Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Tentang Sebuah Rasa

CHAPTER XXXIII

Mengetes Ombak



Rumah tangga Ken dan Hana kini berjalan normal dan lancar seperti biasa, mereka kini sudah sekamar berdua atau bertiga dengan Dara karena anaknya sementara tidur dengan mereka berdua diatas, kecuali siang hari dia akan di kamarnya sendiri.

Semua baju-baju dan perlengkapannya yang dikamar tamu sudah dipindahkan ke atas dan kini dia berbagi wardrobe dengan suaminya. Ruang kerja suaminya juga dirombak oleh Ken, agar mengakomodir meja dan kursi buat Hana, karena dia juga sehari-harinya ikut sibuk dengan bisnis Gauri Coffeenya.

Mereka berdua kini sinergi dalam hal bisnis, semua set up onlinenya kini dipercepat, dan Ken juga mempersilahkan Hana jika ingin masuk dan mengecek atau membantu Galerinya. Dan pada dasarnya Hana memang cepat beradaptasi sehingga dia bisa ikut membantu dan juga memberi saran untuk usaha suaminya ini.

Keuangan juga kini semua dipercayakan ke Hana untuk pengelolaannya. Mulai dari pembayaran bahan baku, gaji karyawan, pembayaran share dengan sesama pemegang saham, hingga belanja di kantor dan rumah semua dihandle oleh Hana. Ken hanya mendapat jatah untuk biaya hariannya saja.

Ini membuat Hana sangat bahagia, dia benar-benar sudah menjadi istri yang utuh bagi Ken. Dan dia menjaga semua itu dengan baik, sesuai dengan janjinya dia ingin Ken benar-benar menganggap dia sebagai istri bukan hanya istri pajangan atau sekedar menjaga agar Dara tidak diambil olehnya.

Dia juga kini memasang kontrasepsi, karena Ken ingin Dara berusia 1,5 – 2 tahun baru mereka planning lagi jika ingin punya anak. Hana juga setuju, meski dia ingin segera memberi anak dari buah cinta dia dengan Ken, namun demi Dara, dia ikut apa yang menjadi keinginan Ken juga.

Satu hal yang masih mengganjal ialah masalah Mira. Dari pertemuan terakhir itu memang Ken tidak bertanya kepadanya, tapi feeling dia Ken pasti tahu, hanya tidak ingin membahas itu dengan dirinya, mungkin dia tidak enak, atau dia takut kalau dia ketahuan juga punya pacar dibalik pernikahan ini. Dan meski Hana tidak bertanya, tapi tetap saja dia membathin dalam hatinya, dia bisa merasakan bahwa Ken masih berhubungan dengan Mira.

Dia pernah melakukan itu, maka dia pun bisa merasakan dimana saat suaminya jujur, dimana saat suaminya bohong. Tapi Hana memiliki alasan kenapa dia tidak ingin meributkan itu. Selain dia menjaga rumah tangganya, dia ingin Ken tahu bahwa dia mencintainya dengan tulus dan tanpa ada sisa hati untuk yang lain.

Hana lalu berdiskusi dengan guru rohaninya, Tante Sarah. Dan tante Sarah menyarankan untuk tetap mendoakan, berpikir positif terhadap suami, serta selalu pantau dan lihat apa kebutuhan suaminya. Jika muncul bukti di depan mata, bicarakan baik-baik, dan jangan lupa untuk libatkan Tuhan, karena kekuatan doa akan sangat dahsyat kuasanya, demikian saran Tante Sarah ke Hana.

Sering sakit dan pahit dia rasakan, namun dia selalu berbesar hati, selain menganggap ini hukuman untuk dirinya akibat kesalahan masa lalunya, dia juga sadar bahwa hubungan suaminya dengan Mira ini sudah berlangsung lama, dan tidak akan gampang main dihadang dengan dalih dia sudah menjadi istri sahnya, dia masih berpikir panjang akan efek balik ke dirinya kelak.

Hana sadar, dirinya bukan hanya sudah menjadi istri dan ibu bagi suami dan anaknya, dia sudah jatuh cinta yang luar biasa dengan suaminya, dan dia tidak ingin cintanya ini hancur oleh karena orang ketiga yang malah jadi pembenaran karena dia salah strategi dalam pertarungan kali ini menghadapi wanita itu.

Karena dari pertemuan terakhir terlihat sekali jika dia seperti menantang Hana untuk bertarung, dan dia tidak ingin terlibat disitu.



********************



Siang itu Hana sedang di ruangan kerjanya. Lebar lahan selebar 8 meter itu memang dimaksimalkan oleh Ken, sehingga bagian depan lantai dua terbagi 2 untuk kamar yang dilengkapi kamar mandi dan walk in closet, serta disampingnya ada ruang kerja berukuran 2,5 m x 4 meter, yang kini dilengkapi dua meja kerja karena Hana juga disediakan tempat untuk kerja dari rumah disitu.

Dara seperti biasa siang ini sedang tidur di kamarnya, sehingga Hana bisa bekerja dengan tenang tanpa harus ada gangguan. Karena sekarang Dara semakin aktif dan nakal, sehingga dia harus extra hati-hati menjaganya, apalagi mulutnya sekarang semakin cerewet.

Hana hari ini boleh sumringah karena pendapatan Gauri kini semakin menunjukan perbaikan, dan ini tidak lepas dari inovasi dan keberhasilan strategi bisnis mereka baik dalam pemasaran maupun dalam peningkatan kualitas produk. Bahkan untuk Gauri yang di galeri pun diperbaiki dan ditouch up ulang agar lebih segar dan lebih nyaman bagi pengunjungnya.

Tiba-tiba dia mendengar suara ketokan pintu di bawah. Ketukannya tadinya pelan tapi semakin kencang suaranya, dan diiringi suara bel. Memang agak sulit didengar karena Siti dilantai 3, Mbak Tini di kamar lantai 2 dan dibelakang, sehingga ketukan pintu kadang tidak terdengar dengan baik oleh mereka di kamar masing-masing

Hana mengintip dari jendela depan ruangan kerjanya, dan betapa kagetnya dia, meski tidak bisa melihat orangnya karena jendelanya agak menjorok kedepannya, namun mobil Mercedes yang parkir didepan rumahnya, dia segera tahu siapa yang datang.

Dadanya seketika berdebar, bulu kuduknya berdiri dan dia mendadak bingung dan berkeringat dingin. Dia keluar dan menahan Siti dan Tini yang sudah keluar dan di tangga hendak turun membuka pintu.

“jangan turun dulu, tunggu disitu...” suaranya agak pelan.

Hana lalu mengecek di layar CCTV di depan rumah yang layarnya ada di ruang kerja mereka, dan memang tepat dugaannya, Airlangga yang datang dan sedang berdiri mengetok pintu rumahnya. Gila, nekat sekali ini orang, pikir Hana kalut.

“kalian turun kebawah, bilang saya tidak ada, Mas Ken juga keluar ke kantor....” bisiknya setengah ketakutan

“baik Bu....”

Hana benar-benar ketakutan dibuatnya, dia tidak menyangka jika Airlangga akan nekad datang ke rumahnya. Lagian salah dia juga dulu, memberitahu tempat tinggal dia ke Angga saat mereka masih sedang gila-gilanya berselingkuh.

“ngga ada Ibu sama Bapak...” terdengar suara Siti

“boong, mobilnya ada kok, pasti Hana ada diatas....” terdengar suara Angga agak kencang. Mobil Corolla Cross milik Hana yang baru diganti oleh Ken setelah dia melepas CX5 memang terparkir didepan garasinya.

“ngga ada Pak....lagi pergi....”

“kalo dia ngga mau keluar gue ngga akan pergi...”

“ngga ada bener Pak...”

“kalo ngga gue maksa masuk nih....”

“eh...bapak kalo maksa masuk saya teriakan maling yang....” terdengar suara Mbak Tini

Hana yang gemetaran diatas, langsung mengambil ponselnya dan menelpon Ken. Sayangnya Ken tidak mengangkat telponnya, pasti lagi di workshop. Dia lalu menelpon ke galeri, lalu meminta Wulan agar memanggil Ken dan meninta Ken menelponnya segera.

“bu.....” panggil Siti

“ya...” dia keluar dari ruangannya dengan wajah pucat

“udah pergi.....”

“oke.....” keringat dingin dan ketakutan Hana dibuatnya

“saya teriakin maling kalau dia maksa masuk....” ujar Tini. Banyuwangianya memang sering terlihat kalau sudah begini, dia lebih berani dibanding Siti.

“siapa sih Bu?” tanya Siti ingin tahu

“ngga apa-apa, Papanya Dara sudah aku kasih tau....”

“oke Bu...”

Mereka balik lagi keatas dan ke ruangannya masing-masing, meninggalkan Hana yang masih gemetaran dan berkeringat dingin.

Telponnya tiba-tiba berbunyi, Ken menelpon balik

“halo...”

“pa....halo..”

“ya....”

“itu...si angga tadi kesini....aku ketakukan...”

“apa...angga??”

“iya....”

“masih disana dia?”

“udah pergi diusir ama Mbak Tini ama Siti....”

“oke...tunggu, aku pulang sekarang...”

“Iya Pah.....”

Hana lega setidaknya dia sudah memberitahukan ke Ken. Dia rasa ini sudah tepat, agar Ken juga ikut berpikir bagaimana agar masalah ini tidak terulang, karena dia yakin Angga akan kembali lagi. Dia tahu Angga marah dan ingin agar Hana balik ke dirinya lagi. Namun dia sudah hilang rasa cinta dan rasa sukanya ke Angga. Dia pun tahu maksud Angga meminta balik kenapa. Pasti dia sudah beredar kemana mana dan sulit menemukan yang mengerti dirinya dan mengimbanginya di tempat tidur, makanya dia mencari Hana lagi, dengan pikiran bahwa Hana pasti mau diajak lagi jalan bareng.

Padahal dia tidak tahu bahwa perubahan besar sudah terjadi pada diri Hana, perubahan yang membuat haluan perahu Hana sudah tidak sesuai lagi dengan harapan dan keinginan Angga, namun sudah berputar menuju ke haluan yang berbeda, dengan keyakinan dan asa yang berbeda juga, yang tidak disangka oleh Angga sebelumnya.

“pah....” Hana memeluk Ken dengan erat saat suaminya tiba dirumah

“it’s OK.... I’am here” bisik Ken menenangkan istrinya

“sudah pergi dia?’

“sudah Pah....”

Ken lalu mengecek CCTV recordernya, dan memang ditemukan wajahnya Angga disitu. Mulai dari dia datang lalu memarkir mobilnya, turun dari mobilnya hingga mengetok pintu dan memencet bel, semua dengan jelas terekam di layar CCTVnya.

“maafin aku Pah.....aku takut....” ujar Hana ketakutan

“it’s OK.... nanti kita selesaikan.....”

“nanti kali dia balik gimana? Apa kita minta tolong Papi biar suruh orang jaga di rumah kita?”

“ngga usah.....nanti biar kita yang selesaikan ” hibur Ken

“sementara kita minta satpam disini untuk tangani jika dia datang lagi...” lanut Ken lagi

Ken memeluk istrinya dan coba menenangkannya, karena dia yakin melihat gelagat dan apa yang dilihat sekarang ini Hana sudah bukan yang dulu lagi yang masih memberi ruang kepada pria lain. Hana yang sekrang sudah benar-benar jadi family woman yang hidupnya hanya untuk keluarga.

Berbagai cara dan skenario berseliweran di kepala Ken, dia yakin Angga pasti akan kembali, maka dia harus bertindak, bagaimana pun ini masalah harga diri sebagai kepala keluarga, dan juga ini menyangkut masa depan anaknya. Dia berpikir pasti Angga akan menggunakan itu sebagai umpan untuk mencari apa yang jadi tujuannya.

Mungkin jika 2-3 bulan yang lalu dia akan membiarkan masalah ini malah akan dia lepaskan segera Hana yang waktu itu ngotot ingin selesai. Tapi hari ini Hana bukan Hana yang dulu minta ngotot cerai, kali ini Hana malah membuat dia galau dengan sikap ngototnya yang ingin dia tetap ada disampingnya.

Hana sudah berubah jauh, mulai mengurus anaknya, mengurus Ken, mengerjakan pekerjaan rumah dengan 2 orang asisiten rumahtangganya, dan hubungan Hana dengan keluarga baik yang di Kemang maupun di Banyuwangi kini sangat baik. Mama Inka dan Papanya Heru sampai kini malah mendukung agar Ken meneruskan pernikahannya.

Bahkan Hana juga kini aktif sekali melayaninya, baik membantu secara bisnis, maupun kebutuhan Ken di tempat tidur. Dia selalu siap siaga kapanpun Ken minta, bahkan tanpa diminta pun malah Hana yang kerap menggodanya apalagi jika Dara sudah tidur, atau pagi-pagi Dara sudah di tangan Mbak Tini, ajakan mandi bersama pasti berakhir di atas ranjang.

Menjadi dilematis ialah disaat yang sama pun dia dengan Mira masih menjalani hubungan terlarang ini. Stamina dan kekuatan Ken dalam bercinta memang seiring dengan latihan fisiknya yang dilakukan. Dan yang menjadi semakin Ken merasa bersalah ialah kedua wanita ini saling tahu, tapi malah saling mendiamkan masalah tersebut, dan membiarkan masalah ini berlarut, dan dia sebagai laki-laki yang memang tidak tegas justru membawa masalah ini jadi terdiam, tapi semakin rumit.

Mira tidak menuntut dia harus datang ke Galeri lagi, dia juga tahu Hana kini melarang Dara ke Galeri sendirian, karena pasti ada kemungkinan Mira akan datang. Dan Ken tahu masalah Hana datang menemui Mira, namun Mira hanya memberitahu saja, tidak berkomentar lebih. Yang dia lakukan malah semakin ganas dalam bercinta dengan Ken.

“pah....”

“iya...” dia terkaget dari lamunannya

“mau balik galeri?”

“iya...”

“ngga usah ah....aku masih takut...”

Ken diam saat Hana memeluknya dari belakang saat dia sedang memandang ke CCTV screen.

“oke....”

Pelukan hangat dari Hana terasa sekali di punggung Ken

“Dara mana?”

“abis makan trus tidur lagi barusan.....”

“makin gendut nanti dia....”

“ish...namanya anak kecil Pah.....”

“yah sudah.... aku jadi bingung mau ngapain malah.....” keluh Ken, karena perlengkapannya semua termasuk laptop masih dia tinggalin di galeri.

“kok bingung....”

Pelukan dan gesekan dada Hana ke punggung Ken memang selalu lain maknanya, dan seperti siang ini, Ken lalu berbalik badan dan memeluk Hana, mencium bibirnya dengan lembut dan kemudian Hana berbisik....

“mau disini atau di kamar?” sambil tersenyum malu dan menggigit bibirnya sendiri.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd