Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

MISTERI - TAMAT GAUN PENGHANTAR KEMATIAN

Apakah nasib Ratih dan Raka akan selamat diakhir cerita.....?


  • Total voters
    124
  • Poll closed .
Andai benar perkiraan Raka, berarti musuhmya sudah jelas.. tinggal cari kelemahan buat mematahkan kontrak tante Wulan dengan iblis pesugihan..
Wokeeyy di lanjut suhu rad76 cerita nya..
 
Suhu Rad... Syeereeemm Nya Manaaa...xixixi... Tiwas aq baca nya sambil dengerin "sayang" nya via vallen... Biar ga bergidik bulu ketek ku... Nais apdet Suhu... Kiip crot yah... D tggu serem nya... Hiiiiii..:beer:
 
PART 21

4394176182_oe8c82322d.jpg

Ratih Puspa Sari Aka Ratih


Pov Ratih


Setelah kepergian Raka, aku melatih diri untuk berjalan, mondar-mandir di kamar, membiasakan kaki ku untuk melangkah dengan hati-hati.

Sementara itu, dalam hati ku telah terbit bunga-bunga yang tumbuh dari perhatian Raka selama ini, aku merasa dimanjakan oleh nya.

Sebenarnya aku tidak ingin ditinggalkan oleh Raka walau sekejap. Tapi, aku memaksa diri untuk tidak menuruti kata hati ku. Logika lebih kuat bekerja, bahwa Raka harus segera mencari rumah kontrakan itu untuk ku.

Kapan rumah itu dapat diperoleh jika aku tidak berani menahan gairah ku untuk selalu berdekatan dengan Raka?

Kali ini hati nya harus mengalah. Tapi nanti, setelah rumah itu sudah di bayar dan cocok, aku tidak akan melepaskan Raka dari hati ku. Aku ingin selalu berdekatan dengan pemuda itu.

"Apakah Raka juga punya niat seperti itu?", pikir ku tiba-tiba.

Sambil melangkah keluar kamar, mengerjakan hal-hal kecil yang bisa ku kerjakan, benak ku masih terus berkecamuk tentang Raka.

Sesekali timbul kekhawatiran dari ku, kalau-kalau Raka tidak memiliki perasaan serupa dengan nya, sesekali aku merasa was-was terhadap sikap Raka selama ini, jangan-jangan Raka hanya merasa kasihan kepada ku, tanpa mempunyai niat untuk saling berdampingan.

Dan, ah...iya! Aku tidak pernah menyinggung-nyinggung soal keadaan Raka di Kalimantan. Jangan-jangan Raka sudah mempunyai tunangan di sana, atau malah mungkin sudah mempunyai istri? Berdesir perih hati ku membayangkan hal itu. Aku segera menghalau jauh-jauh kekhawatiran ku tersebut. Aku mulai mengendalikan emosi, untuk tidak terlalu berpikir indah tentang Raka.

Sekali pun siang begitu terang, namun rumah sebesar ini rasa-rasanya seperti kuburan. Sepi. Hanya aku yang ada di dalamnya.

Aku merasa seperti hidup terpencil tanpa ada yang bisa diajak berkomunikasi. Aku tidak betah tinggal di rumah sebesar ini sendirian. Rasa takut sesekali menghantui batin ku.

Repotnya lagi, siang yang terang kini berubah menjadi remang. Mendung tebal menggantung di angkasa. Sebentar lagi pasti akan turun hujan. Aku resah, gelisah sekali, lalu masuk ke kamar.

Aku sempat menggerutu dongkol sebab sampai sesore ini Raka belum pulang juga. Sudah lebih dari 3 jam sejak ia pergi dari pukul 12.00 wib.

Sesekali aku mendengar suara benda jatuh, mungkin memang ada benda yang jatuh, tapi perasaan ku jadi tercekam ketakutan.

Ketika suara petir tiba-tiba menggelegar, aku sempat terlonjak kaget. Ah, aku benci pada suasana seperti ini. Sendiri, sepi, dalam rumah yang penuh misterius. Belum lagi teringat kata-kata Raka mengenai kamar yang tidak pernah di buka itu, iiihhh....Rasa-rasanya aku hidup dalam neraka.

Sekali lagi petir menggelegar di angkasa, aku merinding. Angin begitu kencang berhembus. Pintu dapur sempat berdentam keras dihempas oleh angin kencang di sertai hujan rintik-rintik.

Aku keluar kamar untuk mengunci pintu dapur. Mendung tebal menciptakan suasana gelap yang menyeramkan. Aku menyalakan semua lampu.

Hati ku menjadi ciut, mulai merinding ketika ku dengar dentingan lampu-lampu kristal tertiup angin. Suara dentingan yang tidak teratur itu bagai langkah-langkah kaki yang berebut mencari tempat, untuk mendekati ku.

Aku buru-buru masuk ke kamar lagi. Sebelumnya aku sempat dikejutkan oleh jatuhnya almanak dari tempat gantungan nya. Aku memasang kembali almanak itu.

Tapi karena tiupan angin begitu kencang, penanggalan itu jatuh kembali. Akhirnya aku membiarkannya, aku tidak mau dipermainkan oleh hembusan angin yang membawa keseraman itu.

Di kamar, aku masih belum bisa mengatasi kegelisahan ku. Tetapi, ketika aku melihat gaun pengantin berwarna merah maron yang bermotif etnik itu tergantung di kapstok, hati ku menjadi bahagia.

Gaun_Merah.jpg

Ilustrasi Gaun Pengantin yang Ratih kenakan.

Aku membayangkan betapa cantiknya aku menggunakan gaun itu jika nanti aku menikah dengan Raka. Pasti nya aku akan terlihat sangat cantik dan anggun bagai putri raja, aku tersenyum-senyum bahagia membayangkan nya.

"Apa sebaiknya aku mencoba gaun pengantin ini terlebih dahulu? Siapa tahu aku nantinya dapat menggunakan nya dalam pesta pernikahan ku kelak bersama Raka? Aku ingin sekali Raka merasa kagum ketika aku memakai gaun pengantin ini", ucap ku seakan sedang bicara pada diri sendir.

Benar. Gaun pengantin ini sangat pas sekali di tubuh ku, aku serasa nyaman memakai nya, hati ku merasa tentram.

Aku mematut-matut diri di depan cermin hias, sesekali aku tersenyum bangga dan bahagia, aku tampak seperti putri bangsawan di abad 17-an. Cantik dan anggun.

Lebih dari itu, aku merasa tidak memiliki rasa was-was dan gelisah lagi. Bahkan aku lupa bahwa tubuh ku baru saja sembuh dan masih lemas.

Sungguh ajaib, gaun ini mampu membuat ku tegar dan bersemangat lagi. Rasa-rasanya aku tidak pernah menderita sakit apapun. Jalan ku lancar, berdiri ku tegak, senyum ku menawan seakan menirukan para putri-putri bangsawan eropa.

Angin masih berhembus tak tentu arah, rintik hujan mulai turun. Namun belum berubah menjadi lebat. Suara gemerincing kristal-kristal lampu berdentingan masih terdengar timbul tenggelam.

Dari kamar ku, aku mendengar suara orang mengetuk-ngetuk pintu kaca di ruang tamu. Senyum ku merekah, pasti Raka yang datang, dan ia akan terperangah kagum melihat ku mengenakan gaun pengantin ini.

Tanpa menunggu ketukan yang ketiga, aku sudah menghambur ke ruang tamu.

"Sebentar, Raka...", seru ku dari dalam.

Hujan dan angin masih saling bergumul. Aku membuka tirai dan memandang keluar. Oh, tidak ada siapa-siapa di luar.

Aku meneliti sekali lagi, tapi memang tidak ada seorang pun di luar rumah, kecuali keremangan mendung dan rintik hujan yang terbawa hembusan angin.

Aku kaget manakala kilatan cahaya petir menembus kegelapan mendung dan menimbulkan gemuruh yang mengerikan di angkasa.

"Anehb", pikir ku. "Tadi ku dengar ada suara ketukan dua kali, tapi kok tidak ada orangnya? Mungkin kah Raka menggoda ku, dan bersembunyi di suatu tempat? Ah, sialan!".

Belum ada tujuh langkah, saat aku hendak meninggalkan ruang tamu, suara ketukan pada kaca pintu terdengar lagi tidak beraturan. Aku buru-buru berpaling, kemudian segera menyingkapkan tirai penutup kaca.

Dan, sekali lagi aku tidak menemukan siapa-siapa di luar sana. Cahaya petir bagai membelah langit. Aku buru-buru menutup tirai. Aku termenung sejenak di depan pintu.

Pada saat ini, timbul lagi suara ketukan pada kaca. Aku diam dengan tegang, sengaja tidak menyingkapkan tirai seperti tadi. Lalu suara itu terdengar lagi. Aku memperhatikan arah suara tersebut. Setelah sekali lagi terdengar suara yang sama, aku mengumpat sendiri, "Sialan...! Angin...!".

Aku nyaris tertawa sendiri setelah mengetahui bahwa pintu ternyata belum di kunci. Dalam keadaan bagian kunci yang longgar itu, pintu akan terdorong oleh angin, membentur tepian pintu pasangannya, dan timbullah suara seperti orang mengetuk-ngetuk kaca pintu. Aku segera menguncinya dan pintu menjadi rapat.

Hujan hari ini tidak tanggung-tanggung hembusan anginnya. Pintu kamar mandi untuk tamu berdentam keras. Aku sempat terlonjak kaget.

Apalagi aku ingat di kamar mandi itu, Yuli mati mengambang dalam bak mandi, iiihhh...Rasa-rasanya tidak ada cara yang lebih baik baginya kecuali cepat-cepat masuk ke kamar dan mengunci diri di sana.

Ketika aku hendak masuk ke kamar ku, tiba-tiba mata ku terbelalak. Tegang. Dari tempat ku berdiri aku dapat melihat pintu misterius itu terbuka nyata.

Bulu kuduk ku meremang dan persendiaan ku mulai gemetar.

Daun pintu kamar yang tidak pernah terbuka itu kini bergerak-gerak bagaikan dipermainkan oleh angin.

Suasana mendung yang gelap membuat pandangan mata ku sedikit samar. Tapi cahaya petir yang sesekali bagai kilatan lampu blitz sempat membuat ku melihat jelas gerakan pintu itu yang seakan tidak mau tertutup lagi.

Aku penasaran.

Walau hati ku takut, keringat dingin mulai tersumbul keluar, namun aku tetap melangkah mendekati dapur.

Mata ku tidak mau berkedip, sepertinya hati ku penasaran sekali ingin memperhatikan proses penutupan pintu itu. Siapa yang akan menutupnya nanti?

Aku membuka pintu dapur, yaitu pintu yang menghubungkan dapur dengan ruang tengah.

Pelan-pelan sekali aku membuka pintu tersebut, seakan takut didengar oleh seseorang di sana dan mengetahui kehadiran ku.

Suara deru angin bagai segerombolan lebah yang sedang terbang. Rambut ku yang lepas tergerai sepanjang pinggang meriap-riap dipermainkan angin.

Aku melangkah pelan-pelan melewati dapur. Namun, sempat aku berhenti sejenak dengan penuh keraguan, rasa takut ku begitu kuat menguasai diri ku, sehingga kaki ku terasa berat untuk melangkah.

Pintu yang tidak pernah dibuka itu masih bergerak-gerak, bagai ada sesuatu yang mengganjal di depannya dan membuat pintu itu tidak dapat tertutup.

Dalam benak ku terbayang kalau-kalau ada seseorang atau makhluk yang tiba-tiba muncul dari kamar tersebut dengan keadaan mengerikan, oooohhhh....Tentu aku tidak dapat lari dengan cepat, karena menggunakan gaun pengantin yang panjang nya sampai menutupi mata kaki.

Aku pasti akan tertangkap dan.... tiba-tiba.....

"PRAAAAANG......!!". Aku terpekik kaget.

Aku berpaling ke belakang, ke arah benda jatuh itu. Oh, ternyata sebuah nampan almunium yang jatuh dari tempatnya karena kejatuhan tempat nasi. Tempat nasi plastik itu lepas dari paku gantungan dan menjatuhi nampan almuniun. Angin bertiup semakin kencang dari arah luar.

Aku sempat mengelus-elus dada ku, merasa lega dari keterkejutan. Tetapi, sesaat kemudian mata ku kembali tertuju pada pintu kamar yang tidak pernah terbuka itu.

Kali ini pintu itu dalam posisi terbuka dan melambai-lambai seakan sengaja menunggu kedatangan ku, padahal di saat ini tidak ada hembusan angin pun dari arah luar.

Rasa penasaran bercampur aduk dengan ketakutan yang mencekam. Aku melangkah pelan-pelan, hati-hati sekali. Butiran keringat nya terasa mengalir deras dari wajah ku turun perlahan-lahan ke leher dan bahkan sampai meresap ke gaun pengantin yang ku pakai.

Rasa dingin, merinding menjadi bertambah, detak-detak jantung ku bagaikan irama bedug di saat waktu maghrib. Kaki ku terus melangkah mendekati kamar misterius tersebut.

Hanya beberapa meter lagi, aku akan sampai ke pintu kamar itu.

Aroma aneh mulai merebak dan tercium oleh ku. Aroma wangi yang sangat mirip dengan aroma kayu cendana. Aroma itu sempat membuat lutut ku seakan tidak mampu dipakai berdiri lagi.

Namun, aku masih berusaha untuk bisa mencapai kamar tersebut. Dan pada saat yang bersamaan, tiba-tiba. "JEDAAAARRRR".

Petir membelah langit, cahaya nya memancar bersama bunyi ledakan yang mengerikan.

Dan, "Aaaaaaahhhhh......", pekik ku kaget.

Akibat rasa kaget itu, tubuh ku limbung dan membentur dinding.

Lewat tepian dinding itu, aku merayap pelan-pelan, mencapai kamar misterius. Bau aroma kayu cendana tercium tajam.

Akhirnya aku pun sampai juga di ambang pintu kamar tersebut.

Kamar berukuran 3x6 meter persegi itu tidak terlalu gelap. Ada lampu kecil berukuran 5 waatt tergantung di atap tanpa eternit atau plavon itu.

Debar-debar hati ku membuat gigi ku bergemeletuk karena gemetar. Pintu itu kaku, bagai tidak dapat ditutup lagi, namun sempat bergoyang-goyang sesaat karena hembusan angin.

Mata ku mendelik ketika aku melangkah masuk ke kamar itu. Aku nyaris terpekik saat aku melihat sesosok tubuh perempuan berdiri dalam kemiringan tertentu.

Tubuh perempuan itu ada dalam peti kaca, semacam akuarium. Wujud nya tidak begitu jelas, karena peti kaca itu ditutupi debu yang sangat tebal, sama seperti keadaan lantai dan tempat sekeliling nya yang penuh debu serta banyak sarang laba-laba merintang kian kemari.

Memang menakutkan, sangat menakutkan sekali.

Seluruh tubuh ku gemetar, tetapi, sepertinya jiwa penasaran ku tidak mau menyerah sampai di situ.

Aku melangkah mendekati peti kaca yang tersandar di dinding ujung, menghadap ke arah pintu.

Aku menghalau benang-benang dari sarang laba-laba yang merintangi jalan ku.

Dan, aku memberanikan diri mengelap debu-debu yang tebal, yang menempel dan mengotori kaca peti tersebut.

Dengan gerakan panik, aku berhasil membuat kaca peti itu menjadi semakin bening dan terang. Kali ini aku dapat dengan jelas melihat sosok tubuh perempuan yang ada di dalam peti kaca itu.

"Astaga....Ternyata di dalam peti kaca ini tersimpan seorang perempuan cantik, kecantikan nya sulit untuk ku uraikan dengan kata-kata, seperti diibaratkan sebuah lukisan monalisa yang begitu indah bagi pecinta seni gambar dan pencinta lukisan tentu tahu berapa harga lukisan itu".

"Siapa sebenarnya perempuan cantik di dalam peti ini?".

"Kenapa selama aku tinggal di sini baru kali ini aku mengetahuinya?".





Bersambung.....
 
Terakhir diubah:
Andai benar perkiraan Raka, berarti musuhmya sudah jelas.. tinggal cari kelemahan buat mematahkan kontrak tante Wulan dengan iblis pesugihan..
Wokeeyy di lanjut suhu rad76 cerita nya..
Tabir misteri sudah terbuka...Ratih sendiri yang membuka jalan kematian nya.
Apakah RATIH bakalan selamat nanti nya?
GAUN PENGHANTAR KEMATIAN, ini ada 2 yaitu gaun pengantin dan gaun tidur berwarna pink, kedua gaun itu dipakai oleh perempuan di dalam peti kaca itu.

Perempuan itu lah sumber kekuatan gaib yang bisa merenggut nyawa Ratih...

Ikuti terus cerita ini...mulai mencekam, merinding.

Ane saja menulis nya sampe gemetar, dan merinding apalagi nanti part-part selanjut nya.
 
Suhu Rad... Syeereeemm Nya Manaaa...xixixi... Tiwas aq baca nya sambil dengerin "sayang" nya via vallen... Biar ga bergidik bulu ketek ku... Nais apdet Suhu... Kiip crot yah... D tggu serem nya... Hiiiiii..:beer:
Wkwkwk...PART 20 itu masih ngebahas lanjutan part 19, sorry info saya mungkin salah kemaren... mksd nya part2 selanjut nya. ikutin terus om... ini sudah mulai merinding hehehe...
 
Waduh ratih nganterin nyawanya sendiri
Dengan memakai gaun pengantin timbul kekuatan yg aneh......
Serem...........
 
Ratih masuk kamar rahasia karena terpengaruh gaun pengantin ya hu?
Semoga raka datang sebelum terlambat...
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd