Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT OKASAN NO HATSU KOI - my mom's first love (racebannon)

Bimabet
Memang te o pe be ge te hu rb ini.
Kami tak sabar menunggu update terbaru hu.
Dag
Dig
Dug
 
kyokob10.jpg

OKASAN NO HATSU KOI – PART 72
(my mom's first love)

------------------------------

800-mi10.jpg

Sudah sebulan, setelah meninggalnya Hiroshi Tanabe.

Dan sudah sebulan juga Kyoko tak kemana-mana. Dia tidak keluar rumah sedikitpun. Marie dan Kana sekarang sedang berada di café milik keluarga Kaede, dimana mereka berdua berbincang dengan Kyoushiro Kaede alias Kyou-Kun, kakaknya Kyoko.

“Ini sudah tidak wajar” sang Kakak menarik nafas panjang sekali. “Sudah sebulan ini dia tidak mau keluar rumah, dan tak pernah bisa diajak bicara. Dia sudah bekerja lagi, tapi dia tampak tidak mau berbicara dengan siapapun”

“Nii-San, apa pernah memergoki Kyoko menangis sendiri di kamar, atau dia diam-diam menangis?” tanya Marie.

“Tidak. Aku tidak pernah mendengar dan melihatnya menangis sedikitpun….”
“Apa dia menahan rasa sedihnya?”

“Bisa jadi, tapi ini tidak wajar. Dia tidak pernah mau bicara, kalau kami mengajaknya untuk pergi ke makam Hiroshi, dia tidak pernah menjawab ajakan kami. Sama sekali. Makan pun jadi sedikit sekali, dan dia selalu membisu setiap harinya… Kadang kalau dia sedang masak, masakannya tak beraturan rasanya dan… Aku bahkan pernah memergokinya memotong sayur sampai tidak berbentuk lagi” jawab Kyou-Kun dengan panjang lebar.

“Ini sudah tanda-tanda depresi…. Apa tidak sebaiknya kita bawa ke dokter atau ke psikolog?” Kana mencoba memberi masukan, sambil berharap-harap cemas. Sesaat lagi Kyoko akan datang ke café, untuk memulai shiftnya kembali.

“Tidak bisa dipaksa, sementara, kita ajak bicara saja dia menghindar” balas Kyou-Kun dengan segala informasi yang ia tahu soal adiknya sendiri.

Marie dan Kana saling bertatap-tatapan. Sudah sebulan ini, semua mail mereka tidak pernah ada yang dibalas oleh Kyoko. Semua telpon mereka tidak pernah ada yang nyambung. Mereka berkesimpulan, mungkin Kyoko mematikan handphonenya, atau tidak pernah men-charge baterainya.

Jangankan Marie dan Kana, kakak dan ibunya pun kesulitan untuk bicara dengan Kyoko. Kyoko ada di depan mereka, tapi jiwanya seperti tidak ada. Tatapannya setiap hari kosong, dia memang sudah beraktivitas kembali di café milik keluarganya, tapi sebelum dan sesudah bekerja, semuanya diisi dengan kekosongan. Makannya sedikit, dan selain makan dan bekerja di café, dia hanya ada di dalam kamar saja, menguncinya dari dalam. Jika diketuk atau diajak bicara dari luar, tidak pernah ada reaksi apapun darinya.

“Jadi, Kami pikir, kami berdua harus datang kesini, mencoba bicara langsung dengannya. Kami khawatir sekali pada Kyoko” sambung Marie.

“Iya..” sang Kakak membakar rokoknya, dan dia memutar-mutar korek api di tangannya. Korek api itu meleset dari tangannya, dan jatuh ke meja. Kyou-Kun tidak mengambil korek api tersebut, dia hanya mengetuk-ngetuk meja dengan gerakan yang lembut dan tak beraturan. Terlihat jelas bahwa sang kakak mengkhawatirkan Kyoko.

“Ah!” Marie berseru kaget, setelah melihat Kyoko masuk dari pintu belakang. Cara berpakaiannya manis dan feminin seperti biasa, tapi ada yang berbeda. Dia tampak lebih kurus daripada biasanya, dan matanya terlihat lelah. Kyoko terlihat tidak segar. Make up yang biasa ia pakai tidak ia kenakan sama sekali, dan gerakannya terlihat seperti agak dipaksakan.

Dia sama sekali tidak melihat ke arah dua sahabatnya dan kakaknya. Dia berjalan dengan langkah pelan menuju counter, menyalakan mesin kasir, dan mulai bersiap-siap meneruskan shift kerjanya.

“Kyoko.. Ada Taniguchi dan Mitsugi” Kyou-Kun menegur adiknya dengan suara yang pelan. Dia menatap ke arah jam dinding di café itu. Sepuluh menit lagi café akan buka untuk shift sore ke malam.

Kyoko tak menjawab. Dia hanya fokus kepada apa yang ia kerjakan, atau seperti memaksa badannya untuk mengerjakan sesuatu. Kana menatap ke arah mata Kyou-Kun yang penuh kegelisahan.

“Nii-San, aku dan Marie minta izin bicara dengan Kyoko ya…” bisik Kana.

“Silahkan…” Sang kakak mengucek-ngucek mukanya dengan tangan kirinya. Dia lantas menghisap rokoknya dalam-dalam, mencoba menikmati saat nikotin mengalir di otaknya, mencoba untuk sedikit membuat rasa pusing yang dia alami mati rasa.

Kana dan Marie, tanpa disuruh mereka berdiri, dan menghampiri Kyoko, mereka mencoba menjaga jarak dulu dengan sahabat mereka itu, karena takut akan mengganggunya.

“Hai Kyoko” Marie berusaha menyapa Kyoko. Wajah Kyoko terlihat lelah dan tak fokus. Dan yang disapa, hanya diam saja.

“Ano, kami sudah lama ingin bertemu, sudah lama tidak mengobrol…. Apa mau mengobrol nanti malam setelah café tutup? Kami akan menunggu…” Kana menyambung sapaan Marie, mencoba bicara dengan Kyoko Kaede.

Kyoko menunduk, terlihat mencoba untuk menghindari Kana dan Marie. Dia tidak menjawab sedikitpun apapun yang mereka berdua katakan.

“Kyoko, kamu tahu kan, kami akan ada disamping kamu, selamanya?” sambung Marie.

Dia lantas berhenti bergerak. Kegiatannya yang terlihat memaksa itu tidak ia lanjutkan lagi. Kyoko mendadak melepas apron yang sudah ia pakai, dan dia lipat dengan gerakan yang lambat. Dia lalu meletakkan apron yang sudah dilipat itu di atas meja counter. Tanpa bicara apapun lagi, Kyoko berjalan ke arah pintu belakang. Kana dan Marie hanya bisa menatap Kyoko dengan tatapan tak nyaman.

Kyoko lantas kembali ke rumahnya, meninggalkan Kana dan Marie yang tampak heran dan khawatir.

“Ano… Apakah aku salah bicara?” Marie tampak berdosa, dia merasa salah memilih kata.

“Tidak, kondisinya yang sedang…..” Kyou-Kun mencoba berdiri, mematikan rokoknya yang baru saja dia hisap setengah batang itu. Dia berjalan dengan bergegas ke dalam rumah, meninggalkan Kana dan Marie. Kyou-Kun berjalan dengan cepat menuju tangga, menaikinya ke arah kamar Kyoko.

“Kyoko…. Kamu di dalam?” Sang Kakak menggedor pintu kamar Kyoko. Tidak ada jawaban. Kyou-Kun mencoba membuka pintu kamar adiknya, tapi tidak dapat terbuka. Jelas. Kyoko masuk kembali ke dalam kamar dan dia menguncinya dari dalam. Kyou Kun mencoba bicara lagi.

“Kyoko, mau sampai kapan begini?”

Tidak ada jawaban.

“Kami semua khawatir dengan kamu… Kami semua sama, sedih, dan kamu pasti yang paling sedih, tapi kesedihan kamu itu harus dikeluarkan. Kita semua harus saling bicara…..”

Tidak ada jawaban.

“Kyoko….” Kyou-Kun kehilangan kata-katanya. Dia tidak mampu bicara lagi. Dia mencoba mencari-cari kata yang tepat untuk ia ucapkan, tapi mulutnya tercekat. Dia sadar, kalau adiknya ada di dalam fase depresi yang terlihat mengerikan. Kyoko menutup dirinya, mencoba untuk mengeliminir semua hal yang berhubungan dengan apapun.

Kana dan Marie masih terdiam di dalam café. Mereka saling berpandangan. Mereka tahu, Kyoko Kaede berada dalam kondisi yang membahayakan. Dan mereka tidak ingin Kyoko kenapa-napa.

------------------------------
------------------------------
------------------------------

azabuj10.jpg

“Sudah hampir dua bulan Kyoko begini…” Kana memeluk kakinya sambil duduk di lantai. Dia sedang berada di rumahnya. Dia sedang memutar otak, bagaimana caranya bicara dengan Kyoko.

“Entah… Aku kehilangan sekali Kyoko yang dulu, rasanya benar-benar menyedihkan….” Marie menatap ke arah langit-langit. Dia sedang tidur-tiduran di atas kasur Kana. Dia sedang menunggu Yusuke Kamiya menjemputnya di rumah Kana.

Hari itu, entah usaha mereka yang keberapa kalinya, mereka berusaha untuk bicara dengan Kyoko. Tapi hasilnya nihil. Kyoko tetap tidak bisa diajak bicara. Dia akan selalu diam, menghindar, dan mengusir kedua temannya dengan halus.

Kyoko seperti tidak ingin disentuh oleh siapa-siapa.

“Entah bagaimana perasaan kakak dan ibunya….”
“Yang pasti mereka harusnya lebih sedih lagi daripada kita berdua, Marie…..” Kana bersuara, menatap ke arah temannya yang sedang berguling-guling dengan bodohnya di atas kasur itu.

“Kasihan Kyoko, pasti sedih sekali…. Kita saja sedih bukan main, apalagi dia” sambung Marie.
“Kyoko tidak pernah lepas dari Tanabe, dia bahkan ngambek kan ketika Hiroshi yang nganggur magang di tempat ayahnya di Ibaraki…” jawab Kana.

“Iya, mereka lengket sekali… Dan Kyoko jadi seperti sekarang itu gara-gara Hiro-Tan… Ah, menyebutkan namanya saja aku tak tega… Lihat reaksi ibunya ketika pemakaman kan?”

“Ya… Sampai tidak bisa meletakkan tulang sehabis kremasi ke guci…… Saking tidak bisa berhenti menangis….. Hiroshi memang dicintai oleh semua orang….”
“Kamu masih ingat temannya Hiroshi yang histeris mencari Kyoko itu?”
“Amami-San?” tanya Kana.

“Tatapannya juga, matanya merah sekali, dan dia walau masih bisa berperilaku wajar, tapi tidak bisa berhenti menangis……. Hiro-Tan memang gila, orang sebaik itu, kenapa bisa pergi terlalu cepat sih?”

“Aku tak mengerti… Tapi Tanabe pantas mendapatkan perhatian sebesar itu dari kita semua. Dia adalah orang yang baik dan benar-benar penyabar. Pengertian, dia bisa membuat Kyoko yang manja dan tidak bisa masak itu jadi orang yang sangat lihai memasak dan lebih kuat dari sebelumnya…… Makanya wajar sebenarnya, ketika Tanabe pergi dengan cara yang tidak wajar seperti ini, mental Kyoko hancur sehancur-hancurnya……..”

“Hmmm….” Marie menatap ke wajah Kana yang terlihat sendu.

Ya, mereka semua memang sangat sedih karena ditinggal oleh Hiroshi. Tapi mereka sekarang lebih sedih lagi, karena kekasih Hiroshi, Kyoko telah hilang hasrat hidupnya. Semuanya khawatir kalau-kalau Kyoko berbuat hal yang ekstrim. Kyoko tidak sedikitpun bicara soal betapa sedihnya dia. Semuanya dia pendam sendiri secara berlebihan. Dia selalu menghindari pembicaraan dengan siapapun.

“Eh?” handphone Marie berbunyi dan dia mengangkatnya. “Moshi-Moshi… Yusuke-Kun, sudah dimana kamu? Apa? Sudah di depan rumah Kana? Tunggu sebentar ya….”. Marie berguling sedikit dan menatap ke arah Kana. “Tolong bukakan pintu untuk Yusuke dong?”

“Apa?”
“Aku masih ingin bicara denganmu, tapi dia sudah datang, aku malas turun…. Jadi…”

“Sudah turun saja, kalau memang masih ingin bicara, kita bicara di ruang tamu saja atau di ruang makan” Kana menggelengkan kepalanya, dan menarik tangan Marie dengan paksa. Mereka berdua turun ke bawah dan membukakan pintu untuk Yusuke Kamiya.

“Ah Konbanwa, Mitsugi-San… Ayo Marie… Kita jalan…” sapa Yusuke saat Kana membuka pintu rumahnya, dan Yusuke melihat Kana sedang menggandeng Marie.
“Nanti dulu, Yusuke, aku dan Kana masih membicarakan Kyoko…” muka Marie terlihat serius dan Yusuke pun mengerti.

“Ah baiklah… Aku tunggu saja? Apa tidak apa-apa, Mitsugi?”
“Masuklah… Tunggu di dalam”

Yusuke menurut. ia membuka sepatunya, dan lantas mereka bertiga lalu duduk di ruang makan. Yusuke duduk dengan pose yang anggun dan sopan, sementara Marie duduk di sebelahnya sambil bergelayutan di tangannya.

“Mau minum apa, Kamiya-San?” tanya Kana.
“Apa saja boleh”
“Ada teh dingin, mau?”
“Boleh”

Kana mengambil satu botol teh dari dalam lemari esnya dan menyuguhkannya pada Yusuke alias Maria. Kana kemudian duduk di hadapan Marie dan Yusuke.

“Eh, kalian tidak lanjutkan mengobrol diatas?”

“Tidak apa-apa ada kamu juga, mungkin kamu bisa memberi sedikit pendapat soal Kyoko……” Marie tampak menatap mata Kana. Mata mereka berdua dipenuhi oleh aura kekhawatiran.


“Hmm…” Yusuke menarik nafasnya dan dia menatap bolak balik ke arah Marie dan Kana. “Entahlah, menurutku semuanya sangat kompleks…”

“Iya” Kana menatap balik ke arah Yusuke. “Yang Kyoko alami, pasti lebih berat dari apa yang kita semua rasakan…. Kita hanya temannya Tanabe…. Sedangkan Kyoko, tiap hari bisa dibilang, dia bernafas bareng Tanabe….”

“Butuh waktu memang, untuk bisa sembuh dari shock… Kaede lambat laun juga harus menyadari kalau dia harus move on… Dia masih hidup dan sehat, dan dia harus menjadikan apapun yang ia alami bersama Tanabe itu menjadi pelajaran yang berharga untuk hidupnya…. Tapi bagaimana ya… Kalau menurut cerita kalian kan dia tidak ekspresif sama sekali setelah meninggalnya Tanabe…. Menurutku ada sesuatu yang ia tahan-tahan di dalam hatinya” Yusuke mencoba menyimpulkan apapun yang ia dengar dari Marie soal kondisi Kyoko dua bulanan ini.

“Aku sudah siap-siap padahal, untuk memeluk Kyoko dan menghiburnya setelah berita soal Hiro-Tan tersebar… Aku membayangkan dia akan menangis sejadi-jadinya, meratap di depan jenazah Hiro-Tan, lalu menginap di apartemenku atau rumah Kana, membicarakan Hiro-Tan semalaman, lalu mabuk untuk mencoba melupakannya, sampai ketika kekesalan itu hilang, dia kembali ke hidupnya dan menjalaninya dengan wajar kembali, tapi kalau malah seperti ini, menutup diri dan tidak bicara pada siapapun….. Aku malah…. Ah…” Marie hilang dalam kata-katanya sendiri.

Mereka semua hilang dalam pemikiran mereka sendiri soal Kyoko. Mereka ingin sekali Kyoko bisa menangis, mengeluh dan berkeluh kesah. Bukannya diam, dengan tatapan kosong dan kesedihan yang dipendam. Karena hal seperti itu, akan menggerogoti Kyoko dari dalam, melemahkan jiwanya sedikit demi sedikit, sampai kemudian ia tidak bisa hidup lagi di dunia nyata, dan berharap bisa cepat bertemu dengan Hiroshi di alam lain.

Marie, Kana dan Yusuke tampak kosong di ruang makan itu. Mereka bertiga pasti memikirkan Kyoko dan semua kesedihan yang dialami selama dua bulan ini.

Mereka semua sedih atas perginya Hiroshi, dan mereka sekarang, sedang memutar otak agar Kyoko bisa kembali ke dunia nyata.

------------------------------

untitl10.jpg

Jam 2 malam.

Mitaka.

Suasana begitu hening. Kyou-Kun sedang terlelap di kamarnya yang bau rokok itu. Sementara sang ibu, juga sedang tidur di kamar bawah, di atas futon, mencoba beristirahat di dalam kamar utama.

Malam itu, kamar Kyoko begitu gelap. Tak ada secercah cahaya apapun di dalam sana. Kyoko ada di atas kasurnya, meringkuk, masih dalam baju lengkap yang ia pakai sedari siang tadi. Matanya terbuka begitu lebar, nanar dan tak hidup.

Nafasnya tidak teratur, dan dia tidak bergerak sedikitpun. Dia menatap kosong ke arah langit-langit dan sesekali mengedip-ngedipkan matanya entah karena apa.

Suasana benar-benar sepi. Tidak ada bunyi apapun di dalam kamar itu kecuali nafas Kyoko.

Tatapannya begitu kosong, seperti tidak ada nyawa di dalam tubuh itu.

Malam itu masih panjang, sebelum pagi datang. Dan seperti biasa, Kyoko selalu terdiam di atas kasurnya, menghitung detik, dan menunggu matahari yang seperti tak akan pernah datang itu.

------------------------------

BERSAMBUNG
 
CAST PART 72

438be411.jpg



- Kyoko Kaede (23)
- Marie Taniguchi (23) teman akrab Kyoko semenjak di Senmon Gakkou
- Kana Mitsugi (23) teman akrab Kyoko semenjak di Senmon Gakkou

- Yusuke Kamiya / Maria (25) pacar dari Marie Taniguchi

- Kyoushiro Kaede (27) kakaknya Kyoko


Glossary :

Okasan : Ibu
Onisan / Nii-San : Kakak Laki-laki
Senmon Gakkou : Sekolah Kejuruan (setingkat diploma)
 
mungkin gara-gara kejadian tanabe yang membuat kyoko terlalu over dalam kerja biar bisa mengumpulkan uang dan bisa pergi ke indonesia agar bisa ketemu dengan arya, sampe telat datang bulan dan dikira hamil gara-gara terlalu stres mikirin gimana caranya cepat ngumpulin uang
 
Keasyikan nonton badminton sampek lupa waktunya update hehehe...

Kayaknya abe sensei yg bakalan kasih solusi ke kana untuk bangkitin semangat hidup Kyoko

Thanks update nya om
 
Sopir ngantuk yang bawa mobil bareng Hiroshi itu modar juga atau masih hidup ya? Kalau masih hidup, tuntut dongs hehe.
 
C
kyokob10.jpg


------------------------------

maxres15.jpg

“Tanabe! Aduh… Maaf pasti kamu sudah lama menunggu……” Kyoko dengan tergesa-gesa berjalan di depan gerbang stasiun Shibuya, tepatnya di area patung Hachiko. Dia dan Hiroshi sudah janjian untuk bertemu di sana, sebelum jalan bareng ke Shibuya Public Hall untuk menonton idola mereka berdua, Tatsuro Yamashita, raja pop Jepang.

“Tidak kok, kamu tepat waktu, aku saja yang datang terlalu cepat” senyum Hiroshi sambil melihat ke jam tangannya. Ya, Hiroshi datang terlalu cepat, mungkin dia tidak ingin terlihat telat di mata Kyoko.

“Ah, baiklah…. Soalnya tadi begitu ramai orang di stasiun, dan aku lupa memakai jam tangan, jadi aku khawatir kalau telat…”

“Haha, tidak apa-apa… Ayo, kita jalan, mau naik bus atau jalan kaki saja?” tanya Hiroshi.
“Jalan kaki sepertinya tak apa-apa, ini kan masih sore, konser mulai jam 7 malam kan?”
“Iya, benar… Tapi… Ah sudahlah, mari jalan kaki… Cuaca cerah seperti ini enaknya dinikmati”
“Baik, ayo!”

Kyoko tampak ceria sore itu, kontras dengan tadi malam. Semalam, dia sulit sekali tidur. Wajar memang, diajak nonton Tatsuro Yamashita. Tatsuro Yamashita adalah produk terbaik pop jepang untuk dunia. Lahir tahun 1953, dan aktif di dunia musik dari tahun 70-an, Tatsuro Yamashita adalah musisi pop Jepang yang paling dikenal oleh dunia. Karya-karyanya menghiasi radio-radio di seluruh dunia, baik yang berbahasa Jepang maupun yang berbahasa Inggris.

Di usianya yang sudah separuh baya ini, kharismanya masih tetap terjaga dan dia masih rajin melakukan live show, tur keliling Jepang.

“Terima kasih ya, Tanabe” senyum Kyoko, yang terlihat begitu manis dengan atasan tanpa lengannya dan celana jeans. Dandanan yang sesuai dengan musim panas. Dan proses berdandan seperti itu siang tadi begitu lama. Dia, seperti biasa bingung mau pakai baju apa, sampai bikin pusing ibu dan kakaknya. Itu semua karena Tanabe. Entah kenapa dia ingin terlihat istimewa di depan Hiroshi Tanabe.

“Aku yang terima kasih, Kaede. Terima kasih karena kamu mau diajak…. Hahaha”
“Yang mengajak kamu, yang beli tiketnya kamu, terus kamu yang bilang terima kasih…… Buatku itu cukup aneh” senyum Kyoko.

“Untung ada uang dari part-time ya”
“Jangan-jangan malah kamu sengaja part-time, karena tahu musim panas ini ada konsernya Tatsuro Yamashita…. Dan kamu ingin sekali menonton, iya tidak?”

“Wah, ketahuan”
“Nanti akan aku balas ya, ini benar-benar mimpi jadi nyata, aku tidak pernah menonton live show seperti ini soalnya, paling-paling aku hanya menonton band teman-temanku ketika festival sekolah” lanjut Kyoko.

“Padahal di Tokyo banyak konser bagus dan kakakmu musisi……”
“Iya, kenapa ya, aku jadi menyesal, harusnya dari dulu-dulu aku juga menabung dan nonton konser-konser seperti ini…. Mungkin karena dulu tidak ada teman yang bisa diajak atau mengajak… Lagipula, kakakku kan musisi Jazz… Musiknya sulit didengarkan”

“Yah, butuh minat khusus untuk mendengar musik seperti itu” balas Hiroshi.
“Memang, dan aku sulit bisa menyukainya, hahaha……” tawa Kyoko sambil menutup mulutnya.

Angin di sore yang cerah itu seperti membawa mereka berjalan dengan langkah ringan ke Shibuya Public Hall. Sekarang gedung itu sudah tidak ada. Pada tahun 2015 gedungnya ditutup permanen. Gedung tersebut adalah saksi bisu dari banyak musisi dalam dan luar negeri yang manggung di Jepang.

Dan malam ini, gedung itu akan jadi saksi bisu indahnya musik yang akan dilantunkan oleh Tatsuro Yamashita.

------------------------------

cc-lem10.jpg

“Gila” bisik Hiroshi ke telinga Kyoko dari dekat.
“Iya, tak kusangka akan mengantri sebegini panjang” bingung Kyoko.

Tua, muda, segala usia, mengantre mengular di depan Shibuya Public Hall. Sejam lagi pintu masuk akan dibuka. Dan walaupun tempat mereka duduk dan berdiri di dalam nanti sudah ditentukan oleh nomor tiket, tetap saja, mereka mengantre dengan tertib dan tenang. Mengantre dengan tertib dan tenang memang sudah budaya mereka. Tidak ada yang tidak sabaran dan tidak ada yang grasak grusuk.

Bahkan tidak ada yang antre sambil makan, paling hanya beberapa yang sedikit-sedikit minum dan mengobrol dengan teman atau gandengan mereka.

“Dari tempat kita nonton nanti, jelas tidak ya kelihatan ke panggung?” tanya Kyoko.
“Entah, aku tidak pernah menonton konser yang seperti ini, kalau summer festival dulu pernah, sama teman-teman SMA, tapi karena outdoor jadi lebih enak untuk bergerak ke sana ke mari”
“Mungkin kapan-kapan aku ingin menonton festival-festival musim panas”
“Boleh juga, tahun depan?”
“Janji lagi? Setelah janji sebelumnya melihat festival kembang api di Sungai Sumida?” senyum Kyoko sambil dengan sabar menunggu pintu masuk dibuka.

“Entahlah… Aku tidak bisa berpikir jernih sebenarnya, mengingat di dalam sana, pasti idola kita berdua sedang bersiap-siap” jawab Hiroshi dengan muka datar. Sepertinya dia gugup.
“Haha… Aku juga sepertinya agak tidak siap dengan kenyataan, sebentar lagi kita akan menonton Tatsuro Yamashita langsung… Ini seperti mimpi”.

“Iya, ini seperti mimpi” balas Hiroshi sambil menatap senyum Kyoko, dan dia tersenyum dalam hati. Karena, di musim panas ini, semua hal terlihat indah dan baik. Ini tahun yang menggembirakan untuk Hiroshi. Pindah ke Tokyo, menuntut ilmu, bertemu teman-teman yang menarik, walau mayoritas adalah perempuan, dan bertemu dengan Kyoko Kaede.

Anak bungsu keluarga Kaede. Anak perempuan yang seumur hidupnya dihabiskan dengan mimpi meracik kopi, dan melayani orang dari balik counter café.

Dan sebentar lagi, dalam hitungan jam, anak seorang chef dan anak seorang barista akan menonton Tatsuro Yamashita.

------------------------------

20100810.jpg

Kyoko dan Hiroshi berdiri berdampingan, di tengah kerumunan ribuan orang lainnya di dalam Shibuya Public Hall. Dalam hitungan menit, acara akan dimulai. Mereka berdua tampak gugup dan tampak tidak fokus dalam mencerna kondisi di sekeliling mereka.

“Ini betulan kan, Tanabe” bisik Kyoko dengan tidak percaya diri.
“Entahlah, aku takut”
“Takut apa?” tanya Kyoko.
“Aku takut pingsan kalau Tatsuro Yamashita muncul di panggung”

Sementara di dalam Shibuya Public Hall, pemberitahuan keselamatan bergema dari mulut speaker ke seluruh ruangan. Lokasi pintu-pintu darurat, jalur evakuasi dan pemberitahuan agar tidak panik jika terjadi situasi emergency diperdengarkan kepada para penonton yang antusias, menunggu legenda musik mereka muncul di atas panggung.

“Tanabe…” Kyoko memeluk tangannya sendiri, melihat ke arah panggung yang gelap. Tidak ada lampu sama sekali dari dan ke arah panggung. Tampaknya sengaja dibuat agar gelap, sehingga ketika para musisi pengiring masuk, para penonton tidak dapat melihatnya dengan jelas.

Pemberitahuan keselamatan sudah selesai diputar. Tanabe Hiroshi dan Kaede Kyoko ada di tengah ribuan orang lainnya. Mereka berdiri dengan rapi sesuai dengan barisan yang tertera di tiket mereka. Mereka, bersama semua orang di sana, sedang menunggu hasil jerih payah mereka membeli tiket dan mengantre mengular tadi.

Dalam beberapa menit, legenda hidup musik pop Jepang itu akan muncul di panggung.

“Minna San. Kangei Shite Kudasai….. Yamashita Tatsuro-San!!”
“Aaaaa….”
“Yamashita-San!!”

“Tanabe!!” Kyoko tanpa sadar mengenggam lengan T-shirt Hiroshi dan mereka berdua lantas terdiam, ketika lampu penerangan di dalam arena mati. Suara penonton riuh rendah dan histeris menunggu nada-nada indah dilantunkan.

Mendadak, ada suara indah. Sebuah potongan lagu hits Tatsuro Yamashita, terdengar dengan manis dari atas panggung. Dibawakan secara acapella olehnya dan para backing vocal.


Todoke ni ikou moeru kokoro ima koso (akan kuberikan hatiku yang membara untukmu, sekarang)

Ride On Time kokoro ni hi wo tsukete (Ride On Time - Jagalah hatimu)
Tobidatsu tamashii ni okuru yo Ride On Time (Dan kirimlah hatiku kepada jiwamu yang membumbung tinggi - Ride On Time)


“WAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!!!!!!!!!!” Penonton makin histeris dan bertepuk tangan dengan keras, menyambut kemunculan idola mereka. Lampu panggung mendadak menjadi terang, dan tampak sosok yang mereka nantikan.

20120910.jpg

Seorang lelaki paruh baya yang gondrong, mengenakan kupluk untuk menutupi kebotakan di kepalanya. Dia berpakaian rapi dan menenteng sebuah gitar elektrik.

“Minna San!! Konbanwa!!” teriaknya dengan lembut, suaranya menggema di seisi Shibuya Public Hall. Dan tanpa membuang banyak waktu, dia langsung menghentak.


Tobichiru koi no tsubu te wa (Perasaan jatuh hati yang tercerai berai)
kimi ni mo sugu ni todoku hazu (Kamu pun akan mencapainya)

o o hii te hashirisaro u (Tariklah ekor komet dan berlarilah)
kono machi yozora to hitotsu ni naru made (Sampai menjadi satu dengan langit kota ini)

kawara nu hoshi no mabataki (Kerlip bitang yang abadi)
subete no ai o kazaro u (Mari hiasi semua cinta)

tsukan dara hanare nai yo (Aku tidak akan membiarkanmu pergi)
bokura wa uchū e kake te yuko u (Mari pergi ke luar angkasa)

o o hii te hashirisaro u (Tariklah ekor komet dan berlarilah)
bokura wa uchū e kake te yukeru (Kita dapat pergi ke luar angkasa)


Tatsuro Yamashita melantunkan salah satu hitsnya, Love Space, dengan riang gembira. Para penonton yang hafal, mulai bernyanyi bersama dirinya. Kyoko dan Hiroshi mematung, melihat dewa musik pop berdiri dan bermain musik di hadapan mereka dengan hidup.

Senyumnya membuat Hiroshi dan Kyoko terpana. Mereka sampai lupa sekeliling mereka, dan Kyoko tidak dapat melepas genggamannya dari T-shirt Hiroshi. Mereka menikmati setiap kata dan nada yang dilantunkan oleh pria paruh baya yang kharismatik itu.

Rasanya seperti mimpi, lagu-lagu yang selama ini mereka dengar melalui kaset, cd, dan mini disc berhamburan, sibuk untuk masuk ke dalam telinga mereka, membius perasaan mereka yang sudah dimabukkan oleh kemunculan Tatsuro Yamashita di atas panggung.

“Minna-san!! Senang bisa ada di sini!” teriaknya setelah lagu Love Space selesai ia nyanyikan. Sebagian besar penonton masih terbius oleh nada-nada indah yang baru saja mereka dengarkan tadi. “Malam ini kita akan bersenang-senang” lanjutnya. Dia tersenyum ke ribuan orang yang menggemarinya, dengan aura positif yang membuat hangat musim panas yang indah ini.

“Jya, Tsugi wa….. Merry Go Round!!!”

“Tanabe!!! Merry Go Round!!”
“Aku tahu!! Lagu yang kamu bilang itu lagu kesukaan kamu waktu kita pertama berkenalan kan???”
“IYA!!!” teriak Kyoko ke telinga Hiroshi.

Mereka lantas terdiam, terbius oleh intro lagu yang sangat funky dan menenangkan hati ini.


Mayonaka no yuenchi ni kimi to (Tengah malam ini di taman ria)
Futari de sotto shinobikonde itta (Kita berdua menyelinap)
Sabitsuita kanaami o norikoe (Melewati kawat yang berkarat)
Kakedasu to itsumo tsuki ga nobotte kita (Bulan selalu ada bersama kita)


Kokoro wa konagona ni kudaka re (Hati ini hancur berkeping-keping)
Nakushite shimatta (Aku kehilangan)
Maboroshi no Merī gō raundo (Bayangan Merry Go Round)
Ai sae (Bahkan cinta pun..)


Ama-iro no Tsuki Akari no shita de (Dibawah cahaya bulan yang menyilaukan)
Bokutachi wa warainagara aishiatta (Kita saling mencintai dalam tawa)
Iroaseta mizutama no benchi wa (Kursi taman yang motif polka dot nya pudar)
Horobi yuku toki no nioi shimitsui teta (Aku terjebak dalam bau kehancuran)


Kitto umarekawaru imanara (Jika ia dapat terlahir kembali)
Mōichido dake (Sekali lagi)
Ugokidase Merī Gō Raundo- (Berputarlah Merry Go Round)
Me o samase (Bangunlah)


Yunikōn! (Unicorn)

Kyoko dan Hiroshi tenggelam dalam lirik tentang sepasang kekasih yang menyelinap ke taman ria yang sudah ditinggalkan, pada malam hari, hanya untuk naik Merry Go Round. Ini bukti bahwa cinta akan memberi kebahagiaan di manapun, bahkan di sebuah taman ria usang yang sudah tidak didatangi orang lagi.

Tanabe Hiroshi dan Kaede Kyoko, larut dalam senandung indah yang mengisi seluruh telinga mereka. Mata mereka tidak bisa lepas dari Tatsuro Yamashita. Ini gila. Pertama kali nonton konser, langsung nonton konsernya Tats Yamashita, artis solo terpopuler di Jepang dan putra terbaik Jepang yang menggebrak musik pop dunia pada tahun 80-an.

Dan untuk beberapa waktu ke depan, seisi Shibuya Public Hall akan digempur oleh lagu-lagu nostalgia dan irama-irama funky yang akan membuat mereka hilang untuk sesaat, larut dalam putaran Merry Go Round yang dirancang oleh sang maestro, Tatsuro Yamashita.

------------------------------


Nanatsunomi kara atsumatte kuru (Mereka datang dari tujuh lautan)
Megami-tachi no doresu ni fureta totan ni (Begitu kau menyentuh gaun sang dewi)
Hirogaru sekai wa fushigina kagayaki o (Cahaya dunia yang misterius telah menyebar)
Hanachinagara kokoro e to shinobikomu (Menyelinap masuk ke dalam hatiku saat mereka melepasnya)

Takakute todokanu ai no yukue mo (Cinta yang tinggi dan tak terjangkau)
O ninau yayami ori hajimetara (Saat senja mulai turun)
Sutekina zawameki kokoro ni nagekakete (Lemparkanlah dalam gemuruh di hati)
Tada natsukashi omoide ni surikaeru (Ingatlah kenangan yang tak terlupakan)

Sparkle in my heart
Wonder in your world


Kyoko dan Hiroshi masih ada di dalam Shibuya Public Hall. Mereka lelah, lelah dalam kegembiraan. Lagu terakhir, sudah dilantunkan.

Sparkle. Lagu paling populer dari Tatsuro Yamashita sedang dilantunkan, sebagai penutup konser malam itu. Kyoko tak bisa mempercayai matanya. Dia telah puas melihat Tatsuro Yamashita bernyanyi di hadapannya. Malam ini akan menjadi momen yang tak akan terlupakan untuk Kyoko seumur hidupnya.

Lagu-lagu yang selama ini didengarnya, sekarang dia lihat langsung, penyanyinya melantunkannya di depan matanya. Jika dia ingin menangis, maka dia harus menangis, karena rasanya mimpi menjadi nyata.

Dan mereka berdua, tidak ingin malam ini segera berakhir.

------------------------------

shibuy12.jpg

Kyoko dan Hiroshi ada di depan vending machine. Kyoko masih terpaku, nyawanya masih ada di awang-awang.

“Kaede”
“Eh?”
“Ini”

Hiroshi memberikannya kaleng minuman ringan dingin. Kyoko masih terpaku dan dia menerima kaleng tersebut dengan gerakan yang kaku. Tak lama kemudian mereka menyingkir, agar tidak menghalangi orang berikutnya yang ingin bertransaksi di vending machine.

“Kaede”
“Eh?”
“Kamu seperti melamun….”

“Siapa yang tidak melamun setelah melihat Tatsuro Yamashita di depan dirinya, hidup, menyanyi, ini gila!” teriak Kyoko pelan. Mukanya memerah, berbinar-binar. Seluruh energinya habis di dalam Shibuya Public Hall, dan rasanya, dia belum ingin pulang. Suasana di luar Shibuya Public Hall penuh oleh para penonton konser tadi yang masih lalu lalang, larut dalam kegembiraan.

“Terima kasih ya sudah mau datang dan menemaniku” bisik Hiroshi sambil bersandar di dinding. Kyoko tersenyum, mengangguk dan dia menunduk dalam di hadapan Hiroshi.

“Aku yang harusnya berterima kasih…”
“Eh, bangun Kaede, tidak enak dilihat orang” Hiroshi tampak panik karena Kyoko menundukkan badannya di depan Hiroshi.

“Bagaimana sih, aku ditraktir, diajak, dan diajaknya menonton Tatsuro Yamashita, kurang beruntung apa aku…..”

“Haha, ya… Aku juga merasa beruntung, sudah bisa melihat dia langsung….” senyum Hiroshi.

“Dan aku lapar, tapi tak ingin makan, capek, tapi tak ingin pulang, rasanya kayak mimpi”

“Sama, rasanya benar-benar seperti mimpi”

“Musim panas ini gila, Tanabe…..” Kyoko ikut-ikutan bersandar di dinding, memperhatikan orang yang lalu lalang bersama Tanabe Hiroshi.

“Iya, gila… dan aku tidak menyesal sudah pindah ke Tokyo…”

“Pasti tidak… Kau terlihat begitu bersemangat dari hari pertama kuliah, Tanabe, dan sekarang, rasanya semangat itu belum habis” senyum Kyoko.
“Kita masih muda bukan? 18 tahun. Masih banyak waktu kita…. Tentu saja aku semangat…. Masa depan kita rasanya seperti cerah begini sehabis menonton konser tadi, hahaha” balas sang lelaki.

“Masih terasa seperti mimpi ya…. Dan serius, aku ingin sekali cepat sampai rumah, tapi malas jalannya. Ingin rasanya menyombongkan ke Nii-san dan Okasan” balas sang perempuan.
“Masih ada jalan kaki, bus, dan kereta ya, sampai Mitaka”
“Iya, rasanya ingin terbang saja, aku takut soalnya, di jalan karena banyak melihat-lihat lagi, memoriku soal konser tadi hilang” canda Kyoko.
“Mana bisa begitu… Hahaha”

“Kan aku bercanda” Kyoko menjulurkan lidahnya dan dia menatap muka Tanabe Hiroshi yang tampak begitu bahagia, bisa melihat sang idola manggung tadi.

“Masih banyak sebenarnya yang ingin kulihat, tidak cuma Tatsuro Yamashita saja, itu pembukaan” tawa Hiroshi.

“Eh?”
“Iya”
“Maksudnya?”

“Aku ingin menonton lebih banyak lagi…. Mariya Takeuchi, Toshiki Kadomatsu, Junko Ohashi, dan jangan lupa….. Momoko Kikuchi”
“Haha, masih banyak rupanya konser yang ingin kamu tonton ya?”
“Iya, dan itu berarti aku harus lebih giat lagi part time”
“Semangat, Tanabe….”

“Tapi, aku ingin satu hal”
“Apa?”
“Aku ingin kamu menemaniku nonton itu semua, Kaede” lanjut Hiroshi. Dia berdiri, dan dia menghadap ke arah Kyoko. Keramaian di belakang punggungnya seakan-akan menghilang. Shibuya Public Hall tampak menaungi punggung Hiroshi.

“Boleh saja. Tapi jangan ditraktir lagi…. Aku beli sendiri nanti, sepertinya aku harus part time juga kalau kamu mau ditemani ke konser” balas Kyoko dengan senyum manisnya yang membius Hiroshi.
“Kamu tahu?” jantung Hiroshi rasanya seperti mau copot mendadak.
“Apa?”

“Kalau aku benar-benar ingin ditemani oleh kamu saja di semua konser itu”
“Eh?” Kyoko menatap mata Hiroshi dengan dalam dan dia merasakan koneksi yang aneh. Dunia seakan berhenti berputar dan dia merasakan perasaan yang aneh. Seperti ada kupu-kupu di dalam perutnya, berputar-putar terbang dengan manisnya, dan aliran darahnya tampaknya terasa semakin kencang.

“Bagaimana mengatakannya ya…..” Hiroshi menarik napas panjang, dan dia tampak sulit mengucapkan hal yang ingin dia ucapkan.
“….” Kyoko mengulum bibirnya dan dia menebak-nebak apa yang sebenarnya ingin Tanabe Hiroshi katakan.

“Aku suka kamu, Kaede….” Hiroshi tersenyum. “Aku benar-benar suka kamu”

Kyoko melongo. Dia tidak menyangka, sehabis menonton Tatsuro Yamashita, seorang lelaki yang dia kenal baik dan dia sangat nyaman berada di dekatnya, menyatakan cintanya pada dirinya.

“Kaede… Watashi to tsukiatte moraemasen ka?”

Lovestruck. Kyoko tidak tahu harus berbuat apa. Dia ingin menjawab, tapi mulutnya kaku dan badannya seperti terpaku ke dinding.

“Tanabe… ano…” Kyoko masih bingung. Dia meremas tangannya dan menatap Hiroshi dengan wajah yang tidak bisa dikontrol.
“Kaede… Kalau kamu tidak jawab sekarang, tidak apa-apa, masih banyak waktu” senyum Hiroshi Tanabe.
“Tidak-tidak…. Ano…. Aku senang mendengarnya….”
“?”

“Ya, Tanabe…. Watashi mo suki…..” Kyoko tersenyum lebar ke arah Hiroshi dan Hiroshi menyambut senyumnya.

“Senang mendengarnya”

Mereka terdiam, masih di dalam lovestruck yang membuat mereka berdua tidak bisa melakukan apa-apa lagi selain tersenyum dan menatap satu sama lain. Di satu sisi mereka lega, karena mereka officially dating, tapi mereka merasakan ketegangan yang luar biasa, karena mereka bingung, apa yang harus mereka lakukan setelah ini.

Setidaknya, hari ini hampir ditutup dengan sempurna.

“Kalau begitu, biarkan aku mengantarmu pulang….”
“Baiklah”

“Tunggu"
“Kenapa?”
“Kita lupa makan malam” tawa Hiroshi.
“Ahaha, benar…. Mari kita cari makan malam dulu………” sambut Kyoko.

“Ayo”

Mereka berdua, lantas berjalan dengan pelan, menyusuri jalanan Shibuya malam itu, menjauh dari Shibuya Public Hall. Mereka saling melirik dan menahan senyum. Secara otomatis mereka saling membuang muka, tapi seakan-akan ada rasa penasaran yang menahan pandangan mereka untuk selalu bertaut.

Mereka berjalan beriringan, menuju jalan yang pernah mereka lewati, tetapi ini pertama kali mereka melewatinya sebagai pasangan. Dan tanpa sadar, tangan mereka bersentuhan. Secara refleks, tangan mereka langsung menghindar. Tak lama kemudian, mereka tersenyum dalam hati dan saling melirik.

Secara otomatis, tangan mereka saling menggengam, bergandengan menyusuri jalan itu.

Ya, Tanabe dan Kaede kini sepasang kekasih.

------------------------------

BERSAMBUNG

Ceritanya seru suhu @racebannon
Terasa sekali kekuatan karakternya. Jalan cerita nya juga enak meski alurnya maju mundur.
Detil mengenai Jepang, lagu2 Tats, serta lokasi2 di Jepang bikin kita bisa terbayang suasana di Jepang.
Yng saya suka suhu tidak menerjemahkan kata2/kalimat2 dalam bahasa Jepangnya. Cerdas lah..
Lanjut terus.. pantang mandek..
 
Kalau boleh request... epilog cerita ini tentang pertemuan Kyoko dengan Arya... ane ingin tau bagaimana kondisi psikologis Kyoko ketika ketemu dengan Arya... melihat parahnya kondisi psikologis Kyoko ditinggal Hiroshi, tentu menarik utk mengeksploitasinya saat ketemu Arya...
 
Bimabet
Ada diceritakan pas POV Haruko... part 71.
ini cuplikannya:



Jauh banget om kalo harus sampai ketemu Arya... nanti MDT2 ga release² dong...

Maksud ane gak harus detail ceritainnya... Dalam cerita Okasan No Hatsu Koi cuma menceritakan cinta pertama Kyoko (sesuai judulnya)... mungkin cerita ini segera selesai dan tamat karena tidak ada lagi Hiroshi sebagai cinta pertama Kyoko... Nah, setelah part terakhir, epilognya bahas pergulatan psikologis/emosi Kyoko ketika bertemu Arya.. soalnya wkt MDT season 1 cuma pov Arya... kita gak tau psikologis Kyoko ketika bertemu Arya lalu jatuh cinta...
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd