Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Tentang Sebuah Rasa

SEBERKAS ASA

mendung pekat
yang buat dunia gelap

perlahan berangkat hilang
gerakan asa kembali datang

rasa sesal berkecamuk di hati
menggamit erat semua rasa
bertahta tak mau hilang

apa yang tertutupi di balik diammu
ingin kubasuh luka hatimu,
ingin kuucap maafkan aku,

apa yang tersembunyi di balik diammu
masihkah ada maaf untuk ku?
bumi manakah yang tak basah
di saat hujan mulai bercurah

semarang,Kamis 7 april 17:50
selamat berbuka kawan,,,,
 
Bimabet
CHAPTER XXV

Too good to be true?



Bercinta dengan Mira memang selalu mengasyikan bagi Ken. Hanya saja sekarang Mira suka baperan dibandingkan dulu. Mira sering cemburu dengan Hana, meski Ken berkali kali menegaskan bahwa dia dengan Hana hanya menjalankan amanat “konstitusi” pernikahan settingan yang sebentar lagi akan usai.

“kan dia cantik begitu...serumah lagi...masa lu ngga kepikiran maku dia...” ujar Mira disela percintaan mereka.

Bercinta sambil berbicara memang suka jadi kebiasaan mereka, ada saja hal –hal yang mereka obrolin sambil kelamin beradu

Herannya lagi, semakin Mira cemburu, semakin tinggi nafsunya dan ganas dia bercintanya.

Ken sendiri bingung sebenarnya juga hendak dibawa kemana hubungan mereka berdua. Saling terikat tapi tidak mau mengikat. Belum lagi masalah keluarga dan masalah agama, sangat rumit dan kompleks sekali permasalahannya.

Namun semua itu reda dan hilang jika mereka berdua sudah berada di kamar yang sama, kontol jumbo Ken selalu membuat Mira terkapar, begitu juga sensualitas dan jepitan Mira membuat Ken ketagihan dan selalu rindu akan wanita ini.

Persimpangannya memang jelas terlihat, tapi di satu sisi, kebersamaan mereka dan saling mengertinya mereka satu sama lain membuat kenyamanan yang timbul diantara mereka justru makin nyata, dan makin sulit bagi mereka berpisah.

Jika ditanya nih, Pacaran ngga?

Jawabnya pasti, Ngga

Suka ngga? Suka....banget

Cinta ngga? Cinta? Iya kali, ngga tau juga

Mau pisah ngga? Ngga mau

Pasti itu jawaban dan pertanyaan yang selalu muncul di sela hubungan mereka. Rumit, berliku, panjang dan mungkin sulit dipahami oleh orang lain, tapi akan membuat mereka pedih jika sudah bicara adanya kemungkinan dipisahkan, meski mereka sadar bahwa sebenarnya mereka sedang menumpuk masalah di tengah badai asmara yang mereka sendiri tidak tahu arahnya akan kemana berputarnya.



*****************

Ken membuka ponselnya, ada whatsapp dari Mbak Siti ke wa nya. Semenjak pulang dan mampir ke Mira, dia memang tidak membuka ponselnya, terakhir dia bertanya saat jam 7 setiba di tempat Mira ke Mbak Tini, yang melaporkan kalau Dara sedang ngantuk ngantuk sambil minum susunya.

Maaf Pak, Ibu sakit panas banget badannya dari tadi pagi.

Siti memang memanggilnya Bapak, jika Tini memanggilnya Mas Ken, karena dia dari kampung yang sama dan kenal Ken dari jaman Ken masih kecil.

Sakit apa? Ken masuk ke rumahnya, dan langsung naik keatas, mandi dan mengganti bajunya. Dia tadinya mau masuk ke kamar Dara untuk memindahkannya ke kamarnya. Memang jika dia masih belum pulang Dara akan tidur di kamarnya ditemani oleh Mbak Tini.

Namun dia membatalkan ke kamar Dara, dia turun kebawah ke kamar tamu yang disamping ruang keluarga, kamar yang dihuni oleh Hana. Dia mengetok, namun tidak ada jawaban, lalu dia mendorong pintunya yang tidak dikunci.

Hana meringkuk dibalik selimut, dan terbangun saat Ken masuk

“deman?” tanya Ken

“iya....dingin rasanya tapi berkeringat....” jawab Hana

“udah minum obat?”

“udah dikasih parasetamol sama Mbak Siti....”

“trus?”

“masih terasa demamnya...”

“udah makan?’

“makan tadi dikit....”

Melihat Hana lemas seperti itu, rasa iba Ken pun muncul, tidak tega rasanya melihat dia sedang sakit seperti itu

Dia lalu mendekati Hana, meraba dahinya, panas sekali badannya.

“ke dokter yah...”

“ngga usah...nanti juga sembuh...”

“ke dokterlah...panas banget....”

Hana diam saja.

Ken naik keatas, dia memberitahu mbak Tini jika akan ke rumahbsakit antar Hana, mengambil ponselnya dan handphone lalu masuk ke kamar Hana lagi. Terlihat Hana bangun pun agak sulit, membuat dia mau tidak mau membantu menopang pundak Hana untuk bangun.

“basah bajunya...” keringat dingin membanjiri tubuh Hana.

“kaosnya basah.... kaos kering sebelah mana?” tanya Ken

Semenjak Hana pindah ke rumah ini, satu-satunya kamar yang dia tidak pernah masuk ialah kamar ini dan kamar pembantunya yang di lantai 3 tentunya. Dari total 6 kamar di rumahnya hanya kamar ini yang dia tidak masuki, makanya tempat baju Hana pun dia tidak tahu.

“Dia lemari, nomor 2 dari atas” ujar Hana sambil menahan sakit

Ken mengambil kaos yang warnanya putih

“ini aja yah....”

“iya...” jawab Hana

“hmmmm......ama itu....” agak galau suara Hana

“apa?”

“beha aku....”

Waduh, ternyata Hana memang tidak pakai beha.

“dimana?”

“paling bawah no 2 dari bawah”

Ken membuka laci paling bawah, mengambil beha paling atas, lalu menyodorkan ke Hana. Dia membalikan badannya, agar Hana bisa membuka bajunya tanpa terlihat olehnya. Namun nampaknya Hana kesulitan membuka bajunya dengan kondisi lemas, apalagi bajunya ketat dan menempel di badannya.

“sini....” ujar Ken

Dia lalu dari belakang membantu membuka kaos Hana. Lalu mengambil handuk kecil disamping tempat tidurnya, dan melap punggungnya Hana

“ maaf yah...” ujar Ken

“iya...makasih....” jawab Hana pelan

Maaf? Hellowwww.... masa suami membuka baju istrinya lalu meminta maaf? Aduh Hana... pikir Hana

Sepintas meski membuka baju dari balakang, lalu Hana juga segera menutupi bagian dadanya, namum Ken sempat melihat betapa indah buah dada Hana, putih dan dengan pentil berwarna pink, dia segera membuang wajahnya, sekaligus pikirannya.

“sudah?”

“sudah....” ujar Hana setelah memakai baju dan juga branya.

“ngga ada jaket?”

Hana menggeleng

Memang bajunya sebagian besar di rumah di Kemang.

Ken lalu naik ke atas, menagmbil jaketnya dia, lalu memakaikan ke badan Hana, lalu dia menuntun Hana yang agak kesulitan berjalan karena lemas dan demamnya, berjalan pelan hingga keluar rumah, dan masuk ke mobilnya.

“antigennya negatif yah... kayaknya ini sih mengalami demam, ada infeksi dalam tubuh akibat virus atau ngga bakteri.” Kata dokter

“ kalo demamnya belum turun dalam dua hari trus disertai dengan gejala yang lain seperti sakit kepala, mual dan muntah, sakit tenggorokan, batuk, nyeri otot dan sendi, dan sebagainya, maka konsul lagi yah....mungkin perlu diopname.”

Ken lalu membayar tagihan konsultasi dan sekalian Obat-obatan, lalu mereka turun lagi ke lobby, sambil menunggu Ken mengambil mobil, Hana duduk di lobby.

Tidak ada satupun kata terucap dalam perjalanan mereka pulang, hingga tiba dirumah, en kembali menuntun Hana hingga ke tempat tidur. Dia menyiapkan air panas ditermos kecil dan meletakan dekat meja di tempat tidur Hana, menarik selimut Hana, lalu dia pamit keluar kamar untuk kembali ke kamarnya.

“makasih yah Pah.....” ucap Hana

Ken terkejut luarbiasa mendengar ucapan Hana

Dia terdiam dan kaget, hanya menganggukan kepalanya lalu berjalan keluar kamar. Dia tidak habis pikir Hana memanggilnya dengan ucapan itu. Mungkin karena demam kali makanya mulutnya ngaco, bathin Ken dalam hatinya.

Dia lalu naik keatas, masuk ke kamar anaknya, lalu mendorong box anaknya untuk dipindahin ke kamarnya sendiri sendiri. Dengan hati-hati dia menggeser box anaknya, melihat kondisi anaknya yang terlelap, mulutnya yang komat kamit seperti sedang menyedot dot minuman, membuat Dara terlihat lucu sekali. Rambutnya sudah mulai panjang dilengkapi anting di kupingnya, membuat anaknya terliha semakin nampak aura kecantikannya.

“anak gadis papa....” bisiknya lembut.



********************


“udah sehat Mi”

“eh bilangin ke si Ken yah....urusin dong...bawa ke rumah sakit jangan dicuekin...”

“udah mami....semalam udah ke rumah sakit...”

“trus kamu gimana sekarang?”

“udah mendingan”

“apa mau mami jemput?”

“ngga usah Mi.... bentar lagi juga sehat..”

Komunikasi antara Laura dengan Hana lewat telpon

Tidak lama Ken mengetok pintu kamarnya, lalu membuka pintu

“udah mendingan?”

“udah....” jawab Hana sambil tersenyum

“oh oke.....”

“mau mandi, dari kemarin sudah ngga enak badan ngga sempat mandi”

“kalo masih ngga enak badannya jangan dipaksa...”

“iya mau dilap aja....”

“oh oke.... mau dipanggil Siti buat bantuin?”

“ngga usah....kasihan dia.... pasti lagi nyuci dan nyetrika diatas...”

“jadi?”

“aku bisa sendiri....”

“ Kalo ngga kuat jangan dipaksa...’

“ngga apa2...badan lengket ngga enak banget...”

Hana mengikat rambutnya, pas dia mengangkat tangannya, buah dadanya yang tidak memakai beha tercetak jelas dibalik kaosnya yang semalam dipakai. Ken menundukan wajahnya saat pemandangan itu muncul.

Hana lalu mencoba bangun. Karena baru bangun, badannya agak keliyengan, dan Ken dengan cepat menahannya dan memegang Hana.

“kalo ngga kuat jangan dipaksa....”

“ngga apa2....”

Ini adalah percakapan yang lumayan panjang diantara mereka berdua selama ini.

Ken melihat handuk kecil, baju dan celana sepertinya sudah disiapkan oleh Siti. Dia agak kuatir Hana jatuh pas mau ke kamar mandi, dia masih berdiri, seandainya dia perlu bantuannya.

Hana lalu memandangnya

“ada yang perlu aku bantu...”

“eh....ini aja....setelin showernya ke air hangat...” pinta Hana

Ken lalu masuk dan menyetel arah keran agak sedikit lama dia menunggu untuk mendapatkan setelan air panas yang tepat. Dia lalu masuk ke ruang tidur lagi, Hana sudah bertelanjang dan hanya memakai handuk. Sambil agak tertatih dia jalan masuk ke kamar mandi.

“udah cukup?” tanya Ken menanyakan suhu air.

“udah....”

Dia sempat melihat pundak putih mulus Hana yang berbalut handuk.

“aku tinggal yah....”

“tunggu di kamar bentar boleh ngga?” mohon Hana” takut ngga kuat jalan keluar...”

Ken bimbang

“yah kalo udah buru2 ngga apa2....” agak malu Hana

“ya sudah...ngga apa2...panggil aja kalo udah selesai....” ujar Ken. Dia menutup pintu kamar mandi dibawah itu namun tidak tertutup rapat.

Hana gemetaran, bingung, aneh namun senang dihatinya melihat Ken memperhatikan dia dari tadi malam hingga pagi ini. Meski mungkin hanya perhatian kekuatiran karena Hana tinggal disini dengan dirinya, tapi bagi Hana sudah menjadi sesuatu banget. Dia lalu mandi dengan cepat, hanya membasuh badannya tanpa keramas. Setelah selasai menyiram tubuhnya, dia yang duduk di toliet, membalut tubuhnya dengan handuk lalu berteriak

“pah...sudah...”

Ken masuk, membantunya mematikan air, lalu membinbing tangannya masuk lagi ke ruangan tidur. Dia agak jengah mendengar panggilan Hana ke dirinya, tapi dia memilih diam dan tidak mempersoalkan itu.

“nanti aku mau ke depan yah.... mo sarapan....” ujar Hana pelan

“oke.... mau aku suruh Siti siapin?”

“Ngga... nanti aja... aku ganti baju...bantuin aku aja sampe meja makan... nanti kalo sudah mau berangkat, ada Siti yang akan bantu aku... sekalian ganti seprai basah tadi malam....”

Ken lalu membelakangi Hana yang sedang berganti baju, dia harus duduk di tempat tidur, memakai celana dalamnya, lalu branya, celana pendek rumahan, dan kaosnya. Meski membelakangi Hana, saat mereka ngobrol sambil Hana ganti baju, Ken sempat menengok ke kiri, dan terlihat dari pantulan kaca rias, Hana yang hanya memakai celana dalam, namun buah dadanya terpampang bebas, putih, besar menggantung dan putingnya pink.

Meski Ken berusaha memalingkan wajahnya, namun pesona istrinya itu tetap saja terlihat. Hana sendiri juga miris sebenarnya. Pernikahan seperti apa ini yah, dia ganti baju malah suaminya memalingkan wajahnya, padahal dia mau lihat juga kan haknya dia. Malah Ken meminta maaf karena tanpa sengaja menenyntuh dadanya saat menuntunya dari kamar mandi tadi.

Haduh.

“udah...” ucap Hana

Ken lalu membantunya menuntun keluar dari kamar, Hana merasa sudah agak baikan. Siti sedang mempersiapkan sarapan, melihat Hana ikut keluar lalu bertanya jika Hana mau sarapan juga, dan Hana menganggukan kepalanya, maka Siti menyiapkan dua piring untuk mereka berdua.

“papa yang doa...” pinta Hana sebelum makan

Ken tercenung sesaat, lalu dia melipat tangannya dan berdoa

“aku minta tolong boleh ngga nanti....” tanya Hana lembut sambil menguyah mashed potatonya

“apa....” jawab Ken

“ beliin kartu SIM yang baru dong...”

Ken terkejut

“lho yang lama?”

Hana tersenyum

“mau aku tutup....mau ganti nomor aja...”

Ken terdiam, dia tidak ingin bertanya lebih lanjut

“oke, nanti aku beliin....providernya sama aja kahn?”

“terserah aja.... buat hari-hari khan aku bisa pake wi-fi dirumah...”

Ken sedikit bingung, lalu dia bertanya

“nanti kantor tanya ngga apa-apa?”

Hana tersenyum sambil minum kemudian

“aku udah resign dari Hagia....”

Ken diam dan malnjutkan makannya

“aku mau dirumah aja sama Dara.....” ujarnya pelan, namun menusuk ke hati Ken. Dia jadi galau mendengar ucapan Hana.

“tenang aja, Dara ngga akan kemana mana kok.... Cuma ijinkan aja aku disini sama dia.... “ pinta Hana seperti membaca arah pikiran Ken “jika diijinkan.....”

Ken menghembuskan nafasnya sambil termenung, dia bingung jadinya

“oh iya....mobil kalau mau ambil, ambil aja....jual aja lagi... aku udah ngga kemana mana ini....” ujar Hana lagi

“ngga apa2.... pakai aja kok...”

“ngga apa....jual aja lagi atau diover kredit aja..... maaf bukan ngga menghargai.... “ Hana agak menggenang matanya

“ i have done lot of bad things.... “

Ken mengerti arah pembicaraan Hana

“oke, nanti aku coba tawarkan lagi....mau ganti mobil apa?” tanya Ken

“ngga usah...belum urgent ini....toh aku ngga kemana mana...” ucap Hana sambil memandang suaminya.

“ya sudah.....”

“aku pamit dulu yah...Dara juga masih belum bangun.”

“hati-hati dijalan....”

Hana menyodorkan tangannya meminta tangan Ken. Pria itu bingung, namun dia menyodorkan juga tangannya yang kemudian ditaruh ke dahinya Hana, tanda salim buat suaminya.

“Tuhan memberkati hari ini yah....”Pesan Hana dengan lembut.

Ada rasa yang aneh di diri Ken melihat perubahan di diri Hana. Memang sudah lebih 2 minggu semenjak kejadian di Polres itu Hana berubah drastis. Tapi masih saja aneh dirasa oleh Ken, dia kaget namun bingung. Dia hanya kuatir jika ini siasat Hana untuk mendapatkan simpati Ken dan juga mendekatkan diri ke Dara, sehingga kemudian akan merepotkan dirinya saat Hana minta selesai nanti untuk masalah hak asuh anak.

Ken benar-benar bingung, dia merasa ini seperti too good to be true dengan perubahan di diri Hana. Dan panggilan Hana ke dirinya itu benar-benar aneh. Biasanya manggil suka hati tanpa ada rasa hormat, kini dia berubah 180 derajat. Apa kejadian di Polres itu merubah dirinya? Apa ada masalah dia dengan pacarnya? Semua berlarian diatas kepala Ken pertanyaan itu.
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd