Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT OKASAN NO HATSU KOI - my mom's first love (racebannon)

Bimabet
kyokob10.jpg

OKASAN NO HATSU KOI – PART 24
(my mom's first love)

------------------------------

ad943b10.jpg

“Pulanglah kalian”

Marie mengumpat dengan kesal, sambil memasukkan beberapa potong baju ke dalam kopernya. Malam itu, menjelang tengah malam, Marie Taniguchi yang patah hati sedang mempersiapkan keberangkatannya untuk pulang ke Chiba besok.

Rencananya, dia memang akan merayakan tahun baru di rumahnya. Tapi suasana hatinya saat itu dirusak oleh Akira Sakurai. Tetangganya, gitaris band rock, yang mengundangnya untuk menonton live show di Koenji. Marie sudah tertarik kepada lelaki itu. Dia bahkan sudah tidur bareng dua kali, tanpa status, semua karena terbawa suasana.

Kyoko dan Kana memperhatikan teman mereka yang sedang kalang kabut itu. Hatinya Marie hancur. Suasana hati yang buruk selama perjalanan singkat Tokyo – Chiba sudah terbayang-bayang di kepala Kyoko dan Kana.

“Kami tidak akan meninggalkan teman yang lagi kacau seperti ini” ucap Kana dingin.
“Sudahlah, pulang saja sana”

“Marie… Setidaknya sampai besok, kami antarkan ke stasiun….” sambung Kyoko, yang baru saja mengirim mail ke kakak dan ibunya, mengatakan kalau dia akan tidur di apartemen Marie.

“Aku sudah berulang kali bilang, kalian pulang saja. Lagipula aku besok pagi-pagi sekali”
“Ya kita temani saja, tak apa-apa kan?”

“Sudahlah… Kyoko-Chan.. Kana… Jangan mengasihaniku sebegitunya…. Bukannya biasa bukan? Kalau musisi rock itu brengsek?” balas Marie dengan suaranya yang pelan, hampir terdengar seperti tanpa semangat.

“Bicara apa kamu” potong Kana. “Dulu siapa yang bilang kalau dia temanku? Siapa dulu yang bilang ingin tahu dan ingin dengar masalahku? Itu kamu, Marie… Dan jangan salahkan kami kalau kami juga ingin berbuat baik kepada kamu”

Marie terdiam, menatap ke kopernya, dan dia menatap ke arah Kana dan Kyoko.

“Entahlah. Aku merasa kotor sekali sekarang…. Merasa seperti perempuan gampangan” kesal Kana.
“Jangan bilang begitu, Marie…. Kan bukan salah kamu….”
“Tidak, aku salah sudah suka dengan musisi rock. Resikonya tinggi ternyata. Baru suka saja, sudah seperti itu…… Dan aku benar-benar menyesal”

“Memangnya kenapa kamu menyesalinya? Kan baru suka-sukaan saja kamu bilangnya?” tanya Kana dengan tegas.
“Tanya ke Kyoko sana… Aku malas menjelaskan” Marie masih terduduk di kamarnya, menatap ke arah kopernya yang sudah tersusun rapi itu.

“Apa yang kamu tahu?” tanya Kana dengan sinis ke arah Kyoko.
“Ano… Mereka”
“Mereka apa?”
“Mereka….”

“Dua kali… Dan aku merasa kotor karenanya” sambung Marie, tanpa menunggu kalimat Kyoko beres.

“Kalian sudah tidur bareng??? Mikir apa kamu???” bentak Kana.
“Entahlah, tidak usah bicara keras-keras begitu, aku juga tahu kalau aku salah”

“Kalian belum pacaran tapi kalian tidur bareng?”
“Kana…” Kyoko menarik lengan baju Kana, berharap Kana segera diam.

“Iya! Memang salahku, salahku semuanya…. Salahku yang tidak bisa kesepian” Marie menangis lagi. Dia bersandar di bed nya dan dia tidak menatap ke arah Kyoko dan Kana sama sekali.

“Sudahlah, Marie…. Kan bukan salah kamu” Kyoko masuk ke dalam kamar Marie, duduk di sebelah Marie, memegang tangannya, dan berusaha menghiburnya.

“Maksudnya apa? Tidak bisa kesepian?” bongkar Kana.

“Iya… Aku memang tidak terbiasa kesepian…. Aku selalu berusaha berteman dengan semuanya, sok akrab, karena aku selalu merasa kesepian….. Rasanya nyaman ada di tengah-tengah orang banyak, tertawa, dan bercanda….. Dan aku memang lemah kalau tidak ada orang lain…..”

“Kamu ada kami kan?” Kana menarik napas panjang “Kenapa mesti masukin laki-laki gak jelas di kehidupan kamu? Kamu bisa cari pacar dengan cara yang benar”

“Entahlah. Aku mudah jatuh cinta…. Dan pasti, ujung-ujungnya aku yang seperti mengejar-ngejar lelaki… Sampai waktu SMA dulu aku dituduh yang macam-macam, itu karena aku benci kesepian… Aku selalu butuh teman atau pacar, dan dituduh gampangan itu melelahkan…..” Marie tampak lebih mudah mengeluh, daripada Kana dulu, sewaktu perasaannya ke Abe-Sensei diketahui oleh Marie dan Kyoko.

“Tapi kesepian tak selamanya mengerikan kok, Marie-Chan…. Menurutku lebih baik kesepian daripada bertemu dengan orang yang salah” bisik Kyoko.
“Entahlah…” balas Marie. “Aku sekarang hanya ingin pindah dari apartemen ini, menjauh dari tetangga sialan itu…..”

“Kamu bayar sewanya per tahun atau per bulan?” tanya Kana sambil ikut masuk ke kamar tidur dan dia duduk di atas kasur.

“Per tahun” jawab Marie, sambil menghela napas. Itu berarti sewa apartemennya baru bisa diakhiri paling cepat bulan April. Sekarang masih Desember. Tapi, di dalam kepala Marie, rasanya tidak nyaman lagi untuk tinggal di sana setelah insiden tadi dengan Akira.

Apa-apaan, pikir Marie. Dia sudah kuizinkan untuk tidur denganku, dan aku mulai suka padanya, lalu dia mengajakku menonton konsernya, lalu tiba-tiba pergi dengen perempuan lain yang terlihat seperti itu dandanannya? Aku benar-benar dipermainkan.

“Kamu kalau belum nyaman tinggal di sini setelah tahun baru… Tinggal di rumahku saja sementara” ucap Kana pelan, sambil menjatuhkan dirinya di kasur Marie.

“Yang benar saja”
“Benar kok”

“Kamu kan tinggal dengan ayah kamu?” tanya Marie.
“Iya, tapi pasti dia jarang di rumah dan tidak akan peduli kalau ada temanku yang menginap”

“Kalau begitu, ayo Kyoko juga kapan-kapan menginap di rumah Kana” canda Marie sambil mengusap air matanya.

“Seenaknya saja mengundang orang ke rumahku… Tapi kalau Kyoko, tentu saja tidak apa-apa” senyum Kana, sambil menyenggol kepala Marie dengan badannya.

“Ngomong-ngomong, terima kasih” bisik Marie.
“Terima kasih kenapa?”
“Karena tidak pulang, saat kusuruh pulang”

“Kamu pikir kami selemah itu ya?” tawa Kana.
“Tadinya” senyum Marie masih dengan aura kekesalan, dia menyandarkan kepalanya di bahu Kyoko.

“Dan tidak usah sok kuat, kalau kesal dan butuh ditemani, bilang saja…. Tadi menyuruh kami pergi, lantas mengaku kalau tidak suka kesepian” bisik Kana, menepuk-nepuk kepala Marie.
“Kamu menyebalkan tapi baik juga” canda Marie, berusaha mengusir sedih di hatinya.
“Kalau begitu aku pulang”

“Hahaha, kalian selalu ribut terus kalau seperti ini… Lucu sekali” potong Kyoko sambil terus menggenggam tangan Marie. “Tenanglah, Marie-Chan, besok pagi, kami antar kan ke stasiun ya?”

“Iya”

“Sekarang kita ambil napas dulu, yang tidak enak sudah lewat…. Pasti nanti lebih segar pikiran Marie-Chan kalau sudah pulang dari Chiba”
“Mudah-mudahan” sambut Marie.

“Lupakan dulu tetanggamu. Satu-satu masalahnya kau bereskan. Pulang dulu, kalau mau pindah, baru cari apartemen. Kalau belum nyaman tinggal di sini, bisa menginap di rumahku. Kau buat gampang saja” sambung Kana.

“Baiklah….. Kalau begitu… Siapa mau mandi terlebih dahulu…. Kalau besok pagi mau mengantarkanku, kita harus tidur sekarang”
“Untuk apa tidur?” tawa Kana. “Kita mengobrol saja sampai pagi, supaya kesalmu hilang, dan besok kamu bisa tidur selama di kereta”

“Benar juga”
“Yasudah, perlu aku bawakan minuman dan cemilan dari lemari es?” tanya Kyoko.
“Sepertinya perlu” jawab Kana.

“Dasar kalian” bisik Marie.
“Kita nikmati saja dan kita buang memori tadi…. Kalau bisa, kembali dari Chiba sudah punya pacar!”
“Kamu selalu se-direct ini ya Kana?”
“Iya, masalah?”

“Tidak kalau sekarang… Terima kasih” ucap Marie lagi, sambil menatap ke arah kopernya dan dia merasakan kehangatan dari teman-temannya malam itu.

Setidaknya, hati sendu yang terjadi akibat ulah Akira, perlahan mulai sembuh.

------------------------------
------------------------------
------------------------------

“Siap?” tanya Kyoko sambil menguap. Tampangnya amburadul. Tampang Kana juga amburadul. Tampang Marie apalagi.

Mereka bertiga belum tidur sejak semalam dan bahkan belum ada yang mandi. Tapi udara begitu dingin dan memang orang Jepang tidak punya kebiasaan untuk mandi pagi.

“Siap… Mau tak mau harus siap… Ah, apa nanti siang saja ya berangkatnya” Marie meminum air putih dari botolnya langsung, sambil melihat ke arah jam tangannya.

“Nanti orang tuamu menunggu terlalu lama” Kana menguap.
“Kan bukan naik shinkansen ini, jadi tak pakai tiket”

“Aku tidak sebodoh itu sampai harus kamu kasih tahu kalau dari Tokyo ke Chiba tidak perlu naik Shinkansen” Kana berkaca di depan cermin yang ada di dalam kamar mandi, sambil memperbaiki make upnya.

“Yang pasti tidak usah terburu-buru kan?” senyum Kyoko dalam mukanya yang terlihat ngantuk itu.
“Tidak, tapi aku sudah benar-benar ingin pergi dari tempat ini” jawab Marie. Kana sudah keluar dari kamar mandi dan dia berpandang-pandangan dengan Kyoko. Mereka berdua tersenyum, melihat Marie sudah lebih ceria, kalau dibandingkan dengan malam kemarin.

“Yasudah, ayo” Kana memakai sepatunya, dan menunggu kedua temannya itu memakai sepatu mereka masing-masing. Tak lama kemudian, mereka bertiga siap untuk pergi ke stasiun Omotesando. Dari sana Marie akan memulai perjalanan untuk pulang ke Chiba.

Kana mulai membuka pintu, dan…

“Apa maumu?” Kana mendelik, melihat Akira Sakurai berdiri dengan gugup di depan pintu apartemen Marie. Dia memakai sweater tebal dan celana jeans, di tengah udara dingin pagi ini. Rambut pirangnya yang gondrong dia ikat, dan mukanya terlihat khawatir.

“Ano…. Taniguchi ada?”
“Taniguchi mau pulang ke rumahnya. Kamu mau apa?”
“Tidak, aku mau….”

“Kana, ayo, biarkan saja” Marie mendadak muncul, melewati Kana dan Akira.
“Taniguchi, sebentar… Sebelum kamu pergi, bisa bicara?” mohon Akira.
“Tak usah” jawab Marie.

“Ano… Kami mau pergi, jadi tolong ya…” Kyoko tersenyum ke Akira. Dia berusaha ramah, tapi hatinya kecut melihat lelaki yang semalam baru saja membuat hari Marie patah ini.

“Ah…” Akira menggaruk kepalanya, sambil melihat punggung Marie yang membelakanginya.

“Aku turun duluan… Tolong kuncikan dan pastikan kalau tidak terbuka” tanpa melihat, Marie memberikan kunci apartemennya ke Kana. Kana mengangguk dan menunggu Marie turun.

Marie Taniguchi segera bergegas ke bawah, tidak ingin menengok ke belakang. Dia berjalan tergesa-gesa, tidak ingin sama sekali melihat tampang Akira.

“Taniguchi…” Akira berusaha memanggil Marie dengan suara yang tertahan.
“Dia bilang tidak usah bicara…. Tolong dengarkan dia” Kyoko berusaha menghentikan Akira.
“Iya, sana, pulang lagi…. Jangan ganggu-ganggu Marie lagi setelah ini…. Oke?” sambung Kana.

“Ano tapi…”
“Sudah, tidak usah memaksa seperti itu” Kana mengunci pintu apartemen Marie dan kemudian dia memastikan bahwa pintunya sudah terkunci dengan baik. “Anggap saja kamu beruntung karena Marie tidak menampar kamu….”

“………” Akira hanya diam saja, sambil melihat dua orang itu, Kyoko dan Kana, turun ke lantai bawah melalui tangga, di apartemen tanpa lift itu. Dia menghela napas, membalikkan badannya dan kemudian masuk kembali ke dalam apartemennya yang kosong itu.

Sulit memang, bicara dengan perempuan yang hatinya terluka.

==================
==================


haruko10.jpg

“Tante Tara suka main ke Mitaka kan? Kapan aja biasanya?”

Aku menekuk jidatku, sambil baca pesan dari Jonathan di handphone.

Pertama, Jonathan gak pernah ngewassap aku, atau nge-line aku.

Kedua, ngapain Jonathan nanyain Tante Tara?

Bingung sumpah. Aku habis latihan badminton dan di gedung olahraga ini masih rame. Aku baru aja menyeka keringat dari leher dan mukaku. Biasanya bentar lagi Papa dateng ngejemput. Pengen mandi dulu sih, karena keringetan banget, tapi kayaknya lebih nyaman kalo mandi di rumah.

“Gak tau, coba aja lo tanya nyokap gue, ntar gue kasih nomer wassapnya” jawabku asal.
“Lo sinting ya? Nyuruh-nyuruh gue nanya ke nyokap lo? Pantesan lo gak punya cowok” jawab Jonathan langsung.
“Apa sih” jawabku kesal.

Emang kalo Jonathan suka sama Tante Tara, terus bakal apa? Tante Tara kan udah kawin, anaknya dah tiga, lagian Jonathan anak SMA. Ah, ada pesan lain masuk.

“Haruko, Papa udah di parkiran ya, tapi ini sama Om Stefan”
“Gapapa Pa… Aku udah beres, lagi galau ini tapi, mau mandi di sini apa di rumah”
“Terserah, kalo kamu mau mandi, Papa tungguin, lagian gak enak jalan ke rumah badan lengket gitu…. Macet gak nyaman entar”

Iya juga ya?

“Oke deh, kalo gitu aku mandi dulu ya?”
“OK”

------------------------------

eco-dr10.jpg

Aku tidur-tidur ayam di dalam mobil yang merayap pelan ini, setelah mandi di GOR tadi. Karena GOR-nya masih keitung baru, fasilitasnya nyaman banget. Untung klub badmintonku sarangnya di sini. GOR Bulungan emang keren setelah dibikin ekstensi kayak gini. Kalo dibanding pas jaman Papa SMA, katanya emang kurang banget dulu.

Dan sekarang macet. Om Stefan lagi nahan diri untuk gak ngerokok di jok depan. Aku di belakang, sambil kadang ketiduran, kadang kebangun. Gak jelas lah, yang penting aku capek sekarang dan aku ngediemin wassap dari Jonathan yang nanya-nanya soal Tante Tara. Emang dasar anak aneh.

“Apa kabar si Kanaya ya?” mendadak Om Stefan nanya gitu ke Papa. Sial. Pembicaraannya tema-nya yang aku gak suka gini. Mentang-mentang aku disangkain lagi bobo sama Om Stefan. Tapi emang aku tutup mata sambil sandaran dengan santainya sih. Enak, abis latihan yang melelahkan tadi dan udah mandi.

“Gak tau gue” jawab Papa, sejujurnya pasti.
“Ilang dia ya?”
“Iya kayaknya”
“Penasaran gue dia di mana sekarang”
“Cari aja gih”

“Lu dong yang nyari”
“Asal lo…” Papa sabar banget ya ngadepin Om Stefan hahaha. Tapi kalo Om Stefan gapapa sih, kalo udah urusan Om Bimo si penyiksa anak dan Om Wira, itu lebih susah lagi ngadepinnya.

“Karina?” tanya Om Stefan lagi. Duh, aku pernah denger nama itu disebutin di depan Papa dan mukanya Papa langsung anyep.
“Tauk”

“Terakhir gue tau abis cerai dulu belom kawin lagi, udah setua itu padahal” tawa Om Stefan.

“47…. Ya, gitu sih orangnya….”
“Kayak taik ya?”
“Kayak taik” jawab Papa. Hehe. Bagus lah, berarti Papa gak pernah mikirin perempuan lain selain Okasan.

“Siapa yang mau ya? Udah tua begitu, emang masih cakep sih… Cuman yah…”

“Gak bakal ada yang mau… Lo kasih aja ke mana gitu, gak akan ada yang mau sumpah” lanjut Papa. Aku diem aja deh. Obrolannya dewasa banget ya? Tapi seenggaknya sesuai sama umur mereka, gak kayak Jonathan dan Shirley yang sok-sok gede.

https://ssl.***********/ui/v1/icons/mail/images/cleardot.gif
“Enakan dikasih ke kolam buaya aja lah” tawa Om Stefan.
“Kasihin ke kandang singa laper juga boleh”
“Tendang ke jurang”
“Kalo kata Kang Bimo, pasti lebih aneh lagi….” tawa Papa. Kayaknya mereka berdua benci banget sama yang namanya Karina-Karina ini.

“Apa misalnya?” tanya Om Stefan.
“Misalnya apa ya…. Gue gak bisa mikir seaneh orang-orang Bandung itu sih…”
“Hmm… Semacam dimasukin gubuk terus gubuknya dari luar dibakar, terus orang kampung pada dansa muterin gubuk yang kebakaran itu?” bingung Om Stefan.

“Enggak, itu masih agak masuk di akal… Kalo Kang Bimo sama Kang Wira, becandanya udah gak jelas, udah kayak langitan banget” potong Papa.

Emang. Udah mana gak jelas, si Om Bimo itu tukang nyiksa anak. Disuruh jadi supir kemana-mana, rokoknya dipalak, dipaksa-paksa ngelakuin hal-hal yang aneh. Kasian banget deh pokoknya jadi Rangga. Anak-anak temennya Papa dan Okasan emang ajaib-ajaib. Untung Mbak Alika biasa-biasa aja sama kayak aku.

“Eh Ya”
“What?”

“Kalo si itu apa kabar?”
“Si itu siapa”
“Masa harus gue sebut namanya sih?”
“Shut up” nadanya Papa mendadak jadi tinggi.

Duh, kenapa lagi nih. Mau bahas siapa lagi. Aku heran sama diriku sendiri. Suka pengen tau masa lalu Papa dan Okasan sebelum mereka pacaran dan nikah, tapi kalo udah mulai ada yang ngebahas ke arah sana, kok rasanya gak nyaman.

“Okay” Om Stefan menyerah. Nada bicara Papa tadi emang kedengeran gak enak sih. Mungkin emosi Papa kepancing pas mau ngomongin orang yang terakhir ini, entah siapa dia. Mungkin, dia punya kenangan buruk buat Papa. Kenangan yang lebih buruk daripada kenangan atas nama Karina, yang tadi mereka berdua hina-hina. Kalau nama yang ga disebutin ini, malah bikin Papa keliatannya marah.

“Nnnmmm….” aku pura-pura bangun deh, biar obrolannya gak dilanjutin.
“Eh, bangun” Papa keliatan lega karena Om Stefan udah pasti gak berani ngebahas lagi.
“Udah sampe mana?”
“Masih macet, sayang”

“Gue laper Ya, makan dulu apa kita”
“Jangan ah, bini gue udah masak”
“Laper asli”

“Sabar dikit, kasian Kyoko dong… Lagian, dibanding makan di luar, enakan makan masakan dia kan?”
“Iya tapi”
“Gak pake tapi-tapi ah…. Gue kangen sama bini gue masa gak lo dukung” Papa mulai jalan lagi, di tengah kemacetan ini.

“Iya deh, terserah Papa Arya aja” kesal Om Stefan sambil ngeluarin kotak Rokok dari jaketnya. “Seenggaknya lo harus ngijinin gue ngerokok di mobil sekarang”
“Sok aja, tapi kalo Kyoko ngambek ke elo, gue ga tanggung jawab ya?”
“Dih”

“Jangan dong Om” aku memunculkan kepalaku dari belakang di antara Papa dan Om Stefan.
“Yaudah deh kalo elo yang minta, gak ngerokok kalo gitu”

“Bagus” suara Papa kedengerannya lega. “Yang sabar Fan, orang sabar disayang Tuhan lho”
“Kalo gue disayang Tuhan, gak kayak gini kali sekarang” tawanya miris.

Aku dan Papa mendadak diam. Kami gak berani untuk lanjut ngomong lagi. Sekarang kami malah berharap untuk cepet-cepet sampe ke rumah. Mudah-mudahan, abis ini macetnya langsung cair.

Amin

------------------------------

BERSAMBUNG
 
CAST PART 24

Haruko's Timeline:


- Haruko Aya Rahmania (16) anak semata wayang Arya dan Kyoko, tokoh utama MDT.
- Arya / Achmad Ariadi Gunawan (47), Sang ayah, suami dari Kyoko
- Stefan / Stefanus Giri Darmawan (48) vokalis Hantaman

- Jonathan Andika Akbar (16) anak sulung Rendy dan Anggia

Kyoko's Timeline:


438be411.jpg


- Kyoko Kaede (19)
- Marie Taniguchi (19) Teman akrab Kyoko di Senmon Gakkou
- Kana Mitsugi (19) Teman akrab Kyoko di Senmon Gakkou

Maria's Mantra
- Akira Sakurai (21) Tetangga Marie di apartemen, Mahasiswa tingkat tiga, Gitaris band Rock, Maria's Mantra

Glossary :

Okasan
: Ibu
Senmon Gakkou : Sekolah Kejuruan (setingkat diploma)
 
si anu sdh jd mimpi buruk bagi aya kl di ibaratkan sama ama borok yg sdh kering di korek lg jd bonyok, tp ga segitu juga kali ya reaksi nya, makanya jangan main api kl takut gosong, what happen dengan om stefan nih masih jomlo kan atau di tinggal istri karena selingkuh...
 
Waduh kenapa nih dgn hidup si stepanus,, jadi penasaran kan...

Thanks update nya om
 
:kretek:Si ITU ky nya msh berbuntut panjang sama hubungan papa Aya sama tante Ai ya hu...
 
Kayanya stef anus sempat terjerat cinta tapi kandas juga ya...apa jangan2 sama si violist di crita yg dihapus itu?
 
Dia yg namanya tidak boleh disebut itu selingkuhannya Arya ya?
 
Mengsundul di dinihari apdet bari ngadagoan sahur ah elah eta dewa kanjut stepan meni karunya hirup teh
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd