Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

MISTERI - TAMAT GAUN PENGHANTAR KEMATIAN

Apakah nasib Ratih dan Raka akan selamat diakhir cerita.....?


  • Total voters
    124
  • Poll closed .
Keren suhu update nya..
Meskipun jauh dari rumah itu, tetap aja jadi incaran.. Coz tidak mudah buat cari pengganti tumbal spesial itu..
Apa harus nya di perawani dulu aja yaa si Ratih biar ndak jadi tumbal spesial.. :pandajahat:
 
Keren suhu update nya..
Meskipun jauh dari rumah itu, tetap aja jadi incaran.. Coz tidak mudah buat cari pengganti tumbal spesial itu..
Apa harus nya di perawani dulu aja yaa si Ratih biar ndak jadi tumbal spesial.. :pandajahat:
Tetap saja om...Akan jadi mangsa tuh mayat, walau sudah nggak prewi, cuma nggak jadi special saja....
 
nahkan, itu gaun kaga mau lepas ama ratih..
keknya tuh gaun yg somehow nanti bikin raka-ratih kaga bisa lepas dari rumah itu..
 
PART 28

4394176182_oe8c82322d.jpg

Ratih Puspa Sari Aka Ratih

images_1.jpg

Raka Priambudi Gemilang aka Raka
f19c7ac-0-87c9-4750-a3bc-eaf4df027145.jpg

Wulan Fitriani aka tante Wulan


Cuplikan Kejadian Terakhir di PART 27.....


Ratih membuka koper besar yang dulu dibawa nya dari kota kelahirannya.

Ketika ia pindah ke rumah ini, koper itulah satu-satunya barang yang dibawa nya.

Namun ketika ia membuka koper itu, tiba-tiba Ratih terpekik kaget dan menjauhi kopernya.

"Raka......".

"Ada apa, Tih?".

"Lihat..... Itu!", Ratih menunjuk ke dalam koper yang telah terbuka lebar.

Raka menatap koper itu dan seketika ia terperangah dengan mata yang terbelalak seperti orang melotot kaget dan terkejut saat melihat di dalam koper itu.

"Astaga.....", keluh nya pelan.

"Gaun itu ada di sini lagi? Bukankah tadi sore sudah ku bakar habis?".
.
.
.
Pov 3rd


Ratih tidak dapat bicara. Kenyataan nya ia melihat sendiri, Raka telah membakar kedua gaun itu, salah satunya gaun sutra warna pink. Tapi kenapa gaun itu kini utuh seperti sediakala, bahkan telah berada di dalam koper?

Bulu kuduk Ratih seketika merinding.

Sementara Raka masih tertegun memandangi gaun aneh itu. Kepalanya yang terluka mulai terasa berdenyut-denyut, ia mulai memegangi kepala nya.

Ratih yang memperhatikan Raka, menjadi cemas. Ia takut terjadi apa-apa dengan kekasihnya itu.

"Kamu tidak apa-apa, Raka?".

Raka duduk di tepi ranjang. Ia mengatur nafas untuk mengurangi nyeri di kepalanya, dan setelah ia menghela nafas dalam-dalam. Raka berkata.

"Tidak. Aku tidak apa-apa. Teruskan saja mengumpulkan barang-barang yang akan kami bawa. Sementara aku pikirkan bagaimana caranya memusnakan gaun ini".

"Jangan, Raka! Jangan dimusnakan seperti tadi sore, nanti kamu terkena musibah lagi.

Raka memandang Ratih, terlihat kesungguhan gadis itu supaya Raka jangan mengulangi kecerobohan nya seperti sore tadi.

"Raka, ku minta kamu bisa memahami kecemasan ku. Jangan nekad seperti tadi sore, ya?".

Ketulusan hati Ratih yang mengkhawatirkan nya, sangat menyentuh hati pemuda itu.

Raka tahu, Ratih tidak rela jika ia terluka lagi. Ia hanya dapat mengangguk-angguk samar sambil matanya tetap memandang gadis cantik di hadapan nya.

"Lantas, akan kita apakan gaun keparat ini?". Ucap Raka.

"Biarkan saja. Taruh di mana saja, toh kita sudah tidak akan menempati kamar ini lagi". Jawab Ratih.

Sekali Raka manggut-manggut kembali.

Ratih mengeluarkan semua pakaian nya dari lemari, dan memasukkannya ke dalam koper, setelah Raka mengangkat gaun sutra berwarna pink itu, lalu meletakkan nya di atas meja rias Ratih.

Pada saat itu, di luar dugaan mereka, tante Wulan muncul dari balik pintu.

Ia hanya mengenakan kimono dari bahan sejenis satin berwarna kuning, tanpa mengenakan alas kaki .

Ratih dan Raka sama-sama terperanjat melihat kedatangan tante Wulan.

"Apa-apaan ini, kok barang mu di kemasi semua, Tih ?".

Melihat Ratih tergagap-gagap untuk menjawab pertanyaan itu.

Raka langsung menjawab, mendahului kata-kata Ratih.

"Ratih mau ikut saya ke Balikpapan, tante".

"Ke Balikpapan?!", ucap tante Wulan heran.

"Benar", jawab Raka.

"Besok, saya kan sudah harus kembali ke Balikpapan. Dan, Ratih ingin ikut ke sana untuk beberapa hari...".

"Tidaka bisa!", seru tante Wulan melarang.

"Kau tidak boleh ikut ke Balikpapan, Tih! Kau punya rumah sendiri. Disini. Disini rumah mu. Bukan di Kalimantan!".

Ratih tidak menjawab, ia masih bingung harus menjawab apa.

Untuk sementara hanya Raka yang bisa menjelaskan, memberikan alasan palsu.

"Maksudnya, untuk beberapa hari saja, tante. Sebab, di sana ada juga saudara saya yang seusia dengan nya. Dia ingin ke kota ini untuk mencari pekerjaan. Maksud saya, nanti kalau Ratih kembali, biar saudara saya juga ikut serta. Jadi ada teman nya datang ke mari".

"Gila", pikir Ratih.

Secepat itu Raka pintar cari alasan, padahal tidak pernah ada pembicaraan sebelumnya tentang keadaan darurat seperti saat ini. Tidak disangka alasan Raka itu membuat tante Wulan diam sejenak.

Beberapa saat setelah berpikir, tante Wulan berkata.

"Tapi tidak harus sekarang! Setidaknya tunggu sampai om mu pulang dari luar kota. Besok atau lusa om mu baru pulang. Kau bisa minta ijin kepadanya".

Mendengar perkataan tante Wulan, Ratih malah teringat omongan bang Ikam, bahwa saat ini om Hendro sedang melakukan ritual pesugihan di sana, mungkin om Hendro membohongi tante Wulan dengan mengatakan urusan pekerjaan di luar kota, padahal saat ini om Hendro sedang ada di tempat dukun pesugihan.

"Nunggu om Hendro pulang satu atau dua hari lagi sama saja kami memperpendek umur kami sendiri". Rutuk Ratih membatin.

Jangan kan menunggu 1 atau 2 hari lagi, melewati malam ini saja, belum tentu kami bisa selamat dari kebuasan iblis itu.

Sementara Raka juga ikut terdiam, mungkin ia sepemikiran dengan Ratih menanggapi perkataan tante Wulan, mungkin di benak Raka pun sama sedang memikirkan cara bagaimana bisa melewati malam ini dengan selamat, minimal bisa bertahan sampai ada bantuan dari sahabat nya Ikam.

Raka seperti sedang melamun, sehingga ia seperti cuek dengan perkataan tante Wulan tadi, dia hanya memegangi kepala nya yang terasa berdenyut-denyut karena terlalu keras berpikir.

Tante Wulan baru saja menyadari bahwa kepala Raka di balut perban, sehingga wanita itu terlihat cemas dan berkata.

"Lho, kepala mu kenapa, Raka?".

Raka sempat gugup saat mendadak mendapat pertanyaan itu.

" Eh... Anu....Saya habis kecelakaan, tante?".

"Kecelakaan....?!", ucap tante Wulan sedikit teriak.

Tante Wulan yang berwajah ayu nan cantik itu terkejut dan memasang muka cemas nya.

Ia memeriksa dengan mendekatkan wajah ke wajah Raka. Jari-jari nya yang lentik dan indah itu memegang-megang kepala Raka dengan hati-hati.

Ratih yang melihat tante Wulan menggoda Raka, sedikit menekuk muka nya, terlihat jelas kecemburuan di wajah gadis itu.

Tante Wulan seakan tidak peduli dengan perubahan mimik muka Ratih, ia malah semakin menggoda Raka, dengan membisiki telinga pemuda itu.

"Kecelakaan bagaimana sih kok bisa jadi begini?".

Raka sedikit menjauh setelah ia menyadari kecemburuan Ratih, ia tidak mau membuat sedih kekasih nya, lalu ia menjawab tante Wulan setelah jarak mereka sudah seperti biasa, jarak normal orang bicara.

"Motor saya jatuh, tante. Maksud nya, saya kan dipinjamin motor oleh teman saya. Dan, karena tidK bisa naik motor, kagok, akhirnya jatuh".

"Aduh, aduh....Kamu ini bagaimana sih, Raka", ucap tante Wulan.

Ia berlagak cemas dan menyesalkan kejadian tersebut.

"Naik motor saja jatuh, apalagi naik pesawat? Hemm...Hemm...Lain kali hati-hati dong", ucap tante wulan.

Tante Wulan bersikap lembut dan menunjukkan punya perhatian kepada Raka. Kata nya lagi, "parah luka di kepala ini?

"Tidak, tante. Tidak begitu parah".

Raka berusaha untuk melepaskan diri dari jangkauan tante Wulan, namun tante Wulan masih berusaha memagang kepala Raka. Bahkan kini salah satu tangan nya memegang ujung dagu pemuda itu.

"Dijahit, ya?".

"Hemm.....Anu, tidak. Tidak dijahit. Cuma.... Yah, lecet-lecet biasa".

"Kok sampai di balut perban begini? Ah, pasti parah ini! Sakit? Terasa pusing, ya? Aduuuh... Wajah mu jadi pucat begini. Tuh...Tuh... Lihat ! Ah, kamu tiduran saja sana. Istirahat, biar cepat sembuh".

"Saya.... Saya tidak apa-apa kok, tante".

Ratih buang muka, tidak mau memperhatikan tangan tante Wulan yang meraba-raba wajah dan kepala Raka seenaknya begitu.

Panas hati Ratih melihat kelakuan tante nya.

"Lain kali nggak boleh nakal kamu, Raka", ucap tante Wulan sambil ia mencium pipi pemuda itu.

Aduh semakin terbakar hati gadis itu, setelah mendengar kata-kata dan ciuman singkat tante Wulan ke pipi Raka. Tante Wulan seakan-akan ingin memanjakan Raka kekasih nya.

Sudah tentu Raka dapat melihat dengan jelas kecemberutan yang tergambar di wajah Ratih. Ia tahu saat ini Ratih di kuasai rasa cemburu.

Dan Raka berusaha melepaskan diri dari perlakuan tante Wulan yang ingin memanjakan dirinya. Rama jadi tidak enak hati kepada Ratih.

"Atau mau seperti malam kemaren? Itu malam yang sangat berkesan sekaligus membahagiakan dalam hidup tante. Apa kamu mau....?".

Tante Wulan sengaja menggoda Raka dihadapan Ratih, sambil tangan nya berusaha membuka kancing baju Raka.

Namun Raka berusaha menepis nya, sambil menggelengkan kepala.

Sementara Ratih semakin memuncak rasa marah dan cemburu nya, ia melemparkan gaun sutra berwarna pink itu ke dekat meja hias.

Hal itu dilakukannya untuk menunjukkan kekesalannya terhadap sikap tante Wulan yang memuakkan itu.

Tetapi, apa yang dilakukan Ratih, justru memancing tante Wulan untuk melihat apa yang dilemparkan nya. Tante Wulan justru tertarik dengan benda tersebut.

"Kok, gaun itu ada di sini?!".

Ratih segera menyadari kecerobohan nya, sementara Raka ikut terperanjat, namun sesaat kemudian ia bisa menyembunyikan kekagetannya itu.

Tante Wulan memungut gaun sutra warna pink itu, kemudian membentangkan dan memperhatikannya dengan teliti.

"Kau telah mengambilnya dari kamar ku, bukan?", kata tante Wulan sambil menunjuk ke arah gadia itu.

"Om Hendro yang memberikannya kepada saya, tante. Memang saya yang membawanya dari kamar tante, tetapi itu atas perintah om Hendro", jawab Ratih bernada ketus.

Omongan Ratis sedikit keras sebab ia masih jengkel dengan sikap tante Wulan kepada Raka tadi.

"Tidak mungkin!", kata tante Wulan.

"Gaun ini salah satu koleksi ku. Aku menyimpannya di lemari khusus pakaian koleksi model lama. Hemm... Enak saja mau dibawa pergi. Aku sendiri belum pernah mengenakan gaun ini, sudah mau dibawa kabur. Mau kau jual, ya? Atau kau pakai buat numpang? Alaah...Nggak pantas kamu pakai gaun seperti ini, Ratih?! Sesuaikan dengan kondisi mu dong!".

Sifat dan tabiat tante Wulan tidak berubah, jika ia sudah diliputi emosi, maka ucapannya seringkali merendahkan lawan bicara nya, dan itulah sekarang yang terjadi.

Ratih ingin membantah, tapi kerlingan mata Raka seperti memberi isyarat supaya Ratih tidak perlu menjawab apa-apa.

Lalu, gaun itu dilipat asal-asalan oleh nya, serta dibawa pergi oleh tante Wulan.

Tapi sebelum berlalu tante Wulan sempat berpesan kepada Raka. "Raka, tidur! Jangan bergadang. Nanti luka mu tambah parah!".

"Ya. Sebentar lagi saya akan tidur, tante".

Tante Wulan mendengus sinis kepada Ratih keponakan nya, lalu ia keluar dari kamar.

Raka jadi kebingungan menghadapi Ratih yang cemberut dan merasa jengkel.

Ratih memasukkan pakaian-pakaian nya ke dalam koper dengan membanting-banting nya. Seakan ia tengah melampiaskan kekesalannya kepada adengan tadi.

Raka mengetahui gelagat Ratih yang terbakar api cemburu, ia mencoba bicara dengan pelan dan hati-hati.

"Apakah selimut ini juga akan dimasukkan ke koper?".

"Tidak! Kamu tidak perlu membantu ku lagi", sahut Ratih ketus.

"Ratih.....!".

"Tidur saja! Luka mu parah kan? Sakit kan? Pucat kan? Makanya... Lain kali nggak boleh nakal....!". Ratih menirukan ucapan tante Wulan sambil memasang muka cemberut.

Raka jadi tertawa geli.

Ratih tetap cemberut, kendati sebenarnya ia sadar bahwa Raka tidak bersalah. Tante Wulan lah yang menyebalkan, tapi karena hanya ada Raka di dekatnya, maka Raka lah yang menjadi sasaran kekesalan hatinya.

"Jangan pikirkan tentang tante dia.....", kata Raka. "Tante mu itu memang.....".

"Memang menggairahkan, bukan?".

Dan yang membuat Ratih terbakar cemburu adalah perkataan dari tante nya, "Atau mau seperti malam kemaren? Itu malam yang sangat berkesan sekaligus membahagiakan dalam hidup tante. Apa kamu mau....?".

Ratih merenungkan kata perkata dari ucapan tante nya itu, dalam benaknya ia berkata. "Apa yang sudah terjadi Raka? Apa kamu sudah melakukan perbuatan itu? Kenapa kamu tidak jujur kepada ku?".

Raka diam dan hanya memperhatikan Ratih yang sempat termenung beberapa saat, untuk menahan emosi nya, Raka hanya menghela nafas dalam-dalam, lalu ia berkata. "Siapa yang bilang begitu? Siapa?".

"Buktinya kamu diam saja dipegang-pegang. Keenakan, ya?", ucap Rating bersungut-sungut.

"Alaaah.... Kan cuma dipegang-pegang", goda Raka.

"Yakin cuma sebatas pegang-pegang! Tolong jujur, Raka! Apa yang sudah terjadi antara kamu dengan tante? Jika kamu benar-benar mencintai ku, kejujuran mu itu penting untuk meyakinkan hati ku".

Raka seketika pucat, ia kaget bercampur bingung untuk menjawab, tapi ia ingat pesan Ikam, ia harus gentle dan berani mengakui kekhilafan nya.

Sambil memgatur nafas supaya ia punya keberanian untuk menceritakan kejadian beberapa malam lalu, ia memanggil Ratih untuk mendekat dengan suara lembut dan tulus.

"Kemarilah sayang, duduk dulu! Kita obrolin dengan kepala dingin", ucap Raka sambil menepuk-nepukkan tangan nya ke pembaringan itu.

Ratih yang mendengarkan keseriusan Raka, dan ketulusan omongan nya menjadi reda emosi dan kecemburuan nya, walau diwajah nya masih nampak cemberut.

Ia mendekat dan menuruti permintaan Raka yang lembut, mendekat dan duduk di samping pria itu dengan wajah menunduk.

"Mungkin sudah saatnya aku jujur kepada mu, Tih!", ucap Raka sesekali ia menghela nafas dalam-dalam.

Ratih diam dan menantikan kelanjutan omongan Raka dengan perasaan cemas.

"Kamu ingat, saat malam kamu diobati pake taring babi hutan itu?".

"Iya, aku ingat! Memang nya ada apa dengan malam itu?", sahut Ratih menjawab pertanyaan Raka.

Beberapa saat mereka diam, hanya saling memandang satu sama lain.

Lalu Raka melanjutkan penjelasan nya.

"Dan malam itu, setelah aku keluar dari kamar mu, aku sengaja menonton acara sepakbola sambil berniat tidur di ruang tengah untuk menjagaimu, beberapa menit kemudian tiba-tiba tante Wulan turun dari kamar nya dengan hanya memakai baju tidur berbentuk kimono...".

Raka sempat berhenti melanjutkan perkataan nya, ia melihat terlebih dulu ke arah Ratih menanti apa reaksi nya sambil ia mengatur nafas untuk menghilangkan kegugupan nya.

Kemudian ia menyambung kembali omongan nya.

"Tante mu membawa minuman keras dan duduk di samping ku sambil ikut nonton acara bola yang sedang tayang malam itu. Saat itu dibenak ku, timbul pikiran untuk mengorek informasi dari nya tentang rumah ini, kamar belakan dan kejadian-kejadian aneh, aku melakukan semua itu demi kamu, Tih. Tetapi entah kenapa aku malah terjebak sendiri dengan permainan yang ku buat sendiri, begitu aku sadar. Aku terkejut sudah berada di dalam kamar tante mu, dalam keadaan polos tanpa pakaian begitu pun dengan tante mu, tapi jujur yang ku ingat malam itu aku bercinta dengan mu seperti kayak di dalam mimpi, bukan dia tante mu yang ku gauli".

"PLAAAAAKKKK.....PLAAAAAAKKKK"

Dua tamparan keras mampir di pipi kanan dan kiri Raka, membuat bekas memerah di sana, membuat pria itu menundukkan kepala nya.

Ia semakin di cekam rasa bersalahnya kepada Ratih, walaupun apa yang dilakukan nya tidak lah sepenuhnya kesalahan nya.

Ratih menangis tersedu-sedu, menutupi wajah nya yang kecewa dengan Raka. Pemuda yang telah menutup hati nya kepada pria lain, tetapi saat ini ada segaris luka yang menyayat hati dan perasaan nya.

"Ratih....! Tolong maafin kesalahan dan kekhilafan ku! Aku benar-benar menyayangi dan mencintai mu, tetapi aku sadar telah membuat mu kecewa dengan kesalahan ku itu, mau kah kamu memaafkan ku...Aku mohon! Aku nggak sanggup melihat mu menderita dan menangis karena kesalahan ku. Aku.....".

Rak diam dan tertunduk lesu.

Ratih yang melihat ketulusan Raka serta keberanian nya untuk mengakui kekhilafan nya dan berkata jujur telah meyakinkan hatinya bahwa pemuda di samping nya ini adalah pendamping terbaik untuk nya.

Dengan menekan rasa ego dan mengikhlaskan semua yang telah terjadi. Ia menghapus air mata nya, kemudian meraih tangan pemuda itu.

"Aku maafin kamu, Raka. Tapi ingat ini terakhir kali nya kamu melakukan perbuatan itu dengan wanita lain, tolong jagalah hati mu hanya untuk ku, Raka. Aku juga benar-benar menyayangi dan mencintai mu dengan segenap jiwa dan raga ku".

Raka seketika melihat ke arah Ratih yang sudah bisa tersenyum lebar, lalu pemuda itu memeluk nya dengan penuh kebahagiaan.

Beban dihati nya seperti hilang, sirna dan terangkat ke permukaan karena keikhlasan dan pemberiaan maaf dari gadis yang dicintai nya.

Dalam hati nya, ia akan menjaga hati nya hanya untuk Ratih, menjaga kepercayaan yang telah ia berikan, dan membuktikan dengan perbuatan nyata penuh cinta dan sayang, makasih Ratih kamu lah pilihan terbaik untuk ku.





Bersambung.....
 
nahkan, itu gaun kaga mau lepas ama ratih..
keknya tuh gaun yg somehow nanti bikin raka-ratih kaga bisa lepas dari rumah itu..
sudah diamanin oleh tante wulan om gaun pink nya... apa yg terjadi nanti nya...jika tante wulan yg pake gaun itu.

Gagal pertamax...
Kok semakin sering update siang hu...
Seremnya berkurang 70% :Peace:
Adanya waktu nya siang om... untung saja part 28 nggak begitu mencekam... nanti part 29 lumayan bikin bulu kuduk merinding dan ada kejadian ane menimpa tante wulan...hehehhe
 
Pertamax ahihi..
tulisan semalam utk part 28 emang segitu om...

nanti ane lanjutin smg saja nanti malam bisa update diatas jam 12 malam...soalnya adegan nya sedikit merinding panas dan banyak kejutan.
 
ga sabar nungguin next part, semoga ntar malem ud jadi ceritanya, jadi bisa melalui malam tahun baru dengan suasana mencekam.. hihi :hore:
 
Mantap lah ceritanya,meskipun bikin bulu kuduk agak ngaceng... Jadi makin penasaran sama lanjutannya....
 
Bener ² rutin update nya..
Makasih suhu rad76 semoga selalu lancar RL nya ..
Ooooh berarti Tante Wulan belum tahu khasiat atau lebih tepatnya dikatakan sebagai jebakan yaa kalo memakai gaun itu..
Semoga bisa kabur si Ratih nya..
 
ga sabar nungguin next part, semoga ntar malem ud jadi ceritanya, jadi bisa melalui malam tahun baru dengan suasana mencekam.. hihi :hore:
Sudah ready om...part 29...mau sekarang apa ntar malam saja...
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd