Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Tentang Sebuah Rasa

CHAPTER XXI

NOW YOU KNOW



“makasih yah Gab...” ujar Hana

“ngga apa2....lu pake aja dulu...”

Hana beru saja ditransfer oleh Gaby sebesar 15 juta, dia meminjam uang di Gaby karena memang dari Papi dananya sudah disetop, Mami juga keseringan minta kesal dengan Hana, dan Ken pun demikian. Bentakan Ken ke Hana membuat Hana agak sedikit keder, dia sadar jika Ken juga akan usir dia maka pasti dia harus balik ke Papi, yang belum tentu mau terima dia.

“lagian lu kenapa sih? Pulang ke rumah, berbaikan ama bokap lu khan ama nasib lu...” nasehat gaby

“dia udah marah ama gue, semua fasilitas gue udah dicabut....udah dipecat juga kali gue...” balas Hana.

“ngga mungkin lah bokap pecat lu....”

Mereka terdiam sesaat

“gue ngga ngerti apa sih yang lu cari sekarang?”

“yah gue ngga mau aja dikekang.....”

Gaby bingung dengan sahabatnya ini

“lu punya orangtua yang sayang ama lu....punya anak yang cantik.....punya suami yang baik....malah lu sia-siain...aneh...”

“dia bukan suami gue.... dia nikahin gue juga karena ada motif lain....”

Gaby mengelengkan kepalanya dia bingung melihat sahabatnya

“Hana, lu dengar yah...nyokap aja ngga berhenti bilang dia jatuh hati ama laki lu.... baik, sopan, ganteng.... lu yang punya laki sendiri malah aneh begini....?”

“yah khan gue ngga cinta ama dia....katro gitu....”

“tapi khan lu nikah sekarang ama dia....”

“ngga akan.... gue malah mau segera selesai ama dia... dan diapun demikian....”

“trus lu?”

“ngga tau gue.... pengen bebas aja dan cari kerjaan lagi....”

Gaby tersenyum melihat sahabatnya ini

“Hana, lu itu sebenarnya sempurna hidup lu... pendidikan lu sukses, jabatan lu bagus dan sebentar lagi kalo lu baik dan manis aja lu udah pegang jabatan hebat....lu mau cara apa lagi sih??”

‘ itu khan yang lu lihat....”

“trus apa yang ngga gue lihat?”

Hana kali ini yang terdiam

Tiba-tiba telp Hana berbunyi, Gaby sempat melihat nama Angga muncul, tapi tidak diangkat oleh Hana.

“kenapa ngga lu angkat....’

“males gue.... cowo mau enaknya aja....”

Gaby tertawa

“itu lu tau.... ngapain juga lu masih berharap....”

Hana diam terpaku

“Hana.... kenapa sih lu ngga berusaha memperbaiki hubungan lu ama suami lu?”

Masih diam dia

“Lu khan suka ngga suka masih terikat pernikahan ama Ken... dia anak baik kok.... kenapa ngga lu coba belajar terima dia?”

“ngga lah... mana bisa gue suka ama dia?? Ini aja nikah bohong-bohongan trus gimana ceritanya gue harus berusaha ? gue aja ngga punay pikiran apa2 ke dia.... masa harus gue paksain?”

“lagian dia bukan tipe gue.....kamseupay gitu....”

Gaby mau tertawa mendengar kata-kata Hana

“trus lu mau berharap ama Angga?”

Hana diam saja

“cowo itu ngga akan pernah punya tanggung jawab begitu?”

Hana membenarkan apa yang disampaikan oleh Gaby. Mereka tinggal lama dan bergaul lama ketika masih sama-sama kuliah di Sidney, Gaby banyak mengenal karakter Angga. Hanya memang tidak mudah bagi Hana untuk lepas dari bayang-bayang Angga. Pria yang jadi ayah untuk anaknya itu sekian tahun bersama dengannya, saling mencintai meski akhir-akhir ini banyak perbedaan yang terjadi.

“ken itu anak baik, Hana.... kalo dia jahat atau seperti yang lu pikirin, pasti dia ngga mau jagain atau rawat anak lu....ini malah dia mau anak lu jadi anak dia bahkan ngga mau lepasin ke lu.... dia juga ngga pernah kasar dan jahat ama lu.... buktinya lu dibeliin mobil ama dia...ngga pernah khan dia usir lu? “ cecar Gaby

“bahkan lu minta jemput dia jemput juga khan? Artinya meski dia juga kesal ama lu, dia menghargai pernikahan lu berdua.... trus lu mau cari yang bagaimana lagi?”

Hana membenarkan semua apa yang dibilang Gaby, tapi entah kenapa sulit bagi dia untuk menerima itu, bahkan mencoba untuk seperti anjuran dari Gaby saja tidak pernah terlintas di kepalanya, bagi dia maslah dia nanti akan dengan siapa, yang penting dia ingin segera selesai dengan Ken.

Namun dia akan kemana? Balik ke rumah lagi? Setelah cerai dari Ken apa Papi mau terima dia?

Hana benar-benar pusing memikirkannya.

Sedangkan bersama Angga dia merasa sudah putus harapan. Baginya karakter dan sikap Angga sudah sulit dirubah, maunya enak sendiri dan tidak mau berkorban, padahal dia sudah meninggalakn semua yang ada didirinya, pernikahanh bohongannya, pepai dan mami, bahkan anaknya yang tidak diinginkan oleh Angga pun dia serahkan ke Ken untuk dirawat, namun pengorbanan yang dia lakukan seperti tidak dianggap oleh Angga.

Hal-hal kecil saja yang dia minta, Angga seratus kali mungkin berpikir akan melakukan itu untuk Hana. Bagaimana mungkin pria seperti dia akan jadi teman hidupnya? Selama ini dia betah dengan Hana karena tidak ada keharusan dia menanggung biaya hidup Hana, dan ketika Hana memeinta dia malkaukan itu, malah dia pergi.

Dia ingat bentakan Ken kepadanya semalam. Dia tidak menyangka kalau Ken berani memebentak dia. Selama ini Ken selalu diam dan banyak mengalah, baru semalam dia berani membentak bahkan menatapnya dengan penuh amarah.

*********************

Ruang karaoke yang VIP room yang biasanya nyaman buat Hana, kali ini entah kenapa dia merasa ngga nyaman dan ingin segera pulang. Angga masih menikmati minumannya, temannya Richard dan pacarnya Sherly juga masih asyik menikmati minuman dan menyanyi, Hana sendiri seperti tidak menikmati suasana malam ini.

Dia memang sudah beberapa hari ini menghindar dengan Angga. Namun kali ini dia tidak bisa menghindar, karena Angga tadi tiba-tiba menjemputnya di cafe saat dia sedang dengan teman-temannya, lalu diajak kesini.

Sudah dua minggu ini dia memang memilih untuk tidak lagi mencari Angga, pria itu mengerti bahwa Hana berusahan menghindarinya. Dia makanya mencari Hana di tempat dia suka nongkrong dengan temannya. Meski dia juga agak kurang suka dengan Hana yang seperti menegjar dia untuk lebih serius, namun menghidupi sendirian Hana dengan segala kebutuhannya, Angga agak keberatan. Mahal dan sadis menurutnya gaya hidup Hana

Hana sudah mulai berpikir untuk hidup tanpa Angga, karena dia bisa menilai bahwa Angga mencarinya hanya karena dia sebagai wanita adalah independent woman, yang secara sexual attraction sangat menarik. Tapi saat dia mulai keluar dari zonanya, dan hendak mengikuti Angga, bagaikan cuaca yang tadinya panas, berubah jadi hujan deras, dan itu dihindari oleh Angga, dia tidak ingin kebanjiran atau hanyut dengan air yang tidak perlu menyeretnya.

Malam ini sengaja dia mencari Hana, karena memang Hana merupakan partner sex yang paling dia sukai, dibandingkan cabe-cabean atau anak yang baru dia kenal, meski secara finansial dia mampu bayar, atau dengan menggunakan fasilitas dan atribut di dirinya dia bisa gaet wanita muda yang baru, tapi chemistry dalam bercinta itu sulit dia dapat dari yang lain.

Saat Hana sedang gundah dan wajahnya terlihat tidak happy dan ingin segera selesai, Angga malah dengan santai masih menengguk minumannya, sambil sesekali bernyanyi mengikuti Richard dan Sherly yang berganti gantian menyanyi.

Tiba-tiba....

“permisi......” lampu yang redup tiba-tiba dinyalain....

Mereka berempat kaget saat banyak petugas tiba-tiba masuk ke dalam ruangan.

“berdiri-berdiri semua....” ujar salah satu petugas

“yang cewe sebelah sini...” tukas petugas wanitanya.

Seketika ruangan yang hanya ada 4 orang dipenuhi belasan orang lain, ada razia gabungan dari polres dan Provost dan juga satpol PP.

Meski tidak menkonsumsi narkoba tapi digerebek atau dirazia seperti ini membuat Hana dan teman-temannya jadi kaget juga. Angga dan Richard dipisahkan, Sherly dan Hana juga demikian. Mereka diperiksa kartu tanda pengenalnya, ditanya tanya oleh petugas yang membuat mereka jadi merasa sangat terganggu.

“eh apa ini.....” ujar salah satu petugas saat menggeledah kantong Richard

“sabu yah.....” dia menemukan dikantong jins kecil Richard. Pria itu langsung kaget dan pucat melihatnya. Situasi langsung ribut seketika

“geledah juga mereka berdua” perintah salah satu petugas ke petugas wanita

Hana dan Sherly lalu dibawa ke kamar mandi, mereka digeledah oleh petugas wanitanya. Memang tidak tidak ditemukan apa-apa, namun mereka segera diminta dites urinenya juga.

Hanna benar-benar syok dan kaget, dia yang tidak minum alkohol dan bahkan hanya duduk menemani Angga, lalu mendapt perlakuan seperti ini membuat dia kaget.

Lalu tiba-tiba petugas wanitanya datang

“sherly.... kamu positif ini.....” sherly langsung menangis mendengarnya, sedangkan Hana kaget bukan kepalang, meski dia tidak menggunakan benda terlarang itu, tapi situasi razia seperti ini membuat dia tertekan dan stress.

Dan akhirnya yang dia kuatirkan pun terjadi

“bawa semua mereka ke polres.... kita periksa semua disana mereka berempat ini...” perintah komandannya mereka.

Diparkiran mobil Hana diperiksa dan digeledah. Dia kesalnya luar biasa melihat kondisi ini, bukan dia yang melakukan tapi dia kena getahnya.

“saya khan tidak ada apa2, Bu...kok saya juga dibawa...” protesnya ke petugas polisi

“ iya... tetap kita harus BAP dan periksa, karena kalian satu ruangan dan dua orang positif ampethamin, jadi kalian semua harus diperiksa, kalau tidak ada apa2, kita pulangkan...”

Hana pasrah, dia lalu naik ke mobilnya, dia diikuti oleh 2 orang polwan dan 1 polisi.



*******************

Sudah 4 jam Hana di Polres, dan belum ada tanda tanda dia akan dipulangkan. Ponselnya sempat diperiksa, karena mereka dicurigai adalah sesama pemakai dan masih didalami oleh polisi keterlibatannya dengan adanya 2 orang kawan mereka yang positif. Dia dengan Angga memang meski sering mencoba alkohol, namun barang terlarang itu nyaris tidak pernah disentuh, terlebih bagi Hana.

Dia sendiri masih bingung bagaimana harus bersikap, dia harus menelpon ke siapa? Ke papi dan mami? Bisa-bisa kena maki dia. Nelpon Ken, ponselnya dia semenjak mereka ribut beberapa hari yang lalu nomor whatsapp Ken dia blokir, dan dibalas oleh Ken dengan memblokir juga nomor dia.

Hana bingung sekali, mau telpon Gaby dia tidak enak merepotkan sahabatnya lagi, apalagi jika Gaby tahu dia sedang di Polres, dengan Angga malahan. Dia dari tadi tidak melihat Angga, padahal saat dibawa kesini dia sempat melihat Angga, yang sedang di BAP namun kini dia tidak terlihat.

Jam 4.30 pagi, dia masih duduk sambil sandaran di ruangan pemeriksaan di satnarkoba polres. Dia menerima kembali ponselnya setelah tadi sempat diperiksa sehubungan dengan adanya dua teman di ruang karaoke yang positif.

Dia sempat bertanya tentang kapan dia bisa balik. Tunggu penyidik yah Bu, jawab petugas yang menjaganya. Dan betapa kagetnya dia saat mendengar bahwa Angga sudah dipulangkan, karena dijemput oleh keluarganya. Dia terkejut Angga kok pulang malah sendirian, dia malah tidak? Bahkan Angga kok tega dia dijemput tapi Hana malah dibiarkan sendiri.

Hana marah dan kecewa sekali.

Dia tidak ada pilihan lain, dia lalu menelpon Gaby. Untung setelah beberapa kali ditelpon Gaby terbangun dan mengangkat telponnya. Dan wanita itu kaget luarbiasa mengetahui kondisi Hana. Gaby menyarankan agar Hana menelpon Ken, namun Hana mengatakan bahwa nomor telpon nya diblokir. Makanya dia minta tolong Gaby untuk menghubungi Ken.

“Dia suami lu, Oon.... biar bagaimanapun....” kata Gaby

Gaby lalu menelpon Ken, namun tidak diangkat. Dia lalu menelpon ke pembantunya Hana, Siti, agar Siti membangunkan Ken. Dan memang Ken baru bangun dan siap-siap untuk saat teduh waktu menerima telpon dari Gaby.

“lu biar marah ama dia....tapi tetaplah dia statusnya dia istri lu....” ujar Gaby

Ken hanya bisa terdiam dan bingung

“dia ngga pakai, Cuma kawannya di karaoke yang positif, Cuma sama polisi belum diijinkan pulang, mungkin nunggu keluarga yang jemput kali....” sambungnya dia lagi

Ken yang akhirnya luluh, kemudian bersiap untuk ke polres menemui Hana. Dia menelpon teman SMAnya yang jebolan Akpol yang kebetulan juga dinas di polres, untung sudah bangun kawannya dia itu. Lalu Ken diarahkan untuk ke satnarkoba, nanti disana ada petugas yang dia sudah kontak juga untuk membantu Ken. Kondisi Hana yang memang hanya sebagai saksi memudahkan proses untuk jemput dia pulang.

Hana yang terdiam malu saat dijemput oleh Ken di polres.

“bapak, istrinya dijagain yah.... malam-malam keluyuran di karaoke....untung sedang dipakai, coba kalau lagi pakai, bisa seleher hukumannya....” ujar petugas polisi

“saya mohon maaf Pak....” jawab Ken

Dia lalu berterimakasih ke petugas kepolisian, mengambil kunci kontak mobil yang sempat ditahan polisi, lalu menganggukan kepala ke Hana, mengajaknya pulang.

Hana malu sekali dengan Ken.

Dia hanya menundukan kepalanya sepanjang perjalanan, demikian juga dengan Ken. Dia tidak keluar sepatah kata pun dari mulutnya, hanya membisu sepanjang jalan dari polres hingga ke rumahnya. Hana yang meringkuk disampingnya diam-diam meneteskan airmata, dia dibuat malu, ketangkap di karaoke dengan pria lain, dibawa ke polisi karena dicurugai terlibat dengan penyalahgunaan obat terlarang, malah sosok lain yaitu suami yang dia tidak anggap yang menolongnya.
Payaaah ...jujur bab ini sy tdk baca...malas baca ken yg lebay....jd laki2 itu yg tegas bro...bukan yg lebay, istri dipake org, jaga anak bukan anak sendiri sep baby sister, tdk mau cerai, tetap jd anak manis walau di hina...payahhhhhh
 
gw sih pengennya ken marah. terus nyuruh si hanna masuk kamar dan diam sampai dijagain dan hpnya disita. ketika sihanna marah,ken bentak sihanna sampai dia nangis terus ken kasih pertanyaan kehanna.
-lu ngebut gw katro,kampungan dan kamseupay. kalo kaya gini lu apa gw yg kamseupay.?
-ngapain lu kaya gitu mulu.?lakilu yg ikut ketangkep itu ada gak,nemenin lu atau jempu lu gak.?
- apa sih bagusnya lakilu,apa yg lu harapin dari dia.? lu itu udah jadi orang tua harusnya lu itu bersikap dewasa tapi lu itu masih childish.. ketika sudah lama menunggu jawaban dari hanna, ken keluar terus bawa anaknya ke kamar dan tinggalin dia dengan hanna, terus ken keluar lagi. terus diamkan mereka. saya yakin akan ada perubahan.
 
2 part kedepan kalo bisa konflik ken-hanna dselesaikan. terus dilanjutkan konfilk ken,hanna vs airlangga dan gengnya terus ken,hanna dan keluarga konflik lagi dengan keluarganya si angga.
 
CHAPTER XXII

Penyesalan yang selalu telat


Seminggu lebih Hana hanya mengurung diri di kamarnya. Dia tidak keluar, tidak bersosialisasi, dia hanya menyesali diri, tidur dan kadang menangis sendiri. Trauma saat diperiksa di polres masih terasa baginya. Dibentak bentak disuruh ngaku make padahal dia tidak pakai, ditekan tekan dan diancam dengan hukuman lama jika berbelit belit, membuat dia trauma.

Belum lagi rasa malunya ke suaminya. Ken yang diajak ribut setiap saat malah yang bantu dia untuk keluar dari sana. Dan Ken yang memang tidak menegurnya sama sekali, perlakuannya juga selama ini tetap sama, dia tidak bertanya kondisinya, atau menyapa Hana, seperti biasa dia sibuk dengan pekerjaannya dan pergi pagi, pulang malam. Dirumah pun dia akan sibuk dengan anaknya.

Jam 10 pagi dia mencoba untuk mandi. Biar segar. Lalu saat dia selesai berganti baju, dia melihat ada 3 miss called dari nomor yang dia tidak kenal, pas dia lihat whatsappnya, ternyata Angga yang menelponnya menggunakan nomor dia yang berbeda. Langsung tanpa ampun Hana memblokirnya. Dia merasa Angga sudah tidak layak lagi bagi dirinya. Manusia bajingan dan egois.

Hana lalu keluar dari kamarnya, dia lalu memanggil Mbak Siti, menannyakan apa sarapan, dan meminta tolong Siti membuatkan omelete buat dirinya.

“Dara dimana, Mbak...?”

“siapa Non?”

“Dara....”

Siti kaget mendengar Hana menanyakan Dara

“diatas dikamarnya dia mungkin sama Mbak Tini mungkin....”

Selesai makan, minum susunya, lalu Hana naik ke atas. Selama dia tinggal disini, inilah pertama kalinya dia naik ke atas. Selama ini dia hanya keluar, kamarnya dan makan dirumah ini, dan semua dilantai 1 dibawah.

Hana membuka kamar Hana yang dibelakang, tepat diatas kamarnya dia sebenarnya. Anaknya nampak terlelap tidur, botol susu yang sudah tinggal sedikit tergeletak di samping pipinya. Mbak Tini yang sedang merapihkan baju Dara, kaget melihat Hana masuk ke kamar itu.

“ Bu...” sapa Tini

“iya mbak....”

Dia lalu melihat wajah anaknya dari dekat.

Tanpa dia sadari aliran airmata menetes di dua pipinya.

Anak ini tidak ada dosanya, anak yang lahir tidak diinginkan oleh dirinya dan bapaknya, tapi kemudian tetap lahir dan tumbuh. Hana merasa seperti terpukul dadanya melihat Dara yang tertidur dengan damai

Kok jahat aku sebagai ibu....tidak pernah gendong dia...tidak pernah perduli dengan anaknya.. saat anaknya butuh susu malah dia sibuk memberikan dadanya ke pria lain yang mestinya ikut merawat anak ini, tapi tidak mereka lakukan

Hana merasa sangat berdosa ke anaknya. Entah kenapa dia kemudian menangis tersedu sedu. Maafin aku anakku, maafin mamamu sayang. Airmatanya menetes membasahi selimut yang menutupi badan anaknya.

Berat badan dan tinggi anaknya saja dia tidak tahu, imunisasi keberapa dan apa susu serta makannya apa, mana dia? Sudah bisa apa perkembangannya juga dia tidak tahu. Hana sedih sekali mengingat hal itu, dia menyesali semuanya, dia sudah melewatkan waktu-waktu anaknya harusnya bersama ibunya, dia malah sibuk dengan yang lain.

Tini yang bingung melihat Hana menangis, hanya dia mematung. Dia tidak mengerti apa yang terjadi, dia hanya memandangi dari balakang sosok Hana yang membaringkan wajahnya disamping Dara, sambil terisak isak menangis.

Hana memegang kaki Dara, dielus elus lembut. Mamamu minta maaf Nak.... maaf sayang... ujarnya dia dalam hati. Dia memgang kaki anaknya, mengelus pipi anaknya sambil airmatanya terus bercucuran di pipinya.

********************

Gaby datang setelah seminggu lebih tidak melihat Hana, bahkan Hana seperti menghilang, makanya hari ini dia berinisiatif datang ke rumah Hana. Dan betapa kagetnya dia melihat Hana lagi menggendong Dara.

“cong...ngga salah lihat gue??”

Hana hanya tertawa....

“kesambet apa lu di kantor polisi hingga jadi malaikat begini?”

“ngarang lu...”

Gaby benar-benar surprise melihat Hana menggendong anaknya, memberinya susu. Meski kadang jika lihat Mbak Tini, Dara suka merengek minta main sama Mbak Tini, tapi kemajuan di diri Hana membuat dia shock.

“lu sehat khan?” tanya dia saat Dara main di roda jalanya itu

“sehat dong...”

“kaget gue...’

“kok kaget...’

“ya kagetlah.... udah insyaf lu....”

“ngaco....emang gue sesat apa...”

Hana tertawa

“lu ngga keluar-keluar?”

Hana menggelengkan kepalanya

“kenapa?”

“ngga apa2, lagi malas aja gue....”

Gaby tersenyum

“lagi senang main ama anak yah....”

“iya sih.... senang aja lihat dia sekarang....”

Hana nampak menitikan airmatanya saat melihat Dara sedang berputar putar di rodanya.

Gaby terharu melihat sahabatnya, dia lalu memeluknya bahunya Hana. Sepertinya naluri keibuannya dia muncul sekarang.

“dia anak lu kok.... wajarlah lu harus dekat ama dia...”

Hana menganggukan kepalanya.

“iya... cantik banget.... “ sambil melihat Dara berteriak karena rodanya kehalang dengan karpet di ruang tamu. Dia lalu bergerak mengarahkan roda Dara agar menjauh dari karpet.

Gaby lalu mendekatinya sambil berbisik

“udah baikan lu ama Ken?”

Hana kaget ditanya demikian. Dia bingung harus menjawab apa.

“tetap mau pisah lu berdua..?”

Hana menundukkan kepalanya

“ngga tau Ge...”

Dia seperti menahan sesuatu di dadanya. Dia hanya bisa diam

“beberapa hari ini aku senang aja main ama Dara, kan dia siang baru turun, pas papanya berangkat dia tidur lagi, siang baru bangun, nanti sore tidur lagi, bangun mandi....papanya datang langsung dikurung di kamarnya.... jadi waktu aku main ama dia yah siang begini aja.....”

Meski dia tahu betapa jahatnya Hana selama ini ke anaknya, ke orangtuanya, apalagi ke suaminya Ken, namun mendengar curahan hatinya seperti itu mau tidak mau hati Gaby tersentuh juga, dia ikut merasakan bahwa Hana sepertinya sudah ada di titik dimana dia sadar siapa dia, bagaimana kodratnya sebagai ibu, dan bagaimana merasakan jadi seorang ibu dengan melihat anaknya bermain dan rindu ingin selalu dekat dengan anaknya.

“astaga Hana.......” dia memeluk sahabatnya itu. Gaby adalah salah satu sahabat yang sering meminta agar Hana mencoba membangun rumah tangganya, sebagaimana hancurnya hubungan mereka berdua dengan Ken, tapi setidaknya dicoba dulu. Demikian dia selalu bicara saat Hana dengan sombongnya berbicara dia ingin segera selesai.

“lu udah bicara dengan Ken?”

Hana menggelengkan kepalanya

“dia ngga mau bicara ama gue kali...”

“udah lu coba belum...?”

Hana kembali menggelengkan kepalanya

“belum lu coba juga.....”

Diam sesaat

“planning lu gimana....?”

“gue belum tahu Ge....”

“ih...lu mah...”

Hana menggendong anaknya, lalu menyodorkan susunya ke mulut Dara.

“mau susu sayang?” sambil memandang wajah anaknya dengan binar matanya, lalu tersenyum saat anaknya mulai menyedot susunya...” pintar anak mama...”

Gaby terharu kembali melihat hal tersebut

“sekarang....aku berat kalo disuruh pisah ama Dara.....” ungkap Hana, matanya kini berair sambil memandang Gaby

“lah...trus?”

“gue ngga tau.....” dia menggelengkan kepalanya

“ Ken juga pasti ngga mau lepas anak ini.....”

Hana hanya diam sesekali dia memeluk anaknya yang kini diam dalam pelukannya. Dia semakin dilematis sekarang. Gaby juga jadinya kasihan melihat kondisinya sekarang, situasi berbeda dengan sebulan lalu dimana dia keukeuh ingin selesai dengan Ken. Kini saat situasi yang diinginkannya tidak seindah apa yang dia pikirkan, ternyata semua berbalik.

“lu bawa dalam doa semua Cong....” hibur Gaby

Hana lalu membawa anaknya naik ke kamarnya, karena saat minum susu dia tertidur. Dia lalu turun dan mengajak Gaby makan siang, gaby yang tadinya menolak akhirnya ikut makan melihat sambal buatan Siti yang menggoda seleranya.

“lu coba aja baikan.... Ken khan baik anaknya.... kali aja tergerak hatinya....”

Hana hanya tertawa mendengar usulan Gaby

“ laki lu keren begitu..... mata lu aja yang salah lihat makanya selalu bilang katro....”

Hatinya sedikit miris mengingat kelakuannya selama ini kepada Ken, dia tahu pasti Ken sakit hati sekali dengan perlakuannya selama ini.

“saran gue lu bicara baik-baik, sambil lu perbaiki diri... bawa dalam doa... gue rasa Ken baik kok selama ini ama lu..... masalah dia gimana hatinya... tapi khan lu minta jemput dia datang jemput, lu minta mobil dia beliin juga....lu minta uang dikasih juga khan....kalo dia gimana gimana ama lu ngga mungkin dia begitu....” Ujar Gaby menyemangatinya

Mereka lalu mencoba kopi yang di rumah yangs selalu tersedia.

“ini tangga lu outdoor? Kalo hujan gimana?”

“otomatis mbak.... ada buat biar tahu ada air hujan diatas, atau ngga ada tombolnya di lantai dua” jawab siti

“oh....keren yah....”

“Eh kamar lu dibawah? Trus laki lu dimana?”

“Itu diatas, yang ngadep ke depan, dia ama Dara disitu kalau malam. Kalo siang Dara di kamarnya dia sendiri”

Gaby tersenyum

“kenapa ngga sekamar aja lu ama laki sih....”

“ngaco lu ah....”

Gaby tertawa kencang banget

“kali aja abis ditest.... dia takluk ama lu.....”

Hana mencubit lengan Gaby

“gue heran ama lu, ada yang halal masih fresh lagi.... lu malah nyari yang udah expire...” Hana kembali tertwa mendengar banyolan Gaby.

“lu ama Arnold kapan?’ Tanya Hana

“Arnold akhir tahun mungkin balik Jakarta, baru kita bicarakan pernikahan” pacar Gaby, arnold adalah Kacab sebuah bank swasta di Palembang. Mereka juga sudah merencanakan untuk melangsungkan pernikahan sekembalinya Arnold ke Jakarta.

“btw, laki lu punya cewe ngga? “

“gue ngga tau....”

“gue rasa sih ada kali yah...masa usia segitu trus keren gitu ngga punya cewe?”

Hana terdiam mendengar kata-kata Gaby. Dia yang terlalu cuek dan tidak perduli selama ini memang membuat dia tidak tahu kondisi mengenai Ken, apa dia punya wanita lain yang menunggu perceraian mereka segera terlaksana, atau bagaimana. Jika itu terjadi anakku dirawat wanita lain dong? Pikiran Hana mulai mengembara kesana jadinya.
 
Terakhir diubah:
CHAPTER XXII

Penyesalan yang selalu telat


Seminggu lebih Hana hanya mengurung diri di kamarnya. Dia tidak keluar, tidak bersosialisasi, dia hanya menyesali diri, tidur dan kadang menangis sendiri. Trauma saat diperiksa di polres masih terasa baginya. Dibentak bentak disuruh ngaku make padahal dia tidak pakai, ditekan tekan dan diancam dengan hukuman lama jika berbelit belit, membuat dia trauma.

Belum lagi rasa malunya ke suaminya. Ken yang diajak ribut setiap saat malah yang bantu dia untuk keluar dari sana. Dan Ken yang memang tidak menegurnya sama sekali, perlakuannya juga selama ini tetap sama, dia tidak bertanya kondisinya, atau menyapa Hana, seperti biasa dia sibuk dengan pekerjaannya dan pergi pagi, pulang malam. Dirumah pun dia akan sibuk dengan anaknya.

Jam 10 pagi dia mencoba untuk mandi. Biar segar. Lalu saat dia selesai berganti baju, dia melihat ada 3 miss called dari nomor yang dia tidak kenal, pas dia lihat whatsappnya, ternyata Angga yang menelponnya menggunakan nomor dia yang berbeda. Langsung tanpa ampun Hana memblokirnya. Dia merasa Angga sudah tidak layak lagi bagi dirinya. Manusia bajingan dan egois.

Hana lalu keluar dari kamarnya, dia lalu memanggil Mbak Siti, menannyakan apa sarapan, dan meminta tolong Siti membuatkan omelete buat dirinya.

“Dara dimana, Mak...?”

“siapa Non?”

“Dara....”

Siti kaget mendengar Hana menanyakan Dara

“diatas dikamarnya dia mungkin sama Mbak Tini mungkin....”

Selesai makan, minum susunya, lalu Hana naik ke atas. Selama dia tinggal disini, inilah pertama kalinya dia naik ke atas. Selama ini dia hanya keluar, kamarnya dan makan dirumah ini, dan semua dilantai 1 dibawah.

Hana membuka kamar Hana yang dibelakang, tepat diatas kamarnya dia sebenarnya. Anaknya nampak terlelap tidur, botol susu yang sudah tinggal sedikit tergeletak di samping pipinya. Mbak Tini yang sedang merapihkan baju Dara, kaget melihat Hana masuk ke kamar itu.

“ Bu...” sapa Tini

“iya mbak....”

Dia lalu melihat wajah anaknya dari dekat.

Tanpa dia sadari aliran airmata menetes di dua pipinya.

Anak ini tidak ada dosanya, anak yang lahir tidak diinginkan oleh dirinya dan bapaknya, tapi kemudian tetap lahir dan tumbuh. Hana merasa seperti terpukul dadanya melihat Dara yang tertidur dengan damai

Kok jahat aku sebagai ibu....tidak pernah gendong dia...tidak pernah perduli dengan anaknya.. saat anaknya butuh susu malah dia sibuk memberikan dadanya ke pria lain yang mestinya ikut merawat anak ini, tapi tidak mereka lakukan

Hana merasa sangat berdosa ke anaknya. Entah kenapa dia kemudian menangis tersedu sedu. Maafin aku anakku, maafin mamamu sayang. Airmatanya menetes membasahi selimut yang menutupi badan anaknya.

Berat badan dan tinggi anaknya saja dia tidak tahu, imunisasi keberapa dan apa susu serta makannya apa, mana dia? Sudah bisa apa perkembangannya juga dia tidak tahu. Hana sedih sekali mengingat hal itu, dia menyesali semuanya, dia sudah melewatkan waktu-waktu anaknya harusnya bersama ibunya, dia malah sibuk dengan yang lain.

Tini yang bingung melihat Hana menangis, hanya dia mematung. Dia tidak mengerti apa yang terjadi, dia hanya memandangi dari balakang sosok Hana yang membaringkan wajahnya disamping Dara, sambil terisak isak menangis.

Hana memegang kaki Dara, dielus elus lembut. Mamamu minta maaf Nak.... maaf sayang... ujarnya dia dalam hati. Dia memgang kaki anaknya, mengelus pipi anaknya sambil airmatanya terus bercucuran di pipinya.

********************

Gaby datang setelah seminggu lebih tidak melihat Hana, bahkan Hana seperti menghilang, makanya hari ini dia berinisiatif datang ke rumah Hana. Dan betapa kagetnya dia melihat Hana lagi menggendong Dara.

“cong...ngga salah lihat gue??”

Hana hanya tertawa....

“kesambet apa lu di kantor polisi hingga jadi malaikat begini?”

“ngarang lu...”

Gaby benar-benar surprise melihat Hana menggendong anaknya, memberinya susu. Meski kadang jika lihat Mbak Tini, Dara suka merengek minta main sama Mbak Tini, tapi kemajuan di diri Hana membuat dia shock.

“lu sehat khan?” tanya dia saat Dara main di roda jalanya itu

“sehat dong...”

“kaget gue...’

“kok kaget...’

“ya kagetlah.... udah insyaf lu....”

“ngaco....emang gue sesat apa...”

Hana tertawa

“lu ngga keluar-keluar?”

Hana menggelengkan kepalanya

“kenapa?”

“ngga apa2, lagi malas aja gue....”

Gabu tersenyum

“lagi senang main ama anak yah....”

“iya sih.... senang aja lihat dia sekarang....”

Hana nampak menitikan airmatanya saat melihat Dara sedang berputar putar di rodanya.

Gaby terharu melihat sahabatnya, dia lalu memeluknya bahunya Hana. Sepertinya naluri keibuannya dia muncul sekarang.

“dia anak lu kok.... wajarlah lu harus dekat ama dia...”

Hana menganggukan kepalanya.

“iya... cantik banget.... “ sambil melihat Dara berteriak karena rodanya kehalang dengan karpet di ruang tamu. Dia lalu bergerak mengarahkan roda Dara agar menjauh dari karpet.

Gaby lalu mendekatinya sambil berbisik

“udah baikan lu ama Ken?”

Hana kaget ditanya demikian. Dia bingung harus menjawab apa.

“tetap mau pisah lu berdua..?”

Hana menundukkan kepalanya

“ngga tau Ge...”

Dia seperti menahan sesuatu di dadanya. Dia hanya bisa diam

“beberapa hari ini aku senang aja main ama Dara, kan dia siang baru turun, pas papanya berangkat dia tidur lagi, siang baru bangun, nanti sore tidur lagi, bangun mandi....papanya datang langsung dikurung di kamarnya.... jadi waktu aku main ama dia yah siang begini aja.....”

Meski dia tahu betapa jahatnya Hana selama ini ke anaknya, ke orangtuanya, apalagi ke suaminya Ken, namun mendengar curahan hatinya seperti itu mau tidak mau hati Gaby tersentuh juga, dia ikut merasakan bahwa Hana sepertinya sudah ada di titik dimana dia sadar siapa dia, bagaimana kodratnya sebagai ibu, dan bagaimana merasakan jadi seorang ibu dengan melihat anaknya bermain dan rindu ingin selalu dekat dengan anaknya.

“astaga Hana.......” dia memeluk sahabatnya itu. Gaby adalah salah satu sahabat yang sering meminta agar Hana mencoba membangun rumah tangganya, sebagaimana hancurnya hubungan mereka berdua dengan Ken, tapi setidaknya dicoba dulu. Demikian dia selalu bicara saat Hana dengan sombongnya berbicara dia ingin segera selesai.

“lu udah bicara dengan Ken?”

Hana menggelengkan kepalanya

“dia ngga mau bicara ama gue kali...”

“udah lu coba belum...?”

Hana kembali menggelengkan kepalanya

“belum lu coba juga.....”

Diam sesaat

“planning lu gimana....?”

“gue belum tahu Ge....”

“ih...lu mah...”

Hana menggendong anaknya, lalu menyodorkan susunya ke mulut Dara.

“mau susu sayang?” sambil memandang wajah anaknya dengan binar matanya, lalu tersenyum saat anaknya mulai menyedot susunya...” pintar anak mama...”

Gaby terharu kembali melihat hal tersebut

“sekarang....aku berat kalo disuruh pisah ama Dara.....” ungkap Hana, matanya kini berair sambil memandang Gaby

“lah...trus?”

“gue ngga tau.....” dia menggelengkan kepalanya

“ Ken juga pasti ngga mau lepas anak ini.....”

Hana hanya diam sesekali dia memeluk anaknya yang kini diam dalam pelukannya. Dia semakin dilematis sekarang. Gaby juga jadinya kasihan melihat kondisinya sekarang, situasi berbeda dengan sebulan lalu dimana dia keukeuh ingin selesai dengan Ken. Kini saat situasi yang diinginkannya tidak seindah apa yang dia pikirkan, ternyata semua berbalik.

“lu bawa dalam doa semua Cong....” hibur Gaby

Hana lalu membawa anaknya naik ke kamarnya, karena saat minum susu dia tertidur. Dia lalu turun dan mengajak Gaby makan siang, gaby yang tadinya menolak akhirnya ikut makan melihat sambal buatan Siti yang menggoda seleranya.

“lu coba aja baikan.... Ken khan baik anaknya.... kali aja tergerak hatinya....”

Hana hanya tertawa mendengar usulan Gaby

“ laki lu keren begitu..... mata lu aja yang salah lihat makanya selalu bilang katro....”

Hatinya sedikit miris mengingat kelakuannya selama ini kepada Ken, dia tahu pasti Ken sakit hati sekali dengan perlakuannya selama ini.

“saran gue lu bicara baik-baik, sambil lu perbaiki diri... bawa dalam doa... gue rasa Ken baik kok selama ini ama lu..... masalah dia gimana hatinya... tapi khan lu minta jemput dia datang jemput, lu minta mobil dia beliin juga....lu minta uang dikasih juga khan....kalo dia gimana gimana ama lu ngga mungkin dia begitu....” Ujar Gaby menyemangatinya

Mereka lalu mencoba kopi yang di rumah yangs selalu tersedia.

“ini tangga lu outdoor? Kalo hujan gimana?”

“otomatis mbak.... ada buat biar tahu ada air hujan diatas, atau ngga ada tombolnya di lantai dua” jawab siti

“oh....keren yah....”

“Eh kamar lu dibawah? Trus laki lu dimana?”

“Itu diatas, yang ngadep ke depan, dia ama Dara disitu kalau malam. Kalo siang Dara di kamarnya dia sendiri”

Gaby tersenyum

“kenapa ngga sekamar aja lu ama laki sih....”

“ngaco lu ah....”

Gaby tertawa kencang banget

“kali aja abis ditest.... dia takluk ama lu.....”

Hana mencubit lengan Gaby

“gue heran ama lu, ada yang halal masih fresh lagi.... lu malah nyari yang udah expire...” Hana kembali tertwa mendengar banyolan Gaby.

“lu ama Arnold kapan?’ Tanya Hana

“Arnold akhir tahun mungkin balik Jakarta, baru kita bicarakan pernikahan” pacar Gaby, arnold adalah Kacab sebuah bank swasta di Palembang. Mereka juga sudah merencanakan untuk melangsungkan pernikahan sekembalinya Arnold ke Jakarta.

“btw, laki lu punya cewe ngga? “

“gue ngga tau....”

“gue rasa sih ada kali yah...masa usia segitu trus keren gitu ngga punya cewe?”

Hana terdiam mendengar kata-kata Gaby. Dia yang terlalu cuek dan tidak perduli selama ini memang membuat dia tidak tahu kondisi mengenai Ken, apa dia punya wanita lain yang menunggu perceraian mereka segera terlaksana, atau bagaimana. Jika itu terjadi anakku dirawat wanita lain dong? Pikiran Hana mulai mengembara kesana jadinya.
ayoo suhu lanjut lagi penasaran sama langkah ken selanjutnya @Elkintong
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd