Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT OKASAN NO HATSU KOI - my mom's first love (racebannon)

Bimabet
Wih apakah akan ada scene kayak di jav 'pervert father in law' wkwk....

Thanks update nya om
 
Makin kesini episode Kyoko muda makin menarik aja hu RB, konflik sama ceritanya jugaa makin asyik...

Bacanya sambil dengerin japanese 80's city pop jugaa makin kebawa ke suasananya
 
Thx updatenya om

Kalo nginep di rumah Hiroshi gak bebas dong mesra-mesraan?
Haruko melangkah ke dunia baru yang lebih berwarna, keknya dorongan dari Shirley benar-benar tepat
 
btw...MDT2 sampai mana om?

ga sabar kalo yang itu
Bantu jawab ya om RB

MDT2 Reborn publish setelah yg ini kelar
Kata si oom sih gitu
Kita liat aja deh apakah timeline sesuai jadwal atau malah dipercepat.
Kok dipercepat?
Si oom kesambet si Raja Setan (Mas Efan) pas keluar kota :D
Ngarep dipercepat. :Peace: ya om
 
Ditunggu om updatenya, tadi sore nonton vlog nya deadsquad yg lagi tour di jepang, jadi inget hantaman, mungkin kayak gitu kali ya keliling pake van ke kafe2 yg kapasitas penontonnya gak banyak2, dan di situ ada orang jepang yg namanya chiaki, tp bapak2, bukan cewek. Hahaha
 
kyokob10.jpg

OKASAN NO HATSU KOI – PART 45
(my mom's first love)

------------------------------

ibarak10.jpg

“Aku jadi penasaran dengan kopi di café keluarganya pacarmu” tanya sang ayah, Ryuunosuke Tanabe, alias Chef Tanabe, Chef Ryuu, Ryuu-Sensei atau Tanabe-Sensei.

“Enak sekali kok…. Kapan-kapan kalau Oyaji ke Tokyo harus mampir…. Pasti ketagihan”
“Subjektif dan gombal” ledek sang ayah.

Kyoko masih melongo dan dia duduk di kursi belakang mobil mungil yang bau rokok itu. Dia masih tidak percaya, bahwa pria paruh baya yang mesum, ganjen, dan lecek yang sedang menyetir mobil itu adalah ayahnya Hiroshi Tanabe.

Hiroshi yang begitu sopan, baik, lemah lembut, kalem, memiliki ayah yang seperti ini?

Mereka bertiga sedang ada di dalam mobil, menuju ke Hitachinaka, kota kecil di Ibaraki, kampung halaman Hiroshi, tempat di mana rumah Hiroshi berada. Tapi sebelum pulang, ada sedikit perubahan rencana. Sang ayah mengajak mereka berdua ke restoran prancis miliknya yang terletak di Mito, ibukota Ibaraki.

“Sudah sarapan kan kalian?”
“Sedikit, hanya roti dan susu saja tadi” jawab Hiroshi.
“Susu yang mana?” seringai sang ayah.

“Oyaji……”

“Tidak usah malu-malu begitu… Kalian kan anak muda, pasti sering melakukannya… Ya kan? Kyoko-Chan?”

“Eh?” Kyoko kaget, karena dia seperti dibangunkan dari lamunannya. Dia melamun, memikirkan hubungan antara ayah yang mesum dan anak yang sopan.

“Ayolah… Bercandaan Oyaji tidak lucu…” kesal Hiroshi.
“Tapi kalian harus pakai kondom ya, jangan sampai kamu nanti menghamili pacarmu seperti si Tecchan itu….”
“Oyaji……..” Hiroshi menggaruk-garuk kepalanya sambil memotong obrolan ayahnya yang sedang menasihatinya soal safe sex itu.

Dia merujuk ke Tecchan, alias Tetsuo Minami, teman satu klub basket Hiroshi saat SMA yang akan menikah akhir minggu ini. Dan dia menikahi pacarnya yang ketahuan hamil. Kata sang ayah, begitu orang tua pacarnya Tecchan tahu anaknya dihamili olehnya, Toko Sake milik keluarga Tecchan langsung didatangi, dan Tecchan di gampar-gampar di depan orang banyak.

Tapi untunglah Tecchan seorang gentleman dan dia langsung menyatakan akan menikahi pacarnya, sebagai rasa tanggung jawabnya atas kejadian ini.

“Ano…. Ojisan…” tegur Kyoko.
“Ya?”
“Itu…. Apa… Kenapa tidak menggunakan seatbelt?” Kyoko pun memperhatikan bahwa ayahnya Hiroshi tidak mengenakan seatbelt saat menyetir.

“Seatbelt? Membuat aku sesak saja… Tidak enak merokok nanti kalau sesak… Ngomong-ngomong, harusnya kamu yang duduk di depan… Dengan memakai seatbelt tentunya dadamu akan…..”

“AFTER 5 CLASH !!!! ODORIDASE…. DANCING GIRL!!!!” Hiroshi langsung mengencangkan volume lagu yang didengarkan oleh sang ayah, memotong becandaan mesum ayahnya ke pacarnya. Hiroshi meringis, sambil melirik ke arah ayahnya yang tersenyum di balik kacamata hitamnya.

“Tidak masalah kan kalau kalian makan siangnya agak pagi seperti ini?” tanya Ryuunosuke Tanabe ke Kyoko.
“Eh? Tidak apa-apa…” Kyoko menjawabnya sambil membuang muka karena risih.
“Pasti Oyaji mau show off”

“Show off? Kamu sebut pekerjaanku sehari-hari show off?”
“Ah, terserah lah….”
“Nah, itu dia…. Restoran kebanggaanku…”

s_001h10.jpg

Sang ayah memarkirkan mobilnya di tempat parkir yang kecil itu dan dia mematikan mesin mobilnya. Seorang pegawai terlihat sedang menurunkan bahan-bahan makanan alami, seperti sayur-sayuran dari mobil pick up yang diparkir di sebelah mobil keluarga Tanabe.

“Ah! Hiroshi!” seorang pria yang tampak berusia 30-an menyapa Hiroshi dan dia langsung disambut oleh senyum Hiroshi.

“Lama tidak bertemu, Yamada-San… Kenalkan… Ini Kyoko…”
“Kaede Kyoko… Dozo Yoroshiku” Kyoko menundukkan badannya di depan Yamada.
“Yamada Kenta… Dozo Yoroshiku..”

“Kenta! Aku tidak membayarmu untuk berkenalan dengan pacar anakku! Ayo teruskan pekerjaanmu!” teriak sang ayah sambil membakar rokok dan masuk ke dalam restoran.

“Galak sekali sih pak tua ini….” ledek Yamada.
“Kalau aku tidak galak, aku tidak akan sukses”

“Sok keren di depan pacarnya Hiroshi… Pasti pura-pura jadi ayah yang cool” ledek Yamada, lagi.
“Berisik kamu bujangan tua….” tawa sang ayah, sambil berjalan diiringi ekspresi kesal Yamada.

“Ah, Ryuu-Sensei, pagi sekali datang ke sini?” seorang perempuan muda yang cantik, tampaknya berusia pertengahan 20 tahunan menyapa ayahnya Hiroshi yang baru masuk ke dalam restoran.

“Pagi Reina-Chan… Kamu makin cantik saja” senyum si ayah, sambil memeluk bahu Reina.
“Ryuu-Sensei apa-apaan sih…” Reina menarik tangan ayahnya Hiroshi dari badannya dan menunjukkan muka kesal.

“Sudah kubilang panggil aku Ryuu-Chan… Soalnya nanti kalau poligami legal lagi di Jepang, kamu yang akan kujadikan istri kedua” candanya.
“Ada-ada saja… Hiroshi! Lama tidak bertemu…” Reina tampak senang Hiroshi datang, terlebih lagi membawa Kyoko ke Ibaraki.

“Halo Kawamori-San, lama tidak bertemu, kenalkan, ini Kyoko”

“Halo…” Kyoko menundukkan kepalanya dengan sopan ke arah Reina Kawamori, salah satu pegawai ayahnya Hiroshi. Sepertinya dia adalah waitress di sini. Dan Kyoko benar-benar heran, dari tadi tingkah laku sang ayah tampak asal-asalan di depan pegawainya, tapi Hiroshi terlihat sangat sopan ke para pegawai ini, bahkan Hiroshi masih memanggil mereka dengan nama belakang mereka, walau mereka semua memanggil Hiroshi dengan nama depan, tanda kalau mereka sudah akrab.

“Kawamori Reina, salam kenal… Kamu manis sekali hahaha….. Persis seperti yang dideskripsikan Hiroshi ke kami semua” tawa Reina dengan ramahnya.
“Ahahahaha” tawa Kyoko tersipu malu, sambil melirik ke ayahnya Hiroshi yang membuka sebuah lemari kecil dan mengeluarkan apron, dan langsung memakainya.

“Kalian berdua sebaiknya ikut aku ke dapur sekarang” senyum sang ayah, sambil menatap ke Kyoko dan Hiroshi. Kyoko dan Hiroshi saling berpandangan, dan mereka menuruti perkataan tadi, mengikuti Chef Tanabe ke dalam dapur.

Di dalam dapur, ada beberapa orang yang sedang bersiap-siap.

“Ah, Ryuu-Sensei! Ohayo Gozaimasu!!” teriak salah satu dari mereka yang terlihat ramah. Badannya pendek dan mukanya terlihat seperti komedian.

“Kenalkan ini tim kecilku…. Ini Ozaki, Sous Chef…” Pria yang menyapa tadi namanya Ozaki. Sous chef adalah wakil dari Executive Chef, pemimpin di restoran itu. Sous Chef, di kasta dalam dapur, terletak tepat di bawah Executive Chef.

Executive Chefnya tentu saja ayahnya Hiroshi.

“Yang di pojok sana, yang sedang memotong sayur itu Masako… Entremetier kita…. Lengkapnya Okada Masako.. Sayang dia sudah menikah, kalau belum, dia mau kujadikan istri ketiga, kalau nanti Jepang melegalkan poligami kembali” Entremetier, adalah orang yang bertugas untuk membuat appetizer, sup, dan mengurus sayur-sayuran.

Masako Okada hanya tersenyum ke arah Kyoko.

“Semuanya sibuk sekali sampai lupa menyapa aku” tawa Hiroshi.
“Kamu makanya bantu kami dong… Jangan pacaran saja” potong sesorang lain yang mukanya terlihat tajam dan penuh percaya diri. “Kenalkan, aku Takeda Kenichiro, aku adalah Saucier di sini” Saucier adalah orang yang bertanggung jawab untuk menghandle segala macam jenis masakan yang ditumis, sekaligus membuat saus untuk pelengkap makanan.

“Ah… Minna, aku Kaede Kyoko, salam kenal”

“Kami sudah tahu, waktu tahun baru kemarin, Hiroshi menyombongkan kamu habis-habisan ke kami semua!” teriak seseorang yang badannya besar di belakang sana,

“Nah, yang seperti Godzilla itu namanya Doi Takehito, pattisier kita, jangan tertipu oleh tampangnya yang gagah, dia lembut sekali seperti anak kucing” tawa Ryuunosuke Tanabe. “Anak kecil tolol yang sedang mengupas bawang di sana namanya Shigeno Shuichi… Dia tournant di sini” Tournant adalah seksi sibuk, alias pembantu umum di dapur. Sedangkan Pattisier adalah orang yang bertugas membuat dessert.

“Nah, Nagatoro mana?” sang ayah tampak mencari satu orang lagi.

“Lagi merokok di luar”
“Di dalam saja kalau mau merokok”
“Nanti jadi rusak dagingnya dia bilang…”

“Sensei kalau merokok lagi di sini, aku resign” seorang lelaki yang suram, mendadak muncul, dia masuk lewat pintu belakang dengan tatapan yang aneh ke arah ayahnya Hiroshi.

“Kalau kamu resign, aku tutup saja restoran ini”
“Selamat bangkrut kalau begitu… Melihat Sensei merokok di sini, aku jadi ingin merokok lagi, keluar lagi ya” ucapnya cuek, sambil keluar lagi lewat pintu belakang.

“Nah, itu si aneh Nagatoro Hide, rottiseur restoran ini” tawa ayahnya Hiroshi sambil tetap merokok.

Pagi menjelang siang itu, Kyoko mendadak pusing karena harus menghafalkan nama orang banyak sekali. Mendadak, dia membuat list di kepalanya.

Kenta Yamada, waiter merangkap manajer restoran, merangkap seksi sibuk.
Reina Kawamori, waitress merangkap operator mesin kasir.
Ozaki, sous chef, second in command.
Masako Okada, entremetier.
Kenichiro Takeda, saucier.
Takehito Doi, pattisier.
Shuichi Shigeno, tournant.
Hide Nagatoro, rottiseour. Rottiseour adalah orang yang bertanggung jawab atas semua hidangan daging-dagingan.

Banyak sekali dan jabatannya membuat Kyoko pusing. Dia tampak bingung karena banyak sekali yang harus ia perhatikan dan hafalkan.

“Mana daging yang aku siapkan kemarin?” tanya Ryuu-Sensei entah ke siapa. Hiroshi berdiri sambil melipat tangannya, tersenyum sambil melihat ayahnya yang belum memakai baju chef tapi sudah memakai apron itu. Dia sudah mematikan rokoknya di asbak yang ada di sudut dapur.

“Ini sensei” Shuichi sang tournant mengambil dua bongkah daging yang sudah di defrost dari tadi pagi.

“Flank. Yang terbaik untuk steak ala prancis” senyum sang ayah. Kyoko hanya berdiri di sebelah Hiroshi, sambil memperhatikan gerakan Ryuu-Sensei.

“Bahan-bahan lainnya sudah aku taruh di dekat wajannya ya Sensei” teriak Masako sang entremetier.
“Sigap sekali.. Tidak salah kalau aku jadikan istri ke tiga”
“Sensei nakal sekali” tawa Ozaki, sok akrab.

“Diam kamu monyet” potong sang ayah, sambil berjalan ke arah kompor.

Dia langsung mengambil tempat garam dan merica, dan mendadak, dengan gerakan yang indah, dia membumbui dua bongkah daging yang sudah dipersiapkan tadi. Gerakannya benar-benar seperti seorang samurai yang sedang bermain pedang. Ekspresi ganjen dan mesumnya mendadak hilang.

Tanpa melihat, setelah dia membumbui daging, dia menyalakan kompor, memanaskan kuali yang sudah dibalur tipis oleh lemak sapi.

Kyoko melihatnya sambil terkagum-kagum.

“Sensei!” mendadak Reina masuk, sambil membawa catatan. Ryuunosuke Tanabe hanya meletakkan jari telunjuknya di bibirnya sambil melirik ke arah Reina, di balik kacamata hitamnya. Reina langsung diam, menunggu chef jagoan itu menyelesaikan pekerjaannya.

Sambil menunggu wajan panas, dengan gerakan yang indah, ayahnya Hiroshi itu mengambil pisau. Dia langsung mencincang bawang putih dengan cara yang amat-amat profesional. Setelah menyisihkannya, dia lantas mencincang parsley, chives, dan beberapa herbs lainnya. Mukanya amat-amat serius. Aura mesum dan ganjennya mendadak hilang.

Wajan sudah panas dan dengan tiba-tiba, dua bongkah daging itu dilempar olehnya ke wajan panas, dan terdengar bunyi desis yang kencang. Dia tersenyum. Dia mengambil spatula, menunggu sebentar, dan dia membalikkan potongan daging flank tersebut. Wajan berdesis lagi. Dia tampak menghitung mundur waktu di dalam kepalanya. Dan dengan satu gerakan yang tepat, dia mengecilkan api di kompor.

“Hiroshi…”
“Aku tahu. Keren kan?” Hiroshi tampak nyaman melihat ayahnya. Tidak heran, mungkin dia setiap hari melihat itu dari kecil. Pasti mimpinya jadi chef muncul akibat ayahnya.

Tak lama kemudian, dia membalik daging itu lagi. Dan dia menghitung mundur waktu di dalam kepalanya. Dia langsung mengambil dua buah piring, dan dalam diamnya, dia melempar dua buah potong daging itu ke piring dari wajan. Piring itu ternyata sudah dilapisi oleh alumunium foil. Setelah dua buah steak itu tertata dengan rapih, dia menaburkan potongan parsley, chives, dan herbs lain ke atas steak itu.

Dia lantas membungkusnya dengan alumunium foil. Dan tanpa mematikan api yang menyentuh panci, dia memasukkan olive oil, balsamic vinegar, dan potongan bawang putih tadi. Tak lama kemudian, yang dia lakukan selesai. Campuran olive oil, balsamic vinegar dan bawang putih itu disiramkan ke atas daging yang kemudian akan dibungkus dengan alumunium foil. Setelahnya, dia tersenyum ke arah Kyoko dan Hiroshi.

“Makan siang sudah siap… Reina, siapkan tempat duduk untuk dua orang tamu spesial kita hari ini”
“Ah.. Baik sensei!” Reina tampaknya sudah lupa akan urusannya masuk ke dapur tadi, karena terkesima dengan aksi Ryuunosuke Tanabe di depan kompor.

Chef Tanabe, orang slebor yang kalau sudah di depan kompor, dia seperti ahli bela diri yang sedang bertarung di atas ring. Gerakannya indah dan penuh presisi.

Tak salah, jika dia jadi selebritis lokal di Ibaraki dan restoran kecilnya itu terkenal.

------------------------------

“Aku tidak mau bertemu makanan lagi sampai besok” Kyoko tampak kekenyangan di dalam mobil. Dia ada di kursi penumpang dan Hiroshi yang menyetir. Mereka berdua pulang ke rumah Hiroshi, setelah menikmati hidangan yang super enak.

Sebongkah steak flank ala prancis yang dimasak langsung oleh tangan Chef Ryuunosuke Tanabe. Ditambah sedikit red wine, semuanya sempurna. Kyoko masih ingat perasaannya tadi, ketika dia mengunyah steak yang empuk dan tebal itu. Matanya berbinar-binar dan dia jadi lupa bagaimana rasa semua masakan yang pernah ia makan. Memorinya runtuh dan sekarang di kepalanya, hanya ada rasa enak dan nyaman ala Chef Tanabe.

Orang gila. Chef Tanabe benar-benar gila, dan anaknya, Hiroshi Tanabe, juga pintar masak. Tapi tentu saja, levelnya masih jauuuuuuuuuuuuuuuh, jika dibandingkan dengan ayahnya.

“Ayahku memang hebat… Di hari-hari spesial seperti ulang tahun, dia pasti memasak seperti itu. Rasanya tak pernah berubah dari aku kecil… Benar-benar nostalgic…” jawab Hiroshi. Mobil yang ia kemudikan sudah masuk ke area perumahan. Tampaknya sudah dekat.

“Tak heran kamu jago memasak juga”
“Tapi belum levelnya dia”
“Aku setuju sih”

“Sialan hahaha” tawa Hiroshi, sambil melirik ke arah kanan. “Nah, itu rumahku” Hiroshi lalu berhenti di pinggir jalan, dan dia membuka pintu garasi agar mobil mungil itu bisa masuk ke dalam area rumah. Rumah-rumah di Ibaraki lebih besar jika dibandingkan dengan Tokyo. Pasti harga tanah juga lebih murah, dan ke mana-mana orang lebih banyak menggunakan mobil pribadi daripada transportasi umum. Tidak semua area perumahan memiliki halte bus yang dekat.

Hiroshi balik ke mobil dan dia memasukkan mobil tersebut ke dalam garasi. Setelah semuanya selesai, Kyoko turun sambil mengambil kopernya dan koper Hiroshi. Hiroshi sedang menutup pintu garasi rumahnya.

_w900_10.jpg

Mereka lantas saling bertatapan, saling tersenyum, dan berjalan bersama menuju pintu rumah.

“Tadaima!!” teriak Hiroshi setelah membuka kunci pintu depan dan masuk ke dalam. Dia menanggalkan sepatunya, sambil menunggu orang rumah keluar.
“Okaeri…” Suara perempuan yang lembut terdengar dari dalam rumah, dan tak lama kemudian, seorang ibu-ibu cantik, dengan rambut panjang yang diikat, dandanannya sungguh feminin dan anggun muncul.

“Kaa-Chan!” Hiroshi menyambut ibunya yang keluar. Mereka berpelukan sebentar, melepas rindu antara ibu dan anak.

“Ah, halo…. Pasti kamu Kaede Kyoko… Salam kenal… Aku Tanabe Junko… Ibunya Hiroshi” sang Ibu menunduk dengan sopannya ke arah Kyoko. Bagaimana mungkin seseorang yang asal dan ganjen seperti ayahnya Hiroshi memiliki istri secantik dan selembut ini? pikir Kyoko sambil menunduk sopan ke arah ibunya Hiroshi.

“Salam kenal…. Kaede Kyoko… Maaf aku akan merepotkan selama beberapa hari ke depan….”
“Tidak apa-apa… Ayo, kemarikan tas mu, aku antarkan ke kamar tempat kamu tidur….” Kyoko mengangguk dan membiarkan Junko Tanabe mengambil tas di tangannya dan Hiroshi mengangkat kopernya masuk ke dalam rumah.

“Anak-anak…. Ini Kaede Kyoko, ayo berkenalan!” Sang ibu bersuara keras di ruang tengah. Di sana ada dua anak remaja yang sedang mengerjakan tugas sekolah. Mereka berdua segera berdiri dan menunduk ke arah Kyoko dengan sigap.

“Aku Tanabe Takahiro, salam kenal Oneesan…”
“Aku Tanabe Takashi, salam kenal”

Takahiro kelas satu SMA dan Takashi masih kelas dua SMP. Dia sudah tahu informasi itu dari cerita Hiroshi. Kyoko membungkukkan badannya sambil memperkenalkan diri.

“Halo minna, aku Kaede Kyoko, salam kenal…”
“Kalau butuh apa-apa jangan sungkan untuk minta tolong pada kami” senyum Takahiro.
“Baik, terima kasih ya”

“Aniki!” teriak Takashi mendadak, saat Hiroshi, Ibunya, dan Kyoko mulai meniti tangga di lantai atas.
“Ya?”
“Oleh-oleh dari Tokyo mana?”
“Sebentar, aku kan baru sampai.. Nanti sore ya setelah beres-beres…”
“Baik!”

Kyoko tersenyum melihat interaksi antara Hiroshi dan keluarganya yang terlihat begitu lembut dan dekat. Dia sedang membayangkan bagaimana seorang ayah yang slebor bisa fit-in di tengah keluarga seperti ini.

“Nah, nanti Kyoko-Chan tidur di sini ya?”
“Baik"

Junko Tanabe membuka sebuah kamar di ujung koridor dan Kyoko serta Hiroshi masuk ke dalamnya, menyimpan tasnya.

“Ano….” Kyoko melihat-lihat ke sekeliling kamar. Jendela yang lebar ada di sana, dengan pemandangan langsung ke pantai. Ada meja belajar yang rapi, dengan bed yang cukup untuk satu orang, dan poster Michael Jordan dan Kobe Bryant di dinding kamarnya. Ini kok seperti kamarnya Hiroshi?

“Ini kamarku” senyum Hiroshi. “Jangan khawatir, nanti aku akan tidur di bawah kok…”
“Eh? Apa tidak apa-apa?” Kyoko kaget, dia merasa tidak enak kepada Hiroshi dan keluarganya.
“Tidak apa-apa Kyoko-Chan…. Kalau ada tamu, biasanya mereka menginap di kamarnya Hiroshi, karena pemandangannya paling bagus dari sini, jelas sang ibu.

Rumah Hiroshi yang lumayan besar, terdiri dari dua lantai. Di lantai bawah, selain garasi yang mungil, ada ruang keluarga, dapur, ruang makan, dan kamar ayah dan ibunya. Sementara di lantai atas, semua kamar anak berada di sana. Total ada tiga kamar anak.

“Istirahatlah dulu sebentar, nanti malam kita makan bersama ya? Aku sudah masak banyak untuk kita semua malam ini, tapi Otosan mungkin tidak akan ikut, dia ada acara minum-minum bersama timnya di restoran” tawa sang ibu dengan ramahnya.

“Ah.. Iya Obasan.. Terima kasih banyak” senyum Kyoko, karena merasa beruntung, dimanjakan oleh keluarga pacarnya.

“Jya… Sampai bertemu nanti malam ya”
“Ada yang bisa aku bantu?” tanya Hiroshi ke ibunya.
“Tidak usah, kamu temani Kyoko-Chan saja dulu…..”

“Baiklah kalau begitu”

Dan Kyoko benar-benar menikmati hari pertama di Ibaraki ini, walaupun ayah sang pacar begitu nyentrik dan anehnya, tapi dia merasa diterima sebagai bagian dari keluarga Hiroshi. Dimulai dari masakan sang ayah yang begitu enak, dan sambutan sang ibu yang benar-benar hangat. Adik-adik Hiroshi juga terlihat sopan dan ceria.

Sungguh, Kyoko merasa menyatu dengan keluarga ini.

------------------------------
------------------------------
------------------------------

“Pagi Kyoko-Chan!” sapa Ryuunosuke Tanabe di meja makan pagi itu. Kyoko baru bangun, dan setelah berganti baju dan bersiap-siap untuk hari itu, dia turun ke lantai bawah untuk mulai sarapan. Ada satu hidangan sarapan di meja yang sudah tertata rapi. Nasi putih hangat, sup miso dengan rumput laut kering, telur dadar, dan acar mentimun. Semuanya terlihat sederhana dan segar.

0201ro10.jpg

Junko Tanabe sedang mencuci piring. Punggungnya mengingatkan Kyoko pada ibunya, dan dia tersenyum sendiri melihat pemandangan itu.

“Sarapan dulu, Kyoko-Chan” senyum ibunya Hiroshi sambil menatap ramah ke arah Kyoko. Ibunya Hiroshi tersenyum terus, sampai-sampai matanya sering tidak terlihat, tenggelam dibalik senyumnya yang ramah.

“Baik, Obasan… Ah, Ojisan, aku sarapan dulu ya”

“Silakan” Ryuu-Sensei sedang meminum kopi sambil merokok dan baca koran. “Semalam tidurmu nyenyak?” tanya ayahnya Hiroshi.
“Iya, Ojisan… Udara laut nyaman sekali, hehehe”
“Maaf aku semalam tidak ikut makan bersama kalian, biasa, orang-orang gila di restoranku itu ingin minum-minum, terpaksa kulayani” balasnya.

“Tidak apa-apa”

Semalam, Kyoko merasakan masakan rumahan yang begitu enak dari Junko Tanabe. Semalam ia langsung merasa homesick karena suasana hangat antara ibu dan anak-anaknya semalam membuat Kyoko ingat pada ibu dan kakaknya. Suasananya mirip-mirip, dan rasanya nyaman. Semalam dia jadi terlalu akrab dengan Junko Tanabe dan adik-adiknya Hiroshi. Bahkan ia berjanji untuk membantu kedua adiknya Hiroshi mengerjakan tugas musim panas dari sekolah mereka.

“Semalam Hiroshi menyelinap ke kamar tidak?” seringai sang ayah ke arah Kyoko.
“Ano…”
“Otosan bicara apa… Hiroshi bukan orang seperti kamu” balas sang ibu dengan senyumnya.

“Hiroshi masih muda, pasti dia penuh semangat… Sayang sekali kalo tadi malam dia tidak masuk ke kamar dan tidur bersamamu”

“Haha, jangan bicara seperti itu dengan Kyoko-Chan, dia tidak nyaman nanti…. Kyoko-Chan mau teh atau kopi?”
“Ano… Ahaha… Kopi saja, Obasan….”

“Baik, nanti tinggalkan saja piring dan mangkuk kamu di sana, aku yang cucikan, Hiroshi sedang main basket di dekat sini, dan adik-adiknya semua sedang main keluar….”

“Baik Obasan….”

Junko Tanabe langsung membuat kopi untuk Kyoko, dan setelah selesai, dia memberikannya untuk pacar anaknya itu.

“Otosan…” Junko Tanabe tampak mengernyitkan dahinya sambil melirik ke arah suaminya. Kyoko kaget. Rupanya setelah sang ibu memberikan kopi kepada Kyoko, ketika Junko Tanabe melewati tempat duduk suaminya, suaminya iseng meremas pantatnya dengan jahil.

“Kenapa? Dulu waktu kita masih pacaran, ingat tidak… Aku sering menyelinap ke kamar kamu… Harusnya tadi malam Hiroshi melakukan hal yang sama…” candanya.

“Ahaha, tidak sopan ah bercanda seperti itu di depan Kyoko-Chan”
“Maaf, tidak bisa kutahan, habisnya kamu cantik sekali, aku jadi ingin menikah lagi denganmu”
“Ahaha… Otosan bisa saja”

Apa yang baru saja Kyoko lihat? Rupanya ayahnya Hiroshi juga ganjen ke istrinya. Kyoko langsung cepat-cepat makan dengan buru-buru, agar dia bisa segera selesai makan dan bertemu dengan Hiroshi di lapangan basket.

------------------------------

Kyoko berjalan dengan senangnya di kompleks rumah Hiroshi. Dia sedang menuju lapangan basket pagi itu untuk melihat Hiroshi, yang katanya sedang bermain basket, sehabis sarapan. Sekarang masih pukul setengah delapan pagi, jadi udara masih belum terlalu panas. Suara ombak dari pinggir laut terdengar di telinga Kyoko. Suasana begitu nyaman, bau pantai, dan suasana pinggir laut yang nyaman seperti ini benar-benar berbeda dengan Tokyo yang begitu megah dan hingar bingar.

Jujur, Kyoko masih kaget dengan keluarga Hiroshi yang ajaib, terutama ayahnya. Bagaimana bisa seseorang yang mesum seperti itu berkeluarga dengan manisnya? Apalagi, istrinya juga jadi korban keganjenannya. Bingung sumpah. Memang orang berbeda-beda, tapi yang membuat Kyoko amazed, adalah betapa semua orang yang unik itu bisa fit in dalam satu keluarga.

Hari itu Kyoko mengenakan t-shirt tanpa lengan, dengan celana jeans yang sesuai. Dandanan yang cocok untuk musim panas di Ibaraki. Siang itu dia dan Hiroshi akan ke Art Tower Mito, berjalan-jalan di sekitar Ibaraki. Nanti malam, ayahnya Hiroshi janji mau masak di rumah untuk makan malam ramai-ramai bersama Kyoko. Besok katanya ada acara reunian klub basket Hiroshi sewaktu SMA di Mito, jadi Kyoko akan ikut bersama Hiroshi ke sana.

Ah, itu dia. Lapangan basket. Ada suara bola memantul ke permukaan lapangan. Kyoko mempercepat langkahnya agar ia bisa bertemu dengan Hiroshi cepat-cepat.

08232a10.jpg

Kyoko akhirnya sampai ke lapangan basket itu. Dengan ceria dan senyum, dia menatap ke arah Hiroshi. Hiroshi dengan gagahnya, mengenakan jersey basket polos, sedang beraksi di atas lapangan basket. Tapi mendadak, senyum Kyoko hilang.

Kyoko, entah kenapa diselimuti dengan perasaan tidak enak. Apalagi setelah melihat lawan main Hiroshi. Hiroshi bermain basket one on one dengan seseorang perempuan yang tinggi semampai, kulitnya putih dan pipinya merona merah. Rambutnya pendek sekali, memperlihatkan lehernya yang jenjang. Dia memakai t-shirt tipis dan kemeja kotak-kotak, sebagai outerwear, dan celana pendek jeans. Celana yang terlalu pendek. Mukanya benar-benar manis dan tampak ceria.

Hiroshi membawa bola, berusaha menghindari perempuan itu. Tapi Hiroshi melakukan gerakan tipuan, dia mundur ke belakang, setelah pura-pura mau maju, dan dia loncat mundur, sambil menembak bola ke arah ring. Gerakan seperti ini sering dilihat Kyoko ketika dia menemani Hiroshi main basket di Tokyo. Biasanya bola selalu masuk.

Tetapi, anak perempuan itu, dengan sigap loncat ke arah bola dan menepisnya. Perempuan itu berhasil menepis shoot Hiroshi yang biasanya sulit dihentikan. Perempuan itu terjatuh setelah meloncat, dengan muka yang sangat puas, karena berhasil menggagalkan Hiroshi mencetak angka.

“Sial” tawa Hiroshi sambil mengulurkan tangannya, menarik perempuan yang jatuh itu. Perempuan itu bangkit dan melingkarkan tangannya di leher Hiroshi.

“Kamu lupa ya, cuma aku yang bisa menghentikan shoot kamu yang seperti itu?” tawa perempuan itu. Kyoko masih melongo melihat keakraban mereka.

“Eh, Kyoko” senyum Hiroshi melihat Kyoko ada di lapangan basket itu.

“Ah! Kamu pasti pacarnya Hiro-Chan kan? Kenalkan, aku Amami Futaba, kamu boleh memanggilku Mi-Chan… Salam kenal” Mi-Chan mengulurkan tangannya ke arah Kyoko, mengajak salaman. Gerakan yang tidak umum dilakukan oleh orang Jepang untuk berkenalan. Kyoko masih melongo, bingung harus bereaksi seperti apa.

12a93b10.jpg

Hiroshi, siapa ini? Kenapa kalian tampak terlalu akrab? Kenapa kamu tidak pernah cerita tentang dia?

------------------------------
------------------------------


haruko10.jpg

“Hai, Haruko ya?”
“Eh, iya…”

“Haruko hanya bisa meringis aneh saat dia bertemu dengan anak lelaki itu di mall” pikirku. Duh, hari ini aneh banget rasanya. Aku dandan tidak seperti biasanya. T-shirt kuning yang jarang kupake ini ternyata cocok dipadukan dengan rok gypsy bekas punya Tante Anggia. Clutch bag yang dibeli waktu jalan bersama Shirley ada di tanganku.

“Ngobrol di sana gakpapa?” tanya lelaki itu dengan sopan. Cowok ini kenalannya Shirley, dan dia salah satu anak yang ngajak kenalan aku lewat instagram.

“Gapapa” aku berusaha sok cool. Kalo kata Tante Ai, pas jalan sama cowok, pura-pura jalan sama temen yang udah kenal lama aja, biasa aja katanya. Kalo kata Mama, hahahaha, anakku sudah besar, lalu aku dipeluk, kalo kata Shirley, santai aja kenapa sih, gak usah panik, dia orang, elo juga orang.

Kami berdua jalan pelan-pelan ke arah gerai kopi yang lambangnya mahluk legenda siren warna ijo itu. Cowok ini pake t-shirt, jeans, dan hoodie yang semuanya polos dan keliatan mahal. Entah kenapa. Duh, siapa tadi namanya. Lupa aku. Siapa namanya? Aku kok lupa? Aku terpaksa, dengan bego buka handphoneku cuma buat ngecek namanya orang ini di phonebook.

Oh iya, Adira namanya. Tampangnya? Good looking banget. Dan kenapa aku setuju mau jalan sama dia keluar? Ini pertama kalinya aku jalan sama cowok dan aku bener-bener gak karuan perasaannya. Siapa dia, siapa aku, siapa semuanya?

“Lo mau minum apa?” senyumnya.
“Ah itu…. Anu.. Hot chocolate aja”
“Oke, duduk dulu aja, ntar gue yang ambil” aku mengangguk dengan anehnya, dan duduk dengan manis di salah satu kursi.

Oke. Sebentar. Aku ada di mana? Siapa cowok itu tadi namanya?

Kok bisa gini?

Kenapa aku ada di sini???

------------------------------

BERSAMBUNG
 
CAST PART 45

- Haruko Aya Rahmania (16) anak semata wayang Arya dan Kyoko, tokoh utama MDT

- Adira (17) Cowok yang kenalan sama Haruko via IG

Kyoko's Timeline:

438be411.jpg



- Kyoko Kaede (19)
- Hiroshi Tanabe (19), pacarnya Kyoko, teman di Senmon Gakkou

- Futaba Amami (19), temannya Hiroshi?

- Ryuunosuke Tanabe (50) Ayahnya Hiroshi Tanabe
- Junko Tanabe (45) Ibunya Hiroshi Tanabe
- Takahiro Tanabe (16), dan
- Takashi Tanabe (14) Adik-adiknya Hiroshi

Crew Restoran ayahnya Hiroshi
- Kenta Yamada (31), waiter merangkap manajer restoran, merangkap seksi sibuk.
- Reina Kawamori (23), waitress merangkap operator mesin kasir.
- Ozaki (40), sous chef, second in command.
- Masako Okada (31), entremetier.
- Kenichiro Takeda (27), saucier.
- Takehito Doi (33), pattisier.
- Shuichi Shigeno (24), tournant.
- Hide Nagatoro (30), rottiseour.

Glossary :


Tadaima : Aku pulang
Okaeri : Selamat datang
Ojisan : Paman
Obasan : Bibi
Okasan : Ibu
Ka-Chan : Ibu (casual)
Oyaji : Ayah (casual)
Otosan : Ayah
Minna : Semuanya
Senmon Gakkou : Sekolah Kejuruan (setingkat diploma)
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd