Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Tentang Sebuah Rasa

CHAPTER XXXVIII

Fase baru di Tanah Dewata



“silahkan Bu Chairani, pesawatnya boarding jam 08.00, di pintu 1F yah....” petugas ticketing tersenyum dibalik maskernya sambil menyerahkan boarding pass ke tangan Mira. Sambil membalas senyuman petugas itu, dia lalu menerima boarding pass, lalu menarik koper kecilnya yang akan dia bawa masuk ke cabin pesawat.

Dia lalu melangkah dengan gontai menuju ke ruang tunggu. Sosoknya saja yang berjalan dan melangkah, tapi pikirannya entah terbang kemana. Dia seperti masih setengah hati untuk meninggalkan Jakarta dan juga Bogor, namun dia sudah memutuskan untuk pergi dan melepas semua kenangan di jakarta. Luka hati dan juga perih batin dia ingin bungkus dan titip di jakarta saja, karena dia ingin memulai hidup baru di tempat yang baru juga.

Pamannya dia, Om Rama sangat senang akhirnya Mira jadi untuk bergabung dengan usahanya, dia ingin menugaskan Mira untuk handle hotelnya yang di Bali, sehingga dia bisa fokus untuk mengerjakan proyek barunya di Mandalika yang digadang gadang akan segera bangkit jadi kekuatan pariwisata baru menyusul event MotoGP.

“Mama, Papa dan Teteh antar yah.....” ujar Mamanya tadi malam saat dia pamitan dan menitipkan mobilnya.

“ngga usah Ma.....”

“lho? Masa diantar ngga mau?”

Mira hanya tersenyum mendengar ucapan Mamanya. Dia masih tetap menyimpan kekesalan dihatinya karena ucapan Mama yang menusuk hatinya, seolah membenturkan akhidah dengan hubungannya bersama Ken. Bagi dirinya keluarga seakan tidak punya cara berkomunikasi dengan baik dengan dirinya sehingga memakai alasan akhidah untuk memintanya meninggalkan Ken.

Hot coklat dari kedai kopi kecil di terminal 3 dirasanya lumayan enak menghangatkan badannya akibat dinginnya aircon di Terminal 3 yang megah ini. Dia mengitari ruang tunggu itu sesaat, melandainya Covid 19 ini sedikit banyak emmbuat pariwisata di Indonesia kembali bergeliat, dan Bali juga kini konon sudah bersolek kembali menyambut hadirnya turis di tanah mereka.

I have to forget you, Ken......

Tekad Mira dalam hati dan selalu dia ucapkan saat wajah dan bayangan itu hadir dalam pikirannya. Dia tau akan sulitnya melupakan sosok tampan itu. Teman hidup, teman diskusi, teman tidur dan juga teman bercinta yang sudah menjalin hubungan sekian lama, memang sulit untuk dilupakan dengan menjentikan jari dalam bilangan hari.

Bye, Kenzie..... Bye Gauri Adara.....

Both of you always have special place in my heart.... gumannya pelan sambil meneteskan airmata. Nomor Ken sudah dia blokir, meski Ken tidak memblokirnya, dan jahatnya cinta itu adalah, saat ingin melupakan malah dorongan untuk tetap mengenangnya selalu semakin kuat muncul. Semakin dia kuat untuk melupakan, justru dia seperti dibuat tidak berdaya ketika kembali mengecek WA dan foto Ken.

Mira menghela nafasnya dalam dalam.....

Boss nya dan teman-temannya sangat kaget dengan shocking resignation yang diajukan oleh Mira. Memang 4 hari dia sudah tidak masuk kantor dan memilih untuk kerja dari rumah, dan setelah menyelesaikan permasalahannya lewat pertemuan terakhir dengan Ken, dia lalu mengirim email pengunduran diri.

Langkah gontainya kini berjalan pelan dalam antrian menuju pesawat, dan sebelum mematikan ponselnya sesuai dengan anjuran dari pilot, dia lalu mengambil ponselnya dan masuk ke whatsapp aplikasinya, mencari sebuah nomor, dan kemudian mengetik sebuah pesan

Gue ngga pernah memaafkan diri lu, sampai kapanpun. Tapi gue titip Ken untuk lu jaga, kalo lu sia-sia in dia, jangan harap gue akan lepas lagi kelak.



*********************​



Ponsel Hana berbunyi pertanda ada whatsapp yang masuk, dia yang sedang menyiapkan baju untuk suaminya yang akan berangkat kerja lalu membuka ponselnya sehjenak sejenak, dan betapa kaget setelah membaca pesan itu dan tahu siapa pengirimnya

Dia terdiam sejenak dan tidak mampu berpikir....

Memang sudah dia dengar akan rencana Mira untuk keluar kota, temannya yang punya sumber di perusahaan tempat Mira bekerja menyampaikan bahwa Mira sudah resign dan akan keluar kota, dan membaca whatsapp pagi ini membuat dia semakin yakin bahwa inilah jawaban doanya.

Semenjak dia berdebat dan marah dengan Ken seminggu yang lalu, memang dia kemudian tidak mengungkit lagi masalah Mira, dan memilih untuk sabar dan pasrah dengan hubungannya sebagai istri Ken, dia hanya membaca dalam doa dan tetap mendukung dan mencintai suaminya, dia ingin suaminya bisa tersadar bahwa meski awalnya dia bukanlah istri yang baik, dia bisa berubah dan mau terima suaminya, seperti juga suaminya terima dia apa adanya.

Thanks Lord..... ucapnya dalam hatinya..... dia terharu karena bagi dirinya inilah jawaban doa dia selama ini. Dia akhirnya melipat tangannya, menundukan wajahnya dan memejamkan matanya, ucapan syukur dan terima kasih dia panjatkan untuk jawaban doanya hari ini.

Suaminya masuk kamar untuk bersiap mandi

“Dara dibawah?” tanya Hana melihat Ken

“iya...sama Mbak Tina....”

Hana menyodorkan handuk untuk suaminya. Dia lalu mengambil baju kotor milik suaminya untuk dimasukkan ke keranjang baju kotor, dan saat Ken akan masuk ke kamar mandi dengan mengenakan handuk, Hana dengan erat memeluk suaminya dari belakang

“i love you, Pah.....” bisiknya sambil menyandarkan wajahnya ke punggung Ken

Ken terdiam, lalu berusaha memutar wajahnya

“ngga, aku maunya begini.....” bisik Hana sambil mengeratkan pelukannya

Ken hanya terdiam dan membiarkan istrinya memeluknya. Meski agak heran dalam hatinya, namun dia memilih mendiamkan, karena beberapa hari ini dia memang seperti tidak bisa berbuat apa-apa saat untuk mengobati luka hatinya. Dia hanya bisa terdiam dan bingung menentukan sikap, hingga akhirnya Mira justru yang hatrus memilih jalan sendiri.

“bau Mah... aku mandi dulu....”

Hana menganggukan kepalanya.... mengendurkan pelukannya dan tersenyum melihat suaminya

“mandi sekalian yuk....” ajak Ken

Hana tersenyum

“nanti telat ke galeri....” senyuman penuh arti dari Hana

“masalahnya dimana?” tanya Ken balik

Hana tertawa kecil, lalu membuka semua bajunya hingga polos, lalu memeluk Ken dan masuk bersama ke kamar mandi, dia sebenarnya kangen sekali dengan suaminya, karena selama seminggu lebih memang mereka sama-sama gengsi untuk memulai acara ritual nikmat ini, dan baru pagi ini semua itu mencair kembali.



*********************​

Sore hari di kawasan Canggu, Bali



Om Rama sangat senang melihat Mira akhirnya tiba di Bali. Dan sore ini tanpa membuang waktu dia segera mengajak Mira berkeliling ke hotel bintang 3 yang dipercayakan ke management Om Rama untuk kelola

“ ada 82 kamar, dan saat ini hampir setengahnya terisi...”

Mira mengagumi interior dan desain hotel yang kecil namun compact ini.

“posisinya yang dekat pantai dan harganya terjangkau memang jadi daya tarik, nanti kamu sambil lihat dan cek apa yang kurang, lalu kamu bisa atur untuk merubahnya....”

“baik Om...”

“Om percaya, kamu bisa handle ini....” ujar Rama lagi

Sambil berjalan dan mengamati setiap detail hotel, Mira juga diperkenalkan ke semua staff yang ada di hotel saat mereka berpapasan. Dan kemudian mereka berjalan menuju kantor hotel yang berada di belakang resepsionis.

“ini ruangan kamu....” Rama menunjuk ruangan terpisah kecil untuk Mira

“itu ruangannya Owner Reps... ada anaknya pemilik hotel yang ditunjuk untuk mengawasi beberapa unit hotel dan condotel milik mereka, dia suka datang dan ruangannya disitu....” jelas Rama ke Mira sambil menunjuk ruangan di pojokan.

Wanita itu lalu mulai menyibukkan diri untuk memulai harinya. Dia sudah mendapatkan kamar kost untuk dia tinggal, yang dekat dengan hotel. Meski Om Rama mengajaknya tinggal dirumahnya, namun Mira lebih suka kost di dekat hotel, padahal jarak dari Hotel ke rumah Om Rama di Denpasar hanya sekitar 12 km saja.

Rama mengerti dan yang terpenting baginya ialah Mira mau bergabung dan membantunya. Meminta atau menghire orang lain agak beresiko baginya, dan lebih bagus jika menghire keponakan sendiri untuk membantunya, dia lebih nyaman dan dia tahu persis kemampuan Mira. Makanya saat Mira mengiyakan untuk ikut dan pindah ke Bali, Rama sangat antusias sekali.

At least stay away dari Jakarta, akan membuat kerinduan dan hampa hatinya akibat perpisahan ini sedikit banyak terobati.

I have to survive, tekadnya.....

Meski rasa rindu dan kangennya masih menyapa dan singgah, namun dia tetap bertekad dan berupaya menyingkirkan rasa itu.

Gila, baru hitungan jam nyampe di Bali, gue udah kangen berat sama Ken.... seginikah yang namanya mecintai orang? Sebucin inikah diriku? Apalagi saat dia tahu bahwa kota kelahiran Kenzie di Banyuwangi dekat dengan Bali....

Mira menepis semuanya, dia kembali fokus untuk pekerjaannya. Dia berniat pergi untuk melupakan semuanya, maka dia harus mampu melewwati semua. Jarak, waktu dan ketidakhadiran secara fisik pasti akan membuat semua kerinduan dan angan bersama akan terkikis oleh awan waktu.

Mencintai orang kadang membuat kita juga harus siap kehilangan dia, merelakan dia dan mengiyakan meski sakit, untuk dia bisa hidup dengan dekapan orang lain. Mencintai Kenxie mungkin suatu anugerah baginya karena bisa merasakan betapa kuatnya cintanya, apalagi dengan dipisahkan oleh waktu, namun juga mencintai dia jadi bencana untuknya karena harus melawan rasa, naluri, dan rasa rindu yang kerap menguasainya.

Grafik, foto-foto, dan juga semua dokumen tentang hotel kini terpampang di layar komputernya, dia memulai hidup baru dengan suasana kerja yang baru, dan Mira berharap ini akan membawanya ke fase baru yang dia belum tahu seperti apa nantinya, namun dia yakin Allah punya rencana yang indah untuk dirinya.

“selamat sore Bu Chairani” sapa salah satu karyawan dengan logat Bali yang kental

“oh iya....” Mira agak gelagapan karena kepergok selesai melamun

“Bu, ada Pak Indra datang...”

“pak Indra?”

“iya...owner representative kita....”

“oh iya......”

“dia tunggu Ibu di ruangannya...”

“baik makasih....”

Mira lalu mengangkat pantatnya dan segera beranjak ke ruangan owner yang terletak di ujung lantai dasar ini, ditemani oleh staffnya dia.

“sore Pak Indra.....”

Sosok pria tinggi dan masih terlihat muda, berdiri dan menyodorkan tangannya ke Mira

“halo Bu Chairani, saya Indra....” sapanya dengan penuh senyuman

“apa kabar Pak Indra?’

“semoga betah dan sukses disini...selamat bergabung”

Dia menggoyangkan tangan Mira

“panggil saya Indra aja....kayaknya kita juga sepantaran....” ujarnya lagi

“panggil saya Mira juga Pak.....”

Senyuman Mira tersungging tipis

“ lama di EO yah..... saya juga kuliahnya di Jakarta dulu, di Trisakti, sebelum lanjut ke Singapore”

“oh iya Pak.....”

“semangat yah.... pariwisata Bali sudah mulai buka, semoga ditangan Mira, hotel ini bisa sukses dan laku di mata pelanggan...”

“insyaallah Pak....”

“tuh kan, masih aja panggil Pak.....”

Mira tertawa berderai, setidaknya dia punya teman sepantaran lah sebagai partner di sini.

“i will see you around....” ujar Indra

“thanks..... mohon dibantu untuk bisa segera adaptasi.....”

“siap...jangan segan contact saya....”

Mira lalu berlalu dan kembali ke ruangannya, dia bertekad untuk bisa segera move on dengan semua masa lalu dan kehidupan cintanya yang masih jadi belenggu, dan dia berharap dengan kesibukan dan kerjaannya, dia bisa lalui semua dan melupakan sosok Kenzie dari hatinya, dan dari hidupnya.

Awan beriringan mulai bergerak diatas langit, mengiringi turunnya sang pemilik hari ke cakrawala untuk menghadirkan syahdunya malam, dan berputarnya waktu pun siklusnya terus berpacu tanpa mempedulikan kisah hidup manusia yang mengisi hari, rembulan dan matahari tetap saling berganti tanpa berjanji, menyisahkan cerita yang bisa saja bahagia, dan bisa juga sedih bagi setiap insan di muka bumi.....

Ping

Hi Mira, ini no aku yah. Indra


Mira tersenyum sesaat, lalu

Ok noted. Will keep you in touch
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd