Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

MISTERI - TAMAT GAUN PENGHANTAR KEMATIAN

Apakah nasib Ratih dan Raka akan selamat diakhir cerita.....?


  • Total voters
    124
  • Poll closed .
Bimabet
Mohon maaf jika PART 18, di akhir cerita bikin kentang pembaca.

Soalnya ane sempat nya nulis cuma sebatas itu, kecapean jalan-jalan kemaren sama keluarga.

Semoga bisa memberikan hiburan di waktu libur natal dan tahun baru.
 
PART 18

images_1.jpg

Raka Priambudi Gemilang aka Raka

4394176182_oe8c82322d.jpg

Ratih Puspa Sari aka Ratih

images_3.jpg

ilustrasi tante Wulan saat mengenakan kimono berbahan handuk



Pov 3rd


Suara musik terdengar dari lantai atas, pertanda tante Wulan belum tidur.

Sementara itu, Raka berjalan menuju kamar mandi tamu. Bulu kuduk nya meremang ketika ia hendak memasuki kamar mandi tersebut, karena teringat kejadian-kejadian aneh yang dialami Ratih dan nyonya Albert. Raka telah siap, waspada terhadap segala gerakan yang sewaktu-waktu dapat mengejutkan nya.

Debar-debar hati mulai dapat dirasakan, detak-detak jantung juga sempat membuat tangan nya gemetar pada saat mengambil sebuah pispot putih yang terletak di pojok kamar mandi itu.

Ketika Raka membungkuk, ia masih sempat terkejut karena terdengar suara air bak mandi bagai memercik sendiri.

Raka menoleh kebelakang, ke arah bak mandi. Sepi. Tidak ada siapa-siapa, berarti itu hanya perasaan nya saja.

Tetapi, Raka terpaksa tertegun sejenak melihat permukaan air bak bergoyang-goyang, sepertinya ada sesuatu yang telah masuk ke situ.

Raka memeriksa sekeliling sekali lagi. Sepi.

Kemudian ia melongok ke dalam bak mandi, kalau-kalau ada benda yang jatuh ke dalam air. Ah, kosong.

Tidak ada benda sekecil jarum pun yang terdapat dalam air yang bening itu.

Lantas, mengapa permukaan air itu bergoyang-goyang.

Raka memandang ke atas, ke plavon triplek yang berwarna putih rata itu, tidak ada tanda-tanda benda menggantung di atas sana.

Mata Raka melihat bagian plavon yang tidak menyatu dengan yang lain, letaknya di sudut.

Raka memperkirakan, itulah jalan masuk ke loteng, dengan cara membuka triplek tersebut.

Raka akan datang naik ke atas dan menyusuri loteng menuju kamar misterius. Di sana, ia bisa membongkar salah satu plavon nya.

Gerakan permukaan air bak tidak terlalu dihiraukan nya.

Raka segera pergi meninggalkan kamar mandi yang menimbulkan getaran kecil di hati nya itu.

Ia segera menyerahkan pispot tersebut, kepada Ratih yang tentu sudah sejak tadi menahan kencing.

Sekarang, Ratih sudah bisa menggunakan kaki nya untuk pipis, kendati harus pelan-pelan dan hati-hati sekali.

"Perlu ku bantu?", ucap Raka menggoda.

"Biarkan aku belajar mandiri, malu tahu pipis di hadapan mu", jawab Ratih diplomatis dan tersipu malu.

Raka tertawa pelan, dan seraya berkata sebelum ia keluar kamar gadis itu.

"Ya, sudah, aku aku tunggu kamu selesai pipis nya, nanti aku ambil pispot nya, jika sudah selesai".
.
.
.
Pukul 23.00 wib.....

Raka baru saja keluar dari kamar Ratih untuk kesekian kali nya, dia telah memenuhi semua permintaan gadis itu.

"Jangan tinggalkan aku sebelum aku tertidur, Raka".

Raka mengangguk sambil memberi senyuman manis kepada kekasih nya.

Dan Raka merasa bahagia bisa memenuhi semua keinginan Ratih kekasih nya beberapa saat lalu.

Kini kekasih nya itu telah tertidur, mirip seperti anak kecil, setelah ia meminta Raka membacakan sebuah novel karya Andrei Aksana berjudul Sebagai Ganti Diri mu.

"Duh kok ini malah promo novel orang lain", sindir TS.

Novel yang mempunyai tebal hampir 400 halaman itu, mulai di buka Raka. Beberapa lembar, kekasih nya itu sudah terlena dengan cerita di novel itu sambil terus menyunggingkan senyum membayangkan alur cerita nya, hingga beberapa saat kemudian ia sudah terpejam mata nya, tidur dan mungkin sudah hanyut dalam alam mimpi yang indah.

Raka mengambil selimut dari lemari pakaian Ratih, kemudian membetulkan letak selimut itu, merapikannya hingga menutup badan Ratih, setelah itu ia meninggalkannya dengan perasaan tenang.
.
.
.
Pukul 23.30 wib.... Di ruang tengah....

Acara TV masih berlangsung, menayangkn pertandingan sepakbola premier league, derby london antara Chelsea vs Arsenal. Kedua club sepakbola profesional yang memiliki pemain-pemain berkualitas.

Raka yang mengidolakan The Blues Chelsea julukan untuk klub Chelsea Fc. Ia sangat antusias sekali malam itu. Setelah ia membuat segelas kopi hitam dan 1 piring kue kering serta 1 bungkus rokok putih berlogo A, untuk menemani nya nonton derby london tersebut. Ia kembali lagi ke ruang tengah itu untuk menyaksikan jalan nya pertandingan babak pertama.

Jalan pertandingan babak pertama semakin seru, jual beli serangan dilancarkan masing-masing kubu. The Gunners Arsenal julukan club Arsenal Fc, tidak ingin malu walaupun harus bertandang di hadapan pendukung si biru yang begitu banyak, sampai hampir seisi stadion Stamford Bridge itu seperti lautan biru.

Akhirnya di menit 43.25 sebelum penghujung babak pertama usai sorak sorai pendukung tuan rumah tumpah ruah saat Diego Costa bisa menyarangkan si kulit bundar mengecoh mantan penjaga gawang Chelsea, Peter Cech.

"GOOOOOLLLL....", teriak Raka spontan karena merasa kegirangan.
1-0 untuk sementara si biru unggul atas meriam london.

Menunggu Babak kedua di mulai, Raka mencoba mengganti channel lain, selain ia terlihat malas mendengarkan obrolan komentator bola dan pembawa acara.

Saat ia mengganti channel TV, disalah satu TV swasta nasional sedang menayangkan film box office, PARANORMAL ACTIVITY. Menggidik juga setelah melihat tayangan film tersebut, hingga Raka kembali memindahkan channel TV ke saluran semula, dimana komentator bola sedang menjelaskan analisa nya tentang permainan kedua tim, ia seperti kurang menarik untuk menyimak omongan komentator bola, justru ingatan nya menerawang dan memikirkan nasib Ratih kekasih nya.

Pikiran Raka masih terganggu beberapa hal.
"Langkah-langkah membawa Ratih pergi dari rumah ini, kamar misterius yang belum diketahui isi nya, gerakan air di kamar mandi yang tadi di lihatnya, dan banyak hal lain yang muncul bergantian diluar kehendak nya".

Sampai-sampai ketika tante Wulan turun dari lantai atas untuk mengambil sebotol minuman dari dalam buffet pun, pemuda itu tidak menyadari nya.

"Hei, nonton TV apa melamun, Raka".

Teguran itu sebenarnya cukup pelan, namun dapat membuat badan Raka tergerak karena kaget.

Raka terpaksa tersenyum malu.

"Belum tidur, tante?". Raka sengaja mengalihkan pembicaraan untuk menutupi rasa malu nya.

"Tadi siang terlalu banyak tidur, akhirnya sekarang susah tidur". Gerutu tante Wulan.

Suara musik lembut masih terdengar di lantai atas. Tante Wulan malah ikut duduk di sofa dan menyaksikan obrolan komentator bola dengan pembawa acara bola.

"Bagaimana dengan si malas itu?", tanya tante Wulan tanpa memandang yang diajak bicara dia melihat ke layar kaca TV.

"Ratih maksud, tante?". Ucap Raka bertanya balik.

"Siapa lagi kalau bukan dia yang tante maksud?". Jawab nya ketus dan angkuh.

Tante Wulan menunjukkan sikap kurang suka nya kepada Ratih keponakan nya sendiri.

Raka pura-pura tidak menghiraukan hal itu, dengan kalem ia menjawab. "Sudah mendingan, tante. Suhu badan nya mulai normal".

Terdengar gumaman tante Wulan lagi yang sedikit bernada ketus.

"Kau tidak bosan merawat nya?".

Tante Wulan tetap tidak memandang Raka, sehingga ia tidak tahu kalau saat itu Raka menyunggingkan senyum dingin.

"Dia butuh pertolongan. Saya tidak tega membiarkan dia jatuh sakit tanpa ada yang merawat nya". Sindir Raka.

Sepertinya tante Wulan merasakan sindiran itu, namun ia membalasnya secara diplomatis.

"Seharusnya ia tidak boleh dididik menjadi anak manja.Kasihan masa depan nya nanti. Ia akan terbiasa dilayani dan tidak berani mandiri".

Tante Wulan kali ini memandang Raka dengan senyum sinis nya, kemudian ia membuka botol minuman dan menuangnya dalam gelas kecil. "Kau mau minum, Raka?".

"Saya takut mabuk, tante", jawab Raka.

Pemuda itu berusaha tetap ramah dan sopan pada perempuan cantik itu yang malam ini menggunakan gaun berbentuk kimono tipis sehingga membuat tante Wulan terlihat seksi dan menggoda.

Tante Wulan tertawa sejenak, lalu menenggak minuman dalam gelas yang telah dituangkan nya tadi.

Raka meliriknya, dan berkesimpulan bahwa tante Wulan sudah biasa minum minuman keras.

"Bahagia sekali perempuan seperti Ratih itu, mempunyai pacar semacam kau, setia nya luar biasa".

"Tante mengira saya pacaran dengan Ratih?", Raka berlagak protes.

Senyum tante Wulan kali berbeda dengan yang tadi, ia mulai menggoda pemuda itu.

"Aku hanya mengkhayalkan seorang kekasih yang punya kesabaran dan kesetiaan semacam kau, tentu sangat di sukai setiap gadis, seperti halnya Ratih".

Raka tidak memberikan komentar apapun, namun tidak menunjukkan sikap memusuhi, ia tetap tenang, pandangan mata nya lurus ke layar TV. dan seketika pemuda itu melompat kegirangan kembali, saat The Blues kembali membikin gol.

Ia berseru dengan penuh kegirangan, "goooooll...... Ya, mantap si biru, good job Costa....brilian kamu main malam ini".

Raka senyum sumringah menyaksikan klub kebanggaan nya unggul 2-0 terhadap meriam london, seolah ia sengaja menghindari dan mengacuhkan tante Wulan.

Bahkan ketika tante Wulan berpindah duduk ke ruang tamu yang tanpa lampu itu, Raka tetap berlagak memperhatikan acara di TV tersebut.

Beberapa saat lamanya, tante Wulan duduk di sofa, di ruang tamu yang gelap. Ia membawa serta botol minumannya dan gelas kecil.

Benda-benda itu diletakkan diatas meja, ia merebahkan diri nya di sofa beludru warna hijau segar. Beberapa bantal mengganjal tengkuk kepalanya, ia persis berhadapan dengan Raka.

Raka tidak menyadari kalau wajah nya yang terkena pantulan sinar TV itu sejak tadi diperhatikan oleh tante Wulan.

Gaun malam yang berbentuk kimono tipis itu dibiarkan menyingkap bagian bawahnya. Tante Wulan tampak santai dan cuek terhadap penampilan nya.

"Kau punya rokok, Raka?", seru tante Wulan dari ruang tamu.

"Ada, tante".

Raka segera membawa sebungkus rokok putih yang jarang diisapnya. Namun, malam itu ia memang lebih banyak mengisap rokok ketimbang biasanya.

Raka segera menyalakan korek gas ketika sebatang rokok telah terselip di bibir tante Wulan.

Raka merasa kikuk berhadapan dengan tante Wulan, karena ia hanya mengenakan sarung dan kaos oblong.

Tapi, tante Wulan seperti cuek dan menganggap hal itu tidak jadi masalah bagi nya.

"Kapan rencana mu pulang ke Balikpapan, Raka?", tanya tante Wulan sewaktu pemuda itu hendak kembali ke tempat duduk nya, di depan TV di ruang tengah.

"Antara dua atau tiga hari lagi, tante. Memang ada apa, tante?".

"Sudah bicara dengan om mu soal rencana pulang mu itu?".

"Belum", jawab Raka singkat.

Ia terpaksa duduk di salah satu kursi empuk yang ada tidak jauh dari tante Wulan, karena sepertinya tante Wulan menghentikan pembicaraan serius tentang diri nya.

"Seharusnya jauh-jauh hari sudah kau bicarakan dengan om mu, supaya ada persiapan. Siapa tahu om ingin membelikan oleh-oleh buat....".

Tante Wulan berhenti bicara, memandang Raka sejenak dan bertanya , "Eh, kau di Balikpapan dengan siapa? Paman?".

"Sendirian, tante. Yah....Paling-paling dengan teman sekerja".

Tante Wulan duduk, menuang kembali sedikit minuman ke gelas nya yang tadi.

"Kau ada pacar di sini?".

Raka tertawa kecil mencoba menyembunyikan status hubungan nya dengan Ratih.

"Penghasilan saya belum seberapa, tante. Belum sempat berpikir untuk pacaran".

Tante Wulan mencibir.

"Laki-laki biasa nya tidak memperhitungkan soal pendapatan perbulan, yang penting ada pacar, hati senang, iya kan?".

Tawa Raka pelan, nemun memanjang. Sebetulnya ia tidak ingin tertawa. Namun demi terjalinnya hubungan baik, ia pun melakukan itu.

Sepertinya tante Wulan merasa puas terhadap perkataan nya tadi, ia pun meneguk minuman dalam gelas yang sudah di tangan nya.

Kemudian dengan santai ia duduk bersandar, mengisap rokok dengan kaki selojoran ke atas kursi yang di duduki Raka. Sedangkan Raka berusaha untuk tetap tenang. Tenang setenang mungkin, kendati sebenarnya hati nya berdesir karena ujung kimono tante Wulan menyibak dan menampakkan kemulusan paha pemilik nya.

"Kau sudah berapa tahun, Raka, berada di Balikpapan?".

"Limat tahun lebih, tante".

"O, lama juga, ya? Kamu nggak ingin pindah ke sini saja? Atau barangkali mau bekerja di perusahaan om mu? Ku rasa penghasilannya lebih lumayan daripada kau bekerja di Balikpapan".

"Biaya hidup disini saya rasa juga tinggi, tante. Untuk sewa rumah saja mungkin cukup mahal. Belum lagi kebutuhan sehari-hari".

"Soal sewa rumah, itu bukan masalah. Kau kan bisa tinggal bersama kami, di sini".

Raka diam sejenak, kemudian memberanikan diri menjawab. "Saya takut, tante. Saya ngeri tinggal di sini terlalu lama".

Sebaris tawa mengikik terlontar dari mulut tante Wulan. Perempuan cantik itu mendekat kan wajah dan berkata.

"Takut apa? Takut tidur sendirian? Kan bisa tante temani kalau memang takut".

"Ah, tante bicara nya yang bukan-bukan saja", Raka berlagak lugu.

"Kalau tante menemani saya, om Hendro bisa membunuh saya dong", pancing Raka. Rupanya yang dipancing tidak merasa.

"Om Hendro....?! Om mu itu...? Ah, jangan takut. Aku toh cuma istri siri! Kami hidup bersama tanpa surat nikah. Dia tidak dapat menuntut tante, kalau tante berbuat macam-macam".

"O....", Raka manggut-manggut berlagak pilon.

Tante Wulan tertawa kecil.

Mungkin alkohol telah mempengaruhi otak nya, sehingga ia tidak menyadari lagi apa yang diucapkan nya. Setidak-tidaknya karena pengaruh alkohol, tante Wulan mulai lepas kontrol dalam pembicaraan, dan ini kesempatan Raka.

"Mau mendengar kisah cinta tante dengan om mu?". Makin lama tante Wulan kelihatan semakin lepas kontrol.

"Boleh. Saya sangat menyukai kisah percintaan", pancing Raka.

"Sini, sini...", ucap tante Wulan sambil menepuk sofa di depan nya.

Tante Wulan menghendaki pemuda itu mendekat dan duduk di samping nya, satu sofa dengan nya.

"Sini, kuceritakan kisah cinta tante dengan om mu".

Demi memanfatkan kesempatan, Raka menurut. Ia duduk di samping tante Wulan, di sofa tersebut.

Sementara tante Wulan sendiri duduk nya semakin sembarangan, salah satu kaki nya berada di sofa bagai orang hendak bersila. Ia tidak menghiraukan belahan kimono nya semakin nyata dan membuat Raka sesekali tidak dapat menyia-nyiakan kesempatan untuk cuci mata.

Tante Wulan menceritakan panjang lebar tentang pertemuan nya dengan om Hendro, permintaan terakhir tante Henny sebelum ia meninggal, sampai mereka menikah siri dengan berbagai persyaratan dari om Hendro dan tante Henny waktu itu.

"Rumah ini adalah hadiah dari om mu, untuk tante. Yah...Anggaplah sebagai mas kawin nya. Dulu, rumah ini tidak seberapa mewah. Tante berjanji mau mendampingi om mu apabila rumah ini menjadi mewah, mirip istana, dan di hadiahkan atas nama tante. Rupanya om mu itu benar-benar mewujudkan nya demi menuruti kemauan istri nya waktu itu dan juga memenuhi permintaan tante, membangun nya menjadi istana kecil dan menjadi milik tante".

Untuk menutupi maksud sebenarnya, Raka ikut-ikutan tertawa, sambil otak nya berputar-putar untuk mencari cara memancing pembicaraan tante Wulan.

Raka membiarkan tante Wulan tertawa sambil memukul-mukul kecil pundaknya, bahkan sesekali menjatuhkan kepalanya di pundaknya.

"Om Hendro cukup sukses. Termasuk orang berhasil dalam bidang usaha. Buktinya dalam waktu singkat, ia bisa membangun istana kecil buat tante". Ucap Raka terus memancing perempuan cantik yang kini mulai terlihat mabuk.

"Oh, itu ada caranya sendiri, Raka. Om mu itu punya cara khusus untuk mendapatkan segalanya, termasuk tante. Kebetulan usahanya di bidang lain juga maju, sampai akhirnya sekarang om mu punya tiga perusahaan dengan tiga pabrik tekstil di luar kota. Padahal, kamu tahu nggak...? Padahal selama ini tante belum pernah merasakan jatuh cinta kepada nya, sungguh!".

Tawa kecil mengikik terdengar lagi dari bibir indah tante Wulan.

Raka hanya mengimbangi dengan senyum yang tawar.

"Tante hanya punya rasa kasihan kepada nya, Raka. Dia itu orang pintar, tapi pintar-pintar bodoh, tahu nggak? Tante sendiri tidak menyangka kalau dia akan menuruti kemauan gila-gilaan itu. Mulanya tante cuma main-main, Raka. Nggak nyangka sama sekali kalau dia benar-benar jatuh cinta sama tante. Sampai dia tega mengorbankan istri nya yang pertama".

"Mengorbankan bagaimana, tante. Maksudnya?".

Raka bagai tersengat, sebab ia mulai sadar bahwa yang dimaksud istrinya yang pertama itu adalah tante Wulan, tante nya sendiri. Sebab itu, Raka terus mendesak dengan hati-hati.

"Maksud tante tadi, mengorbankan bagaimana sih?".

"Hmmmm....Anu, maksud tante...Mengorbankan cinta nya. Ia benar-benar melupakan kisah cinta nya dengan istri pertama. Dan sepenuhnya ia serahkan hidup dan kekayaan nya kepada tante, Raka. Sedangkan, tante sendiri sebenarnya tidak pernah merasakan bahagia disampingnya. Tanpa harta-harta ini, ia tidak berarti apa-apa bagi tante, Raka".

Sengaja Raka menuangkan minuman ke dalam gelas nya lagi, dan menyuruh tante Wulan menenggaknya lagi. Tante Wulan merasa senang mendapat pelayanan semacam itu. Ia menenggak minuman itu dengan tenang.

"Tante tahu, ke mana pergi nya istri om Hendro yang pertama itu?", tanya Raka dengan pelan dan hati-hati.

"Meninggal, cuma tante nggak tau persis kapan nya? Saat kami menikah siri ibu Henny sudah tidak ada. Beliau tidak menemani suami nya saat akad nikah. Kata om mu, ibu Henny meninggal di rumah sakit di Singapura", jawab tante Wulan.

Ia sudah meracau dan mulai mabuk, hanya saja tidak terlalu parah dan masih bisa menjawab walau omongan mulai ngelantur.

"Tapi tante sudah tidak peduli lagi hal itu, Raka. Yang penting bagi tante, hidup dalam dunia yang tante mau, serba kecukupan, bebas semau tante dan....Kalau tante mau tante bisa membeli 100 orang lelaki dalam satu malam. Hebat, kan?!".

Raka mengimbangi tawa tante Wulan. Sesekali matanya melirik ke ruang tengah, kalau-kalau Ratih muncul, atau ada sesuatu yang membahayakan keselamatan Ratih kekasih nya. Namun sejauh ini, tidak ada hal yang perlu dikhawatirkan.

Tante Wulan mulai berani bersandar di pundak Raka, bahkan tangan nya mulai memainkan paha Raka, membelai-belai atau mengusap-usap dengan lembut.

Raka mencium aroma wangi dari rambut dan tubuh tante Wulan. Semuanya memang menggetarkan hati, namun Raka berusaha untuk tetap bertahan.

"Dari sekian lelaki yang pernah tante kenal", kata tante Wulan. "Tidak satu pun yang mempunyai daya tarik seperti kamu, Raka".

" Tante mengingau".

"Eh, betul kok! Sumpah!".

Saat itu tante Wulan menatap Raka dari jarak dekat. Mata nya yang mulai memerah berbinar-binar menyusuri wajah Raka. Pandangan mata yang memang indah dan menawan itu menaikakan gairah kelakian Raka, jantung nya bergetar dag dig dug.

"Tante sering dikecewakan oleh dia, Raka. Terutama dalam hal kehangatan di ranjang. Tante kurang puas dan om mu terlalu egois, ia cepat keluar sebelum tante mendapatkan kepuasan. Kadang-kadang tante berpikir, apakah tante kurang menggairahkan bagi lelaki? Apakah begitu menurut mu, Raka?".

"Tidak, tante cukup menggairahkan".

"Termasuk bagi mu?".

Raka kebingungan menjawabnya, ia terbungkam. Sesuatu yang sejak tadi dirasakan telah berkembang dalam dirinya, kini semakin nyata.

Raka gelisah, sekuat tenaga mempertahankan diri dari pengaruh pandangan mata yang meluluhkan jiwa nya itu.

Sementara itu, tangan tante Wulan dengan licah dan cepat memasukkan 2 butir pil ke dalam gelas yang berisi minuman Red Wine yang berharga jutaan bahkan ada yang harga nya mencapai puluhan juta tergantung lama tidak nya wine tersebut di buat.

"Termasuk bagi mu, tante menggairahkan, Raka?", ucap tante Wulan mengulangi pertanyaan nya.

Raka teragap dan bingung, memilih melanjutkan misi nya atau menyudahi nya.

Saking gelisah dan panik nya ia menelan habis minuman itu tanpa menyadari bahwa minuman yang ia minum sudah bercampur dengan obat perangsang yang sangat kuat.

"Gleeekkk....Gleeekkk....Gleeekkk.....".

Pemuda itu menghabiskan wine di gelas itu untuk menutupi kebimbangan nya.

"Ya", jawab Raka lirih.

Kemudian tante Wulan mendekatkan wajahnya hingga berjarak beberap sentimeter dari wajah pemud itu.

"Benar kah....?".

"Benar, tante".

Raka nyaris tidak mampu mengeluarkan suara nya.

Wajah yang sudah dekat itu kian mendekat. Lalu tante Wulan memejamkan mata nya.

Namun tepat saat itu ia menempelkan bibir nya ke bibir Raka.

Tante Wulan semakin lincah, ia berhasil mendorong pemuda itu hingga bersandar pada sandaran sofa. Tangan nya sudah bekerja dari tadi, menyelusup ke titik-titik seksual pemuda itu.

"Anterin tante ke atas, Raka. Kita ngobrol di kamar tante saja".





Bersambung.......

Selamat membaca, semoga bisa menghibur.....
Salam semprot.
 
Terakhir diubah:
berarti si raka sama wulan punya maksud terselubung sendiri sendiri dan sepertinya sama sama berhasil, atau malah hanya tujuan si wulan yg berhasil
raka bermaksud mengorek informasi dari wulan
wulan bermaksud bikin si raka tergoda akan dirinya, dan berhasil, la wong dikasih obat perangsang kok
 
Wow...hehe..wulan..kehausan ya..kayak nya Raka bakal horny nih..hehe...foto Wulan nya cukup hot..

Wulan...moga bukan wulan punca kejadian mistis di rumah itu
 
berarti si raka sama wulan punya maksud terselubung sendiri sendiri dan sepertinya sama sama berhasil, atau malah hanya tujuan si wulan yg berhasil
raka bermaksud mengorek informasi dari wulan
wulan bermaksud bikin si raka tergoda akan dirinya, dan berhasil, la wong dikasih obat perangsang kok
Raka melihat tante Wulan malam itu seperti layak nya ia melihat Ratih. Pengaruh obat perangsang membuat Raka ngentotin tante Wulan walau dalam pikirsn dan bayangan nya itu Ratih.

Mau ngejebak tante Wulan malah masuk jebakan tante Wulan.

Kalah pengalaman Raka dengan tante Wulan dalam hal ini. #jebakan betmen makan senjata sendiri
 
Wow...hehe..wulan..kehausan ya..kayak nya Raka bakal horny nih..hehe...foto Wulan nya cukup hot..

Wulan...moga bukan wulan punca kejadian mistis di rumah itu
Yuppzzz....di part 19 keperjakaan Raka diambil oleh Tante Wulan...wkwkwkw... ditunggu saja SS nya semoga bikin :tegang:
 
ane makin curiga ama om hendro, tapi ane jga curiga ama tante wulan yg make pemikat ke om hendro...
hhhmmm :bingung:
Sampai part ini om hendro dan tante wulan memang menjadi tersangka dalang semua ini, tapi kunci itu semua ada di kamar misterius itu, nanti part-part selanjutnya akan mulai terkuak...
Terus ikuti om...setelah adegan SS... mulai sceen..sceen... teganh dan mencekam...
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
njirrrr,, bisa aja ni ts ngecutnya bikin potato,,hadeeejhh,,,but,,,thanks for the update,,,I'm still waiting for the next...
 
Untuk cerita misteri emang cakep, tapi untuk cerita panas kyaknya msh kurang panas & kurang greget :D
Memang ini cerita misteri di balut dengan beberapa adegan SS, disini tidak ane tonjolin sisi sensual nya suhu, biar misteri nya lebih dominan. Terima kasih sudah mengikuti cerita ini, walau tidak hot dan menaikkan libodo pembaca.
 
njirrrr,, bisa aja ni ts ngecutnya bikin potato,,hadeeejhh,,,but,,,thanks for the update,,,I'm still waiting for the next...
Siap om... Sedang diusahakan untuk segera di update, di tunggu saja.
 
Bagus cerita seperti ini suhu lebih banyak horor nya dari pada sisi erotis nya mantap lah pokokya
 
Bagus cerita seperti ini suhu lebih banyak horor nya dari pada sisi erotis nya mantap lah pokokya
Ada juga SS nya om...khusus PART 19, adegan SS nya agak ane banyakin setelah itu part-part selanjut nya semakin mencekam dan banyak kejadian menyeramkan.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd