Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Tentang Sebuah Rasa

Keren.....keren......keren banget updatenya....
Yang yang tadinya benci sama Hana.... kepingin dia semakin terpuruk..... kok skrng jadi kasihan sama dia....
Kok perasanku malah yang galau.....pingin Ken jadian sama Mira,.... atau sama Hana saja......

Memang kebangetan om @Elkintong dalam mengombang ambingkan perasaan pembacanya....... hebat euy.....

Terima kasih om......tetap sehat dan tetap semangat yo....
 
mantap suhu terima kasih update partnya. sedih juga saya bacanya. semoga malam update lagi. yuk konfliknya pindah ke airlangga vs ken dan hanna.
 
CHAPTER XXIII

Should I turn back time?

Bau harum nasi goreng, telur mata sapi dan dadar yang tersedia dan baru diangkat dari penggorengan memang membuat nafsu makan jadi semakin nikmat jadinya. Siti memang kalau masak jago lah. Makanya meski sudah dapat gaji dari Irwan, Ken sudah tambahin gajinya agar dia semamin bersemangat kerja disini.

Ken sedang menikmati sarapan paginya, biasanya ada Dara yang sudah bangun akan tiduran di tempat tidur kecilnya, sambil menemani papanya makan. Namun dia tidak tega membangunkan Dara yang masih tidur, harusnya dia memandikannya pagi ini, tapi anaknya lelap sekali tidurnya membuat dia tidak tega, wajah damai anaknya tertidur sangat menentramkan hatinya.

Dia sedang menunggu Hana bangun, makanya dia sarapan dan sambil minum teh pagi-pagi, karena kamar Hana dibawah memang berada dekat dapur dan ruang makan. Makanya dia menunggu hingga Hana bangun. Ada yang ingin dia minta Hana tanda tangani agar masalah mereka segera selesai.

Ada kekuatiran didiri Ken melihat perkembangan selama beberapa hari ini. Dia kemarin melihat status di Whatsapp Gaby, nampak Gaby memeluk Dara, dan juga dia melihat Dara ada dalam pelukan Hana. Dia juga mendapat laporan dari Mbak Tini bahwa Hana sekarang sering main dan menggendong Dara, bagi Ken ini sedikit mengkuatirkan. Dia kuatir Hana akan berubah pikirannya untuk masalah hak asuh Dara.

Tidak lama kemudian Hana keluar dari kamarnya. Dia kaget melihat Ken ada di meja makan, dia kira Ken sudah berangkat.

“pagi....” sapanya Hana

“selamat pagi....” jawab Ken

“udah sarapan?”

“sudah....”

Hana terdiam, dia lalu membuat teh manis untuk dirinya. Dia serba salah dengan situasi ini, mau balik kamar dia tidak enak, mau ikut duduk disitu juga dia bingung. Ini pertama kalinya mereka bertegur sapa setelah kejadian seminggu lebih yang lalu saat Ken jemput Hana di Polres.

“Gaby dari sini kemarin?”

“iya....lumayan lama disini....”

Diam kembali diantara mereka. Lalu Ken menarik kertas yang dimeja.

“hmmmmmm..... saya boleh minta tanda tangan ngga?” tanya Ken pelan

Hana kaget, tanda tangan apa? Pikir dia

Ken lalu menyodorkan kertas yang diatas meja ke Hana. Dia menerima dan dengan sedikit gemetar dia membacanya.

Surat berisi pernyataan dirinya, untuk bersedia bercerai dan juga bersedia menyerahkan Dara ke Ken untuk diasuh oleh Ken, dan tidak ada tuntutan apa-apa dikemudian hari, dan pertemuannya sebagai ibu dengan anaknya akan harus sepersetujuan Ken sebagai ayahnya.

Hana tiba-tiba merasa sesak membaca surat itu. Dia mencoba menahan tangisnya untuk tidak turun di depan Ken, dia tidak mengerti kenapa Ken harus memberi surat ini kepadanya. Mungkin jika 2 mingggu lalu atau sebulan lalu disodorkan, dia akan cepat menandatangani surat ini, tapi saat ini kok dia merasa berat sekali membaca surat ini?

“harus begini emang...” tanyanya dia sambil mencoba menahan tangisnya

“eh...buat proteksi kita berdua aja....” jawab Ken

Proteksi? Proteksi apa? Tanya Hana dalam hatinya

“maksudnya apa kalo aku ketemu Dara harus diatur...?”

“yah harus diatur,,,kalo ngga diatur khan nanti suka2, nanti kasian anak....”

Hana diam dan masih menahan perihnya dadanya saat membaca surat itu

“aku khan ibunya juga.... masa harus dibatasi....”

“ngga dibatasi...diatur....” jelas ken

Ken agak kuatir melihat Hana belum mau tanda tangan.

“aku udah setuju Dara ikut papanya..... tapi....aku ngga mau dibatasi untuk ketemu dia..... aku khan ibunya dia juga...” suara Hana mulai agak terisak

“kan udah dibilang tadi kalau ngga dibatasi..... “ balas Ken

“ dan makasih jika masih ingat sebagai ibu.....”

Hana diam saat disindir begitu dan memilih tidak mendebat Ken kali ini. Hanya saja dia tidak terima jika anaknya harus dipisahkan dengan dia, disaat dia ingin dekat dan menebus kesalahannya dulu ke anaknya, kini malah Ken ingin pagar pembatas itu segera ditinggikan. Sakit rasanya hatinya membaca surat ini.

Hana menghela nafasnya, airmatanya turun di pipinya, dia tidak mampu menahan lagi tangisnya, dia merasa tidak adil rasanya, saat dia merasakan indahnya dekat dengan anaknya beberapa hari ini, malah Ken ingin seperti mengingatkan bahwa dia tidak layak untuk itu, karena sudah ada saat dimasa sebelumnya cerita yang sama dengan yang ditulis meski saat ini surat itu sepertinya berbeda dengan kondisi hatinya Hana.

Sambil terisak pelan, dia lalu akhirnya mengambil kertas itu dan pulpen lalu menandatangi surat itu. Kini dia tidak mampu menahan airmatanya, dia menangis dengan suaranya terdengar, sakit dan perih rasanya, tapi dia harus tanda tangani itu

“ini lebih baik buat kita.....khan kalian juga ingin segera bebas khan.... jadi mari kita selesaikan segera....” ujar Ken datar

Hana tahu apa yang dimaksud oleh Ken. Perilaku Hana selama ini yang sering terang-terangan dengan hubungannya bersama Angga, apalagi saat di Polres para penyidik dengan gamblang menceritakan kronologis kenapa dia sampai dibawa ke penyidikan dan anam Angga ada disana disebut, pasti itu yang dimaksud oleh Ken.

Hana mengangkat wajahnya, matanya penuh airmata yang deras, diusapnya dengan punggung tangannya

“aku tanda tangan karena cintaku terhadap anakku..... bukan untuk yang lain....” ujarnya disela derai airmatanya dengan nada tegas.

Ken diam saja, mengambil surat yang sudah ditanda tangani, lalu memasukan ke dalam tasnya, lalu beranjak ke luar, mengambil kunci mobilnya, memakai sepatu, lalu naik ke mobilnya untuk kemudian menuju ke galeri. Tidak ada sepatah kata pun yang dia ucapkan lagi.

Sementara Hana langsung masuk ke kamarnya, dia membanting badannya dan menangis sejadi jadinya. Kenapa disaat dia ingin menebus rasa bersalahnay dan dosanya, lalu kebahagiaan dia yang baru dia rasakan baru-baru ini mau diambil lagi? Dia masih ingin lama dengan anaknya, dia ingin melihat setiap hari anaknya bertumbuh, menikmati kebersamaan dengan anaknya.

Dia lalu bangun saat mendengar suara Dara turun dari atas dibawa oleh Mbak Tini. Dia langsung memeluk anaknya dengan erat, airmatanya kembali turun dengan derasnya, saat anaknya tersenyum dengan bahasa bayinya, dia malah menangis sedih melihat anaknya. Berat rasanya dia jika harus pisah dengan anaknya.

Oh Tuhan, apa seperti ini rasanya jika dipisahkan dengan anak? Aku ngga mau pisah dengan dia, rasanya berat sekali baginya saat ini untuk pisah dengan Dara.

“lu harus konsul deh...tapi dengan orang yang tepat... gue kasih nomornya Tante Sarah yah... dia itu diaken, pelayan Tuhan, di gerejanya Papi lu juga kok dia melayani.... lu bicara dengan dia biar lu ada teman bicara...dia guru rohani gue ama Arnold juga ” nasehat Gaby ke Hana lewat telp.

“iya Ge....” sambil dia menahan botol minuman anaknya yang sedang minum susunya

“lu yang sabar.... jangan lu bantah dulu.... kalo lu keras nanti dia bakal keras ama lu nanti....” nasehat Gaby lagi

Hana hanya menganggukan kepalanya.

Gaby lalu mengirimkan whatsaap nomor wa Tante Sarah, Hana membalas dan mengucapkan terima kasih ke Gaby. Dia lalu wa ke tante Sarah minta waktu kapan dia ingin konseling, tidak lupa dia mengucapkan terima kasih buat Gaby yang sudah membantunya.

Lalu tidak lama kemudian Mbak Tini menghampiri Hana

“Maaf Bu.... Dara disuruh dibawa ke galeri ama Mas Ken...” ujar Mbak Tini.

Hana kaget, dia merasa kok Ken jadi mulai membatasinya untuk dekat dengan anaknya sendiri.

“lagi main ama aku disini biar aja disini....”

Tini jadi serba salah dibuatnya

“iya Bu...tapi disuruh gitu ama Mas Ken....”

Hana terdiam dan hanya bisa menangis. Dia lalu menyerahkan anaknya yang sedang main dengannya di sofa kepelukan Mbak Tini, untuk disiapkan karena akan dibawa ke Galeri. Hana kembali masuk ke kamarnya dan menumpahkan airmatanya. Sakitnya luar biasa dirasakannya sebagai ibu, dia merasa ditolak dan dilarang untuk dekat dengan anaknya sendiri.

Kenapa sih ngga boleh disini aja ama aku?? Kenapa Ken..... tega banget sih kamu... pasti kamu kuatir kalau aku akan berubah pikiran terhadap hak pengasuhan anak khan?? Demikian pertanyaaan di benak dan pikiran Hana saat ini, sementara bantalnya basah kuyup dengan airmata yang mengucur deras.
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd