Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Tentang Sebuah Rasa

Elkintong

Senpai Semprot
Daftar
2 Sep 2020
Post
922
Like diterima
107.731
Lokasi
Elkintong Planetarium
Bimabet











Indeks ;

1. Berita Yang tidak menyenangkan
2. Flash Back
3. Bantu Aku Mas
4. Cinta Salah Orang
5. Artha Saskara Kenzie
6. Gairah Sore Hari
7. Hati Yang Terluka
8. Kesan Pertama yang parah
9. New day is ON
10. The Wedding Day
11. MARRIAGE LIFE
12. Kegilaan dalam Pernikahan
13. Dilema
14. Gauri Adara Zanetta
15. Hati tidak punya Nurani
16. Kacaunya sebuah Rumah
17. I want to divorce
18. Mendung yang enggan pergi
19. Player will be player
20. Sabar ada Batas
21. Now you know
22. Penyesalan yang selalu terlambat
23. Should I turn back time
24. Jangan Tanya Mengapa
25. Too good to be true?
26. Jangan Tanya Mengapa
27. Karena aku tulang rusukmu
28. Selamat Ulang Tahun, Hana
29. Awal sebuah Musim yang baru
30. Kiss Me, here
31. Hidup utuh sebagai istri
32. Waktu yang salah
33. Mengetes Ombak
34. Menuai Gelombang
35. Sulitnya Berkata MAAF
36. Pilihan ditanganmu, restu ditangan kami
37. Haruskah Aku memilih
38. Fase Baru di tanah Dewata
39. Matahari di Bentala Lain
40. Tingginya sebuah Ego
41. Harapan tak bertepi
42. From Bali with Love
43. Ikuti Kata Hati



CHAPTER I

Berita yang tidak menyenangkan


Kediaman mewah milik Irwan Sutanto, seorang pengusaha pelayaran hari ini terasa panas dan lebih tidak nyaman dari biasanya. Ruang keluarga yang biasanya sepi, siang ini penuh dengan teriakan dari sang pemilik rumah.

“kamu sudah gila memang, bikin malu saja....” suara kencang Irwan memenuhi ruangan keluarganya yang luas itu

“anak tidak tahu diri kamu.....” tudingnya ke anaknya Hana yang tertunduk di hadapnnya

“Udah dong Pi....kamu dikasih tau marah ngga dikasih tau marah....” jawab istrinya Laura

Emosinya semakin memuncak mendengar bantahan istrinya.

“ngga marah bagaimana??”

Dia kini memandang istrinya

“orangtua gila mana yang ngga marah dengar berita seperti ini???” bentaknya ke istrinya

“ya pasti marah tapi ngga usah bentak seperti itu”

“trus harus bagaimana gue??’

Hana Makaira Sutanto 30 tahun, anaknya yang pertama yang baru kembali dari Australia, yang masih lajang diusia sematang itu, dan sedang menempuh S2nya di sana, kembali bukan dengan hanya dengan gelar Masternya, tapi dengan berita menggemparkan seisi rumahnya, dia sudah berbadan dua dan sudah 3 bulan berjalan.

Bagi Irwan dan Laura, ini bagai tsunami besar yang menimpa keluarganya. Bagaimana tidak? Mereka yang sedang membangun image mereka sebagai keluarga yang diberkati, keluarga yang jadi panutan, karena sama-sama memiliki bisnis yang sedang berjalan maju, anak-anaknya juga cantik-cantik dan ganteng, sekolahnya di luar negeri semua, lalu mendapat berita seperti ini?

“dia ngga mau tanggung jawab?” tanya Irwan

Semua hanya diam saja tidak bisa menjawab saat Irwan bertanya jika yang menghamili Hana bagaimana sikapnya.

“shit banget.....!”

Laura bersuara

“sudah kita coba hubungi, tapi pihak mereka menolak bicara, karena itu tanggungjawab anaknya, jadi mereka serahkan ke anaknya....”

Irwan semakin membara mendengarnya

“ memang sialan tuh Airlangga bajingan itu...... dari awal gue ngga pernah suka ama dia....”

Suasana kembali tegang. Irwan tidak mampu membayangkan jika ada yang bertanya tiba-tiba Hana melahirkan anak tanpa ayahnya. Bisnisnya memang akan berjalan terus, tapi imej yang selama ini dia bangun pasti akan lebur.

Belum lagi Hana akan jadi penerusnya di perusahaannya. Apa kata orang-orang nanti? Apa di kantor ngga jadi gunjingan? Dan jika satu kantor tahu pasti tinggal menunggu waktu rekan-rekan bisnisnya tahu. Mereka mungkin akan diam tapi dia pasti dianggap munafik karena tidak mampu menjaga anaknya sendiri disaat dia sering memuji keluarganya, dan bagaimana bisnisnya dibangun atas restu dan berkat dari Yang Punya Hidup, sehingga keluarganya juga mendapat aliran berkat.

“Trus tu anak gimana?”

Laura menatap Hana, lalu

“Airlangga ngga mau nikah...”

Irwan mendelik

“ngga mau nikah trus anak gue bunting dia ngga mau tanggungjawab???”

Laura kembali hanya bisa terdiam

“dikiranya kita hidup di eropa sana apa bisa hidup ngga pake nikah??”

Hana pun terdiam sambil terisak, bapaknya memang jarang marahin dia, tapi jika sudah marah emosinya suka sukar dikontrol

“Laura, kita ini sudah hidup dalam pelayanan, kita banyak bersaksi bilang bagaimana baiknya Tuhan buat kita, lalu apa kita harus bilang ke orang-orang kalau anak kita hamil diluar nikah?”

Istrinya yang jadi sasaran kemarahannya kini

“ trus sekarang mereka mau hidup semen leven?? Kaya binatang kumpul kebo begitu?? Itu maunya tuh anak bajingan itu?”

Laura hanya bisa menasehatinya agar tenang. Dia juga tidak terima jadi sasaran kemarahan suaminya, karena ini murni diluar kontrolnya sebagai ibu, meski dia sering kunjungi anaknya ke Sidney atau anaknya datang ke Jakarta jika liburan.

“kamu jangan marah-marah dong....ngga akan menyelesaikan masalah”

“emang ngga akan menyelesaikan masalah, tapi sudah parah begini trus lu suruh gue harus tenang?? Harus diam??”

Hana hanya bisa terdiam, dia sangat menyesal pulang ke Indonesia jika sudah begini, jika dia tinggal di Australia dan anaknya lahir disana atau dia mungkin menggugurkan kandungannya, tentu bapaknya tidak akan semarah ini ke dirinya.

Tapi sulit juga, dia gugurin kandungannya ini sudah mulai besar. Dia juga baru menyadari setelah dua kali dia lewat tidak dapat haid, disangkanya dia hanya masuk angin dan mual biasa, hingga bulan ketiga dia tidak mendapat mens, lalu di periksa lewat test pack, lalu ke dokter dan ketahuan jika sudah hamil.

Ibunya yang diberitahu duluan, meski amarah dari ibunya juga diterimanya, namun dia menuruti saran Ibunya untuk berterus terang ke ayahnya, maka itulah lalu dia pulang ke Jakarta, dan akhirnya hanya marah dan kekesalan ayahnya yang dia terima setelah dia memeberitahu apa yang sudah terjadi, setelah sebelumnya dia menyimpan rahasia ini selama seminggu semenjak kedatangannya ke Jakarta.

“sudah bicara dengan Tedy?” tanya Irwan lagi

Tedy Sanjaya ialah orangtua dari Airlangga, pacarnya Hana.

“sudah, tapi lewat asistennya dia, Tedy sendiri menolak berbicara dengan kita”

“kurang ajar memang, dia menganggap rendah kita selama ini.....”

Hana hanya bisa tertunduk, memang selama pacaran dengan Airlangga, dia tidak pernah dikenalkan ke orangtuanya, karena memang orangtuanya kurang menyukai dirinya, sehingga selalu menolak Airlangga jika membawa dirinya bertemu mereka. Namun cintanya ke Airlangga terlalu besar, dia tidak pernah akan berpikir bahwa hubungan mereka akan berakhir, dia hanya ingin tetap bersama dengan Airlangga.

“iya trus ini gimana Pi?”

“kamu bantu mikir dong...jangan tanya gue terus...” bentak suaminya

Laura hanya merenggut kesal. Kesal sekali juga dengan Airlangga yang tidak mau bertanggungjawab, kesal ke anaknya yang tidak bisa menjaga diri, namu lebih kesal lagi ke suaminya yang bukannya cari solusi bersama, malah amarahnya saja yang diumbar.

“ini anak kita Pi....buak anak aku aja....”

“iya... ada masalah begini kamu bilang anak kita... “

Laura marah dan keselnya luar biasa

“ ngga bisa mikir gue sekarang..... anak sudah tua bukannya bantu bisnis orang tua, ngabisin uang dan bikin malu aja kamu....” semburnya ke Hana lagi

Dia lalu berjalan masuk ke kamarnya

“ini akibat kamu terlalu manjain anak kamu....”

Laura benar-benar tidak habis pikir dengan emosi dan marahnya suaminya, jika dia kecewa karena kejadian ini sudah wajar, tapi memarahi dirinya dan anaknya juga tidak akan merubah keadaaan, yang dibutuhkan ialah solusinya seperti apa.
 
Terakhir diubah:
CHAPTER II

Flash back

Pengusaha dan juga pemilik perusahaan Hagia Shipping, IRWAN SUTANTO 56 tahun sudah menikah selama 31 tahun dengan LAURA BERNADETA 53, mereka berdua dikaruniai 3 orang anak yaitu :

1. Hana Makaira Sutanto 30 tahun
2. Shuji Sutanto 22
3. Gina Ayumi Sutanto 20

Irwan adalah anak yatim piatu, dia ditinggalkan ayahnya saat dia berusia 5 tahun, dan saat dia berusia 17 tahun, ibunya menyusul ayahnya akibat sakit kanker yang dideritanya. Adiknya yang masih berumur 14 tahun diambil keluarga ibunya, sedangkan dia seperti dibiarkan oleh keluarganya. Dia lalu diajak tinggal oleh kawan baiknya yang sudah dianggap abangnya sendiri, Heru Prasojo 61 tahun saat ini, hingga dia menamatkan SMAnya.

Dia berdua sahabat baik dari jaman kecil, meski berbeda usia 5 tahun. Nasib Heru juga tidak lebih baik sebenarnya, dan untuk menopang keluarganya, dia berjualan martabak malam hari, siangnya dia kuliah. Irwan diajaknya untuk berjualan martabak membantu dia, sekaligus tinggal bersama dengan Heru di rumah sederhananya.

Selepas SMA, setelah satu tahun menganggur dan hanya membantu Heru, dia lalu pamit untuk mengadu nasib ke Jakarta, dan Heru meski berat namun mengijinkan Irwan untuk ke Jakarta. Dia sendiri baru menyelesaikan kuliahnya dan lulus tes PNS sebagai guru di salah satu sekolah di Banyuwangi.

Dengan modal seadanya hasil pemberian abang angkatnya Heru, dia memulai hidupnya di ibukota dengan kerja serabutan di Jakarta, bahkan sempat membantu salah satu tauke yang kerjanya di kapal di Sunda Kelapa, dia ikut bisnis taukenya untuk berbisnis bunker ke kapal-kapal Ikan di Sunda Kelapa.

Nasib baik kemudian berpihak kepadanya, berkat kerja keras, mau belajar dan tidak tahu malunya itu, kemudian ada jalan merubahnya hingga mulai jadi tauke kecil, dia mulai berani bermain juga kecil-kecilan berbisnis bahan bakar.

Dari bermain bunker dan bisnis bahan bakar ini dia kemudian kenal dengan banyak orang, relasinya juga mulai luas, meski sekolahnya hanya SMA, tapi pergaulannya dan cara dia berbisnis membuat dia mampu merangkak naik pelan-pelan hingga menguasai pasar yang ada.

Irwan yang memang giat dalam bekerja, kini sudah berjaya dalam usahanya, dia memiliki perusahaan pelayaran yang memiliki 10 armada tug dan barge, juga 4 LCT, disamping istrinya yang kini mengelola supplier spare part kapal. Secara ekonomi mereka sudah sangat sukses, dan anak-anaknya semua kuliah di luar negeri.

Saat dia hendak menikahi Laura, dia pulang ke Banyuwangi dan meminta Heru yang saat itu sudah menikah dengan Inka, untuk menjadi walinya. Cuma Mas Heru dan Mbak Inka keluarga saya yang saya tahu, mohon jadi wali dan pendamping saya saat saya menikah, demikian ucapnya dia saat itu.

Pertemuannya dengan Laura yang bekerja sebagai staff purchasing di salah satu perusahaan pelayaran, membuat mereka saling jatuh hati, meski ditentang awalanya oleh keluarga Laura karena Irwan dianggap tidak punya kejelasan siapa orangtuanya, Irwan tidak mundur. Mereka lalu menikah, dan lahirlah 3 orang anak hasil pernikahan mereka.

Bahkan dari pernikahan mereka, anak pertama mereka lebih dahulu lahir 3 tahun dibanding anak pertama Heru, yang sempat kosong 6 tahun, jadi meski lebih dahulu menikah, anak Heru yang pertama lebih muda dari anak Irwan.

Heru dan Inka memiliki dua anak yaitu :

1. Artha Saskara Kenzie 27 tahun
2. Alka Dahayu Indurasmi 20

Artha Saskara Kenzie dipanggilnya dengan nama Ken. Lulusan Fakultas Seni Rupa dan Desain dari ITB ini sekarang hijrah ke Jakarta, dia membuka workshop dan toko furniture kecil, dia mulai merambah ke dunia ineterior desain sesuai bidang ilmunya dia.

Alka Dahayu Indurasmi atau yang dipanggil Ayu, saat ini masih duduk di bangku kuliah di jurusan psikologi Universitas Pajajaran, Bandung. Sementara orangtuanya menetap di Banyuwangi karena Heru kini sudah memasuki masa pensiun, jadi mereka berdua kini membuka warung klontong di depan rumah.

Jika Heru lebih tertarik ke nama-nama Sansekerta, maka Irwan lebih cenderung ke Jepang kiblatnya. Selain pola kerja ala Jepang yang dia kagumi dan anut, dia juga memiliki banyak bisinis dengan perusahaan Jepang, terutama di bidang pelayaran. Makanya nama anak-anaknya rata-rata berbau Jepang.

Irwan sangat menyayangi Abangnya Heru. Dia bahkan marah jika Laura istrinya kedapatan berbicara miring atau tidak menghormati Heru. Meskipun tidak ada ikatan darah, tapi saat dia tidak ada keluarga, hingga lulus SMA dan berangkat ke Jakarta, Heru lah yang mensupport dia saat itu. Dia abangku dan juga orangtuaku, demikian ucapan Irwan.

Heru pun demikian, baginya Irwan bukan sekedar teman, sahabat atau adik, tapi juga seperti adik kandungnya. Bahkan saat Ken kuliah, semua biaya, hingga kost dan motornya juga dibelikan oleh Irwan. Dia mengatakan budi baik Heru tidak akan mampu dia balas sampai kapanpun.

Namun, hanya Irwan yang demikian, anaknya Hana dan istrinya Laura kurang menyukai Heru dan keluarganya. Selain mereka menganggap perhatian Irwan ke mereka terlalu berlebihan, secara emosional memang kurang dekat, sehingga saat berjumpa keluarga besar, hanyalah sebuah basa basi semata.
 
Terakhir diubah:
CHAPTER III

Bantu aku, Mas.....


Mobil mewah Alphard berhenti di depan rumahnya, tepat di depan samping warungnya membuat Inka melongok dan keluar, dia dia kaget melihat siapa tamu yang datang

“Eh...dek Irwan...apa kabar?”

“baik Mbak..”

Irwan mencium tangan Inka, memeluk wanita dan mencium pipi kiri dan kanannya, istrinya Laura yang turun juga menjabat tangan Inka dan mencium pipinya.

“masuk Dek.... aduh datang kok ngga ngabarin....”

“sengaja mau bikin surprise buat Mbak dan Mas Heru...”

Suasana di ruang belakang langsung heboh, Irwan yang dengan stelannya yang rapih seakan tidak peduli, dia memeluk Abangnya yang baru kembali dari pasar dan sedang minum kopi dan sambil mengatur barang-barang di belakang

Inka menyiapkan makan siang buat tamunya, dan meski Laura hanya minum dan tidak makan, maka berbeda dengan Irwan, dia makan dengan lahap, Ayam Kesrut yang memang kesukaannya disantap dengan lahapnya.

Heru dan juga Inka tahu, kedatangan adiknya jauh-jauh dari jakarta tanpa pemberitahuan pasti ada sesuatu yang sangat penting yang mereka hendak sampaikan. Itu sebabnya lalu Heru pun bertanya ke Irwan.

*******************​

Heru hanya terdiam mendengar cerita dari Irwan, dia hanya menundukan kepalanya, dia dan Inka tidak menyangka akan serumit ini masalah yang dihadapi oleh Irwan dan Laura. Mereka tahu bahwa Hana ini anak kesayangan yang digadang gadang akan jadi penerus sebagai pemimpin di kerajaan bisnis di Hagia Shipping.

Namun bukan itu saja yang membuat mereka terkejut, tapi permohonan dari Irwan ini yang membuat mereka terperanjat dan kaget bukan kepalang

“Mas, saya minta dengan sangat.... tolong selamatkan saya.... boleh saya minta Ken menikahi Hana untuk sementara.... at least hingga anak itu lahir....”

Permohonan tolong dari Irwan ini membuat dirinya dan istrinya seperti berhenti detak jantungnya.

Bagaimana mungkin usulan ini bisa mereka terima, bagaimana mungkin mereka akan korbankan anak mereka, masa depan anak mereka untuk hal seperti ini? Hal yang dia bahkan tidak tahu dan dia tidak melakukan dan dia diminta untuk bertanggungjawab?

Meski hanya sementara atau hanya sekedar menutupi malu, tapi ini kan diberkati di gereja, dicatat dalam catatan sipil. Ini bukan hal yang bisa dipermainkan begitu saja, dan lebih lagi ini menyangkut hidup anak mereka.

Memang hanya sebentar, lalu bercerai, tapi apa seperti itu? Mereka saja berumah tangga puluhan tahun bahkan berpikir untuk ribut saja tidak ada, apalagi bercerai, karena dari dulu mereka mengajarkan dua anak mereka bagaimana agungnya sebuh pernikahan, bagaimana indahnya sebuah rumah tangga yang dibangun atas nama cinta dan diberkati Tuhan.

Lalu kini mereka harus merestui anaknya menikah dengan “sepupunya”? meski hanya untuk menutupi malu dan kemudian berpisah, tapi kan tetap saja label duda dan bekas suami itu melekat, dan itu mungkin biasa bagi orang lain, tapi tidak bagi dirinya dan keluarganya.

Namun ini permintaan dari adiknya sendiri Irwan, dan dia tahu persis Irwan tidak akan datang ke dia meminta hal besar seperti ini jika dia tidak mentok dalam mengambil keputusan, pasti karena sudah bingung makanya mereka berdua datang.

Melihat Heru dan Inka terdiam, Laura buka suara

“udah ku bilang pasti Mas Heru dan Mbak Inka ngga kan setuju banti kita Pi.....”

Mendengar omongan istrinya Irwan bereaksi keras

“diam kamu..... orang lagi mikir kamu main ngomong ngga jelas...’

“tuh kan kamu emosian melulu....”

“kamu yang diam.... sudah kubilang kamu ngga usah ikut malah pingin ngikut...” bentak Irwan kesal

“Tapi mereka ngga mau bantu.....”

“ngga usah ngerecokin lu.... “

Melihat suami istri lagi berantem di depan mereka, Inka langsung melerai

“udah Dek Irwan dan Dek Laura.....jangan ribut...ngga akan menyelesaikan masalah...’

Irwan masih sangat kesal

“ngga akan kejadian begini kalo ngga kamu manjain tuh anak....”

“manjain gimana? Dia sudah dewasa, dan dia sudah tau gimana atur dirinya sendiri...”

“iya atur makanya kebablasan.....”

“susah kalo bicara sama kamu....”

“kamu yang susah.... makanya tadi aku bilang kamu diam...aku bicara sama kakaku, orangtuaku... apa salah aku minta bantuan mereka? Kamu sendiri juga bingung kan mau ngapain?”

“sudah Dek....” potong Heru....

Irwan langsung terdiam begitu Heru bicara. Dia memang sangat menghormati abangnya ini, makanya dia terdiam.

Heru menatap Inka sebentar, Inka lalu menganggukan kepala. Hidup mereka bersama sudah bertahun tahun, sehingga sudah saling memahami satu dengan yang lain, dia seperti mempersilahkan suaminya bicara

“Dek Irwan, ini khan bukan hanya kami yang memutuskan, biar kami tanya Ken dulu yah.... kan dia yang harus menjalaninya.... “

Irwan merasa seperti mendapat kelegaan yang luarbiasa mendengar omongan Heru

Dia memeluk abangnya dengan erat.

“makasih yah Mas..... makasih banget....” ucapnya sambil menahan haru. Laura sendiri hanya terdiam.

“jika Ken setuju membantu, saya atau mungkin Ken sendiri yang akan hubungi yah....” ucapnya lagi.

Dia hanya bisa menahan haru sambil memeluk adiknya. Dia tahu dan mengerti bagaimana sayangnya Irwan kepadanya. Jika memandang Laura, dia mungkin akan mengacuhkan masalah ini, tapi Irwan adalah adiknya dia, sosok yang tidak pernah menganggap dia orang lain. Kasarnya, hanya makanan yang dimulut saja yang tidak Irwan bagi untuk diirnya. Dengan kondisinya sebagai ASN, menyekolahkan Ken bukan hal yang mudah, tapi semenjak mulai kuliah, hingga selesai kuliah, semua biaya Ken ditanggung oleh Irwan.

Bahkan hal-hal yang tidak dia minta pun Irwan dengan tanggap dan sangat mengerti.

“Mas sebagai kepala sekolah, harus punya kebanggaan, dan saya tidak mau Mas ke sekolah kehujanan dan kepanasan,” dia ingat sekali Irwan mengirim bahkan dia datang sendiri mengantar mobil khusus buat Heru saat Heru pertama kalinya diangkat jadi Kepala Sekolah, meski Heru tidak pernah meminta.

Dia hanya bisa memeluk Irwan, dan menguatkannya. Dia tahu, Irwan tidak mungkin datang kepadanya jika dia bisa selesaikan masalah ini sendiri. Kedatangan Irwan jauh –jauh dari ujung barat hingga ke ujung timur, jika bukan karena hal yang sangat penting, pasti dia akan meminta abangnya yang datang ke Jakarta.

“makasih banyak Mas.....” ucap Irwan saat hendak pamit ke Jakarta lagi. Ada rasa lega di hatinya, dan dia sangat berharap Ken mau untuk membantu dia, atau membantu kakaknya Hana kali ini.
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd