Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Tentang Sebuah Rasa

Bimabet
CHAPTER XVIII

Mendung yang enggan pergi


Gaby memarkir mobilnya di depan rumah Ken, hari ini dia diminta menjemput kawan baiknya Hana. Gaby bersama Jeni teman nongkrongnya juga ikut menjemput Hana. Gaby sendiri yang kini mengelola restoran keluarganya memang waktunya sedikit longgar, sedangkan Jeni sebagai marketing salah satu asuransi juga memiliki waktu yang fleksible, sehingga saat diminta menjemput Hana, dengan gampangnya mereka mengiyakan.

“masuk Mbak....masih baru selesai mandi Non Hananya” pembantu rumah mempersilahkan mereka masuk.

Terdengar sayup-sayup suara gitar dan lagu pujian sedang dinyanyikan dari lantai atas

Tidak lama munculnya Hana

“Hai....” dia lalu memeluk dan cipika cipiki dengan dua sahabatnya

“mau minum apa? Apa mo sarapan?”

“hahahah....gue belum sarapan sih....kalo ada bolehlah....” ujar Gaby

“ada....pada doyan nasi uduk? Atau mau roti bakar? “

“Mbak Siti, ada apa buat sarapan?”

“ada nasi uduk, sama roti dan kentang goreng.....” balas Siti

Mereka lalu duduk di ruang makan sambil dihidangkan sarapan oleh Siti.

“lumayan sarapan gratis...” seloroh Gaby

“mau kopi atau teh?” tanya Siti

“ada kopi apa?”

“macam-macam Non, ada kopi item, kopi susu, capocino atau latte, mau yang mana?”

“aku Latte deh” ujar Jeni

“aku hitam” Gaby tersenyum

“aku air putih aja Mbak”

Siti lalu sibuk meracik kopi yang diminta lewat coffe maker yang ada di dapur.

“rumah lu keren yah..... industrialis tapi teduh....”

Hana tersenyum

“bukan rumah gue....gue numpang doang disini....” ujar Hana sambil senyum

“itu suara laki lu?”

Hana menengok keatas

“suara laki-laki cuma satu disini....” sambil menyuap nasinya

“ eh....ini kopi apa Mbak?” tanya Gaby

“kopi gayo....”

“oh....enak.....”

“ beli dimana?”

“punyanya Mas Ken.... memang distok jika ada tamu....”

“ dia punya coffe shop di galeri.....” terang Hana

“oh pantas....enak lho...”

“iya ini latte nya juga enak...” ujar Jeni

Ken lalu muncul dari tangga atas sambil mengendong Dara, diikuti oleh pengasuhnya dari belakang.

“halo....” sapa Gaby dan Jeni bersamaan

“halo....apa kabar Ci Gaby...” sapa Ken ramah

“halo anak cantik....”

“ Halo...aku jeni..” Jeni memperkenalkan diri

“ih...gemes yah.....” mereka meledek Dara yang tertawa tawa sambil menyembunyikan wajahnya dibalik pelukan Ken

“makin cantik yah sekarang.....”

Hana hanya diam melihat kedua sahabatnya sedang bercanda dengan Dara

“ saya pamit dulu yah.....” ujar Ken ke mereka dengan ramah

Ken berlalu sambil membawa mainan Hana untuk diletakan di bagasi mobil, hari ini dia memutuskan membawa Dara ke Galeri.

“anak lu dibawa ke tempat kerjanya?”

“iya.... sering dia dibawa...”

Gaby dan Jeni heran melihatnya

“lu jadi mo cerai?” tanya Gaby pelan

“jadi dong....udah bosan gue ama sandiwara ini....”

“anak lu?”

“diasuh sama Ken”

Jeni dan Gaby bingung mendengarnya

“mana bisa begitu, Hana?”

“ya bisalah....dia setuju cerain gue.... dengan syarat Dara ikut dia....”

Gaby tidak habis pikir dengan situasi seperti ini

“ Ken dekat banget sih yah ama Dara.....” cetus gaby

“dari lahir memang sudah di dia, jadi bagus juga....gue ngga repot sih.... “

“ Airlangga?”

“dia sepertinya tidak keberatan, toh dari awal memang anak khan bukan prioritas kita....”

“kok bisa sih Hana.....”

“lu mau menghakimi gue juga sama kayak bokap....??”

Gaby tergelak.

“bukan, gue heran aja tuh anak bukan anak Ken, tapi dia ngotot anak itu harus sama dia, lu ama angga yang orangtuanya malah senang .... aneh aja....”

Hana diam saja mendengarnya

“iya sih...tapi memang kelihatannya Ken sayang banget ama tuh anak.... lagipula secara hukum itu anak dia.... lu berdua nikah sah...pakai hukum apa saja dia anaknya Ken....” ujar Jeni

“ah...bodoh ah....yang penting gue segera selesai dari jeratan ini....” kata Hana

“jujur gue bingung dengan situasi ini....nikah boongan seperti ini bikin hidup gue ngga jelas... papi jelas belain dia terus... gue anaknya sendiri aja ngga dianggap ama dia.....”

Lu nya begitu, pikir Gaby dalam hatinya.

“trus sekarang lu mo ketemu Airlangga?”

“iya...nanti gue ke tempat lu aja, dia akan jemput gue disana”

Gaby hanya bisa diam mendengarnya

“Han...” Jeni berkata “ kenapa sih ngga lu coba pertahankan pernikahan lu?”

“pertahankan pernikahan gue?” tanya Hana heran dan mau tertawa

“ mikir untuk jadi teman dia aja gue ngga ada pikiran, apalagi mau nikah....” tawa Hana berderai

“ buat gue dia hanyalah kebetulan papanya dekat sama bokap gue.... sudah kayak sodara... dan yah sekalian ada status buat anak gue.... “

“aduh, kalian ngga lihat sih dulu jaman masih kecil hingga kuliah gimana katronya dia....” sambungnya lagi

Jeni tertawa

“ngga, maksud gue....lu coba aja dulu... khan dia mau terima anak lu lho.... kali aja dia mau terima lu juga...”

“ Gue yang ngga akan terima dia” potong Hana

“not in any single minute of my dream list.... “ tegas Hana

Mereka terdiam dan hanya tersenyum

“udah ah...habisin lah makanan kalian....trus jalan kita....”

Mereka lalu menghabiskan makanan dan minuman mereka kemudian bersiap untuk jalan

“ tapi rumah lu keren lho....industrialis dan sangat bagus penataannya, tamannya juga bagus...” ujar Jeni

“rumahnya seniman lain...” tukas Hana

Mereka lalu masuk ke mobilonya Gaby

“tenang aja Jen, palingan sebulan lagi dia free.... lu bisa ambil kalo lu mau....” kelakar Hana

“anjay lu... trus Gerald mau dikemanain...”

“tapi laki lu keren sih...iya kan Gaby...”

“namanya selera Jen.... dia mah seleranya yang suka bikin hati klepek-klepek, yang anak manis dia ngga doyan...”

“ngaco lu.....”

“dia sukanya yang bertualang.....bocah petualang...” tambah Jeni lagi lagi

Tawa mereka langsung terdengar memenuhi mobil Gaby.

Tawa itu terputus saat ponsel Hana berbunyi, telpon dari kantor untuk arrange meeting namun ditolak oleh Hana, dia mengarahkan untuk diteruskan ke asistennya saja untuk diurus ke deputy GM yang selama ini back up dia jika dia tidak datang.



*********************

Mira termenung sambil menunggu lampu merah menyala. Suzuki Ignis putihnya dari dalam melengking suara Adele lewat Easy on me nya.

Tadi malam dia berbicara lumayan lama dengan Ken lewat telpon, dan dia entah harus bahagia atau sedih dengn berita tersebut, Ken bicara bahwa akhirnya perangkapnya dia akan segera usai dengan permintaan cerai resmi dari Hana

Dia tahu bahwa memang Ken sudah lama ingin mengakhiri pernikahan pura-pura itu, tapi kehadiran Dara membuat semua situasi yang yang sudah dirancang jadi berantakan dari semua. Ken dibuat jatuh hati dan tidak ingin berpisah dengan bayi cantik itu. Itu yang membuat dia seperti mengulur waktu untuk bercerai sambil mencari cara agar Dara tetap dengannya.

Sedangkan tadi malam kesepakatan menurut Ken sudah tercapai, mereka akan bercerai segera dan anak tetap dengan Ken, dan itu disambut dengan gembira oleh Ken. Dia memang menunggu keputusan itu, karena nasib Dara buatnya yang terpenting bagi dirinya.

Mira sendiri memang terpikat oleh Dara, bayi cantik itu sudah ikut membuat dia jatuh hati juga. Mira sering meluangkan waktu jika libur atau day off untuk bertemu bayi itu jika dibawa ke galeri, bermain dengan Dara meski tidak ada ikatan apa-apa dengan dirinya, tapi pola polos bayi itu memang membuat Mira senang menggendongnya.

Masalahnya ialah apa jika mereka bercerai lalu akan seperti apa keadaan mereka berdua?

Mira memang kini terperosok dalam dilema yang semakin dalam dibanding dari awalnya. Dia tidak bisa berbohong lagi dia memang jatuh hati dengan Ken, dan dia tidak tahu dengan Ken, apa juga merasakan hal yang sama atau hanya kenyamanan dengan dia karena faktor kedekatan dan saling bercinta.

Kakaknya Teh Sinta dan Ibunya, sudah wanti wanti masalah Ken dari awal. Banyak faktor yang membuat mereka memberi banyak syarat yang membuat Mira tidak yakin jika Ken akan bisa memenuhinya jika ingin tetap bersamanya.

Lampu hijau menyala, mobilnya kini jalan setelah diklakson oleh mobil-mobil dibelakangnya.

Selain faktor Ken yang sudah pernah menikah, meski dia sudah menerangkan situasinya, tetap saja status Ken adalah duda dimata mereka. Mau nikah pura-pura atau beneran tetap saja nikah itu sakral dan harus dihormati.

Dia kudu ikut kita, Mira. Mama ngga mau pokoknya nikah campur, apalagi kamu ikut dia. Demikian tegas Mama memberinya warning.

Lalu status anak itu bagaimana? Dia anak Ken dalam pernikahan tapi bukan anak kandungnya Ken. Mau dibawa kemana itu? Sekarang anaknya masih kecil, nanti jika sudah besar dan sudah mengerti, apa tidak akan jadi masalah kalian?

Jika dari awal masalah itu sudah ada, kenapa ngga kamu hindarin sih? Usul mama nya. Pria ngga cuma Ken aja, Neng, kata mama. Dari awal lebih baik kamu putuskan jangan temuin dia lagi, karena akan sakit dan pasti akan sulit buat kamu jika kamu teruskan.

Mira dibuat dilema dengan situasi ini. Dia sangat mencintai Ken, baginya Ken adalah sosok yang tepat dan mengerti apa maunya. Bisa mengimbanginya dalam banyak hal, dia yang cuek dan agak ceplas ceplos selalu bisa diimbangin oleh Ken yang cenderung penyabar. Meninggalkan Ken berat sekali bagi Mira, keperkasaan Ken juga sulit membuat dia lupa.

Sholat, bawa dalam sholat semuanya. Pesan Mama selalu. Ngga akan bisa jika kamu menyelesaikan perkara semacam ini dengan kamu pakai hati dan akal kamu sendiri. Pokoknamah, mama setuju jika Ken mau sama kamu nikah, dan ikut akhidah kamu, itu harga mati, Mira.



********************

“too early?”

“ngga juga.... Cuma maksudnya agak sedikit terburu buru lah...’

“ngga ngerti aku...”

“maksud aku kita pelan-pelan lah urusnya...”

“urus apa? Aku ngga minta segera dinikahi ama kamu, Sweetie....”

“iya emang..... aku ngerti...”

Hana tidak mengerti arah pembicaraan dari Angga

“aku sekarang sudah dalam proses untuk mengurus perceraian aku, dan sekarang aku mau resign dari perusahaan papi, sambil aku cari kerjaan baru lagi.... jadi aku minta tolong kamu untuk back up aku dulu selama periode ini...’

Angga sedkit terdiam mendengarnya, lalu

“it’s Ok... aku siap saja bantuin kamu...”

“yah memang kewajiban kamu khan....”

“iya...”

Ada nada ragu yang dia tangkap dari wajah Angga

“aku ngga minta dinikahin... tapi sekarang aku sudah ribut sama papi, sudah minta cerai ama Ken, dan akan hidup bareng kamu, jadi aku minta kamu back up aku, sampai aku bisa kerja lagi dan punya penghasilan sendiri lagi....’

Angga kembali agak diam

“oke...”

“kok kamu agak ragu begitu? Bukannya senang aku sudah selesai dan bebas?”

“aku senang kok baby....”

“tapi suara sama wajah kamu aneh....”

“ngga lah....dia merangkul Hana....”

Lalu

“ayo...jalan kita...”

Mobil mereka jalan

Sebenarnya Airlangga agak kurang suka mendengar Hana keluar dari perusahaan ayahnya. Cerai dari Ken silahkan saja, tapi keluar dari perusahaan bapaknya lalu tidak kerja lagi, tidak punya penghasilan bagi dia agak sulit dia terima. Apalagi dia harus menanggung biaya hidupnya Hana yang tidak kecil. Meski dia selalu mendapat jatah dari orangtuanya secara reguler, tapi membagi dengan gaya hidup Hana, akan mengganggu kestabilannya dia selama ini.

Untuk dapat uang lebih pasti Ayahnya akan menyuruh mengelola salah satu anak usahanya. Dia suka malas dengan itu. Pasti semua accounting dan advisor ayahnya dari holding akan mempelototinya, dan itu irritating buat dirinya. Lebih baik sekarang seperti ini, dia dapat jatah tiap bulan sebagai bagiannya untuk share dan saham yang dia miliki, plus minta ke ibunya untuk biaya tambahan.

Lalu sekarang ikut menghidupi Hana? Melihat gaya hidup Hana yang tinggi dan boros, dia meski punya uang berlimpah juga enggan melakukannya. Sebulannya saja untuk kebutuhan wanita ini bisa puluhan juta, dan membiayai dia artinya dia harus membagi biaya dia yang selama ini dia anggap sudah settle.

“kenapa kamu resign sih dari kantor?”

“kok kenapa? Emang kamu betah diomelin Papi?”

“yah namanya anak biasa diomelin orangtua..”

“gue udah tua, Babe....bukan anak kecil lagi... diomelin kayak bocah emang enak...”

“iya tapi maksud aku khan baiknya tahan diri dulu, jangan ambil sikap berlebihan atas teguran orangtua...”

“kok kamu jadi sok bijak sih?”

Hana tidak menegrti kemana arah pembicaraan Angga. Dia sekarang sudah ikut apa maunya Angga, mau kembali berhubungan, bahkan akan segera memutuskan cerai secara resmi dengan suami bohongannya itu, lalu kenapa sekarang malah Angga bertindaknya seolah berbeda?

“aku perlu mobil juga....”

“mau cari mobil?”

“ aku pakai mobil kamu lah satu, Babe....’

Angga bingung harus menjawab apa

“honey, mobil dirumah memang banyak, tapi jika aku ambil satu dan pinjamkan ke kamu.... ditanyain kemana dan aku harus apa jawabnya?”

Hana terkejut mendapat jawaban serperti itu. Ini jutawan seperti Angga masih berpikir untuk meminjamkan mobil untuk kekasihnya?

“ yah sudah, beliin lah aku jika demikian....” cetus Hana

“Babe...kalo mobil LGCC sih sekrang pun aku ajak ke showroom.... tapi mobil yang kamu pengen khan pasti yang premium....”

“trus....”

“yah.... ambilah mobil yang di bokap...lagian kenapa sih kamu emosian banget, main kasih begitu aja mobil kamu sendiri?”

Hana dibuat bingung dengan jawaban Angga kali ini

“yah sudah, nanti aku lihat di rumah mobil mana yang bisa kamu pakai....” hibur Angga akhirnya.

Angga lalu mengarahkan mobilnya ke apartemennya

Dia sebenarnya tidak menyangka akan seperti ini Hana bertindaknya. Maunya Angga ialah, mereka tetap berhubungan biasa, Hana tetap bekerja dengan ayahnya, jadi mereka punya uang masing-masing tanpa harus ada kewajiban baginya membiayai Hana. Karena biaya bulanan Hana bukanlah sedikit.
 
Mampus kan Lo Hana dapat calon suami cuma andalin harta ortu. Beda kelas lah sama KEN. Suami kyk itu yg Lo harapkan. Srh potong aja xxxx atau ganti kelamin. Paling ujungnya terulang kembali masa lalu. Bunting tinggal pergi terus minta maaf sama Ken dan minta rujuk sama Ken dengan alasan ibu kandung Dara
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd