Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Tentang Sebuah Rasa

Melihat scenario sprti ini,maka saya prediksikan di part lanjutan akan ada adegan yang "nyesek" pake banget. Dan adegan nyesek itu dialami oleh Ken.
Tapi,balik lg ke karakter Ken yg penyabar, sehingga membuat thread ini kemungkinan akan Happy Ending.
Perkiraanku begitu.
Btw,thanks buat updatenya suhu @Elkintong
 
Kemampuan membuat Cerita (sastra) itu bisa dipelajari Suhu..

Tapi kemampuan ente itu sepertinya GIFT/ANUGERAH menurut gw sih..

Soale kemampuan lu buat cerita diatas rata-rata bro..!
(banyak member semprot yg jadi marah2 kesel...atau yang mewek kayak gw muka rambo hati Rinto...hahaha).

Anggap aja lu buat cerita di Semprot ntu ibarat SEDEKAH buat para fakir cerita disini..

Gw doain lu selalu sehat dan lancar kerjaannya...ADA AMIN ???!!!


(Gw salah satu penggemar lu)
 
CHAPTER XVI

Kacaunya sebuah Rumah


Jam 5 subuh, mobilnya masuk ke parkiran di rumahnya. Rumah dengan lebar 8 meter itu memang halaman depan hanya disisakan 2 meter untuk ruang hijau, sehingga motor dan 2 mobil bisa parkir didepan rumah.

Dia lalu menempelkan jari jempolnya ke scanner pintu, begitu pintu terbuka dia langsung masuk ke kamarnya yang terletak di bagian belakang di samping ruang keluarga. Dia samar-ssamar mendengar suara gitar dan nyanyian dari kamar atas. Jam segini memang Ken suka bangun dan melakukan doa pagi dan penyembahan, dia menggunakan gitarnya.

Hana dengan cueknya masuk ke kamarnya, membuka bajunya, menganti dengan baju tidur, melapa wajahnya, sikat gigi dan cuci kaki lalu langsung naik ke tempat tidur meneruskan tidurnya. Dia lumayan lelah setelah dari kantor langsung ke apartemen Angga, dari dari tadi jam 6 lewat, hingga subuh dia dihajar sampai 4 kali oleh Angga.

Setelah lama tidak merasakan nikmatnya bercinta, kali ini dia lumayan keteteran menghadapi nafsu besar Angga, dia tersenyum saat melihat cupang di dadanya. Nakal yah, pikir Hana. Toh Ken juga tidak pernah mengurusi dirinya, jadi dia pun santai saja.

Entah kenapa dia merasa nyaman dengan situasi ini. Tidak disibukkan dengan anaknya, tidak diomeli oleh ayahnya, dan dia bisa bebas bertemu dengan Angga. Sempat terpikir untuk menyelesaikan semua ini, dan bisa memulai hidup baru lagi. Namun status anaknya harus diperjelas dulu, karena setahu dia, jika masih bayi maka tanggungan akan dibebankan ke ibunya. Ini yang dia keberatan, karena dia ingin bebas dan tidak ingin disibukkan oleh menjaga anak.



********************

Ken bukannya tidak tahu Hana pulang jam segitu, karena jam 4 pagi saat dia terbangun sempat mengecek CCTV dari ruang kerja disamping kamarnya, dan memang mobil Hana belum ada, dan pagi ini saat dia selesai doa pagi, dia lihat sudah terparkir di samping mobilnya, artinya Hana baru saja pulang.

Dia tidak perduli dengan Hana, baginya Hana hanya sekedar menumpang di rumahnya. Malah jika bisa dia ingin segera menyelesaikan pernikahan ini. Meski jujur Ken sebenarnya ingin ada komunikasi yang baik diantara mereka berdua, apalagi jika membahas masalah anak, dia ingin dibahas secara baik-baik.

Yang pasti sudah bulat di hati Ken, jika pernikahan mereka bubar, hak asuh anak harus ditangannya.

Sejak lahir hingga sekarang sudah mau berjalan 4 bulan, Dara selalu ada disampingnya dia. Bagi Ken Dara adalah anaknya. Anak yang lahir dari pernikahan yang sah, dan dia tidak ingin dipisahkan dengan Dara, Hana mau cerai lebih bagus, tapi anak harus di Ken. Dia tidak mampu berpikir jika harus dipisahkan dengan putri kecilnya itu.

Menjadi rutinitas baginya siap pagi, memandang putrinya yang sedang terlelap, menyanyikan lagi pujian dipagi hari, sambil menunggu anaknya bangun, membuatkan susu, menggendongnya lalu memandikannya. Setiap pagi adalah jatahnya dia memandikan anaknya, memasangkan pampernya, dan menyiapkan susunya.

Jika kerjaannya sedikit lowong maka anaknya akan dia ajak ke galeri. Ruangannya di lantai 2 Galleri juga disiapkan box tempat tidur buat Dara. Hidup Ken memang banyak berubah semenjak hadirnya Dara, dan selain memicu semangat kerjanya, Dara juga membuat hari-harinya berwarna. Lelah dari workshop, langsung hilang saat pulang melihat wajah anaknya ini.
 
CHAPTER XVII

I want to divorce



2 bulan berlalu....

Dus besar diturunkan dari mobil oleh sopirnya Irwan, berdua satpam didepan menggotong dus besar dan diletakan di ruang keluarga, dekat aquarium. Irwan dan Laura yang sedang duduk di ruang keluarga kebetulan hari Sabtu, heran melihatnya.

“apa tuh?”

“ngga tau Pak, punyanya Non Gina”

Gina anak bontotnya lagi berlibur di Jakarta, dan minggu depan akan segera kembali ke Tokyo, tapi melihat belanjaannya sebesar dus itu membuat orangtuanya heran apa isinya. Gina lalu masuk, menyapa Papi dan Maminya.

“apa tuh, Gina...” Tanya Laura

“ kerajinan kayu...”

“beli dimana?”

“di galerinya Mas Ken...”

Dia meletakan lampu hias dari kayu diatas meja

“dari sana?” Tanya Irwan

“iya...”

“ada Kaka?”

“ngga ada....”

“lho? Bukannya sabtu libur?”

“ngga tau...pergi dari pagi katanya Mbak Siti” ujar Gina sambil merapihkan lampunya

“Ken?”

“mas Ken di galerinya, dari rumah kita ke galeri, pas aku nyampe Dara baru abis mandi mau ke Galeri nyusul papanya”

Irwan menatap ke Laura sebentar

“ih...lucu banget tau Pih.... gede banget badannya sekarang, 8.5 kg” celoteh Gina tentang Dara

“kakinya udah bisa nendang2..mulai muterin badan.....ngoceh mulu....”

“ Ngoceh apa...’ senyum Irwan

“ngga ngerti...bahasa bayinya dia.....”

Gina membuka ponselnya dan menunjukan foto-foto Dara dan dirinya yang sedang menggendong keponakannya.

“pengen aku bawah aja tuh anak....”

“kenapa ngga dibawa?” tanya Irwan lagi

“ngga boleh ama Mas Ken....”

Laura terdiam

“trus dibawa ke galeri ngga apa-apa tuh anak?”

“ngga, diruangan atas ada ruangannya Mas Ken, ada box nya Dara juga disitu, jadi kalau datang ke galeri dia disitu”

Irwan menganggukan kepalanya

“jadi sampai pulang ngga ketemu Hana?”

“ngga...aku telpon juga ngga diangkat”

Laura kembali terdiam

“ itu apa?” tanya Laura

“itu sebagian pesanan teman, tadi aku khan update status di wa, eh pada pesan nitip mereka.... jadi itu semua banyak pesanan mereka...” urai Gina

“ramai banget tau Pih....hari sabtu kali... banyak yang datang, trus Mas Ken juga lagi sibuk dibelakang katanya banyak pesanan....”

Gina lalu menyodorkan minuman ke mereka berdua

“ini alpukat smoothies buat Mami.... ini Black coffee, kopi Gayo....”

“ini beli dimana?”

“di cafe di galeri....”

Gina lalu merapihkan barang-barangnya.

“Hana ngga angkat telpon kamu Ci?”

“ngga Mi...”

“kemana dia yah....”

“ngga tau...dari pagi katanya....”

Irwan mencoba kopi yang dibawa oleh Gina

“enak Ci.... “

“iyo Pi... lumayan ramai lho...”

“ketemu ama Ken tadi...”

“ketemu... ngobrol lama sempat jalan lihat ke workshopnya dibelakang... pas Dara tidur...”

Irwan tercenung

“ nanti kita berdua mami mau nengok Dara juga...”

“ih iya Mi....lucu banget...digendong dia tahu kalo tantenya, ngga nangis malah ngoceh2 ngga jelas...”

Gina tertawa menceritakan Dara

“ntar sebelum berangkat aku mau kesana lagi...”



********************


Irwan mendengar cerita dari Gina, tidak tinggal diam. Dia menugaskan salah satu anak buahnya yang sering dia perintahkan untuk jadi detektif, untuk mencari tahu kemana perginya Hana. Dia juga mengecek langsung ke HRDnya, dan laporan dari mereka memang Hana selalu siang datangnya, malah sering tidak datang juga.

Dia menelpon Siti pembantunya yang diperbantukan di rumah Ken, dan dia mendapati laporan yang membuat dia naik tensinya, Hana selalu berangkat kantor setiap hari, dan pulangnya tidak tentu. Meski Siti berusaha menutupinya, namun ancaman Irwan untuk mengecek CCTV di rumah membuat Siti keder juga, dan dia bilang bahwa Hana pulang tidak tentu, karena jam 8 atau jam 9 malam dia naik ke kamarnya di lantai 3, jarang Hana ketemu dia.

Dan betul saja laporan anak buahnya, jika anak sulungnya ini bertemu dengan teman-temannya, lalu dijemput seorang pria. Dan foto yang ditunjukin anak buahnya membuat dia mendidih darahnya. Anaknya ternyata masih menjalin hubungan dengan Airlangga.

Suara Hana tertawa di lantai dua terdengar sampai dibawah, Irwan dengan sedang duduk menyelesaikan salad buahnya, Laura duduk tepat dihadapannya sambil membukia ponselnya, dan tidak lama Hana turun dari kamar adiknya

“pi, mami....pamit yah...” ujar Hana

“mau kemana?’ tanya Irwan

“pulang pi....”

Irwan tidak menjawab tapi menatap Hana dengan tajam

“pulang kemana?”

“kerumah lah....” jawab Hana

Dia agak heran melihat papinya, karena semenjak dia pindah dengan Ken, hampir tidak pernah lagi Papinya marah, atau bertanya seaneh ini lagi.

“kenapa Pi...” tanya dia seolah tanpa dosa

Papi hanya menggelengkan kepalanya

“kamu itu yah..... ngga pernah mikir tentang anak kamu yah....”

Hana mengernyitkan dahinya

“mikir kok....”

“mikir dari mana.... kamu papi yakin kalau papi tanya berat anak kamu aja kamu ngga tau....”

Hana agak tersudut.

“yah yang penting khan dia sehat.....”

“sehatlah, wong Ken yang urusin semua....”

Hana langsung pahit mukanya, pasti nih bocah yang ngadu ke papinya

“papi percaya aja omongan dia.... anak papi siapa sih...aku atau dia....”

Irwan menatapnya dengan muka marah, sedangkan Laura seperti biasa hanya diam

“kamu pikir kamu bisa bohongin papi dibelakang papi? Ngga mikir memang kamu....”

Dia benar-benar kecewa dengan anaknya

“udah Pi...jangan marah melulu...baru juga Hana kerumah lagi udfah papi omelin.” bujuk Laura

Irwan terdiam sebentar

“papi sangat kecewa sekali dengan kamu, Hana....” sambil menggelengkan kepalanya dia dia mengetuk sendok gula ke gelasnya

“aku ngga ngerti maksud Papi...yg jelas aku disuruh tinggal disana aku ikut....”

“yah...kamu ikut dan kamu manfaatkan cueknya suami kamu untuk seenaknya....” potong Irwan

“khan namanya juga formalitas nikahnya.....”

Irwan menatap Hana lagi

“iya formalitas, tapi anak kamu dia yang rawat dan jagain, kamu malah hampir tidak pernah lihat anak kamu sendiri....”

“itu kemauan dia.... bukan aku paksa...”

Irwan menarik nafanya panjang

“ aku juga ingin segera selesai kok....” ujar Hana

“iya biar kamu bebas bisa jalan ama bajingan itu khan....”

Hana agak kaget mendengarnya, lalu di berkata

“Iya...kami berencana mau menikah....”

Irwan dan Laura kaget mendengarnya

“Menikah? Setelah dia mempermalukan keluarga kita trus dia mau tebus dosa menikah dengan kamu?”

Hana terdiam sesaat

“ Angga sudah berubah..... makanya kita mau komit bersama lagi....”

“ ckckckckck..... papi ngga pernah percaya ama omong kosong dia.... seandainya dia memang niat mau nikahin kamu, dari awal kejadian ini dia sudah akan menikah dengan kamu.....”

Hana berusaha meyakinkan

“kali ini dia serius...kami juga demikian....”

Irwan benar-benar kehabisan kata....

“coba Mi kamu bicara ama anakmu...bingung gue....”

Laura yang sejak tadi diam lalu angkat bicara

“ serius gimana maksud kamu?”

“ya kita mau jalan lagi berdua....”

“hana...kamu ngga ingat bagaimana keluarga kita dibuat malu sama dia dan orangtuanya? Kita mau nemuin saja disuruh tunggu diruang reseptionis kayak mau minta sumbangan.... trus kamu mau bilang kalau mereka sudah berubah?”

“kami sudah bicara.... Angga siap untuk tebus semua kesalahannya....’

Irwan kecewa sekali dengan jawaban Hana. Dia bagaikan diberikan pukulan yang beruntun oleh anaknya ini, mulai dari laporan Gina, lalu Siti hingga anak buahnya yang melaporkan pertemua Hana dengan Airlangga, benar-benar memukul hatinya.

“tebus kesalahan? Anak ngga ada tanggungjawabnya begitu?”

“papi kenapa sih selalu meremehkan orang?? Ken juga kalo bukan karena bantuan papi ngga akan seperti sekarang....”

“ken itu tanggungjawabnya ada....”

“oh iya...anak kesayangan pasti dibela...’

“ Kamu memang keterlaluan Hana...”

“papi yang kerlaluan....aku ngga pernah papi anggap anak...’

“ckckckck.... kerang ajar mulut kamu yah....”

Irwan memerah wajahnya

“udah Pih.....Hana juga kamu yang sopan dong bicara ama orang tua...”

“papi keterlaluan selalu belain Ken....”

Airmata kini turun dari mata Hana, dia emosi dengan teguran Irwan dan Hana

“selama ini aku selalu dianggap pembuat masalah.... selalu dianggap salah... bahkan untuk menentukan jalan aku sendiri aja aku ngga boleh.... “ suara Hana kencang kini. Gina yang dikamar sampai keluar dari kamarnya

“kapan sih Papi belain aku? Bangga ama aku? Aku gini2 Master aku juga selesai.... bukan hanya s1 lulusan lokal....tapi tetap saja ngga benar dimata Papi.....”

Emosinya kini bergejolak....

“kalau aku dianggap Cuma beban....oke...no problem.... ngga masalah buat aku.... yang pasti aku akan tetap cerai dari anak kesayangan papi.... aku mundur dari Hagia Shipping....” tegas Hana

Irwan hanya menggelengkan kepala melihat kemarahan anaknya. Dia yang salah malah ngamuk-ngamuk tidak jelas, pikir Irwan

“nih...mobil pemberian Papi juga aku balikin....ngga akan aku pakai fasilitas dari papi lagi.” dia melempar kunci kontak RangeRovernya ke meja makan

“permisi...”

Hana segera keluar dari ruangan makan itu menuju keluar rumah sambil bercucuran airmata.

Meninggalkan Irwan dan Laura yang hanya bisa terdiam, dan juga pandangan Gina yang serba salah dan bingung dari tangga, melihat pertengkaran kakaknya dengan orangtuanya.

“papi sih...terlalu keras ke Hana....’

Irwan menghela nafasnya

“ dia sudah buat kita semua malu Mi....ngga tau apa yang di otaknya dia...”

“dia mau cerai dari Ken dan segera akhiri pernikahan mereka....”

“trus? Mau nikah ama Airlangga?”

“mungkin kali....sudah ada pembicaraan mereka.....”

Irwan mengelengkan kepalanya

“aku sih ngga begitu concern masalah perceraian dia ama Ken, meski pasti gereja akan larang.... tapi bukan itu konsen aku.... ini anak yang kerjanya hanya ngabisin uang lalu menikahi anak kita? Anaknya aja ngga diurusin, ngga mau dia tanggungjawab...lalu kita disuruh percaya dengan omongan laki-laki pengecut macam dia?”

Laura terdiam mendengarnya, dia seperti yang sudah-sudah selalu dilema jika mulai berbicara masalah ini. Disatu sisi suaminya, disatu sisi anaknya. Dua-duanya keras kepala dan merasa benar semuanya.


*********************

Sambil bercucuran airmata, Hana menelpon Airlangga melaporkan kejadian ribut dengan Papinya. Dia naik taksi online untuk pulang kerumah Ken. Tadinya dia ingin ke tempat Angga, tapi karena Angga lagi kawasan Kelapa Gading, dan mereka memang tidak ada janjian bertemu hari ini, jadi dia memutuskan ke rumah Ken.

“let we talk about it tomorrow, Honey....” usul Angga

“Ok babe...I love you..”

“love you, too ....”

Hana juga menelpon Gaby sahabat baiknya yang kaget mendengar Hana begitu emosinya sampai bilang mundur dari perusahaan dan mengembalikan mobilnya ke orangtuanya

“konyol banget sih lu...” ujar Gaby

“biarin aja...kesel gue....”

“jadi rencana lu?”

“yah, gue mo bicara ama Angga, dan mau urus segera perceraian gue....”

“anak mau lu bawa...?”

Hana agak terdiam

“ngga tau gue.... lihat nanti lah....”

Berbicara masalah Dara membuat Hana juga bingung, jangankan bawa anak itu, merawatnya dirumah saja dia nyaris tidak pernah, menggendongnya saja dia nyaris tidak pernah, belum ada kepikiran di kepalanya dia untuk masalah anaknya. Dia hanya ingin segera mengakhiri pernikahan bohongannya ini.

“nanti juga gede akan cari kita orangtua kandungnya” ujar Angga enteng waktu itu.

“mana bisa kalahin tarikan darah?”

Secara tidak langsung Angga keberatan jika dia bawa Dara. alasannya selain karena kesibukan mereka berdua, belum ingin ada gangguan dalam bentuk apapun bagi hubungan mereka, dana ank dianggap salah satunya, karena pasti nanti jika sudah besar anak akan cari orangtua kandungnya, atau jika mereka sudah siap punya anak akan mereka ambil anak itu, dan bagi mereka tarikan darah pasti akan sangat kuat hubungan emosionalnya, pasti anak akan cari bapak dan mama kandungnya, demikian analogi Angga.

Jam 8 malam lewat 5 Hana tiba dirumah

“mbak Siti....”

Siti kaget majikannya pulang ‘sepagi’ ini

“ya Non...”

“panggil Ken diatas....bilang gue mo bicara ama dia...”

“iya Non...”

“buruan.....”

Dia lalu mengambil air minum aqua botol dari dalam kulkas, emosi dan marahnya membuat dia haus ternyata.

“bentar lagi turun Non....” ujar Siti

“yah sudah.... naik lu keatas...ntar kalo gue perlu gue panggil...”

“iya Non....” siti segera naik menyingkir, dia tahu persis kelakuan serta mulut majikannya itu, makanya dengan cepat dia naik keatas.

Ken yang masih agak lama turun diterikin dari void

“woi... lu dipanggil juga lama banget turunnya....”

Tidak lama kemudian turunlah Ken dari kamarnya. Dan dua pembantu yang lantai 3 memasang kuping, karena ruang makan dan dapur jika dibuka pintu kacanya pasti terdengar suara dari bawah hingga ke lantai 3.

Ken lalu turun dari tangga, dan mendekati Hana yang sedang berdiri di dekat meja makan. Ken menarik kursi meja makan, lalu duduk

“ada apa.....?” tanya Ken pelan

“lu ngomong apa ke Papi?”

Ken kaget, dia sudah lama tidak bicara dengan Irwan

“Ngomong apa?”

“ih, pura-pura bego lagi lu....”

Ken diam dan bingung

“lu ngadu khan gue sering pulang malam...???”

Ken menghebuskan nafas panjangnya

“tanya aja ke papi apa iya saya bicara begitu?”

“ngga akan ngaku lah lu....” sengatnya lagi

Ken garuk kepala

“itu aja yang mau diomongin?’

“mo kabur lu?”

“ngga....saya nanya mau nanya itu aja?”

“banyak....ada lagi yang mau gue omongin....”

Ken sebenarnya empet dan malas bicara dengan Hana

“bicaralah...”

“gue mau cerai.....”

Ken kali ini kaget, dia tidak menyangka akan secepat ini. Tapi dia mencoba tenang

“udah dipikirin?’ tanya dia lembut

Hana tertawa dalam hati, ngga mau cerai dari gue lu? Tanya dia dalam hati

“kenapa? Berat lu cerai dari gue? Ilang bantuan dari bokap jika cerai dari gue?”

Ken tertawa kecil

“silahkan tanya ke Papi jika ada bantuan gratis ke saya, kecuali saat saya kuliah....”

“ya sudah dong.... ngapain suruh gue mikir lagi?” cecar Hana

Ken terdiam sesaat, lalu

“boleh saja.... tapi dengan satu syarat....”

Hana kaget, mau cerai masih pakai-pakai syarat juga

“apa mau lu?”

Ken diam sesaat

“ Dara ikut saya.....” jawabnya pelan.

Mendengar syarat itu Hana tertawa dalam hati. Emang itu juga mau gue untuk saat ini, nanti kalau gue udah siap akan gue ambil anak gue kelak.

“dia bukan anak lu..... semua juga tahu....”

“secara hukum dia anak saya...”

“oke....ngga apa2... silahkan untuk saat ini Dara ikut lu.... nanti juga dia kan cari mamanya kok....” jawab Hana santai.

Mendengar kata-kata Hana, Ken menarik nafas lega. Kekuatirannya dan ketakutannya selama ini ternyata tidak terbukti. Hana dan pasti kekasihnya juga tidak menginginkan Dara, sedangkan bagi dia Dara adalah segalanya, yang ngga akan dia tinggalkan dan akan dia perjuangkan sampai dimanapun.

“baik jika gitu...”

“oke... awas lu jika berubah pikiran.....”

Ken hanya terseyum

“segera gue tunjuk kuasa hukum gue untuk urus masalah ini..... muak gue sama kalian....” sembur Hana lagi

Ken kembali tertawa kecil, dan sebelum dia naik keatas, dia sambil berdri dari kursinya lalu bicara ke Hana “ saya juga males, jadi silahkan segera diurus, saya tunggu....”

“halah... males tapi lu nikmati juga pernikahan ini khan? Bisa berduit juga karena nikahin gue....” cerocos Hana lagi

Ken hanya tersenyum, dia segera naik ke atas tanpa bicara lagi. Dia merasa sangat lega akhirnya, ketakutan dia jika Hana minta selesai ternyat tidak demikian, malah dia dengan senang hati menyerahkan anak asuh ke tangannya dia.

Dia tidak sabar untuk segera menuntaskan pernikahan settingan ini.
 
CHAPTER XVI

Kacaunya sebuah Rumah


Jam 5 subuh, mobilnya masuk ke parkiran di rumahnya. Rumah dengan lebar 8 meter itu memang halaman depan hanya disisakan 2 meter untuk ruang hijau, sehingga motor dan 2 mobil bisa parkir didepan rumah.

Dia lalu menempelkan jari jempolnya ke scanner pintu, begitu pintu terbuka dia langsung masuk ke kamarnya yang terletak di bagian belakang di samping ruang keluarga. Dia samar-ssamar mendengar suara gitar dan nyanyian dari kamar atas. Jam segini memang Ken suka bangun dan melakukan doa pagi dan penyembahan, dia menggunakan gitarnya.

Hana dengan cueknya masuk ke kamarnya, membuka bajunya, menganti dengan baju tidur, melapa wajahnya, sikat gigi dan cuci kaki lalu langsung naik ke tempat tidur meneruskan tidurnya. Dia lumayan lelah setelah dari kantor langsung ke apartemen Angga, dari dari tadi jam 6 lewat, hingga subuh dia dihajar sampai 4 kali oleh Angga.

Setelah lama tidak merasakan nikmatnya bercinta, kali ini dia lumayan keteteran menghadapi nafsu besar Angga, dia tersenyum saat melihat cupang di dadanya. Nakal yah, pikir Hana. Toh Ken juga tidak pernah mengurusi dirinya, jadi dia pun santai saja.

Entah kenapa dia merasa nyaman dengan situasi ini. Tidak disibukkan dengan anaknya, tidak diomeli oleh ayahnya, dan dia bisa bebas bertemu dengan Angga. Sempat terpikir untuk menyelesaikan semua ini, dan bisa memulai hidup baru lagi. Namun status anaknya harus diperjelas dulu, karena setahu dia, jika masih bayi maka tanggungan akan dibebankan ke ibunya. Ini yang dia keberatan, karena dia ingin bebas dan tidak ingin disibukkan oleh menjaga anak.



********************

Ken bukannya tidak tahu Hana pulang jam segitu, karena jam 4 pagi saat dia terbangun sempat mengecek CCTV dari ruang kerja disamping kamarnya, dan memang mobil Hana belum ada, dan pagi ini saat dia selesai doa pagi, dia lihat sudah terparkir di samping mobilnya, artinya Hana baru saja pulang.

Dia tidak perduli dengan Hana, baginya Hana hanya sekedar menumpang di rumahnya. Malah jika bisa dia ingin segera menyelesaikan pernikahan ini. Meski jujur Ken sebenarnya ingin ada komunikasi yang baik diantara mereka berdua, apalagi jika membahas masalah anak, dia ingin dibahas secara baik-baik.

Yang pasti sudah bulat di hati Ken, jika pernikahan mereka bubar, hak asuh anak harus ditangannya.

Sejak lahir hingga sekarang sudah mau berjalan 4 bulan, Dara selalu ada disampingnya dia. Bagi Ken Dara adalah anaknya. Anak yang lahir dari pernikahan yang sah, dan dia tidak ingin dipisahkan dengan Dara, Hana mau cerai lebih bagus, tapi anak harus di Ken. Dia tidak mampu berpikir jika harus dipisahkan dengan putri kecilnya itu.

Menjadi rutinitas baginya siap pagi, memandang putrinya yang sedang terlelap, menyanyikan lagi pujian dipagi hari, sambil menunggu anaknya bangun, membuatkan susu, menggendongnya lalu memandikannya. Setiap pagi adalah jatahnya dia memandikan anaknya, memasangkan pampernya, dan menyiapkan susunya.

Jika kerjaannya sedikit lowong maka anaknya akan dia ajak ke galeri. Ruangannya di lantai 2 Galleri juga disiapkan box tempat tidur buat Dara. Hidup Ken memang banyak berubah semenjak hadirnya Dara, dan selain memicu semangat kerjanya, Dara juga membuat hari-harinya berwarna. Lelah dari workshop, langsung hilang saat pulang melihat wajah anaknya ini.
Ken hrs jd laki2 sejati dong....hana hrs dpt akibatx...smoga cinta sejati ken bukan hana. Klo hana, sepx payah nih
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd