PART 7
Ratih Puspa Sari aka Ratih
Raka Priambudi Gemilang aka Raka
Pov 3rd
Kini Raka tercenung.
"Jadi, siapa lelaki semalam yang mengaku sebagai penjaga malam yang di gaji oleh oom Hendro?".
"Lelaki yang mana? Apakah kamu bertemu dengan seorang lelaki?".
"Bukan hanya bertemu, tapi malah sempat berbincang-bincang sebentar, sebelum lelaki tersebut pergi membeli rokok. Lelaki itu berbadan kurus, sedikit pendek, menggunakan kaos oblong putih dan celana tanggung biru...".
"Astaga....!". Ratih terbelalak mata nya.
Ia melongo menatap Raka dengan wajah tegang. "Apakah....Apakah ia mengenakan peci hitam di kepala nya?!". Tanya Ratih dengan suara bergetar.
"Benar sekali, Tih! Usia nya sekitar 50 tahunan. Mungkin lebih, mungkin kurang".
Ratih tertegun dan seketika wajah nya menjadi pucat. Ia menutup mulut nya yang sempat melongo dan tenganga mendengar perkataan pemuda itu barusan.
Gadis itu terdiam seperti patung, tak bergerak dalam ketegangan nya. Raka merasa heran, kemudian memberanikan diri menepak lengan Ratih.
"Hei, kenapa kamu ini, Tih?".
"Kamu...Kamu telah.....". Ratih gugup.
"Kamu telah....Bertemu dengan pak.....Pak Gani....". Suara Ratih begitu pelan, nyaris tak terdengar.
"Pak Gani? Pak Gani itu siapa?".
"Bekas....Bekas pembantu di rumah ini yang telah lama meninggal".
"Hah....?!". Raka terpekik, mata nya mendelik, bulu kuduk nya meremang, merinding seketika.
Ratih menjelaskan lebih lanjut, "konon, sebelum aku tinggal di sini, ada seorang pembantu yang bernama pak Gani. Ia tewas akibat jatuh dari jendela lantai atas. Kata mbak Susi, pembantu sebelah rumah, pak Gani waktu itu sedang memasang kaca, kaca jendela itu jatuh bersama-sama tubuh nya. Dan.... Dan konon tubuh pak Gani nyaris terpotong oleh pecahan kaca itu. Ia meninggal di rumah sakit. Sejak saat itu, ada beberapa orang yang sering melihat hantu pak Gani duduk di depan rumah, mengenakan pakaian seperti yang barusan kamu sebutkan tadi, dan tak lupa.... Peci hitam yang selalu di kenakan di kepala nya".
Sambil melangkah ke kamar mandi, jantung Raka berdebar-debar. Pemuda itu masih merinding membayangkan perjumpaan nya semalam dengan hantu pak Gani.
Raka sama sekali tidak mengira bahwa saat itu ia berhadapan dengan roh halus.
Kendati air dari bak mandi mengguyur tubuh nya dan terasa badan nya segar, namun rasa nya otak nya semakin kusut saja. Berarti sudah ada beberapa kematian di rumah ini. Kini, semakin ia sadari, ada yang tidak beres di rumah oom Hendro ini. Ada apa sebenarnya?
Sayang, hari ini Raka harus menyelesaikan urusan kantor nya yang belum tuntas. Andai tidak, dia akan mencoba naik ke loteng dan berusaha melihat apa yang ada di dalam kamar tertutup itu. Urusan kantor, adalah urusan yang membosankan bagi Raka, tapi tidak dapat ditinggalkan begitu saja.
Otak nya memang masih digelayuti teka-teki yang cukup aneh tentang rumah oom Hendro yang boleh dibilang bak istana, termegah dan terindah diantara rumah-rumah elite yang ada di dalam kompleks tersebut.
Ratih tahu, pemuda itu dalam kegelisahan yang nyaris tidak terbendung lagi. Diam-diam, sejak kedatangan nya, Ratih terlihat sangat perhatian pada Raka.
Ratih dapat menyimpulkan bahwa Raka tipe lelaki yang tidak boleh diganggu dengan keanehan. Ia akan penasaran dan selalu mengejar keanehan tersebut sampai diketahui nya secara gamblang apa penyebab nya.
Sebab itulah, Ratih tidak banyak menceritakan keanehan yang pernah dialami nya dirumah ini. Ratih tahu, Raka membutuhkan konsentrasi untuk urusan pekerjaan nya, dan tidak boleh diganggu oleh keganjilan yang dapat meresahkan jiwa nya.
Tetapi sore ini, menjelang maghrib, Raka sudah ada di rumah. Saat itu, tante Wulan kedatangan tamu yang hendak mengajak nya pergi. Tamu itu adalah nyonya Albert, istri seorang insiyur berkebangsaan Prancis.
Ketika Raka sedang mengangkat jemuran baju nya. Raka melihat Ratih mengantarkan nyonya Albert ke kamar mandi untuk tamu, bukan kamar mandi di samping gudang. Kamar mandi itu terletak beberapa meter dari ruang makan, menjorok ke serambi belakang.
"Kamu mau setrika baju mu?", tanya Ratih setelah mengantar nyonya Albert.
Raka mengangguk. "Bagaimana kalau aku saja yang menyetrikakan nya!". ucap Ratih menawarkan diri.
Raka belum sempat menjawab.
Tiba-tiba mereka mendengar suara jeritan nyonya Albert dari dalam kamar mandi. Seketika Raka dan Ratih berlari menghambur ke kamar mandi, dan berpapasan dengan nyonya Albert di ruang makan.
Perempuan itu tampak pucat dan tergagap-gagap. Ia seperti sangat ketakutan.
"Ada apa nyonya Albert....? Ada apa....?". Ratih ikutan khawatir.
"Yuli....", seru nyonya Albert sambil menunjuk dinding kamar mandi tamu.
"Saya melihat tubuh Yuli masih mengambang di bak mandi....". Ujar nya menjelaskan apa yang membuat nya berteriak histeris.
"Yuli.....??". Raka dan Ratih sama-sama menggumam tegang dan saling tatap.
Bersambung....