Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT OKASAN NO HATSU KOI - my mom's first love (racebannon)

Bimabet
Mantab suhu. Siapa lagi yg kepikiran ma arya hu. Mantan ny bukan cuma 2?
 
Oia hu. Mau nanya. Kenapa ai g pernah d ceritain lgi d sini. Padahal adek arya lo
 
kyokob10.jpg

OKASAN NO HATSU KOI – PART 25
(my mom's first love)

------------------------------

hatsum10.jpg

“Akimashite Omodetou Kyoko-Chan!!” teriak teman-teman SMA-nya saat Kyoko menghampiri mereka, setelah dia berdoa di kuil dengan kakak dan ibunya.

Suasana kuil pada tahun baru itu sangat ramai di Mitaka. Kyou-Kun dan Miyoshi Kaede sedang berbincang-bincang dengan orang lain, seperti para tetangga atau orang-orang yang mereka kenal.

Kyoko berkumpul dengan teman-teman SMA-nya yang memang rumahnya dekat semua. Kiyomi Asahina, Chisa Yamato, dan Aina Yoshida. Sewaktu festival musim panas, mereka juga pergi bersama dan bertemu dengan Hiroshi, Kana dan Marie.

“Mana pacarmu?” tanya Aina jahil.
“Pulang, ke Ibaraki” jawab Kyoko.

“Jadi dia kurang menyayangi Kaede-Sama ya? Menyedihkan….” ledek Aina.
“Kan dia juga punya keluarga….”

“Iya, kupikir dia juga ada di sini, tidak pulang kampung, untuk bersama Kyoko di suasana tahun baru” tawa Chisa.
“Kan malam natal kulewatkan bersamanya” jawab Kyoko bangga.
“Iya deh, yang sudah bisa masak sekarang…..” Kiyomi ikut nimbrung sambil sibuk mengetik di handphonenya.

“Melewatkan malam natal sampai besok paginya, Kaede-Sama?” sambung Aina.
“Tidak kok, hanya makan malam saja” senyum Kyoko.
“Yang dimakan oleh Tanabe apa? Kamu ya?” goda Chisa.

Kyoko hanya diam saja sambil menahan malunya. Mukanya bersemu merah.

“Lihat, muka Kaede-Sama merah begitu” tawa Aina. “Pasti ada apa-apa di malam natal itu”
“Sudahlah…. Kenapa jadi membicarakan aku sih?”
“Soalnya kamu punya pacar, kamu kan memang susah punya pacar dari dulu, pemalu sekali sih sama lelaki”

“Kyoko? Mau pulang atau mau mengobrol dulu?” tanya Kyou-Kun yang muncul mendadak.
“Sepertinya masih mau di sini, Nii-San duluan saja” jawab Kyoko dengan pasti.
“Oke kalau begitu…. Sampai bertemu di rumah” Kyou-Kun melambai ke arah Kyoko dan dia kemudian berlalu, sepertinya mencari sang ibu.

Kiyomi tampak memperhatikan Kyou-Kun dari jauh, senyum-senyum sendiri.

“Apa sih yang kamu lihat dari Nii-San, kenapa kamu suka sama dia dari dulu?” bingung Kyoko, langsung mencecar Kiyomi.
“Nii-San kamu itu cool! Musisi pula, keren sekali, aku pernah nonton dia manggung lho” jawab Kiyomi.

“Kok bisa kamu menikmati Jazz, sulit kan musiknya?”
“Enak tapi.. aku menikmatinya dengan baik kok”
“Ah, apa yang akan terjadi ya, kalau Piano-Sama nanti jadi bersaudara ipar dengan Kaede-Sama~” goda Aina ke Kyoko dan Kiyomi.

“Sudah lama sekali, tidak ada yang memanggilku Piano-Sama……” kesal Kiyomi. Kiyomi memang berlatih piano sejak kecil, dan ketika SMA, dia mulai menyukai musik jazz. Tak heran kalau kemudian dia langsung jatuh hati pada Kyoushiro Kaede, walau sang adik menganggapnya itu hal yang aneh.

“Kamu ikut klub musik kan di universitas kamu?”
“Iya”
“Pasti banyak dong musisi yang jauh lebih ganteng daripada kakaknya Kyoko?”
“Aku tidak melihat fisik.. Kalau keren, ya keren saja” sungut Kiyomi.

“Nii-San kakkoi dari mananya, Kiyomi-Chan…. Aku jadi bingung” Kyoko menggaruk-garuk kepalanya di udara dingin itu.
“Kamu senang dong harusnya…. Ada yang suka dengan kakak kamu” balas Kiyomi.
“Entah… Rasanya aneh ada orang yang menggemari dia” tawa Kyoko.

“Iya, kayak Ojisan sih kakaknya Kyoko” bisik Aina.
“Aku setuju, dia seperti seorang Ojisan…..” bisik Kyoko balik.
“Piano-Sama terbutakan oleh musik”
“Aku setuju” balas Kyoko lagi.

“Berisik ah, kalian kok tidak senang teman kalian suka sama lelaki”
“Asal jangan Nii-San sih kami senang” ledek Kyoko.
“Jahat sekali sama kakakmu sendiri” tawa Chisa.

“Jadi kamu ada di sisi Piano-Sama?” ledek Aina.
“Tidak” balas Chisa tanpa ampun. “Tapi Kyou-Nii-San sepertinya butuh penggemar, yang sama-sama musiknya aneh seperti dia”

“Jadi diledek terus aku nih?” kesal Kiyomi. “Harusnya kan yang banyak di ledek itu Kaede-Sama, karena dia baru punya pacar”

“Tapi pacarnya manusia normal”
“Iya memang, kakakku tidak normal” tawa Kyoko lebar sambil menutup mulutnya dengan punggung tangan.

“Menyebalkan” Kiyomi menendang kaki Kyoko pelan.
“Aduh”
“Piano-Sama menggunakan kekerasan!” Aina menunjuk ke arah Kiyomi.

“Tidak adil, dari kita berempat, yang punya julukan menggunakan –sama cuma aku dan Kyoko saja.. Dan Kyoko pakai nama belakangnya, aku pakai sebutan Piano-Sama… Teman macam apa kalian” Kiyomi menggembungkan pipinya tanda kesal.

“Yasudah, siapa mau ke rumahku? Orang tuaku buat mochi tahun baru ini” tawa Aina.
“Wah, menarik” Kyoko tampak bahagia.

“Kalau begitu… Aina dipanggil Mochi-Sama saja!” teriak Kiyomi sambil menujuk ke arah Aina.

“Apa-apaan sih?” bingung Aina, dengan bercandaan aneh Kiyomi.
“Iya, Piano-Sama kenapa?” Kyoko juga bingung.
“Ayo, tinggalkan saja Piano-Sama disini” sambut Chisa.

“Mengesalkan!”

------------------------------

“Terimakasih, Kyoko, selamat tahun baru juga. Suasana di rumahku ramai sekali sekarang. Beberapa teman datang ke rumah dan Oyaji bilang, katanya tak sabar ingin bertemu kamu” balasan ucapan tahun baru dari Hiroshi itu menghiasi layar handphone flip milik Kyoko Kaede. Kyoko tersenyum melihatnya.

Tak lupa, Kyoko pun membaca ucapan selamat tahun baru dari Kana dan Marie. Marie katanya berkumpul dengan teman SMA-nya juga. Sedangkan Kana pergi berdua dengan ayahnya ke Meiji Jingu untuk Hatsumode, lalu mereka pergi untuk bertemu dengan keluarga besarnya.

Dia semakin mengetahui hal-hal pribadi tentang Marie dan Kana. Marie adalah anak tertua, adiknya sekarang masih SMP di Chiba. Sedangkan Kana anak tunggal. Tak heran, Marie lebih sering terlihat sebagai pemimpin di kelompok mereka dan Kana orangnya keras, serta memiliki determinasi yang tinggi.

untitl10.jpg

Kyoko sedang bermalas-malasan malam itu, setelah puas main seharian bersama teman-teman SMA-nya di tahun baru yang menyenangkan ini. Tak terasa tahun pertama perkuliahannya akan segera berakhir. Dan dia benar-benar beruntung sekarang. Pacar yang baik, pengertian dan bisa mengajarinya memasak, teman-teman yang menarik, juga lingkungan yang menyenangkan.

Nothing could go wrong, right?

------------------------------
------------------------------
------------------------------

110.jpg

“Mengkhawatirkan juga ya?” Hiroshi menggelengkan kepalanya, sambil meminum teh hangat, di kamar apartemen yang kecil itu. Kyoko duduk di depannya, menikmati teh yang sama. Mereka berdua membicarakan soal Marie, yang tampaknya terbelit masalah perasaan.

Marie sendiri belum pulang dari Chiba. Mau mepet-mepet waktu kuliah katanya, butuh banyak refreshing di rumah. Kyoko paham, karena memang rasanya pasti tidak nyaman. Setelah dua kali berhubungan dengan lelaki yang sama, lalu terbang ke awang-awang karena diundang nonton live show, ketika beres si lelaki malah pulang dengan perempuan lain.

“Aku pikir memang agak aneh, kenapa dia pulang bersama perempuan lain ya? Padahal dia sudah mengundang Marie” bingung Kyoko.

“Entahlah, tapi kalau memang dia pria yang benar-benar brengsek, harusnya dia malam itu bersama Marie, memanfaatkannya atau entah apa… Bukannya pulang dengan orang lain” Hiroshi menatap Kyoko dalam-dalam, entah karena dia sedang berpikir, atau dia sedang begitu rindunya, karena melewatkan tahun baru bersama Kyoko.

“Untung pacarku tidak seperti itu” senyum Kyoko, sambil bertumpu di meja kecil itu. Dia menatap mata Hiroshi juga.

“Yang benar saja, mana mungkin aku seperti itu”
“Aku kan tidak tahu masa lalu kamu….. Tahunya pas SMA kamu playboy…. Ternyata aku tertipu”
“Haha mana mungkin…. Tidak pernah aku kepikiran hal-hal semacam itu”

“Tidak-tidak… Aku hanya khawatir saja ke Marie-Chan… Kenapa ya, dia harus terkena masalah yang seperti itu… Taihen…..”

“Memang Marie bisa langsung terlalu akrab dengan orang, dia sering langsung memanggil orang dengan nama pertamanya, bisa jadi misleading buat lelaki… Tapi itu kan memang sifatnya yang selalu ingin berteman dengan siapapun, entahlah… Tapi aku yakin ada sesuatu yang salah di orang yang namanya Akira-Akira itu, Kyoko” balas Hiroshi panjang.

“Yang pasti, Marie malas tinggal di apartemen itu lagi, padahal dia masih ada beberapa bulan…. Dia bayarnya setahun di muka”

“Aduh…”
“Ya, Kana bahkan sudah menawarkan untuk tinggal sementara, freeloading di rumahnya…”
“Apa tidak merepotkan?” bingung Hiroshi Tanabe.

“Entahlah… Kana bilang, ayahnya jarang di rumah dan ayahnya juga paling tidak akan peduli kalau ada teman yang menginap”
“Masalahnya, mereka berdua itu sering sekali bertengkar…” Hiroshi meringis, membayangkan sirkus macam apa yang akan tercipta kalau Kana dan Marie tinggal dalam satu rumah.

“Eh, benar juga”
“Bayangkan akan sekonyol apa mereka… Apalagi kalau tidur satu kamar…. Bisa perang dunia ke tiga itu” canda Hiroshi.

“Ngeri juga ya” Kyoko bangkit, mengambil gelas kosong Hiroshi dan menaruhnya di sink.

“Nanti saja dicucinya, biar aku”
“Aku saja” senyum Kyoko sambil menyalakan keran dan mulai mencuci peralatan makan dan masak yang ada di dalam sink.

“Kok kamu tidak mendengarkan aku sih?” tawa Hiroshi sambil bangkit dan berjalan ke arah sink.
“Tidak apa-apa, aku ingin mencuci piring, masa tak boleh?”
“Boleh saja, sekalian cucikan bajuku, rapikan tempat tidur, dan segala macamnya” bisik Hiroshi sambil memeluk Kyoko yang sedang berjibaku di sink dari belakang.

“Istri itu namanya” tawa Kyoko.
“Bukan ide yang buruk kan?”
“Bicara apa kamu, umur berapa kita” Kyoko merasa geli dan mukanya memerah.

“Iya, nanti setelah lulus, kerja, dan segala macam….” Hiroshi menghirup aroma rambut Kyoko dan dia mencium leher Kyoko dari belakang.

“Hiroshi….”
“Kenapa?”
“Jangan sekarang”
“Apa yang jangan sekarang?”
“Aku sedang mencuci piring”
“Kan sudah kubilang, tinggalkan saja, biar aku yang mencuci”
“Aku saja”

“Aku”

Hiroshi mengulurkan tangannya, memegang lengan Kyoko, lalu membasahi tangan Kyoko dengan air, membersihkan sabun yang menempel dari tangannya.

“Hiroshi….” Setelah tangan Kyoko bersih, dia mematikan keran dan dia mulai menciumi leher Kyoko dengan lembut. Kyoko diam saja, sambil mengulum bibirnya. Hiroshi memeluk badan Kyoko dengan erat dan menuntun Kyoko yang pasrah ke arah kasur.

“Aku susah tidur ketika di Ibaraki” Mereka lantas berbaring di kasur dan berciuman dengan lembut.
“Kenapa?”
“Tidak ada kamu”
“Kan kita juga tidak tinggal bersama” senyum Kyoko. Mereka berciuman lagi.

“Andai itu benar… Aku sedih tiap kali kamu pulang ke Mitaka” bisik Hiroshi, memeluk Kyoko, dan mereka perlahan mulai melucuti pakaian masing-masing.

“Hiroshi…”
“Kenapa?”

“Lampu” senyum Kyoko malu-malu. Hiroshi tersenyum, memeluk Kyoko dengan erat, lalu melepaskannya. Dia merayap dengan gerakan pelan ke arah lampu dan mematikannya. Dia kembali lagi ke kasur, kembali memeluk kekasihnya dan mereka mulai berciuman kembali.

“Andai kamu ada disini sampai lebih malam lagi”
“Jangan seperti itu, nanti aku sulit pulangnya” bisik Kyoko, yang terdiam saat bajunya mulai tertanggal satu demi satu.

“Kalau kita tinggal bersama, rasanya pasti lebih nyaman”
“Itu pasti, tapi aku sayangnya tidak bisa seperti itu”
“Aku mengerti”

Mereka saling melumat, dengan mesra dan hangatnya. Hiroshi menarik selimut, dan menutupi badan mereka berdua yang sudah telanjang bulat. Malam itu, mereka akan melepas rindu mereka, saling mencumbu, berdua.

==================
==================


haruko10.jpg

“GOL!!!!!!” Om Stefan mengangkat tangannya dan menunjuk ke arah papan skor. HANTAMAN 3 dan FRANK’S CHAMBER FANS 1.

empat-10.jpg

Aku lagi nonton invitasi futsal yang diadakan sebuah perusahaan rokok, yang mempertemukan band-band indie yang sudah senior, dengan para fans mereka. Para fans mendaftar lewat sosial media, dengan memberitahukan posisi mereka bermain futsal dan kemudian akan diundi untuk dibentuk sebuah tim. Juara invitasi futsal ini akan mendapat hadiah sejumlah uang dan beberapa hal menarik lainnya. Kalau band indie nya yang menang, mungkin uangnya akan disumbangkan.

Ada empat band yang ikut dalam acara ini, dua band yang sedang naik daun, entah apa namanya, lalu yang sudah mapan, seperti Frank’s Chamber dan Hantaman.

“Capek banget gila” Papa bisik-bisik ke Okasan dengan keras. Okasan cuma senyum aja sambil ngasih botol minuman buat Papa. Papa udah tepar, padahal ini baru semifinal. Di final, bakal ketemu dengan Frank’s Chamber, gilanya.

Isi timnya Frank’s Chamber, selain Om Bimo, Om Wira dan manajer mereka Om Giting, ada beberapa personil lainnya yang merupakan Rangga dan teman-teman kuliahnya. Curang kan? Kalau mereka cuma main lima menit aja maksimal, terus dikasih ke anak-anak mahasiswa itu. Jelas lah yang lain dibantai habis-habisan. Kayaknya Rangga dan temen-temennya ini biasa main futsal dan mereka keliatan jago dari tadi.

Sedangkan Tim Hantaman, isinya siapa lagi kalo bukan Papa, Om Stefan, Om Anin, Om Bagas, Om Sena, dan bahkan mereka ngajakin Papanya Alika, Om Rendy, juga Om Zul. Isinya Om-Om semua. Ajaib mereka bisa masuk ke semifinal. Walaupun gitu, mereka latihan rutin sejak sebulan yang lalu, dan mereka emang cuma main for fun, gak ngegas kayak antek-anteknya Frank’s Chamber.

“Fan, kalo lemes langsung ganti aja!!” teriak Om Anin yang paling gede badannya, bertindak sebagai kiper.
“Berisik!!!” Om Stefan keliatan ngos-ngosan. Semuanya ngos-ngosan, gimana pas babak final ntar? Semuanya keliatan kepayahan, sesuai dengan usianya. Semuanya keliatan mau mati gitu, kecuali Om Bagas.

Dia masih keliatan sehat banget dan gaya bermainnya menurutku kayak pemain futsal profesional.

“Bokap gue malu-maluin tuh, liat” bisik Mbak Alika.
“Bokap gue apa lagi, kenapa ya gue mau aja disuruh ikut sama nyokap ke sini” bisik Shirley.
“Sama, malu liatnya” bisik aku juga ke Mbak Alika dan Shirley.

“Yang bener dong maennya!!” teriak Tante Anggia yang duduk di sebelah Tante Dian, di tribun bawah. Om Rendy cuma ngasih jempol. Dia lagi pose ruku’ di tengah lapang, setelah bola keluar, karena mantul di kepalanya Om Anin. Yang ada di lapangan sekarang Om Stefan, Om Bagas, Om Rendy, Om Anin, dan Papanya Alika. Papanya Alika sama Om Rendy males-malesan ngawal lini belakang.

Sedang Om Stefan yang keliatan ganas serta Om Bagas yang keliatan lebih ganas, menguasai lini depan.

Dan untung, tim fans nya Frank’s Chamber isinya mas-mas yang ga atletis juga. Jadi aku bingung, ini tim dipilihnya gimana sih, apa suka-suka, atau pihak penyelenggara sengaja cari yang begitu juga biar tim musisi-nya gak malu?

“GOL!” seorang Mas-Mas yang keliatannya kurus kering berhasil ngegocek ngelewatin Om Rendy dan Papanya Alika. HANTAMAN 3 – FRANK’S CHAMBER FANS 2.

“Yang bener dong jadi kiper, monyet!”
“Elo jangan di depan aja!!! Mundur sekali-kali dong bangsat!!!” teriak Om Anin, ngebales Om Stefan.

“LANGUAGE!!!” Teriak Tante Zee yang dikelilingin sama dua anak cowoknya, yang sama-sama fokus ke gadget.

“Hehehe” Om Anin meringis sambil garuk-garuk kepalanya ke arah Tante Zee. Istrinya, yang rambutnya panjang dan keriting itu, cuma muter-muter matanya dengan muka kesal.

“Tuh liat, ada yang dateng” bisik Shirley ke aku.

Jonathan yang dateng, ngegandeng cewek, rambutnya panjang, keliatannya rada-rada blasteran bule gitu. Cewek yang cantik banget ini pake T-shirt tanpa lengan, skinny jeans, dan sneakers yang keliatan mahal. Sebelum mereka duduk deket kita, si cewek itu cepika-cepiki dulu sama tante-tante yang ngumpul di sana, terutama Tante Anggia.

“Ngapain coba dia dateng ke sini” bingung Shirley lagi.
“Tau” bisikku ke adiknya.

“Hei” Jonathan duduk gak jauh dari kita sama cewek itu. “Kenalin nih, yang ini adek gue”

“Kimberly” cewek itu ngulurin tangannya ke kami bertiga.
“Shirley”
“Haruko”
“Alika”

“Oh kamu yang anak Jepang itu ya” tawa Kimberly.
“Hehehe iya” jawabku awkward.
“Gak ngomong gitu juga kali” bisik Jonathan ke cewek itu.
“Sorry babe”

Jonathan geleng-geleng kepala dan mereka fokus nonton papa-papa dan om-om kami mempermalukan dirinya sendiri di lapangan futsal.

“GOL LAGI!!!!!!!!!!”

“Monyet!! Ngapain aja lo!! Badan gede gitu dikolongin, bangsat” umpat Om Stefan. HANTAMAN 3 – FRANK’S CHAMBER FANS 3.

“Ini kan pertandingan lucu-lucuan doang, gak usah ngegas, kunyuk!” teriak balik Om Anin ke Om stefan.
“Kalo kalah, mau ditaro di mana muka kita!!”

“Mending kalah sekarang daripada ntar dibantai mahasiswa” teriak Papa dari tribun.
“Berisik lo!” Om Stefan menunjuk ke arah Papa, yang ditunjuk cuman ngangkat tangan aja.

“Om-Om tolol banget ya kalo main futsal begini” bisik Shirley. “Mending gue iyain aja tadi harusnya… Ada cowok ngajakin jalan” kesal anak bungsu Tante Anggia itu.

“Eh” mendadak Jonathan ada di depan kita, ceweknya dianggurin.
“Apa?” aku kaget ngeliatnya.
“Tante Tara gak dateng?”

“Err….” kami bertiga diem, saling liat-liatan.

“Dia kan gak sepermainan sama bapak-bapak Hantaman….” jawabku.
“Tapi kan dia mantannya Om elu” bisik Jonathan ke aku.

“Kak, plis deh, obses boleh tapi waras dikit napa, itu cewek juga masih baru kan, embat aja daripada lo mikirin Tante Tara terus” kesal Shirley sambil ngelirik ke Kimberly.

“Gak mungkin Tante Tara dateng, urusan apa coba? Ngapain nonton beginian?” sambungku, kesal sama tingkah Jonathan yang makin aneh setelah ketemu sama Tante Tara.
“BTW” Shirley kemudian melotot. Dia nunjuk ke arah pintu masuk. Ada sekeluarga yang dateng. Ibunya gue apal banget.

Tante Tara, sama beberapa anak, yang paling gede kembar dan keliatannya masih SMP, dan yang kecil kelas lima SD. Dia sama suaminya, aku gak tau siapa namanya. Muda banget sih emang Tante Tara, dan kalo aku liat dan bandingin sama semua Tante dan Mama di sini, dia emang yang keliatan paling seger dan paling muda. Masih kayak anak-anak, sumpah.

Dia langsung duduk di tribun bawah, deket sama Tante Ai dan suaminya, Om Zul. Mereka keliatan ngobrol dan gak ada kecanggungan di antara mereka. Dia ngeliat ke sekeliling, dan pas dia ketemu mata sama aku, dia langsung melambai dengan antusias. Dengan senyum yang super manis dan lucu banget. Dia pake atasan garis-garis horizontal, dengan celana jeans yang cocok, rambutnya pendek, cocok banget sama badannya yang mungil dan menggemaskan itu.

Aku ngebales lambaiannya dia.

Dan dia senyum lagi terus mulai duduk rapi.

“Kakak gue gila” bisik Shirley, sambil nunjuk ke arah Jonathan.

Jonathan ikut-ikutan ngelambai ke Tante Tara dengan muka penuh harap. Untung ceweknya lagi main handphone. Jonathan terus ngebalikin badannya ke arah kita, mendekat, dan berbisik ke kita bertiga.

“Kalo bisa, gue tuker monyet ini sama Tante Tara” bisiknya sambil nunjuk ke arah Kimberly.
“Kenapa babe?” Kimberly kayaknya sadar ditunjuk dan dia bingung.
https://ssl.***********/ui/v1/icons/mail/images/cleardot.gif
“Gapapa, gue lagi cerita soal elo aja” senyum Jonathan bohong.
“Oh” Kimberly lantas senyum sambil balik mainin handphonenya.

“Kak Jon Gila” Shirley geleng-geleng kepala sambil ngeliatin Tante Tara dari jauh.
“Emang” bisikku.

Mbak Alika cuma bisa stoned. Dan kami bertiga, sebagai orang yang waras, jelas nganggep Jonathan bener-bener aneh.

------------------------------

BERSAMBUNG
 
CAST PART 25

Haruko's Timeline:


- Haruko Aya Rahmania (16) anak semata wayang Arya dan Kyoko, tokoh utama MDT
- Kyoko Kaede (48) Sang Ibu, Istri dari Arya
- Arya / Achmad Ariadi Gunawan (48) Sang Ayah, Suami dari Kyoko

- Stefan / Stefanus Giri Darmawan (48), Vokalis Hantaman
- Anin / Anindito Widyatmo (49) Bassist Hantaman
- Bagas Syachrul Utomo (46) Drummer Hantaman
- Sena (35) Sound Engineer Hantaman

- Zee (41) istri dari Anin, fotografer dan videografer

- Bimo (51) Gitaris dan Vokalis Frank's Chamber
- Wira (52) Drummer Frank's Chamber
- "Giting" (51) Manajer Frank's Chamber
- Rangga (20) Anak dari Bimo, pemain band amatir kuliahan

- "Aku" (48) tokoh utama TLB, ayah dari Alika dan suaminya Dian
- Dian / Dianti Paramita (47) istri dari "Aku" dan ibu dari Alika
- Alika Tiara Putri (18) Sepupu jauh Haruko, anak "Aku" dan Dian, tokoh utama TLB.

- Anggia / Josephine Anggia Tan (46) Adik kelas Arya sewaktu kuliah dulu, dan Istrinya Rendy
- Rendy Akbar (48) teman kuliah Arya yang bekerja sebagai editor / sutradara, Suaminya Anggia
- Jonathan Andika Akbar (16) anak sulung Rendy dan Anggia
- Shirley Yuliana Akbar (15) anak bungsu Rendy dan Anggia

- Kimberly (16) pacarnya Jonathan

- Zul / Zulham (48), teman kuliah Arya, pemilik Mitaka bersama Kyoko
- Ai / Aisyah Ariadi Gunawan (45) Tantenya Haruko, Adiknya Arya, dan Istrinya Zul

- Gilang Prayoga (46) Pemilik Red Comet Burger, Suaminya Tara
- Tara / Tara Giva Amanda (46) Pemilik Red Comet Burger bersama Suaminya, Gilang. Mantannya Zul

Kyoko's Timeline:


438be411.jpg


- Kyoko Kaede (19)
- Kyou-Kun / Kyoshiro Kaede (23), kakaknya Kyoko
- Miyoshi Kaede (49), ibunya Kyoko

- Hiroshi Tanabe (19), pacarnya Kyoko, teman di Senmon Gakkou

- Aina Yoshida (19), teman SMA Kyoko
- Kiyomi Asahina (19), teman SMA Kyoko, bermain piano Jazz
- Chisa Yamato (19), teman SMA Kyoko

Glossary :

Akimashite Omodetou
: Selamat Tahun Baru
Hatsumode : Ritual mengunjungi kuil di malam tahun baru
.... - sama : Tuan - panggilan sopan. Untuk kasus Kyoko dipanggil sebagai Kaede-Sama, itu hanya ledekan teman-temannya saja.
Kakkoi : Keren
Taihen : Gawat
Onisan / Nii-San : Kakak Laki-Laki
Ojisan : Paman / Om-Om
Oyaji : Ayah (casual akrab)
Okasan : Ibu
Senmon Gakkou : Sekolah Kejuruan (setingkat diploma)
 
Gilang beruntung banget yaa .. si Jon yg Playboy brondong cap kapak Aja kelepek" .. hahaha
 
Komplit pake telor :adek:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd