Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Tentang Sebuah Rasa

Bimabet
Memamg plot nya dah mulai kelihatan sih..
1. Ken dan pacarnya terhalang restu beda agama
2. Angga dan Hana keknya gak bsa lanjut di bbrp charpter kedepan bibit putus mulai timbul
3. Maybe ken bisa icip hana, dan mungkin hana akan tau perkasanya ken. krn faktor nafkah batin yg ga sengaja kecetus, dan faktor hana yg butuh duit dan fasilitas.
4. mulai ending, nanti hana yg baper ke ken dan ken yg masih ga bsa lepasin pacarnya (maybe drama segitiga dgn segala kerumitannya)
5. tinggal aja maestro tentuin endingnya. baik itu milih pacar atau milih hana. dgn segala nyeseknya.
Mantap analisanya, hu..
Tapi, tetap saja penulis yg berhak penuh atas jalan cerita yg dibuatnya. Kita sbg pembaca hanya bisa berharap updatenya dipercepat..
 
Mantap analisanya, hu..
Tapi, tetap saja penulis yg berhak penuh atas jalan cerita yg dibuatnya. Kita sbg pembaca hanya bisa berharap updatenya dipercepat..
udah gw jelasin sebelumnya. penulis adalah maestro cerita. dewa yg menentukan apapun. umpama nanti tiba2 ken awakening trus berubah jdi zombie dan memakan semua umat manusia juga boleh2 aja.
 
CHAPTER XX

Sabar yang ada batas



Makan malam antara Laura dan Irwan malam ini terasa agak pahit bagi mereka berdua

“anak itu memang sangat dekat dengan Ken....” ujar Irwan menceritakan pertemuan dan kunjungan dengan cucunya tadi siang.

“makin lucu, makin cantik.... persis seperti Hana waktu seusianya....” ingatan Irwan seakan kembali ke 30 tahun lalu, saat dia berdua masih ngontrak di kawasan Grogol, rumah sempit namun penuh kebahagiaan saat Irwan baru mulai merintis usahanya ketika itu.

Laura hanya terdiam mendengarnya

“ Hana benar-benar makin tidak tahu diri...” kata Irwan

“kenapa lagi dia Pih...”

“ kemarin Papi kesana dia ngga ada....ngga tau kemana...”

“lagi cari kerja atau cari kesibukan kali...”

Irwan terlihat kesal

“ dibeliin mobil dia sama Ken....”

Laura kaget mendengarnya

“kok bisa?”

“ngga taulah....”

“ken yg cerita?”

“ngga..... Siti yang cerita, baru Ken ngaku....”

Laura menghela nafasnya

“biar aja kali Pih... khan istrinya ini yang dibeliin, bukan perempuan lain....”

“istri???”

Laura terdiam lagi

“istri ngga ada tanggungjawabnya?? Anaknya aja ngga pernah disentuhnya..... giliran ada maunya minta ke Ken....”

“aku ngga ngertilah Pih... dia kan bisa menentukan pilihannya sendiri....biarlah, dia sudah besar ini...”

Irwan terdiam

“setiap bahas Hana kita pasti ribut.....papi selalu nuduh Mami terlalu belain dia....” ucap Laura lagi

Mereka tenggelam dalam pikiran masing-masing, sambil menikmati makanan yang rasanya seperti asin di lidah, karena otak dan pikiran mereka berdua entah terbang kemana.



**************************

Jam 8 malam, hujan lumayan deras Ken nampak memperhatikan anaknya yang sedang tidur lelap di boxnya. Kalau malam dia tidurkan anaknya di box khusus, kecuali siang hari jika sedang dirumah, maka dia suka tidur siang bersama anaknya di ranjangnya dia.

Memperhatikan anaknya memang mengasyikan bagi dirinya, karena melihat polosnya anak yang tanpa dosa itu, membuat rasanya semua lelah hatinya, lelah badan hilang semua. Kecantikan putrinya membuat dia jatuh hati setiap hari. Meski bukan darah dagingnya, tapi anak ini adalah anaknya secara hukum, dan juga perasaannya dia memang sangat terikat dengan Dara.

Tok tok tok

Pintu kamarnya diketok. Ken membuka pintunya, Siti muncul, sambil menyodorkan ponselnya.

“non Hana ....”

Ken kaget, Hana? Ngapain?

“halo...”

“Kok telpon gue ngga diangkat sih dari tadi?”

Ken ingat ponselnya didalam tasnya, jika sudah dirumah dan melihat Dara dia suka lupa dengan yang lain

“di tas ngga kedengaran....”

“ya sudah....jemput gue dong sekarang!”

“jemput??”

“iye....di restorannya Gaby... maminya ulang tahun...”

“ kenapa ngga bawa mobil sih tadi...”

“tadi dijemput Gaby, makanya ngga bawa mobil....”

Ken diam sejenak

“apalagi? Mo nanya kenapa ngga naik grab? Hujan gede, pada ngga mau grab bergerak kesini...”

“ya sudah....”

“buruan...lagian nyokapnya Gaby nanyain lu mulu.... datang ketemu sebentar trus balik...yang rapih jangan norak pakaian lu pas kesini....”

Ken rasanya ingin kasih cabai mulutnya Hana. Namun dia lalu bersiap, dia biar bagaimanapun menghormati Gaby, karena wanita itu sangat ramah dan baik, serta ikut serta membantu upacara pernikahannya dulu.

Celana men strech chino warna coklat tua, dipadu dengan kaos putih lengan panjang bahan polo yang di tarik sampai ke lengan. Sepatu sneaker putihnya dipakai untuk kakinya. Semua mata normal rasanya akan memuji tampang Ken, aslinya dengan kulitnya yang putih, rambutnya yang suka dibiarkan seperti tidak disisir, memang membuat penampilannya selalu modis dan keren.

Herannya justru malah Hana yang sering bilang gayanya katro. Gaya rambutnya yang model messy on top membuat dia terlihat masih seperti anak kuliahan. Badannya yang atletis, rasanya wajar jika Ken banyak disukai lawan jenisnya, meski dia lebih banyak diam dan jarang berbicara. Suara merdunya lebih sering anaknya yang mendengar jika dia bernyanyi di kamar melakukan pujian setiap pagi.

Bermodalkan shareloc dari Hana, dia kemudian tidak lama tiba di restoran milik Gaby. Ulang tahun Maminya lumayan banyak yang hadir, dan hujan sudah mulai reda, Ken juga membawa payung sebagai antisipasi.

Dia lalu mengirimkan whatsapp ke Hana, dia berharap tidak perlu turun dan berbasa basi. Namun Hana memintanya turun. Nyokap Gaby mo ketemu lu, pengen kenal. Demikian Whatsapp Hana ke dirinya.

Ken lalu turun, dan masuk. Dia agak kikuk melihat situasi di dalam yang lumayan ramai. Hana lalu menghampirinya, lalu mengajak untuk bertemu dengan Gaby dan maminya

“selamat ulang tahun Tante....”

“oh makasih.... ini suaminya Hana?”

Ken hanya tersenyum

“ganteng suami kamu, Hana....” puji Maminya Gaby yang dibalas dengan senyum kecutnya.

“makan dulu.....”

“iya Tante....”

Gaby menghampiri juga.

“Ken, makan dulu yah...” ajaknya ke meja prasmanan. “Dara udah tidur?”

“udah...”

Ken lalu sebagai bentuk penghormatannya kepada tuan rumah, dia mengambil piring, lalu memotong puding dan kemudian duduk di salah satu meja kosong, sambil menikmati makanannya, Hana nampak masih bercengkrama dengan teman-temannya. Ada beberapa kelompok juga terbagi di meja masing-masing, ada sebuah band lagi memainkan musiknya, sehingga suara orang bicara dan suara musik saling bersahutan.

“kento...” tiba-tiba pundaknya ditepuk dari belakang

Ken kaget, namanya suka diplesetkan jadi Kento oleh teman-temannya sesama komunitas musik.

“kang Ujang??”

“iya....apa kabar...?”

Mereka saling berangkulan sesaat. Ujang ini merupakan seniornya di komunitas musik di Bandung dulu, dia sering jadi gitaris dan juga main keyboard.

“sama siapa kesini?”

“ini main musik...band kita diundang main disini...”

“oh gitu...”

“lu ama siapa?”

“hmmm.....ama istri...”

“mira?” tabak Ujang, karena memang dari Bandung Ken akrab dengan Mira di komunitas seni mereka.

“bukan....” ken tertawa

“pas lu ada disini.... lu khan suka nyanyi lagu ambon ama manado.... ini yang ulang tahun orang Manado....”

Ken kaget mendengarnya

“ngga Kang ah... teu bisa nyanyi lagi sekarang” tolak Ken secara halus

“alah...ngaco... mana bisa ngga nyanyi....”

Ujang langsung naik ke panggung mini, dia tidak menghiraukan Ken yang kaget karena mau ditodong untuk menyanyi dipanggung di resto itu. Ujang lalu bebriisk ke teman-temannya, yang kemudian pada mengangkat tangan ke Ken dari jauh, hanya Ujang saja yang dia kenal, yang lain sepertinya generasi yang baru-baru atau teman band Ujang yang baru.

Sesaat setelah musik berhenti lalu Ujang mengambil mic

“bapak ibu sekalian, kebetulan hari ini diantara undangan yang hadir, ada kawan lama kami yang punya suara emas... dan dengan hormat kami undang dia untuk naik ke panggung agar kita bisa mendengar suara emasnya.... kita sambut dengan tepuk tangan.... brother Kenzie....”

Suara Ujang langsung disambut tepuk tangan yang hadir disitu. Ken bingung melihatnya. Dia tadinya hanya mau datang jemput Hana, malah ditodong suruh menyanyi. Tepuk tangan orang orang seperti teriakan yel-yel agar dia maju.

“hana...laki lu?” tanya Gaby

Hana bengong melihatnya, namun memang kemudian Ken jalan menuju ke panggung.

Melihat Ken berdiri diatas panggung, Hana justru tambah kaget, dia tahunya memang Ken suka menyanyi dan main gitar buat saat teduh di kamarnya, tapi menyanyi di depan banyak orang seperti ini, dia kaget karena menurut dia Ken ini pemalu, katro dan kamseupay.

“selamat malam....selamat Ulang Tahun buat Tante Adel, ibunya Ka Gaby.... panjang umur dan selalu berlimpah berkat....” buka Ken.

“karena diminta oleh teman-teman komunitas dari Bandung, jadi mohon maaf jika suara saya jauh dari kata suara emas seperti yang dibilang oleh Kang Ujang....”

Suara tepuk tangan dari hadirin yang datang kembali membahana memberi Ken semangat. Maklum gaya Ken yang keren membuat perhatian kaum wanita yang hadir sedikit terbetot kearahnya. Ken lalu berdiskusi dengan teman-temannya pengiring musik, lalu...

“saya mau nyanyi lagu dari daerahnya Tante Adel....dari Manado....” langsung disambut suara ramai dan tepuk tangan, banyak yang dari Manado yang hadir malam ini

“so manyasal....”

Wooooooohh...... suara aplause terdengar lagi.

Suara Ken yang memang bagus terdengar, dan membuat riuh yang hadir. Maminya Gaby lalu mengajak suaminya untuk berdansa, dan diikuti oleh beberapa pasang lain yang kebetulan datang dengan pasangannya

Baru bulan desember yang lalu
Torang baku dapa baku sayang
Kiapa musti ngana kiapa musti kita
Yang orang so punya

Jujur hati ini mo bilang pa ngana
Kita so manyasal so manyasal
So manyasal kiapa sayang pa ngana


Potongan lagu itu kemudian disambut meriah bahkan pada ikut menyanyikannya bersama.

“gila...laki lu keren banget suaranya....” ujar Gaby ke Hana.

Jujur Hana surprise mendengar suara Ken, karena baru kali ini dia mendengar suara suaminya itu secara langsung.

Begitu selesai langsung disambut tepuk tangan dari hadirin “ lagi....lagi...lagi....” teriak mereka

Tante Adel lalu naik ke panggung. Dia memeluk dan mencium pipi Ken.

“haduh, sudah ganteng, suara bagus.... pantas Hana klepek klepek....” puji Tante Adel...

“kutunggu dudamu....” teriak salah satu yang hadir.

“hush....” ujar Tante Adel yang kini memegang mic. “ sudah tidak available ini nyong ganteng...” sambil menepuk pundak Ken.

“kita duet yah....” ajak tante Adel, yang memang nampak suka menyanyi

“hana....suami tante pinjam dulu yah....” teriak Tante Adel ke Hana. Hana hanya tersenyum kecut sambil menganggukan kepalanya. Ken bingung, dia tadinya mau menolak lagi tapi sungkan terhadap yang punya acara, akhirnya menganggukan kepalanya.

Pertama lagu Ambon Parcuma mereka nyanyikan, dan memang rata-rata yang hadir yang suka dan tahu lagunya pada ikut menyanyi. Lalu lagu cincin kaweng dinyanyikan berdua lagi, hingga pada goyang masal saat lagi Poco-Poco dinyanyikan. Semua suasana yang hujan dan agak boring langsung berubah begitu Ken naik panggung.

“makasih banyak Ken..” Tante Adel memeluk Ken sambil mengucapkan terima kasih.

Hana memandang dari jauh saat ada beberapa perempuan baik yang sudah berumur, hingga yang masih muda pada meminta berfoto dengan Ken. Dia merasa agak aneh melihatnya, sosok yang dia anggap katro ternyata malam ini agak berbeda, dia seperti menunjukan sisi lain dia yang btidak pernah dilihat oleh Hana.

Teman-teman band juga mengucapkan terima aksih ke Ken.

“banyak fans kayaknya malam ini....” sindir Hana

Ken hanya tersenyum dan konsentrasi menyetir

“cerai pun udah banyak yang nunggu dudanya...” sindir dia lagi

Ken memilih tidak menanggapi sindiran Hana

Mereka saling berdiam diri hingga tiba dirumah

“aku minta uang buat besok...” ujar Hana

Ken kaget, baru semingguan lebih dia transfer 25 juta, kini mau minta uang lagi.

“berapa?”

“10 juta...”

“ngga ada kalau segitu...”

“ngga ada?”

“iya...ngga ada....”

Hana menatapnya dengan agak gusar

“lu yah... jangan gue pikir gue ngga tau omzet lu.... pelit amat jadi orang...”

“kalo 1-2 juta saya transfer, tapi kalua 10 juta saya mohon maaf...”

“eh.... gue buat kebutuhan gue mana cukup segitu yah....”

Ken diam aja.

“ngga mau tahu besok gue perlu segitu...”

“ngga ada aku....”

“lu kemanain emang? Buat persiapan ama bini baru lu nanti?”

Ken gelang-gelang kepala

“omzet memang ada, tapi itu khan harus diputar... saya harus bayar karyawan, belanja bahan, bayar listrik...’

“boong aja lu....”

Mendengar suara Hana agak kasar, Ken memilih tidak meladeninya. Sesampai di rumah pun dia memilih untuk segera naik keatas

“he...mo kemana lu.... gue belum selesai bicara.....”

“mo ngomong apa lagi..??”

“gue minta duit...”

“ngga ada...” tegas Ken

“memang dasar lu... dibantu bokap bukannya balas kebaikan orang.... sama aja lu ama orang tua lu, bantuan bokap aja yang kalian cari....”

Mendengar nyinyiran Hana, kali ini Ken menjadi emosi

Dia menghampiri dan menatap Hana dengan tajam, membuat Hana agak keder dibuatnya

“kurang ajar mulutnya yah.......” Ken menunjuk wajah Hana “ Cuma karena ingat kebaikan Papi...dan karena ibunya Dara....kalo ngga udah lama saya usir kamu dari rumah ini.....”

“ kami memang miskin, tapi ngga pernah kami mengemis ke siapapun, termasuk ke orangtua kamu...”bentaknya lagi.

Ken lalu naik ke kamarnya diatas meninggalkan Hana yang kaget mendapat bentakan Ken kali ini. Baru pertama kali ini ia mendapat hardikan dari Ken, yang selama ini hanya diam meski Hana suka kurang ajar ke dirinya.
 
Terakhir diubah:
CHAPTER XX

Sabar yang ada batas



Makan malam antara Laura dan Irwan malam ini terasa agak pahit bagi mereka berdua

“anak itu memang sangat dekat dengan Ken....” ujar Irwan menceritakan pertemuan dan kunjungan dengan cucunya tadi siang.

“makin lucu, makin cantik.... persis seperti Hana waktu seusianya....” ingatan Irwan seakan kembali ke 30 tahun lalu, saat dia berdua masih ngontrak di kawasan Grogol, rumah sempit namun penuh kebahagiaan saat Irwan baru mulai merintis usahanya ketika itu.

Laura hanya terdiam mendengarnya

“ Hana benar-benar makin tidak tahu diri...” kata Irwan

“kenapa lagi dia Pih...”

“ kemarin Papi kesana dia ngga ada....ngga tau kemana...”

“lagi cari kerja atau cari kesibukan kali...”

Irwan terlihat kesal

“ dibeliin mobil dia sama Ken....”

Laura kaget mendengarnya

“kok bisa?”

“ngga taulah....”

“ken yg cerita?”

“ngga..... Siti yang cerita, baru Ken ngaku....”

Laura menghela nafasnya

“biar aja kali Pih... khan istrinya ini yang dibeliin, bukan perempuan lain....”

“istri???”

Laura terdiam lagi

“istri ngga ada tanggungjawabnya?? Anaknya aja ngga pernah disentuhnya..... giliran ada maunya minta ke Ken....”

“aku ngga ngertilah Pih... dia kan bisa menentukan pilihannya sendiri....biarlah, dia sudah besar ini...”

Irwan terdiam

“setiap bahas Hana kita pasti ribut.....papi selalu nuduh Mami terlalu belain dia....” ucap Laura lagi

Mereka tenggelam dalam pikiran masing-masing, sambil menikmati makanan yang rasanya seperti asin di lidah, karena otak dan pikiran mereka berdua entah terbang kemana.



**************************

Jam 8 malam, hujan lumayan deras Ken nampak memperhatikan anaknya yang sedang tidur lelap di boxnya. Kalau malam dia tidurkan anaknya di box khusus, kecuali siang hari jika sedang dirumah, maka dia suka tidur siang bersama anaknya di ranjangnya dia.

Memperhatikan anaknya memang mengasyikan bagi dirinya, karena melihat polosnya anak yang tanpa dosa itu, membuat rasanya semua lelah hatinya, lelah badan hilang semua. Kecantikan putrinya membuat dia jatuh hati setiap hari. Meski bukan darah dagingnya, tapi anak ini adalah anaknya secara hukum, dan juga perasaannya dia memang sangat terikat dengan Dara.

Tok tok tok

Pintu kamarnya diketok. Ken membuka pintunya, Siti muncul, sambil menyodorkan ponselnya.

“non Hana ....”

Ken kaget, Hana? Ngapain?

“halo...”

“Kok telpon gue ngga diangkat sih dari tadi?”

Ken ingat ponselnya didalam tasnya, jika sudah dirumah dan melihat Dara dia suka lupa dengan yang lain

“di tas ngga kedengaran....”

“ya sudah....jemput gue dong sekarang!”

“jemput??”

“iye....di restorannya Gaby... maminya ulang tahun...”

“ kenapa ngga bawa mobil sih tadi...”

“tadi dijemput Gaby, makanya ngga bawa mobil....”

Ken diam sejenak

“apalagi? Mo nanya kenapa ngga naik grab? Hujan gede, pada ngga mau grab bergerak kesini...”

“ya sudah....”

“buruan...lagian nyokapnya Gaby nanyain lu mulu.... datang ketemu sebentar trus balik...yang rapih jangan norak pakaian lu pas kesini....”

Ken rasanya ingin kasih cabai mulutnya Hana. Namun dia lalu bersiap, dia biar bagaimanapun menghormati Gaby, karena wanita itu sangat ramah dan baik, serta ikut serta membantu upacara pernikahannya dulu.

Celana men strech chino warna coklat tua, dipadu dengan kaos putih lengan panjang bahan polo yang di tarik sampai ke lengan. Sepatu sneaker putihnya dipakai untuk kakinya. Semua mata normal rasanya akan memuji tampang Ken, aslinya dengan kulitnya yang putih, rambutnya yang suka dibiarkan seperti tidak disisir, memang membuat penampilannya selalu modis dan keren.

Herannya justru malah Hana yang sering bilang gayanya katro. Gaya rambutnya yang model messy on top membuat dia terlihat masih seperti anak kuliahan. Badannya yang atletis, rasanya wajar jika Ken banyak disukai lawan jenisnya, meski dia lebih banyak diam dan jarang berbicara. Suara merdunya lebih sering anaknya yang mendengar jika dia bernyanyi di kamar melakukan pujian setiap pagi.

Bermodalkan shareloc dari Hana, dia kemudian tidak lama tiba di restoran milik Gaby. Ulang tahun Maminya lumayan banyak yang hadir, dan hujan sudah mulai reda, Ken juga membawa payung sebagai antisipasi.

Dia lalu mengirimkan whatsapp ke Hana, dia berharap tidak perlu turun dan berbasa basi. Namun Hana memintanya turun. Nyokap Gaby mo ketemu lu, pengen kenal. Demikian Whatsapp Hana ke dirinya.

Ken lalu turun, dan masuk. Dia agak kikuk melihat situasi di dalam yang lumayan ramai. Hana lalu menghampirinya, lalu mengajak untuk bertemu dengan Gaby dan maminya

“selamat ulang tahun Tante....”

“oh makasih.... ini suaminya Hana?”

Ken hanya tersenyum

“ganteng suami kamu, Hana....” puji Maminya Gaby yang dibalas dengan senyum kecutnya.

“makan dulu.....”

“iya Tante....”

Gaby menghampiri juga.

“Ken, makan dulu yah...” ajaknya ke meja prasmanan. “Dara udah tidur?”

“udah...”

Ken lalu sebagai bentuk penghormatannya kepada tuan rumah, dia mengambil piring, lalu memotong puding dan kemudian duduk di salah satu meja kosong, sambil menikmati makanannya, Hana nampak masih bercengkrama dengan teman-temannya. Ada beberapa kelompok juga terbagi di meja masing-masing, ada sebuah band lagi memainkan musiknya, sehingga suara orang bicara dan suara musik saling bersahutan.

“kento...” tiba-tiba pundaknya ditepuk dari belakang

Ken kaget, namanya suka diplesetkan jadi Kento oleh teman-temannya sesama komunitas musik.

“kang Ujang??”

“iya....apa kabar...?”

Mereka saling berangkulan sesaat. Ujang ini merupakan seniornya di komunitas musik di Bandung dulu, dia sering jadi gitaris dan juga main keyboard.

“sama siapa kesini?”

“ini main musik...band kita diundang main disini...”

“oh gitu...”

“lu ama siapa?”

“hmmm.....ama istri...”

“mira?” tabak Ujang, karena memang dari Bandung Ken akrab dengan Mira di komunitas seni mereka.

“bukan....” ken tertawa

“pas lu ada disini.... lu khan suka nyanyi lagu ambon ama manado.... ini yang ulang tahun orang Manado....”

Ken kaget mendengarnya

“ngga Kang ah... teu bisa nyanyi lagi sekarang” tolak Ken secara halus

“alah...ngaco... mana bisa ngga nyanyi....”

Ujang langsung naik ke panggung mini, dia tidak menghiraukan Ken yang kaget karena mau ditodong untuk menyanyi dipanggung di resto itu. Ujang lalu bebriisk ke teman-temannya, yang kemudian pada mengangkat tangan ke Ken dari jauh, hanya Ujang saja yang dia kenal, yang lain sepertinya generasi yang baru-baru atau teman band Ujang yang baru.

Sesaat setelah musik berhenti lalu Ujang mengambil mic

“bapak ibu sekalian, kebetulan hari ini diantara undangan yang hadir, ada kawan lama kami yang punya suara emas... dan dengan hormat kami undang dia untuk naik ke panggung agar kita bisa mendengar suara emasnya.... kita sambut dengan tepuk tangan.... brother Kenzie....”

Suara Ujang langsung disambut tepuk tangan yang hadir disitu. Ken bingung melihatnya. Dia tadinya hanya mau datang jemput Hana, malah ditodong suruh menyanyi. Tepuk tangan orang orang seperti teriakan yel-yel agar dia maju.

“hana...laki lu?” tanya Gaby

Hana bengong melihatnya, namun memang kemudian Ken jalan menuju ke panggung.

Melihat Ken berdiri diatas panggung, Hana justru tambah kaget, dia tahunya memang Ken suka menyanyi dan main gitar buat saat teduh di kamarnya, tapi menyanyi di depan banyak orang seperti ini, dia kaget karena menurut dia Ken ini pemalu, katro dan kamseupay.

“selamat malam....selamat Ulang Tahun buat Tante Adel, ibunya Ka Gaby.... panjang umur dan selalu berlimpah berkat....” buka Ken.

“karena diminta oleh teman-teman komunitas dari Bandung, jadi mohon maaf jika suara saya jauh dari kata suara emas seperti yang dibilang oleh Kang Ujang....”

Suara tepuk tangan dari hadirin yang datang kembali membahana memberi Ken semangat. Maklum gaya Ken yang keren membuat perhatian kaum wanita yang hadir sedikit terbetot kearahnya. Ken lalu berdiskusi dengan teman-temannya pengiring musik, lalu...

“saya mau nyanyi lagu dari daerahnya Tante Adel....dari Manado....” langsung disambut suara ramai dan tepuk tangan, banyak yang dari Manado yang hadir malam ini

“so manyasal....”

Wooooooohh...... suara aplause terdengar lagi.

Suara Ken yang memang bagus terdengar, dan membuat riuh yang hadir. Maminya Gaby lalu mengajak suaminya untuk berdansa, dan diikuti oleh beberapa pasang lain yang kebetulan datang dengan pasangannya

Baru bulan desember yang lalu
Torang baku dapa baku sayang
Kiapa musti ngana kiapa musti kita
Yang orang so punya

Jujur hati ini mo bilang pa ngana
Kita so manyasal so manyasal
So manyasal kiapa sayang pa ngana


Potongan lagu itu kemudian disambut meriah bahkan pada ikut menyanyikannya bersama.

“gila...laki lu keren banget suaranya....” ujar Gaby ke Hana.

Jujur Hana surprise mendengar suara Ken, karena baru kali ini dia mendengar suara suaminya itu secara langsung.

Begitu selesai langsung disambut tepuk tangan dari hadirin “ lagi....lagi...lagi....” teriak mereka

Tante Adel lalu naik ke panggung. Dia memeluk dan mencium pipi Ken.

“haduh, sudah ganteng, suara bagus.... pantas Hana klepek klepek....” puji Tante Adel...

“kutunggu dudamu....” teriak salah satu yang hadir.

“hush....” ujar Tante Adel yang kini memegang mic. “ sudah tidak available ini nyong ganteng...” sambil menepuk pundak Ken.

“kita duet yah....” ajak tante Adel, yang memang nampak suka menyanyi

“hana....suami tante pinjam dulu yah....” teriak Tante Adel ke Hana. Hana hanya tersenyum kecut sambil menganggukan kepalanya. Ken bingung, dia tadinya mau menolak lagi tapi sungkan terhadap yang punya acara, akhirnya menganggukan kepalanya.

Pertama lagu Ambon Parcuma mereka nyanyikan, dan memang rata-rata yang hadir yang suka dan tahu lagunya pada ikut menyanyi. Lalu lagu cincin kaweng dinyanyikan berdua lagi, hingga pada goyang masal saat lagi Poco-Poco dinyanyikan. Semua suasana yang hujan dan agak boring langsung berubah begitu Ken naik panggung.

“makasih banyak Ken..” Tante Adel memeluk Ken sambil mengucapkan terima kasih.

Hana memandang dari jauh saat ada beberapa perempuan baik yang sudah berumur, hingga yang masih muda pada meminta berfoto dengan Ken. Dia merasa agak aneh melihatnya, sosok yang dia anggap katro ternyata malam ini agak berbeda, dia seperti menunjukan sisi lain dia yang btidak pernah dilihat oleh Hana.

Teman-teman band juga mengucapkan terima aksih ke Ken.

“banyak fans kayaknya malam ini....” sindir Hana

Ken hanya tersenyum dan konsentrasi menyetir

“cerai pun udah banyak yang nunggu dudanya...” sindir dia lagi

Ken memilih tidak menanggapi sindiran Hana

Mereka saling berdiam diri hingga tiba dirumah

“aku minta uang buat besok...” ujar Hana

Ken kaget, baru semingguan lebih dia transfer 25 juta, kini mau minta uang lagi.

“berapa?”

“10 juta...”

“ngga ada kalau segitu...”

“ngga ada?”

“iya...ngga ada....”

Hana menatapnya dengan agak gusar

“lu yah... jangan gue pikir gue ngga tau omzet lu.... pelit amat jadi orang...”

“kalo 1-2 juta saya transfer, tapi kalua 10 juta saya mohon maaf...”

“eh.... gue buat kebutuhan gue mana cukup segitu yah....”

Ken diam aja.

“ngga mau tahu besok gue perlu segitu...”

“ngga ada aku....”

“lu kemanain emang? Buat persiapan ama bini baru lu nanti?”

Ken gelang-gelang kepala

“omzet memang ada, tapi itu khan harus diputar... saya harus bayar karyawan, belanja bahan, bayar listrik...’

“boong aja lu....”

Mendengar suara Hana agak kasar, Ken memilih untuk naik keatas

“he...mo kemana lu.... gue belum selesai bicara.....”

“mo ngomong apa lagi..??”

“gue minta duit...”

“ngga ada...” tegas Ken

“memang dasar lu... dibantu bokap bukannya balas kebaikan orang...sama aja lu ama orang tua, bantuan bokap aja yang kalian cari....”

Mendengar nyinyiran Hana, kali ini Ken menjadi emosi

Dia menghampiri dan menatap Hana dengan tajam, membuat Hana agak keder dibuatnya

“kurang ajar mulutnya yah.......” Ken menunjuk wajah Hana “ Cuma karena ingat kebaikan Papi...dan karena ibunya Dara....kalo ngga udah lama saya usir kamu dari rumah ini.....”

“ kami memang miskin, tapi ngga pernah kami mengemis ke siapapun, termasuk ke orangtua kamu...”bentaknya lagi.

Ken lalu naik ke kamarnya diatas meninggalkan Hana yang kaget mendapat bentakan Ken kali ini. Baru pertama kali ini ia mendapat hardikan dari Ken, yang selama ini hanya diam meski Hana suka kurang ajar ke dirinya.
Semakin seruu sodara
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd