yang hingar bingar dan ceria di seluruh penghujung Tokyo.

Di dapur apartemen Hiroshi, ada seorang perempuan muda yang ceria.

Rambutnya pendek dan ditata agar terlihat agak acak-acakan. Dia memakai sweater yang bewarna manis, rok lebar yang berwarna senada, dan stocking gelap yang menghalau dingin dari kakinya. Dia memakai apron, tanda dia sedang bekerja di dapur.

Hiroshi Tanabe sedang di depan televisi, menonton acara-acara yang tak jelas, menunggu kekasihnya menyelesaikan tugasnya di dapur.

Nasi sudah lebih dahulu matang. Dia ada di dalam rice cooker dengan aman. Salad, sebagai side dish, tentu sudah bisa dikerjakan terlebih dahulu dengan mudah. Dan sebagai teman nasi, Kyoko sedang memasak beberapa hal sekaligus dengan saksama.

Miso soup, shogayaki dan karaage. Untuk miso soup, harusnya aman. Tadi Hiroshi sudah mencicipinya dan rasanya sesuai. Hirosi sengaja meminta makanan Jepang yang sederhana untuk malam natal ini, karena dia yakin, Kyoko bisa memasaknya dengan mudah setelah berlatih bersama-sama dalam berbulan-bulan.

Hiroshi bangkit, untuk memeriksa pekerjaan Kyoko.

“Bagaimana?” tanya Hiroshi, yang berdiri di belakang Kyoko.
“Shogayakinya baru saja selesai, tapi aku khawatir akan cepat dingin karena karaagenya baru saja aku masukkan ke dalam minyak” jawab Kyoko.
“Nah, perlu dicatat itu, timing. Supaya semua selesai pada waktu yang bersamaan”
“Hehehe”

“Tapi lucu hari ini… Rasanya seperti…….” bisik Hiroshi
“Seperti apa?”
“Kita seperti pasangan suami istri” tawa sang lelaki.
“Hahaha” tawa Kyoko tersipu. Lucu. Mereka baru mau masuk ke usia 20-an. Dan Kyoko benar-benar merah mukanya. Dia membayangkan situasi pernikahan dengan Hiroshi Tanabe. Pasti manis sekali.

“Kalau menggoreng pakai minyak, benar-benar diperhatikan waktunya ya, lebih sedikit nanti gosong” bisik Hiroshi sambil menghirup wangi rambut Kyoko.
“Baik”

Hiroshi kembali ke depan televisi. Suasana malam itu sungguh damai, malam natal yang indah, yang akan diwarnai oleh masakan rumahan yang sedang dimasak Kyoko, dan semua kehangatan sepasang kekasih yang dimabuk cinta.

------------------------------

japane10.jpg

Makanan untuk malam itu sudah tersedia di atas meja kecil, yang terletak di karpet apartemen Hiroshi. Kyoko duduk di bawah, menghadapi makanan, menunggu reaksi Hiroshi.

Semuanya tersaji disitu, Nasi yang hangat, karaage, shogayaki, dan miso soup. Makanan rumahan. Hiroshi tampak antusias dan dia tampak ingin segera memakannya.

“Merry Christmas, Kyoko” senyum Hiroshi sambil mengangkat mangkuk yang berisi nasi putih.
“Merry Christmas juga, Hiroshi” balas Kyoko, belum mulai makan, dan dia menunggu reaksi Hiroshi saat mencicipi masakannya.

Sebenarnya Kyoko sangat-sangat gugup, karena dia khawatir Hiroshi tidak akan suka. Tapi dia berusaha menahan perasaan gugupnya itu. Dia ingin memberikan yang terbaik untuk pacarnya yang jago masak itu.

“Wah, Shogayakinya enak, Kyoko” Hiroshi tampak menikmatinya.
“Yang benar?”
“Benar”
“Ah, untunglah”

“Jangan terlalu khawatir, sudah aman kok sekarang, kan tidak ada yang sulit” sambung sang lelaki.
“Hehehe, terimakasih untukmu berarti” Kyoko mulai mengambil makanan dan dia pun makan bersama Hiroshi.

“Oh, kamu pakai kalung itu?”
“Iya, yang kamu berikan ketika ulang tahun… Aku suka sekali kalung ini, cantik” puji Kyoko atas pilihan pasangannya.

“Cocok sekali denganmu”
“Berarti pilihanmu bagus”
“Pilihan kalungnya atau pilihan pacarnya?” goda Hiroshi, bercanda.

“Apa-apaan….. Hahahaha”
“Hehe… Eh?” Hiroshi tampak kaget saat dia mengunyah karaage yang dimasak Kyoko. Matanya seperti bingung, dan dia mencari kertas tissue, untuk memuntahkan karaage itu. Kyoko kaget, dan dia panik.

“Hiroshi, kenapa? Apa kamu tersedak?” Kyoko menghampiri Hiroshi yang berusaha mengatur napasnya setelah mengeluarkan makanan itu dari mulutnya.
“Itu… Tidak” senyum Hiroshi, seperti menutupi sesuatu.
“Apa ada yang salah dengan makanannya?” Kyoko tampak khawatir.

“Itu…. Coba kamu lihat” Hiroshi mengambil karaage yang dimasak oleh Kyoko, dan membedahnya dengan sumpit di hadapan kekasihnya. Hiroshi tersenyum kecil dan Kyoko pun terbelalak.

“Ah!! Maaf kaaaaaaannnnn” Kyoko lemas, melihat daging ayam yang masih belum matang di dalam. Kyoko langsung cemberut dan dia memeluk kakinya sambil merengut. “Aku masih payah ya?”

“Ahaha… Tidak kok, ini kesalahan biasa…. Sepertinya tadi adonan tepungnya terlalu tebal, jadi dari luar kelihatan seperti sudah matang, padahal sebenarnya belum… Tapi tadi ada yang matang sempurna kok” hibur Hiroshi.

“Aku payah” kesal Kyoko.

“Tidak, tidak payah, kamu kan baru bisa dan baru mulai mahir memasak, kesalahan seperti ini biasa kok” Hiroshi menepuk-nepuk pundak Kyoko.

“Dan dengan bodohnya aku berharap Hiroshi menyenangi masakanku….. Sepertinya aku memilih hadiah natal yang salah untukmu” kesal Kyoko, sambil memandang masakannya yang teronggok di atas meja.

“Tapi yang kamu masak enak, salahnya hanya di karaagenya saja… Kalau kamu terus-terusan memasak, nanti kesalahannya makin lama makin sedikit kok… Shogayakinya enak, sup miso nya takarannya pas, bukan sup miso instan kan? Dan proporsi dressing saladnya juga enak… dan itu bukan dressing instan… Kamu buat sendiri semuanya, dan itu kemajuan yang sangat pesat lho… Jangan down hanya karena karaagenya belum matang sempurna saja”

“Nnn…”
“Haha, ngambek lagi kamu” Hiroshi memeluk Kyoko dari belakang dan menghirup wangi rambutnya.
“Kita lanjutkan makan? Karaagenya tidak kita makan berarti, atau bisa saja kita makan tapi kita periksa satu-satu”

“Yasudah” balas Kyoko. “Kamu memang selalu paling bisa menghiburku”
“Karena aku sayang kamu” Hiroshi lantas mendaratkan ciuman kejutan yang lembut di pipi Kyoko. Setelah Kyoko kaget, dia lantas beringsut ke posisinya semula, tersenyum puas dan melanjutkan makan. Kyoko masih terpaku.

“Kyoko, ayo makan, jangan diam saja” goda Hiroshi. Kyoko tersenyum malu dan dia menuruti Hiroshi. Walau ada sedikit kegagalan, tapi kemajuan Kyoko sangatlah pesat, dan Hiroshi merasa bangga karena dia yang membuat Kyoko jadi seperti itu.

Dan jamuan makan malam yang disiapkan oleh Kyoko, ternyata tidak segagal yang Kyoko pikirkan.

------------------------------

Kyoko sedang mencuci piring di dapur apartemen kecil itu. Malam itu begitu menyenangkan untuknya. Somehow, Kyoko merasa momen ini lucu. Mereka berdua seperti keluarga kecil yang sedang romantis-romantisnya. Hiroshi tampak seperti sedang memainkan handphonenya. Dia duduk di karpet, sambil menunggu Kyoko selesai beres-beres.

Setelah selesai mencuci piring, dia lalu mendatangi Hiroshi, dan duduk di sebelahnya.

“Kamu kapan pulang ke Ibaraki?”
“Lusa” jawab Hiroshi atas pertanyaan Kyoko.
“Pasti menyenangkan ya, akhirnya pulang kampung”
“Iya, aku tidak sabar menghabiskan tahun baru bersama keluarga, tampaknya aku memang agak sedikit kesepian di Tokyo, untung ada kamu dan segala macam kegiatan lainnya yang membuat aku sibuk” Hiroshi menutup handphone flipnya dan menaruhnya di meja.

“Oh, jadi aku membuat kamu sibuk?” goda Kyoko.
“Bisa dibilang begitu” seringai Hiroshi. “Tapi sibuk yang menyenangkan tentunya”
“Ahaha…” tawa Kyoko kecil, sambil melihat ke arah jam tangan mungilnya.

“Oh iya, sebelum kamu pulang…..” Hiroshi berdiri dan dia membuka lemari bajunya. Dari dalamnya dia mengeluarkan sebuah bingkisan yang cantik. Kyoko tersenyum. Ini pasti hadiah natal dari Hiroshi.

“Selamat natal” Hiroshi duduk kembali dan memberikannya pada Kyoko.

“Boleh aku buka sekarang?”
“Tentu saja” jawab Hiroshi.

Dengan hati-hati, agar bungkus yang begitu rapi itu tidak robek, Kyoko membuka hadiah natalnya dengan jantung yang berdegup kencang. Apa kira-kira isinya. Dia menebak-nebak, tapi dia terlalu bingung untuk menebaknya.

“Ah…. Kamu…. Benar-benar tahu apa yang aku suka” senyum Kyoko dengan cerianya. Di dalam beberapa layer bingkisan yang cantik, Kyoko menemukan sebuah CD. CD tersebut, tentu saja adalah CD dari penyanyi favorit Kyoko Kaede. Tatsuro Yamashita.

s-l64010.jpg

Kyoko memutar-mutar kotak CD itu di tangannya. Hadiah natal dari Hiroshi adalah CD single Tatsuro Yamashita yang legendaris dan jadi lagu natal kebanggaan masyarakat Jepang, Christmas Eve.

“Mudah-mudahan kamu senang” bisik Hiroshi.
“Senang? Ini lebih dari senang….” tawa Kyoko sambil memeluk CD itu.
“Syukurlah”

“Kenapa sih kamu selalu memanjakan aku?” tanya Kyoko sambil tersipu malu. Dalam hati, dia mengingat saat-saat pertama mereka berkenalan dan perjalanan mereka sampai di titik ini.

“Karena aku sayang kamu?”

Hiroshi bergerak pelan ke arah Kyoko, dan dia mencium lembut bibir Kyoko. Bibir mereka berdua bertemu, dengan nyaman dan hangatnya. Di luar sana, semakin malam udara semakin dingin, tapi di dalam kamar Hiroshi, rasanya begitu hangat dan nyaman.

Dengan perlahan, bibir mereka berdua saling beradu, dan Kyoko mendadak menahan bahu Hiroshi.

“Ng?” Hiroshi kaget karena Kyoko melepas bibirnya.

“Kamu tahu tidak?” bisik Kyoko.
“Apa?”
“Aku berbohong” tawa Kyoko kecil.
“Berbohong soal apa?”

“Hadiah”
“Maksudnya?”
“Hadiah natal dariku bukan cuma masakanku”
“Eh?”

Kyoko tersenyum manis dan dia bergerak ke arah tasnya. Dari dalam tasnya dia keluarkan sepasang sarung tangan hangat. Sepasang sarung tangan itu dihiasi oleh pita merah besar, dan di sana ada satu kertas ucapan kecil. Hiroshi Tanabe tersenyum lucu dan dia menerima hadiah itu dari Kyoko. Perlahan dia buka pitanya, dan dia coba untuk memakainya. Ternyata pas.

“Ah… Lega sekarang”
“Kenapa memangnya?”
“Aku khawatir tidak cukup” tawa Kyoko.

“Kamu merajutnya sendiri ya?”
“Hehehe”

“Terimakasih… Belum pernah ada yang memberiku pakaian hangat rajutan sendiri” bisik Hiroshi.
“Uso” goda Kyoko.
“Serius” Hiroshi membuka sarung tangan tersebut dan dia meletakannya di atas meja kecil. Dia lalu membuka kartu ucapan yang tadi disematkan oleh Kyoko pada sarung tangan tersebut.

Hiroshi membaca ucapan yang ditulis oleh Kyoko.

“Tanabe Hiroshi, terimakasih sudah bersamaku, sudah memanjakanku, mengajarkanku banyak hal dan menyayangiku. Selamat Natal, mudah-mudahan seluruh natal dalam hidupku, kurayakan bersama dengan kamu. Love, Kaede Kyoko”

Hiroshi tertegun dan dia menatap ke arah kekasihnya. Senyum Kyoko malam itu begitu cantik, dan dia ingin menikmati senyum itu seumur hidupnya. Semuanya, tidak hanya senyumnya. Tapi kehangatan yang dia rasakan selama bersama berdua, dia harap akan bisa dia nikmati seumur hidupnya.

“Kamu, benar-benar….” Hiroshi menggelengkan kepalanya, dan dia menatap ke arah CD Playernya. “Kemarikan” dan Kyoko memberikan CD hadiah dari Hiroshi tersebut. Hiroshi membuka bungkusnya, dan dia mulai memainkan lagu tersebut.


Ame wa yofukesugi ni (Hujan malam ini)
yuki e to kawaru darou (Mungkin akan berubah menjadi salju)
Silent night, Holy night


Kitto kimi wa konai (Sepertinya kamu tidak akan datang)
hitorikiri no kurisumasu-ibu (Dan di malam natal ini aku sendiri)
Silent night, Holy night


Kokoro fukaku himeta omoi (Sepertinya perasaan yang kupendam dalam hati)
kanaeraresoumo nai (tidak akan jadi kenyataan)


Kanarazu konya nara (Setidaknya malam ini)
e souna ki ga shita (Aku bisa mengatakan perasaanku)
Silent night, Holy night


Mada kienokoru kimi e no omoi (Perasaanku kepadamu masih menyala)
yoru e to furitsuzuku (menumpuk seperti salju sampai malam)


Machikado niwa kurisumasu-tsurii (Pohon natal di sudut jalan)
giniro no kirameki (Bersinar perak)


Silent night, Holy night

The rain late at night will
probably change into snow.
Silent night, holy night...


Mereka berdua mendengarkan lagu itu, sambil berdekatan, duduk bersebelahan. Tangan mereka berdua saling menggenggam.

“Sedih lagunya ya” bisik Hiroshi.
“Iya”
“Tidak seperti kita”
“Tidak, tidak seperti kita berdua” senyum Kyoko, dan mereka mendadak larut dalam kemesraan lagi.

Mereka berdua kembali berciuman dengan pelan, dengan tangan saling menggenggam. Irama lagu natal dari Tatsuro Yamashita malam itu menuntun mereka berdua. Hiroshi Tanabe, mencium Kyoko Kaede dengan hangatnya.

Bibir mereka berhenti berciuman. Mereka saling menatap, dan napas mereka bersatu. Secara otomatis, Kyoko naik ke pangkuan Hiroshi, mereka berpelukan dengan erat, merasakan suhu badan mereka masing-masing.

“Daisuki” bisik Kyoko.
“Onaji” balas kekasihnya.

Dan ciuman itu kembali terjadi. Entah untuk berapa lama. Bibir mereka bertemu dengan lembutnya, menghentikan waktu. Udara terasa ringan di dalam apartemen itu. Dan suasananya semakin intens. Mereka tidak bisa berhenti berciuman. Bibir lembut Kyoko terasa begitu hangat untuk Hiroshi. Rasanya begitu familiar, rasanya begitu nyaman.

Lagu terus mengalun mengiringi mereka, karena untuk mereka berdua, keintiman itu yang mereka butuhkan. Bahkan mungkin, irama degup jantung mereka jadi senada. Kyoko melingkarkan tangannya di leher Hiroshi dan Hiroshi melingkarkan tangannya di pinggang Kyoko. Bibir mereka terus beradu, saling merasakan kehangatan masing-masing.

Hiroshi melepas ciumannya dan dia memeluk Kyoko dengan erat.

“Sayang.. Aku harus pulang” bisik Kyoko lirih.
“Aku tahu”

Tapi, walaupun Kyoko berkata seperti itu, dia tidak bergerak dari pangkuan Hiroshi. Dia malah makin masuk ke pelukan kekasihnya dan badan mereka menempel begitu eratnya, sampai mungkin sulit untuk dipisahkan.

“Bisa tinggal di sini sebentar saja? Aku masih ingin bersamamu” ucap Hiroshi langsung ke telinga Kyoko dan Kyoko, mengangguk dengan pelan. Dia menutup matanya dan dia membiarkan kekasihnya menciumi bibirnya lagi. Ini pertama kalinya mereka berciuman dan bermesraan selama itu.

Secara tak sadar, tangan Hiroshi masuk ke balik baju Kyoko, Kyoko menarik bibirnya dari bibir Hiroshi. Mereka saling menatap untuk sekian lama, tangan Hiroshi tidak bergerak, dan tidak ada satupun dari mereka yang melanjutkan apapun untuk beberapa detik. Hiroshi menatap mata Kyoko dengan dalam.

Kyoko lantas mengangguk. Entah untuk apa, tapi dia mengizinkan pria kesayangannya untuk melakukannya.

Perlahan, dengan tersipu malu, Hiroshi mengangkat sweater Kyoko, yang menutupi atasan lengan panjang Kyoko. Dengan malu, wajah Kyoko bersemu merah. Ini pertama kalinya dirinya dilucuti pakaiannya oleh seorang lelaki. Mereka berdua merasakan kecanggungan di dalam kemesraan mereka.

“Mnn…” Kyoko tampak bergumam, dan dia merasa butuh untuk memulai juga. Dengan gerakan yang tidak wajar dan malu-malu, dia meraih kemeja hiroshi, dan membuka kancingnya satu persatu. Hiroshi diam saja, pasrah. Mereka berdua tampak kaku.

Perlahan dalam ketidakpastian, Kyoko membuka kemeja Hiroshi perlahan sambil menciumi bibir Hiroshi pelan-pelan.

Seluruh kancing kemeja Hiroshi sudah terbuka, dan mereka berdua terdiam, bingung, harus melakukan apalagi setelah ini.

“Maaf, aku…” bisik Kyoko. “Ini, pertama kalinya… Aku…”
“Aku juga….” balas Hiroshi.

Mereka berdua saling tersenyum dan Hiroshi mencium lembut pipi Kyoko.

“Aku sayang kamu”

Kyoko terdiam, tersipu, dan tangan Hiroshi melangkah ke atasan Kyoko. Kyoko menuntunnya, dan mereka berdua bekerja sama dalam kecanggungan dan keintiman yang luar biasa, melucuti pakaian Kyoko. Kyoko menutup matanya dengan malu, menghindari tatapan Hiroshi saat dia hanya memakai pakaian dalam saja di tubuh atasnya. Selanjutnya, Hiroshi mencopot semua baju bagian atasnya, dan mereka berpelukan kembali.

Mereka terdiam, dan mungkin berpikir, haruskah itu terjadi malam ini? Haruskah malah natal yang sempurna ini ditutup dengan kemesraan yang lebih lanjut?

Mungkin iya. Mungkin ini saatnya. Mungkin ini saat yang tepat untuk memadukan cinta Hiroshi Tanabe dan Kyoko Kaede ke jenjang berikutnya. Mungkin ini saatnya mereka berbagi cinta.

Selanjutnya, dengan perlahan dan dalam kaku, Hiroshi melucuti rok Kyoko dan Kyoko membantunya melepaskan celananya. Mereka saling berhadapan hanya dalam pakaian dalam saja.

“Hiroshi?”
“Ya?”

“Aku… Ano… Bisa tolong kamu matikan lampunya….. Aku….” Kyoko menutupi buah dadanya yang masih berbalut pakaian dalam, meminta kekasihnya mematikan lampu. Hiroshi mengerti. Kyoko pasti malu tampil telanjang bulat di depan pacarnya. Itu sangat-sangat bisa dimengerti.

Hiroshi mengangguk, mengiyakan, dan perlahan, dia berjalan untuk mematikan lampu. Sekarang ruangan apartemen mini itu hanya disinari oleh lampu-lampu jalan yang menembus dari balik tirai tipis jendela apartemen sewaan tersebut.

Sang lelaki lantas berjalan ke arah sang perempuan di tengah kegelapan itu. Mata mereka bertemu tanpa cahaya. Tangan mereka saling menggenggam, dan sang lelaki menuntung sang perempuan ke arah kasur. Mereka duduk bersebelahan, tangan mereka berdua masih saling menggenggam. Degup jantung mereka terdengar begitu keras, begitu liar tapi begitu tenang.

Hiroshi berpaling dan mencium telinga Kyoko, lalu menghirup aroma wangi rambutnya dalam-dalam.

Mereka lantas berpelukan dan bergumul di kasur. Bibir mereka saling bertemu, jiwa mereka saling terpaut.

Pelukan mereka begitu erat, dinginnya malam itu kalah dengan suhu badan mereka yang hangat, bergabung menjaid satu dalam paduan cinta mereka.

Sudah tidak ada kata-kata lagi malam itu. Sudah tidak ada bunyi apapun lagi malam itu. Yang ada, adalah bersatunya cinta Hiroshi dan Kyoko malam itu. Mereka saling berciuman dengan mesranya, melupakan apapun yang mereka harus lupakan. Di dalam kepala Hiroshi, hanya ada Kyoko dan di dalam kepala Kyoko, hanya ada Hiroshi.

Satu-satunya suara yang didengar oleh Hiroshi adalah suara napas Kyoko, walaupun lagu Christmas Eve berulang kali terputar di CD Player miliknya. Satu-satunya yang dirasakan oleh Kyoko adalah sentuhan kulit Hiroshi, walaupun kasur Hiroshi pun menyentuh tubuhnya. Mereka berdua berpelukan dengan kencang, dengan bibir mereka saling beradu dalam hangatnya cinta mereka.

Di saat seperti ini, insting benar-benar menguasai mereka. Insting mereka dikendalikan oleh rasa cinta mereka, oleh kedekatan mereka, dan oleh napas mereka.

Tangan Hiroshi merayap ke bawah, mencoba melepas celana dalam Kyoko, pelan-pelan. Dengan lembut dan penuh perhatian. Kyoko tidak melawan, dia mengikhlaskan dirinya pada Hiroshi Tanabe. Dan Hiroshi Tanabe, kini sudah berusaha untuk melucuti seluruh pakaiannya. Dia telanjang bulat di atas kasur, memeluk Kyoko.

Kaki Kyoko melingkar di pinggang Hiroshi. Dengan ragu, mereka kembali berciuman, berusaha meredam irama jantung mereka yang berdegup liar dan tak beraturan.

Mereka saling menatap dalam kegelapan. Di dalam pelukan Kyoko yang hanya mengenakan pakaian dalam di bagian atas tubuhnya, Hiroshi menatap Kyoko, meminta izin atas apapun yang perlu diizinkan.

Dan karena Kyoko merelakan itu terjadi, dia mengangguk pelan, sambil membiarkan Hiroshi mengecup keningnya perlahan.

“Ah…” Kyoko meringis saat dia dan Hiroshi mulai bersatu. “Yukkuri….” bisik Kyoko ke Hiroshi yang mulai ada di dalam dirinya. Mereka berdua sangat excited. Pelan tapi pasti, mereka jadi satu entitas.

Di malam natal ini, mereka melakukannya untuk pertama kali.

Walaupun mereka masih hijau, Hiroshi mencoba untuk melakukannya dengan lembut. Dia menciumi Kyoko, bergerak perlahan, dan berhenti ketika Kyoko tampak tidak nyaman. Begitu juga dengan Kyoko, dia berusaha merasakan badan Hiroshi di dalam dirinya. Dia tidak pernah merasakan perasaan seperti ini.

Kehangatan yang menjalar. Cinta yang dibuktikan dalam bentuk fisik. Kyoko berusaha untuk membuat dirinya agar tidak tegang. Dia percaya pada lelaki ini. Dia percaya, bahwa Hiroshi mampu mencintainya sepenuhnya. Beberapa kali, agar Kyoko nyaman, Hiroshi memelankan dirinya, berhenti, maupun menciumi bibir Kyoko dengan lembut.

Kyoko, malam itu, merasa diperlakukan dengan sangat hangat. Hiroshi seperti tahu titik-titik di mana dia merasa belum terbiasa. Jadi ketika Kyoko mulai merasa tak nyaman, dia tidak memaksakannya.

Mereka berdua masih hijau, tapi sesaat lagi, mereka sudah tak sepolos dulu.

Mereka bergumul, dengan gerakan yang lembut, penuh kasih sayang dan hati-hati. Napas mereka bersatu di tengah kegelapan malam dan lantunan lagu natal yang bertema tentang kesepian.

“Ng..”
“Daijobu?”
“Ah… Hai.. Daijobu… Ah…”

Kyoko mengerang pelan, berusaha memelankan suaranya. Sensasi macam apa ini? Rasanya seperti ada sengatan listrik yang nikmat di seluruh indranya. Kenapa ini begitu menyenangkan? Kenapa hal yang dulu dianggap menakutkan olehnya ini terasa begitu nyaman?

Katanya, dalam hubungan ranjang, lelaki egois. Tapi malam ini, itu tidak terbukti. Hiroshi dengan sabar dan pengertiannya, mencoba untuk memberikan cintanya kepada kekasihnya secara lembut dan menyenangkan.

“Mmnn…” mereka berdua berciuman dengan lembut, tanpa jeda. Lagipula, bukankah waktu berhenti untuk mereka?

Waktu sengaja memberi mereka tempat dan ruang untuk memadu kasih. Mereka saling memeluk, meraba, mencium, dan bersatu.

Mereka bergerak dengan penuh kasih sayang. Mereka benar-benar dimabuk cinta. Lama kelamaan, gerakan mereka makin halus dan makin alami. Badan mereka berdua tampak cair, menjadi satu. Kyoko menutup matanya, dan di dalam kepalanya cuma ada lelaki itu. Kenikmatan yang menjalar, membius tubuhnya, sungguh tak dapat dia bayangkan sebelumnya.

“Hiroshi… Hhh… Ah…” bisik Kyoko, sambil memeluk kencang badan Hiroshi. Mereka saling berdempetan, saling memadu kasih, dan mereka tidak ingin saling melepas.

Pengalaman pertama ini sungguh gila.

Badan mereka jadi satu, dan hati mereka pun jadi satu.

“Nnngg….” Kyoko mendadak panik dan dia seperti akan berteriak. Entah kenapa, rasanya tubuhnya begitu sensitif. Rambatan perasaan nyaman yang aneh dari bagian intimnya kini seperti ingin membuatnya berteriak.

“Mnnn…” Kyoko berusaha menahan dirinya, dia takut untuk berteriak di tengah sepinya malam ini. Suara lagu yang terus berulang-ulang itu jelas akan kalah.

Dengan otomatis, Hiroshi menciumnya. Menahan suara yang sepertinya akan keluar. Hiroshi tampak hanyut dalam suasana. Dia bergerak dengan lembut dan leluasa. Napasnya semakin berat. Napas Kyoko juga. Sepertinya, mereka berdua akan meledak dalam suatu perasaan asing yang baru pertama kali mereka rasakan.

“Kyoko….” bisik Hiroshi.
“Nnnn….” Kyoko tak bisa merespons.

“Ahh…” Hiroshi tampak akan meledak dan dia tidak mampu berbuat apa-apa lagi. Secara alami, dia mundur, dan badan Kyoko tampak mengejang pelan. Badan Kyoko menjadi kaku, dan rasa kenikmatan yang tadi dia rasakan di sekujur tubuhnya, kini membius otaknya dan memerintahkan tubuhnya untuk bereaksi. Terutama pita suaranya, rasa kenikmatan itu memanipulasi pita suara Kyoko, agar Kyoko mengerang dengan hebatnya, karena dirinya seperti begitu lepas.

“Nnggg…..” Kyoko berusaha menutup mulutnya, takut suaranya akan merambat ke mana-mana. Hiroshi langsung menarik tangannya dengan lembut dan menciumnya. Napas mereka masih berat.

Mereka merasakannya bersamaan. Mereka seperti tidak percaya, apa yang sedang terjadi.

Dalam napas yang berat, Kyoko dipeluk oleh Hiroshi. Badannya seperti lemas. Kyoko merasakan ada kehangatan yang aneh di sekitar pahanya. Sepertinya sesuatu keluar dari badan Hiroshi dan mengenai tubuh kekasihnya.

Kyoko lantas tersenyum dengan muka yang bersemu merah. Dia menatap kekasihnya dengan perasaan penuh.

“Kyoko…. Daijobuka?”
“Nn..” jawab Kyoko dengan lemah. “Ureshii da ne…” bisik Kyoko malu-malu.

Hiroshi tersenyum. Dia mencium bibir Kyoko sekali lagi dan mereka saling berpelukan dengan erat. Kyoko tak menyangka, pengalaman pertamanya dengan lelaki akan semanis dan sehangat itu. Dia tidak bisa menggambarkannya dengan kata-kata, kecuali dengan ciuman yang penuh perasaan kasih sayang ke Hiroshi.

“Jangan ke mana-mana dulu” bisik Hiroshi. “Aku ingin memelukmu semalaman”
https://ssl.***********/ui/v1/icons/mail/images/cleardot.gif
“Hehehe” tawa kecil Kyoko membuat hati Hiroshi berbunga.

Mereka berdua tersipu malu. Dan sepertinya, Kyoko tidak akan pulang dalam waktu cepat. Dia masih ingin dipeluk dan disayang-sayang oleh Hiroshi. Kasur Hiroshi terasa begitu nyaman untuknya. Dia menutup matanya, merasakan pelukan dari pria tersayangnya itu. Dan tidak seperti lagu Christmas Eve miliki Tatsuro Yamashita, di malam natal itu dia tidak sendiri.

Mulai malam natal itu, Kyoko ingin merasakan kehangatan yang sama setiap tahunnya.

Dan mulai malam natal itu juga, dia berjanji, tidak akan pernah berpisah dengan Hiroshi Tanabe.

What a silent night.
What a holy night.

------------------------------

BERSAMBUNG
 
CAST PART 22

Kyoko's Timeline:

438be411.jpg


- Kyoko Kaede (19)
- Hiroshi Tanabe (19)

Glossary :


Shogayaki : Masakan yang terbuat dari daging Babi
Karaage : Ayam goreng tepung
Uso : Bohong
Daisuki : Aku sangat suka kamu / I Love You
Onaji : Sama / Aku juga
Daijobu : It's Okay / Baik-baik saja
Daijobuka? : Apakah baik baik saja?
Yukkuri : Perlahan
Ureshii
: Bahagia
Okasan : Ibu
Senmon Gakkou : Sekolah Kejuruan (setingkat diploma)
 
Dah lama gak da adegan pembantaian di episode ini sedikit terobati dgn dbantainya Kyoko dgn perlahan lahan.

Makasih apdetnya om :beer:
 
Sejujurnya saya jadi khawatir, karena saya tebak sebentar lagi bakal ada konflik. Juga pikirkan apa yg bikin Kyoko tidak dengan Hiroshi lagi :aduh:
 
Bimabet
The updatenya om
Full chapter bahas Kyoko dan Hiroshi tanpa masuk ke masa sekarang sama sekali. Tapi pasti semua reader maklum karena yang diceritakan belah durennya Kyoko :panlok2::panlok2::pandapeace:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd