PART 1
Pov 3rd
Sudah beberapa hari ini Ratih merasa ada sesuatu yang mengikutinya terus. Ketika ia di kamar mandi dan mengunci pintu untuk membersihkan badan, ia merasa adw sesuatu yang ikut masuk bersama nya ke kamar mandi itu.
Beberapa saat ia memandang kian-kemari, tapi tak ada siapa-siapa di dalam kamar mandi itu, kecuali diri nya sendiri.
Kemudian, malam ini, setelah jam dinding berdentang 12 kali, Ratih juga merasa sedang diperhatikan oleh sepasang mata yang tak diketahui siapa pemilik nya.
Mata nya sendiri terasa sulit diajak tidur, padahal malam kian sepi dan semakin larut. Suara tetes-tetesnair dari kran kamar mandi terdengar samar-samar bagai langkah-langkah kaki seseorang.
Ratih menarik nafas panjang, setelah ia tahu pasti bahwa jantung nya sedang berdebar-debar. Menggelisakan sekali malam ini, sudah beberapa kali Ratih memeriksa kamar nya, ternyata memang hanya dia saja yang ada di kamar itu. Tidak ada seorang pun selain dirinya.
Tapi, mengapa ia merasa ada sesosok makhluk yang hadir di kamar itu, hal itu menimbulkan kegelisahan yang sangat menyiksa nya.
Ratih terpaksa mengerutkan alisnya dan menajamkan teliganya ketika ia mendengar ketukan pintu kamar. Ketukan itu sangat samar sekali, andai malam tak begitu sepi, mungkin ia tak akan mendengar ketukan pintu itu.
Lembut dan sangat tipis kedengaran nya. Ratih merasa ragu sejenak, dalam hati nya bertanya-tanya benarkah ia mendengar suara ketukan pintu? Siapakah yang ingin bertemu dengan nya malam ini? Tante nya? Atau Oom Hendro? Atau mungkin si kecil Cindy?
Sekalipun Ratih merasa tidak yakin kalau yang mengetuk pintu kamar nya itu salah satu dari keluarga oom nya, namun ia terpaksa bergegas turun dari ranjang dan membukakan pintu.
Ratih nyaris menjerit setelah mata nya menatap siapa yang ada di depan kamar nya itu. Ia membelalakan mata lebar-lebar, menatap sosok yang ada di depan nya yang membuat nya sempat tidak percaya pada penglihatan nya sendiri.
Dengan tubuh gemetar dan jantung berdegup kian keras, Ratih masih belum dapat berpaling mengalihkan pandangan nya. Sepasang mata nya yang bening masih tertuju pada orang yang berdiri di depan nya, yang memiliki wajah, rambut, bibir, dan segala nya.... Mirip sekali dengan diri nya. Bahkan orang itu bisa dikatakan serupa betul dengan dirinya.
Hanya gaun malam yang berbeda yang membuat Ratih yakin bahwa ia tidak sedang berdiri di depan cermin.
Gadis yang berada di depan Ratih mempunyai sorot mata yang sedikit sayu, tetapi ketebalan alis nya yang indah sama persis dengan alis yang di miliki nya. Potongan rambut nya yang panjang terurai sebatas pinggang, sama persis dengan rambut nya, juga wajah dan potongann tubuh nya yang ramping tidak ada bedanya dengan yang dimilik nya.
Gadia itu menggunakan gaun malam yang longgar, dengan warna kain sutra merah muda dan berenda putih pada bagian leher gaun. Sedangkan saat ini ia hanya menggunakan gaun longgar dari bahan katun berwarna biru tua.
Dengan bibir gemetar dan keheranan yang tak terbatas lagi, ia memberanikan diri nya menegur gadis itu, "Siapa kamu? Ada perlu apa datang pada ku?".
Gadis itu bersandar pada kusen pintu, ia tampak kalem dan tenang, suara nya begitu pelan, namun cukup jelas di dengar oleh nya.
"Ada sesuatu yang perlu ku katakan kepada mu".
"Jawab dulu pertanyaan ku, siapa kamu?", desak Ratih menahan gemetar tubuh nya. "Siapa nama mu? Katakan!".
Gadis tersebut memandang Ratih, kemudian bibir nya merekah indah, yang serupa dengan bibir nya, ia berkata, nama ku..... Ratih Puspa Sari....".
Ratih terpekik tertahan, nafas nya terhentak bak ingin terlontar lewat mulut. Akibat nya, hanya mulutnya yang dapat ternganga mendengar jawaban gadis itu. Sepasang tangan nya be4usaha menutupi mulut nya sendiri seraya ia bergerak mundur dan menggeleng-gelengkan kepala.
"Tidak.....Kau bukan Ratih Puspa Sari. Itu namaku. Akulah Ratih Puspa Sari....".
Gadis asing yang kehadiran nya sangat menegangkan Ratih itu tersenyum tipis, gayanya mirip sekali dengan diri nya jika sedang tersenyum dalam ketenangan, gadis itu berdiri dengan santai, seakan sangat bahagia dapat bertemu dengan diri nya.
Ratih menegaskan sekali lagi. Aku Ratih Puspa Sari. Bukan kau".
Gadis itu mengangguk, tetap tenang dan menyunggingkan senyum tipis. "Kau memang Ratih Puspa Sari", kata nya.
"Mengapa kau tadi mengaku mempunyai nama seperti nama ku?".
Gadis itu menjawab dengan ramah, "aku adalah kamu, Ratih.....".
"Oh.....?!", Ratih semakin bingung dan ketakutan.
"Aku yang mendampingimu sejak kau dalam kandungan ibu, aku yang ada bersama kamu, bersama penderitaan mu, bersama kehidupan mu selama ini. Aku sangat menderita sejak kematian ayah, lalu kematian ibu, dua tahun lalu, dan sekarang aku hadir sengaja ingin menemui mu, kau dalam bahaya, kau tidak boleh tinggal di rumah ini, bawalah pergi raga mu pergi jauh dari sini, Ratih.....".
Ratih semakin di cekam ketakutan, ia tak tahan menatap senyum gadis itu, yang tipis namun terasa dingin di hati. Ratih segera buang muka seraya duduk di tepi ranjang. " Aku tak percaya.......! Aku tak.........".
Ratih berhenti meneruskan kata-kata nya, karena begitu ia berpaling lagi untuk memandang gadis itu, ternyata ia hanya menemukan kesunyian diambang pintu. Gadis itu tidak ada. Dari kamar ia hanya memandang sebagian meja makan dan beberapa kursi serta lorong menuju dapur yang saat itu diterangi lampu 25 watt.
"Oh.....?Kemana dia....?!", gumam ratih bertanya. Detak-detak dalam dada nya bertambah keras sejak hilang nya gadis itu. Rasa takut kini berbaur dengan rasa penasaran.
Rasa itulah yang membuat diri ny melangkah perlahan-lahan menuju ruang makan. "Oh...Sepi..? Tidak ada siapapun di ruang makan", batin nya berkata.
Gerak mata Ratih begitu jalang dan tegang, suar tetesan air kran mandi sangat monoton, sehingga menimbulkan suasana yang menyeramkan. Rasa penasaran Ratih tak dapat di cegah, kaki nya melangkah setapak demi setapak, tanpa mengenakan alas kaki, ia menuju dapur yang bercahaya remang-remang.
"Oh..Di dapur makin lengang, hanya kesepian yang jelas ada disana. Perabot dapur tergantung, menimbulkan kesan suasana seram. Ia meneliti keadaan sekitar dengan hati-hati dan dengan degub jantung yang berdebar semakin menyesakkan pernafasan nya, "Ah, ternyata tidak ada siapa-siapa di dapur, lantas kemana lari gadis itu? Ke kamar mandi?", gerutu nya di hati.
Lanjutan nya di bawah....