Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT OKASAN NO HATSU KOI - my mom's first love (racebannon)

Emang zamannya putih abu2 gitu zamannya dedek2 gemez x ya. Pa lagi dasar nya memang sdh nggemezin. Kek ada manis2 nya gitu.
Note : hanya berlaku utk Haruko & Shirley.
Kalau utk anak2 DIMH mah pengen nampol. :D

Baru dipuji sekali trus Haruko jadi lupa pengen tau siapa yg ngajarin Okasan masak. ;)

Btw makasih apdet nya om:beer:
 
kyokob10.jpg


OKASAN NO HATSU KOI – PART 44
(my mom's first love)

------------------------------

ph_0510.jpg

Musim panas sudah datang dan sebentar lagi liburan musim panas akan dimulai.

Tentu saja, drama antara Atsushi Okubo dan Kana sudah selesai. Kata Marie, sekarang kalau Okubo berpapasan dengan Marie di apartemen mereka, dia pasti langsung buang muka dengan muka penuh malu. Dan Kana pun tidak menghindar, jika ia ingin main ke apartemen Marie, maka dia datang saja, tanpa takut untuk bertemu Okubo. Kana akan cuek saja kalau berpapasan dengan Okubo, walau selama ini, dia tidak pernah melihat batang hidung Okubo sama sekali.

Sepertinya Okubo akan sangat-sangat malu apabila bertemu dengan Kana lagi dan berhati-hati setiap dia akan beraktivitas di luar rumah. Setidaknya sampai dia selesai bertugas di Tokyo.

Memang, jika ditinggalkan dalam kondisi terborgol, bugil, dan terlihat bodoh, semua orang pasti akan malu. Apalagi kamu adalah pria beristri yang selingkuh dengan mahasiswi Senmon Gakkou. Hina sekali. Untung Kana tidak lama berhubungan dengan Okubo, dan untung Okubo waktu itu tidak ikut dalam trip Golden Week Kana bersama teman-temannya.

Dan Kana sebenarnya juga tidak ingin melaporkan kelakuan Okubo ke perusahaannya. Itu akan merepotkan, dan biarkanlah kalau dia punya masalah dengan istrinya, dia urus sendiri dan selesaikan sendiri. Kalau memang mereka mau bercerai dan segala macam tetek bengek lainnya, Kana tidak akan mau tahu soal itu. Itu masalahnya dan Okubo sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi dengan dia.

Di sore yang cerah di musim panas itu, Kyoko hanya berdua saja dengan Hiroshi. Mereka baru keluar dari gedung Senmon Gakkou. Sebentar lagi liburan panjang musim panas dan mereka berdua sedang memikirkan mau liburan ke mana berdua. Mungkin sudah saatnya mereka liburan berdua saja, tanpa gangguan Kana dan Marie.

“Coba kita bisa ulang Hakone ya? Tapi berdua saja…” Hiroshi sedang memutar otaknya, mencari tempat liburan yang tepat.

“Kalau Kanazawa bagaimana? Aku penasaran dengan suasananya” balas Kyoko sambil ikut berpikir. Tahun 2000-an awal bukanlah zaman smartphone yang kita bisa dengan mudah mencari rekomendasi tempat liburan di situs-situs review yang melimpah.

“Sulit ya, sepertinya kita harus cari-cari info di kantor tour and travel....... Mau?”

“Berdua?” mendadak muka Kyoko bersemu merah. Entah kenapa dia agak malu membayangkan pergi berdua dengan Hiroshi, ke kantor tour untuk menanyakan lokasi liburan musim panas yang cocok untuk pasangan. Rasanya seperti pasangan yang baru menikah, sedang mencari tempat untuk berbulan madu.

“Berdua dong.... Masa satu sekolah?” tawa Hiroshi.

Mendadak, sebelum Kyoko sempat bicara apapun lagi, handphone Hiroshi berbunyi.

“Ah sebentar.... Moshi-Moshi... Tanabe desu...” Hiroshi mengangkat handphonenya. “Ah, kamu... Apa kabar?” Hiroshi tersenyum, tampak ceria. Sepertinya yang menelepon adalah kenalan lama yang sudah lama tidak bertemu. Mungkin teman sekolahnya dulu.

“Ahaha iya, perkuliahan seperti biasa lah, sama saja di mana-mana.... Bagaimana? Eh? Apa?!! Yang benar kamu??!!”

Kyoko mendadak kaget, karena Hiroshi menghentikan langkahnya dan mukanya tampak agak shock. Dia tampak berusaha mendengarkan suara dari ujung sana dengan jelas. Dia tampak berkonsentrasi penuh pada ucapan apapun yang harusnya dia dengarkan sekarang.

“Aku mengerti... Kalau memang itu keputusan yang diambil, aku mendukung, aku sangat mendukung” raut muka Hiroshi kembali terlihat kalem. Kyoko menerka-nerka, obrolan apa yang mungkin terjadi antara Hiroshi dan temannya?

“Oke, sampai ketemu nanti... Ya, aku pasti akan datang.... Tenanglah.... Baik, hahahaha.. Jya... Mata ne....” Hiroshi menutup telponnya dan dia menarik napas yang sangat-sangat panjang. Dia lantas tersenyum tipis dan menatap ke arah Kyoko.

“Ada apa?” Kyoko penasaran. Apa yang terjadi tadi, di dalam percakapan antara Hiroshi dan entah siapa itu?
“Haha… Tampaknya aku sudah tahu ke mana kita akan pergi di liburan musim panas ini…..” Hiroshi menarik napas panjang dan meregangkan tangannya.

“Kemana? Kok tiba-tiba bisa menentukan pilihan?” bingung Kyoko.
“Tadi temanku menelepon…..”
“Ah? Lalu?”

“Dia teman akrabku sewaktu SMA dulu. Dia center andalan tim basket sekolahku” senyum Hiroshi.
“Ooh….” Kyoko mengangguk-angguk, walaupun dia tidak mengerti, apa artinya center. Dia sama sekali tidak tahu sedikitpun soal istilah basket.

“Dia akan menikah musim panas ini”
“Eh? Seumuran dengan kita?”
“Haha… Iya” Hiroshi meringis, dengan muka awkward.
“Ano…” Pikiran Kyoko mulai lari ke mana-mana.

“Kalau kamu pikir, dia menikah karena kecelakaan, iya… Kamu tidak salah” Hiroshi tersenyum kecil “Pacarnya hamil, dan dia akan bertanggung jawab dengan menikahinya”

“Aah…” Kyoko mengangguk-anggukan kepalanya tanda mengerti.
“Jadi, dia mengundangku ke pernikahannya di Ibaraki…. Kamu mau ikut kan?” tanya Hiroshi penuh harap.

Kyoko mendadak membisu. Dia seperti baru saja tersambar petir. Diundang ke Ibaraki oleh Hiroshi? Hatinya mendadak berdegup kencang. Itu berarti dia akan bertemu dengan orang tua Hiroshi, saudara-saudara Hiroshi, teman-temannya, dan yang paling penting, dia akan lebih tahu lagi soal Hiroshi, terutama tentang kehidupannya sebelum pindah ke Tokyo.

“Ano…..”
“Kalau kamu mau ikut, aku akan meminta izin pada ibumu” lanjut Hiroshi dengan muka penuh percaya diri.

“Ano nanti… aku tidur di mana?”
“Hmmm…….. Di rumahku? Ibuku pasti senang bertemu kamu… dan kamu pasti senang kalau bisa belajar masak ke ayahku”
“Ahaha… Ano…” Kyoko benar-benar tidak tahu harus menjawab apa. Sekarang, rasanya dia seperti tidak bisa bicara bahasa jepang.

Mereka berdua saling bertatapan dan Kyoko akhirnya memberanikan untuk buka mulut.

“Ano.. Aku… Iya! Aku mau pergi denganmu ke Ibaraki!” Kyoko akhirnya mengambil keputusan. Dia tersenyum, dengan penuh percaya diri, menatap ke Hiroshi.

“Oke… Kalau begitu… Biarkan aku minta izin pada ibumu”
“Kapan tapi ya?”
“Sekarang?”
“Eh?”

“Kenapa tidak? Lebih cepat lebih baik” sambung sang lelaki.
“Ahaha… Iya, baik….”
“Berarti, kita ke rumahmu sekarang?”

“Iya”

Mereka bergandengan tangan lagi, sambil berjalan pelan, menuju stasiun Omotesando, untuk melanjutkan perjalanan selama 30 menit ke Mitaka. Ya, Hiroshi Tanabe akan meminta izin pada ibunya Kyoko, untuk mengajak si anak bertamasya ke Ibaraki.

------------------------------
------------------------------
------------------------------

ibarak10.jpg

Kyoko dan Hiroshi, mereka berdua sekarang ada di dalam bus yang membawa mereka ke Ibaraki pagi itu. Mereka berangkat pagi-pagi sekali, pukul 7 pagi. Mata Kyoko berbinar-binar, membayangkan kejadian di mana Hiroshi meminta izin pada ibunya dengan sangat sopan dan tentu saja, Miyoshi Kaede mengizinkan anaknya pergi ke Ibaraki. Orang tua Hiroshi pun sangat senang dan mereka tidak sabar untuk melihat dan bertemu langsung dengan Kyoko, pacar yang selalu disombong-sombongkan oleh Hiroshi ke kedua orang tuanya.

Perjalanan dari Tokyo ke Ibaraki dengan menggunakan bus hanya memakan waktu tiga jam. Hawa musim panas makin terasa ketika mereka mendekati Ibaraki. Hawa pantai, dan tempat-tempat unik yang akan mereka kunjungi di Ibaraki memenuhi kepala Kyoko.

Dia dengan antusias mendengarkan penjelasan dari pacarnya soal Art Tower Mito, Hitachi Seaside Park, dan macam-macam tempat lainnya khas Ibaraki. Padahal, Kyoko semalaman tidak bisa tidur, karena membayangkan Ibaraki terus menerus.

Di kepalanya, semua hal yang baik, seperti Hiroshi, datang dari Ibaraki. Dan dia sibuk membayangkan, seperti apa wajah dan pembawaan ayahnya Hiroshi yang akan menjemput mereka di stasiun. Apakah dia setampan Hiroshi? Apakah dia selembut dan segentle Hiroshi?

Stasiun Mito, yang terletak di pusat Ibaraki, sudah terlihat di depan mata. Dia benar-benar excited untuk semua ini. Rasanya, mungkin seperti akan bertemu dengan calon mertua. Tunggu, calon mertua? Memangnya dia dan Hiroshi bakal menikah? Kepala Kyoko benar-benar berkerja dengan sangat liarnya pagi ini, sampai-sampai dia tidak sadar kalau mereka sebentar lagi sampai.

“Kyoko”
“Hai”
“Kita sebentar lagi turun”
“Ah…”
“Ayahku bilang dia sudah datang…. Menunggu di parkiran”

Kyoko mengangguk-anggukkan kepalanya, sambil membayangkan Tanabe Senior, yang di matanya pasti akan terlihat seperti Hiroshi versi tua, yang benar-benar kalem, pengertian, ramah, dan juga jago masak. Ayahnya adalah chef sekaligus pemilik sebuah restoran prancis yang terkenal di Ibaraki, sekaligus juga selebritis lokal, terutama di kota Hitachinaka, kota yang berbatasan langsung dengan Mito, ibukota Ibaraki. Jaraknya hanya dua puluh menit, menggunakan mobil.

Bus berhenti tepat di depan Stasiun Mito. Kyoko dan Hiroshi saling menatap, tersenyum. Mereka sudah sampai di tujuan. Mereka turun dengan perlahan, sambil menunggu koper mereka diturunkan oleh petugas. Dan setelah koper sampai ke tangan mereka, Kyoko menghirup udara Ibaraki dalam-dalam, sambil tersenyum. Rupanya inilah udara yang setiap hari dihirup oleh Hiroshi, sebelum dia pindah ke Tokyo.

Dia merasa sangat beruntung ada di sini.

“Sebentar ya, aku beli minuman dulu di vending machine, kamu tunggu di sana saja” Hiroshi menunjuk ke sebuah tempat duduk yang ada di sudut sana. Di sana ada tong sampah besar dan ada kepulan asap rokok. Smoking area sepertinya. Kyoko mengangguk, karena di sana tidak ada lagi tempat duduk yang nyaman.

Mereka berpisah sebentar dan Kyoko bergegas ke tempat duduk yang ditunjuk tadi. Ada seseorang yang duduk di sana juga, tapi Kyoko tidak mempedulikannya.

Kyoko menarik napas dengan lega, sambil melihat ke arah jalan. Dia memperhatikan orang lewat satu demi satu, sambil menerka-nerka, manakah ayahnya Hiroshi.

“Sendirian?” tegur orang di sebelahnya, sambil merokok dengan hebatnya. Orang itu kakinya naik ke atas tempat duduk itu, sambil bersandar asal, melihat orang-orang lewat.

“Nnn.. Tidak?” Kyoko merasa aneh karena dia risih, orang yang duduk di sebelahnya menegur dia.
“Bagus, kalau sendirian di kota asing seperti ini, salah-salah malah digodain orang” tawa lelaki itu. Kyoko hanya membuang mukanya, berusaha tidak bereaksi.

“…”

“Wah, cewek itu cantik banget” mendadak ada seorang perempuan berambut panjang, dengan postur semampai dan berbadan bagus melewati mereka. Suara bersiul terdengar dan perempuan yang disiuli itu tidak peduli. Kyoko menatap dengan sudut matanya, merasa risih atas kelakuan orang yang di sebelahnya ini. Pria berkacamata hitam ini tampak memperhatikan setiap perempuan yang lewat.

Ih, mesum sekali orang ini.

“Kalau tidak sendirian, ke sini dengan siapa?” Duh, mau tahu urusan orang lain begini, menyebalkan sekali.
“Dengan pacar” tegas Kyoko, berharap orang iseng itu berhenti mengganggunya.
“Ke Ibaraki dengan pacar? Pasti mau liburan musim panas”
“Menurut Anda?”

“Anak muda, liburan berdua, bahaya sekali…. Pasti nanti terjadi pernikahan kilat” tawa orang itu. “Apalagi kalau perempuannya secantik kamu, bisa tiap saat dia melakukannya di pantai indah Ibaraki ini”

Ih, cepatlah Hiroshi datang dan melabrak orang ini. Kyoko mendadak kangen pada wajah galak ala kapten tim basket SMA yang suka dikeluarkan oleh Hiroshi di keadaan-keadaan genting. Ah itu dia.

“Itu pacarmu?” tanya orang itu sambil menunjuk Hiroshi dengan rokoknya.
“Iya”
“Tampan”

Tampan? Lelaki seperti om-om mesum ini mengatakan kalau Hiroshi tampan? Kenapa sih orang ini? Apa yang salah dengan dia?

“Ah” Hiroshi tersenyum lebar ke arah Kyoko. Kyoko tersenyum tipis, membalas pacarnya, berharap sang pacar segera menegur orang ini. “Kalian sudah bertemu rupanya”

Kalian sudah bertemu rupanya?

“Oyaji kapan datang?”
“Eh?” Kyoko membelalakan matanya, menatap ke arah lelaki mesum yang duduknya sangat asal di sampingnya ini. Kacamata hitam, trucker cap berwarna merah yang digunakan untuk menutupi kepala botaknya, brewok yang lebat, T-shirt belel berlambang produk bir, celana training yang warnanya sudah pudar dan sendal yang terlihat tua.

Orang aneh ini ayahnya Hiroshi. Dia mengembuskan asap banyak-banyak dan dia berdiri, memeluk pundak Hiroshi.

“Halo… Tanabe Ryuunosuke… Salam kenal” senyumnya. “Dan anakku pintar sekali memilih pacar… Aku jadi iri”

“Oyaji bicara apa sih….” muka Hiroshi keliahatan kesal sambil melirik ke arah ayahnya yang ganjen itu.
“Hahaha… Ayo, kita ke rumah sekarang… Ibumu sudah rindu sekali padamu… Dan kamu pasti Kaede Kyoko kan? Ayo.. Kita pulang” sang Ayah nyengir kuda, sambil memeluk pundak anaknya dan berjalan berdua ke arah parkiran.

Dan Kyoko masih melongo, sambil melihat punggung ayah dan anak yang sama sekali tidak mirip secara kelakuan itu.

Ano…. Orang tadi benar-benar ayahnya Hiroshi kan? Hiroshi tidak salah orang kan? Tunggu.. Kyoko masih terpaku, dengan semua kejadian tadi. Orang mesum dan ganjen itu, adalah celebrity chef dan ayahnya Hiroshi? Dunia benar-benar ajaib.

------------------------------

------------------------------


haruko10.jpg

“Sebenarnya pilihan baju lo bagus-bagus juga sih, cuman emang lo selama ini mix and match nya ngebosenin, cuman gitu doang” Shirley ngubek-ngubek isi lemari ku dan yang punya lemari, yaitu aku, cuman diem aja.

Ini semua gara-gara Tante Ai.

Iya, ini semua gara-gara Tante Ai. Kalau aja aku waktu itu gak ngeliatin isi message-message di instagramku ke dia, pasti gak akan jadi kayak gini.

“Ini bagus nih, t-shirt lo warna kuning ini, cerah banget buat elo” Shirley narik t-shirt yang jarang aku pake itu dari lemari. Aku cuman diem dan ngelirik ke kaca. Di sana ada aku, dalam versi cantik kayak kemaren dulu, waktu didandanin sama Shirley. Aku baru aja didandanin Shirley lagi.

Duh, balik lagi. Ini semua gara-gara Tante Ai. Aku overwhelmed banget. Ini semua musingin untuk aku. Aku panik waktu itu, ngeliatin ke Okasan, semua isi message di instagram, yang isinya ngajakin kenalan. Aku gak tau harus jawab apa ke mereka semua. Kalau mau bilang iya, aku gak mau. Kalau mau bilang enggak, aku gak enak. Jadinya bingung.

Okasan waktu aku liatin, dia cuman ketawa-ketawa aja, gak ngasih jawaban, malah keliatannya dia seneng anaknya banyak yang ngajak kenalan. Sementara aku digituin, malah makin bingung. Besoknya, Tante Ai dateng dan aku langsung curcol sama dia. Dan aku liatin semua isi pesan ngajak kenalan itu.

Dan Tante Ai, langsung milih dari semua cowok yang ngajak kenalan, yang menurut dia paling ganteng, untuk…. Dia bales. Dia ngebales kayak gini “Boleh kok, aku temennya Shirley, lebih tepatnya, orang tua kita temenan”. Dan cowok itu langsung ngebales lagi, nanya-nanya hal lain yang lebih mendetail dan lebih akrab. Aku malah makin bingung dan panik. Dan di tengah kepanikan itu, Tante Ai ngedikte aku harus jawab kayak gimana.

Aku turutin, dan ujungnya gini. Aku diajak ketemuan. Dan aku gak bisa nolak. Dan jadi besok aku ketemuan sama cowok itu. Sialan. Aku emang ga bisa nolak karena aku gak punya alasan yang cukup kuat buat nolak dia. Ngobrol di ig nyambung, pindah ke wassap juga nyambung. Ternyata status sebagai anaknya Arya Achmad bikin cowok langsung heboh sama kamu. Sial, kenapa sih. Kenapa aku setuju untuk ketemuan sama cowok ini? Kenapa pula sekarang aku manggil Shirley karena panik. Aku bingung harus ngapain.

Bingung harus ngomong apa nanti. Bingung harus ngobrolin apa. Bingung harus pake baju apa. Bingung harus nyapa pake bahasa apa. Bingung kenapa aku mau-mau aja diajak jalan sama cowok ini. Katanya ketemu di mall gitu terus kita makan siang bareng. Itu apa coba maksudnya. Kenapa begini dan kenapa begitu. Aku ingin tahu begini begitu, tapi begitu begini nya itu apa. Kenapa aku jadi dimakeup in lagi sama Shirley, kenapa? Kenapa?

“Eh, ngelamun aja”
“Ah” teguran Shirley ngebangkitin aku dari lamunan anehku yang gak jelas arahnya ngalor ngidul entah ke mana. Duh, jam 11 siang sekarang. Siang apa pagi ya? Kenapa sih deg-degan gini? Kenapa rasanya gak nyaman tapi penasaran gini. Apa sih kamu Haruko? Apa?

“Ini atasannya pake ini, warna kuning, cerah cocok buat elo” Shirley mendadak berhenti ngubek-ngubek lemariku dan dia beralih ke tas kainnya yang besar itu. “Nah, gue bawa ini, khusus buat elo”

“Apaan tuh”
“Rok gypsy motif polka dot…. Bekas nyokap gue, kebesaran di gue.. Kalo di elo pasti pas… Dari jamannya dia masih gadis katanya” senyum Shirley lebar banget dan dia lempar rok itu ke arah gue. Gue tangkep dengan refleks hasil dari berlatih dengan raket dan shuttlecock. “Ganti baju gih cepetan…”

“Keluar dulu elo…”
“Gue? Keluar? Kita kan sama-sama cewek ini kenapa sih?” tawa Shirley.
“Keluar dulu plis………” aku setengah ngerengek ke Shirley.

“Oke deh…. Rewel amat sih…” dia berlalu, sambil berjalan ke arah pintu, dan dia keluar dengan cepat. Aku narik napas panjang, dan mulai nyopot t-shirt sama celana pendek yang aku pake kalo sehari-hari ada di rumah. Dengan gerakan hati-hati aku pake t-shirt warna kuning itu, dan untungnya, riasan tipisku gak keganggu sama sekali. Tau gini pake bajunya dulu, baru di make-up in sama si Shirley. Tapi yaudah lah. Sekarang kita pake roknya. Oke udah. Hmm… Not bad. Cenderung asik malah gayanya.

“Udah?” teriak Shirley dari luar.
“Udah”
“Oke gue masuk….”

Shirley dengan mata berbinar, masuk dan langsung berdecak kagum ngeliat aku yang udah berganti baju.

“Kayak gitu kek dari dulu” tawanya.
“Hehe” aku cuman bisa ketawa garing sambil masih bingung, ntar ketemu cowok itu aku harus bicara apa.

“Tapi ada yang kurang”
“Apaan?”
“Masukin bajunya ke dalem roknya”
“Jangan ah, ngapain, ga ada bedanya…..”
“Beda, buruan”

“Hmmpph…” aku mengeluh sambil tetep nurut sama Shirley. Tapi abis dimasukin, aku jadi ngerasa aneh. Kok enakan diliat kayak gini ya? Apa bedanya t-shirtnya dikeluarin sama dimasukin ke dalam rok? Kok jadi beda banget gini rasanya.

“Pinggang lo kan ramping, bagus buat ditonjolin. Jadi lo keliatan lebih segeran dengan baju masuk ke rok kayak gitu” tawa Shirley, sambil ngelempar dirinya ke atas kasur.

Dan iya, aku keliatan fresh banget dengan dandanan kayak gini. Kenapa gak dari dulu? Kenapa aku baru tau hal-hal kayak gini sekarang? Ternyata being fashionable dan dandan itu gak melulu harus ribet, gak melulu musti dandan lama kayak Okasan.

Sekarang dengan cara yang simple, hemat, dan tepat sesuai ajaran Shirley, aku keliatan lebih fresh dan lebih enak diliat.

Jujur, walau sekarang aku trembling kayak gini karena masih panik ntar bakal kayak gimana pas ketemu sama cowok yang ngajakin ketemuan gara-gara pesannya di bales sama Tante Ai itu, aku seneng banget ngeliat dandananku yang sekarang.

Kalau ada Haruko award, mungkin tahun ini Shirley yang bakal menang. Selamat, Shirley. Kamu jadi pemenang Haruko award tahun ini. Hadiahnya adalah perasaan senangku sekarang, punya tampilan baru dan cara menikmati memakai pakaian-pakaian serta gaya seperti ini.

Thanks a lot. You have my regards. Love, Haruko.

------------------------------

BERSAMBUNG
 
CAST PART 44

- Haruko Aya Rahmania (16) anak semata wayang Arya dan Kyoko, tokoh utama MDT
- Shirley Yuliana Akbar (15) anak bungsu Rendy dan Anggia

Kyoko's Timeline:

438be411.jpg



- Kyoko Kaede (19)
- Hiroshi Tanabe (19), pacarnya Kyoko, teman di Senmon Gakkou

- Ryuunosuke Tanabe (50) Ayahnya Hiroshi Tanabe

Glossary :


Okasan : Ibu
Oyaji : Ayah (casual)
Moshi-Moshi : Halo
Senmon Gakkou : Sekolah Kejuruan (setingkat diploma)
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd