Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

MISTERI - TAMAT GAUN PENGHANTAR KEMATIAN

Apakah nasib Ratih dan Raka akan selamat diakhir cerita.....?


  • Total voters
    124
  • Poll closed .
Bimabet
Gaun yg punya aura pemilik asal, yg boleh membalik waktu dlm masa tertentu. Seperti loket dlm filem beautiful creatures....
Semoga saja sesuai analisa suhu hazel... thanks suhu sudah mengikuti cerita ini... terus ikuti sampai ending.
 
Namanya tumbal kan biasanya perawan yaa.. andai aja begitu..
Ayoo Raka secepatnya exe si Ratih..
Wow analisa suhu mbuhkah... mendekati kebenaran, emang Ratih terpilih karena selain faktor itu juga... kita lihat saja nanti apa yang akan terjadi selanjut nya.
 
asemmm...huhuhuhu
udah tegang bacanya malam gini
nyesal bacanya nanggung.
semoga ga macet ya hu
serius seram
Ane usahain update nya rutin suhu... semoga saja bisa membuat puas semua pembaca di forum semprot.
 
eits.. ane mencium mulai ada drama dsini.
raka ngedeketin tante wulan, tante wulan nya baper ama raka..
dan ratih pun cemburu..
aishh.. :tidak:
Wah suhu lastbreath jago... bisa menangkap signal dari ane... Semoga saja suhu analisa suhu menjadi kenyataan di cerita ini.
 
mantap updatenya suhu.. yg kentang dah terobati. haha. btw minta sedikit cuplikan part 15 nya suhu. hehehe
Masihnada kaitan nya dg Part 14, sedikit bocoran di part 15, Ratih mendadak sakit, entah apa penyebab nya dan ketidaksukaan tante wulan atas kedekatan Raka dan Ratih.
 
Wah makasih Suhu Rad sudah memberikan scene roman picisan... Yg akhirnya membuat ku Keeenttang Super melanda Jakarta dst. Wkwkwkkwwk... Overall nice apdet yah Suhu Rad... Apdetmu memuncratkan jagat kentangisasi...
mumpung sdg murah hu :kentang: (kentang goreng nya) trims sudah menjadi pembaca setia di trit ini walaupun masih banyak kekurangan dan tidak sesuai keinganan semua pembaca.
 
PART 15

images_1.jpg

Raka Priambudi Gemilang aka Raka

4394176182_oe8c82322d.jpg

Ratih Puspa Sari aka Ratih

f19c7ac-0-87c9-4750-a3bc-eaf4df027145.jpg

Wulan Fitriani aka tante Wulan


Pov Ratih


Jam 05.30 wib... Aku terbangun dari tidur ku. Aku merasa tidur ku hanya selama 2 jam 30 menit, sempat kaget dan terkejut saat aku bangun mendapati kondisi ku tidak berpakaian.

Setelah kuingat-ingat kejadian dini hari tadi ada senyum sekaligus ketakutan yang melanda ku saat ini, tetapi karena aku selalu mengingat pesan Raka aku bisa sedikit tersenyum.

Saat aku ingin beranjak dari tempat tidur ku, aku menyentuh benda asing yang berwarna putih kehitaman yang tergeletak di atas kasur.

Aku mengambil nya serta memperhatikan benda itu dengan seksama. "Benda apa ini? Kenapa ada di atas kasur ku?", batin ku bertanya.

"Ah, nggak penting juga aku mikirin benda ini, lebih baik aku segera mandi dan mempersiapkan sarapan untuk om dan tante", pikir ku dalam hati sambil melempar benda itu ke sudut dekat pintu.

Walau rasa kantuk ku masih terasa di mata ku, tetapi aku tak memperdulikan nya.

Aku mesti segera bangun dan bergeges mandi serta ke dapur untuk menyiapkan sarapan pagi untuk om dan tante.

Om Hendro dan tante Wulan sudah terbiasa untuk sarapan pagi terlebih dahulu sebelum mereka berdua berangkat kerja.

Om Hendro adalah pengusaha yang bergerak di bidang tekstil, mempunyai beberapa pabrik di daerah karawang, bekasi dan bogor, tetapi kantor pusat nya ia dirikan di Jakarta, dan beliau merupakan direktur utama nya sekaligus pemilik pabrik-pabrik tekstil yang tersebar di 3 kabupaten tersebut.

Sementara tante Wulan mempunyai bisnis spa dan salon kecantikan yang ia kelola di kawasan xxx Jakarta Pusat.

Pernah suatu hari, beberapa bulan yang lalu, saat itu Yuli masih ada. Aku telat bangun, biasa nya aku bangun antara pukul 4.30-5.00wib, tetapi hari itu aku kesiangan dan baru bangun pukul 7.00 wib. Itu pun di bangunkan oleh si kecil Yuli dengan suara khas nya yang bikin aku gemas.

Karena kesiangan aku tidak sempat membuatkan sarapan pagi untuk om dan tante, dikarenakan badan ku demam karena kemaren pulang dari pasar aku kehujanan dan lupa membawa payung, akibat nya baju serta belanjaan ku basah semua, dan itu juga membuat ku menjadi demam.

Saat itu, aku habis-habisan kena marah dan di omeli tante Wulan dengan kata-kata yang cukup pedas dan bernada merendahkan ku.

"Kau itu gimana, Tih. Pemalas, disini kau numpang semesti nya kau tahu diri lah, jangan manja kayak putri raja". Hardik tante ku saat itu pada ku.

Aku saat itu hanya bisa diam dan tidak berani menjawab, percuma menjawab bahkan membantah pasti semakin membuat tante Wulan marah.

Sejak saat itu aku berusaha untuk rutin bangun pagi, membuatkan sarapan pagi mereka, mengasuh Yuli, dan mengurusi kebutuhan dapur.

Hari itu menjadi pelajaran berharga bagi ku supaya aku tidak di damprat lagi oleh tante Wulan.

Aku buru-buru melangkah mengambil perlengkapan mandi ku, kemudian menuju ke kamar mandi yang letak nya di belakang, dekat gudang dan kamar yang selalu tertutup itu.

Setelah menyelesaikan acara mandi ku, sampai aku pun harus mandi junub dan keramas, aku kembali ke kamar untuk berpakaian dan sedikit memoles tubuh ku dengan bedak yang tipis.

"Kok rasa nya badan ku dingin, seperti mau demam". Gerutu ku dalam hati.

Jam 7.00 wib aku sudah selesai membuatkan sarapan pagi berupa nasi goreng, telur dadar, dan ayam goreng yang ku buat seperti ayam fried chicken.

Om dan tante datang dan duduk untuk memulai sarapan pagi.

"Kamu nggak sekalian sarapan bareng kami, Tih", ucap om Hendro sambil duduk di meja makan.

Aku menjawab dengan singkat dan cepat. "Nanti aja om, bareng Raka saja sarapan nya".

"Yaudah, kami duluan kalau begitu, Tih".

"Ini pa, segini cukup kah...", ucap tante Wulan pada suami nya sambil menyerahkan piring beserta isi nya.

"Cukup ma, makasih ya". Jawab suami nya sambil tersenyum pada tante Wulan.

Aku tersenyum melihat kemesraan om dan tante pagi ini, lalu aku pamit pada mereka untuk berbelanja keperluan dapur.


30 menit kemudian....

Sekembali nya aku dari pasar tradisional yang tidak jauh dari kompleks perumahan.

Aku melihat kedua pasutri itu hendak berangkat, mobil mereka berdua sudah berdiri sejajar di depan pagar setelah mereka mengeluarkan mobil tersebut dari garasi nya.

Ya, pasutri itu adalah om Hendro dan tante Wulan, mereka berdua sudah bersiap berangkat kerja.

Om Hendro menggunakan mobil BMW seri E-class berwarna putih susu, sedangkan mobil yang di kendarai tante Wulan BMW C-Class berwarna merah.

Setelah mereka berdua berangkat kerja baru lah aku masuk ke dalam rumah.

Aku segera memasukkan semua belanjaan, ke beberapa tempat, untuk buah-buahan seperti apel dan jeruk ku simpan di dalam kulkas.

Aku membeli ikan gurame, telur ayam, cabe, dan bawang merah. Telur ayam, cabe dan bawang merah aku menaruh nya di lemari antik yang kemaren di pindahkan oleh ku dibantu Raka dari kamar om Hendro.

"Sebaiknya aku segera membersihkan kotoran ikan ini, dan menu makan siang dan makan malam nanti adalah Gurame Balado".

Setelah berkutat dengan urusan dapur, selama lebih kurang satu jam lama nya, akhirnya selesai juga tugas ku menyediakan masakan untuk om, tante, Raka dan diri ku sendiri.

Tubuh ku terasa lemas, dan sangat kelelahan.

"Apa sebaiknya aku istirahat dan bersantai dulu di ruang tengah sambil nonton acara TV". Pikir ku dalam hati.

Akhirnya aku memutuskan untuk beristirahat sejenak di ruang tengah sambil menonton acara TV, remote TV di tangan ku dan segera ku pencet tombol nya mencari saluran TV favorit ku.

"Fiuuuhhh, capek rasanya hari ini", gerutu ku kesal sambil menghela nafas sejenak.

Sambil menonton acara TV yang saat itu menayangkan sinetron pagi di salah satu TV nasional membuat aku sedikit bisa melupakan kelelahan dan beban pikiran ku sesaat.

Tak terasa hampir 2 jam, aku bersantai di ruang tengah, dan teringat bahwa aku belum menyiapkan sarapan pagi buat Raka.
.
.
.
Setelah menyiapkan sarapan pagi untuk Raka, dan ia datang menghampiri ku sambil tersenyum.

"Selamat pagi, sayang...". sapa nya pada ku.

"Pagi, Raka...", jawab ku malu-malu.

"Kok nggak pake sayang", goda nya.

"Memang nya aku pacar mu, Raka".

Dia terkikik, lalu menjawab, "Bukan, tapi calon ibu dari anak-anak ku".

"Dasar gombal, tuh sarapan nya sudah siap, males di gombalin kamu". Jawab ku sambil tersenyum sipu.

"Temenin dong sarapan nya, masa dengan calon suami jutek gitu yang".

Aku cemberut dan segera ku cubit lengan nya.

"Nih rasain....Puas ya kamu semalam lihat tubuh ku". Jawab ku sambil memanyunkan wajah.

"Semakin cantik kamu, Tih. Kalau cemberut gitu".

"Raka.....", seru ku kesal.

"Iya....Maaf deh! Jangan ngambek dong". Ucap. nya membujuk ku.

Kami pun sarapan bersama, sepiring nasi goreng ditambah telor dadar dan sepotong ayam kini ada di hadapan nya.

Aku sengaja melayani nya dengan tulus menuangkan nasi goreng, menaruh telur dadar, dan ayam fried chicken ke piring lalu memberikan pada nya dengan memasang senyum manis.

Sambil menyantap sarapan, Raka mencoba mengajak bicara pada kuntentang kejadian semalam.

"Kamu ingat kejadian semalam, Tih? ".

Aku sempat berhenti menyuap nasi ketika mendengarkan perkataan nya, aku berubah menjadi pucat dan seperti ketakutan.

"Raka, aku takut mereka datang lagi, wajah mereka mengerikan dan mereka mengincar ku seperti ingin membalas dendam, padahal semasa mereka hidup tidak ada satu pun aku pernah berbuat menyakiti mereka".

Dia bangkit dari duduk nya lalu menghampiri ku dengan mengarahkan kepala ku ke dada bidang nya, dan ia berkata supaya aku bisa tenang kembali.

"Jangan takut, aku akan menjaga mu, kita lewati semua ini sampai ada kabar dari teman ku Ikam, percayalah pada-Nya".

Aku mengangguk dan berusaha tersenyum kembali, aku pun menceritakan bahwa semalam arwah Kusno, Maman, Yuli dan Pak Gani yang coba mencelakai nya. Dan aku tidak tahu kenapa arwah itu sampai ingin membunuh ku.

"Boleh aku bertanya sesuatu pada kamu, Tih?". Ucap Raka setelah aku sudah dapat menguasai diri kembali.

"Tanya apa, Raka?".

"Tentang gaun yang kamu pakai semalam!".

"Kenapa dengan gaun itu?".

"Saya merasakan gaun itu punya misteri, sejak kamu memakai nya kamu terlihat berubah dan semalam jujur kamu terlihat berani dan binal. Apalagi sejak kamu memakai nya kamu bisa melihat mereka".

Aku pun terbelalak.

Aku baru menyadari nya. Apa yang di katakan nya barusan membuat ku jadi termenung berpikir sejenak.

"Iya, aku baru menyadari nya, Raka. Semalam aku nggak sengaja pengen saja memakai gaun itu setelah merasakan kegerahan di dalam kamar, yang aneh nya saat aku memakai nya, aku seakan lupa dengan perkataan Ikam bahwa aku menjadi sasaran iblis karena mempunyai tanda silang di dahi ku. Tapi sewaktu aku membuatkan kamu kopi, mereka bisa dengan jelas terlihat oleh ku. Dan saat di kamar tidur aku tidak tahu kenapa aku seberani itu kepada mu. Apa mungkin ini semua karena gaun itu?", aku menjawab dalam renungan ku.

"Hei, ditanyain kok malah bengong?". ucap nya bingung atas sikap ku.

"Ta...Tadi mau tanya apaan...?". Jawab ku gugup dan kaget.

"Kamu dapat darimana gaun itu, selama aku berada di sini baru semalam kamu memakai nya".

"Gaun itu dikasih oleh om Hendro, Raka. Saat kita memindahkan lemari antik kemaren, kamu ingat!".

"Iya, ingat kita memindahkan lemari itu ke sini, kan. Terus om Hendro memberikan gaun itu pada mu, Tih?".

"Iya, om Hendro bilang ia cemburu pada tante ku karena gaun itu pemberian dari mantan kekasih nya".

"Sebentar.... Maksud mu gaun itu pemberian mantan kekasih tante Wulan?", kata Raka memperjelas kembali penuturan ku.

"Iya, Raka".

Aku dan Raka terdiam beberapa saat.

Aku melirik nya sejenak, terlihat jelas kalau saat ini Raka sedang termenung memikirkan perkataan ku barusan.
.
.
.
Setelah sarapan pagi, Raka bilang bahwa ia ada urusan kantor yang mesti ia urus berkaitan dengan proyek yang akan dikerjakan di daerah tempat nya bekerja.

"Tih, Raka pergi dulu ya, kamu di rumah baik-baik, ya. Dan jangan lupa ibadah, dzikir dan selalu mengingat-Nya supaya kamu terhindar dari hal-hal gaib yang ingin mencelakai mu".

Aku menjawab sambil tersenyum, "Makasih, Raka. Kamu peduli sekali dengan ku, percaya lah aku baik-baik saja".

"Sudah kalau begitu aku pamit ya, eh iya aku pulang sekitar jam 16.00 wib".

Raka mendekati ku kemudian mencium kening ku dan mengusap-usap rambut ku.

Setelah kepergian nya, kini di rumah ini tinggal lah aku sendiri, sendiri di rumah mewah yang sepi.

Jam 16.10 wib, Raka pulang dari kantor pusat tempat ia bekerja. Ternyata ia pulang sambil membawa bungkusan dan dengan wajah tersenyum ia menyerahkan bungkusan itu pada ku.

"Ini buat mu, Tih, semoga kamu suka".

Aku menerima bungkusan itu dengan senyum penuh bahagia, sambil berkata.

"Boleh di buka, Raka".

"Silahkan! Biar kamu semakin cantik sayang". Bisik nya pada ku.

Aku segera membuka bungkusan itu, ternyata di dalam nya terdapat lagi kotak yang cukup bagus. Dengan rasa penasaran aku membuka kotak tersebut, ternyata isi nya adalah sebuah gaun tidur berwarna pink tetapi bentuk dan model nya agak berbeda dengan gaun yang ku pakai semalam.

Saking bahagia nya aku memeluk Raka, sebagai ucapan terima kasih dan rasa bahagia ku telah di belikan gaun tidur ini.

"Hmmm....".

Aku seketika melepaskan pelukan ku dari tubuh Raka, kami berdua seperti maling yang kepergok warga seperti itulah perasaan ku saat ini.

"Kalau mau berbuat mesum, cari hotel sana! Jangan di rumah ini, bikin sial nanti nya". Ucap tante Wulan lantang bernada ketus dan merendahkan kami.

Aku hanya diam dan menunduk, tidak ada jawaban maupun bantahan dari ku

Saat Raka ingin membantah perkataan ketus tante Wulan, buru-buru ku tangkap tangan nya dan ku kedipkan mata.

Raka sepertinya mengerti kode yang ku berikan ia hanya mengangguk sambil menghela nafas untuk meredam emosi nya.

"Kenapa diam... Sudah berapa sering kalian berdua berbuat mesum di rumah ini, kasihan sekali orang tuamu, Tih. Jika melihat kelakuan bejat anak gadis nya".

Aku hanya bisa menangis, perkataan nya sangat menggores luka yang dalam di hati ku, terutama ia menyebut kedua orang tua ku yang sudah meninggal dunia. Dan aku hanya bisa menjerit di dalam hati.

"Apa salah ku, tante?"

"Begitu bejat nya kah aku di mata mu, tante?"

"Ayah, ibu, maafin Ratih, gara-gara kesalahfahaman ini kalian yang sudah tenang di sana disebut-sebut oleh tante Wulan".

"Cukup, tante...!'Tante sudah melewati batas! Ayo kita buktikan saja! Apa Ratih masih perawan atau tidak. Jika tidak terbukti semua perkataan tante, Raka janji masalah ini akan Raka perpanjang biar om Hendro tahu kelakuan istri nya yang angkuh dan hanya bisa merendahkan orang lain, Raka tahu jika sampai om Hendro tahu tante Wulan yang akan dapat masalah berat".

Aku terperanjat dan kaget mendengar suara lantang Raka membantah dan melawan perkataan tante Wulan, di tengah isak tangis ku aku bisa sedikit tersenyum dengan pembelaan dan perlawanan Raka terhadap tante Wulanm

"Perlu tante tahu. Ratih memeluk Raka sebagai ungkapan rasa terima kasih nya karena Raka membelikan nya sebuah gaun tidur yang selama ini ia impikan, pernahkah tante Wulan memberikan itu pada nya. Tentu tidak, tante tidak peduli sama sekali kepada keponakan tante sendiri, keponakan yang hidup sebatang kara. Di sini cuma dijadikan pembantu untuk di caci dan di hina, Jika om Hendro tahu dia pasti akan marah dan kecewa sama tante".

Tante Wulan seketika diam tak menjawab semua perkataan dan bantahan Raka, ia seakan tertampar dengan perkataan nya sendiri, dan dengan muka merah terbawa emosi ia meninggalkan kami naik ke lantai dua menuju kamar nya.

"Sudah... Ratih, kamu jangan menangis lagi. Sebaiknya kamu ikut aku, kita jalan-jalan buat menenangkan diri".

Aku mengangguk, dan ia menghapus air mataku dengan sapu tangan nya. Dengan penuh perhatian Raka mengusap air mata ku dengan penuh kelembutanndan tulus.

"Makasih, Raka ku sayang, aku beruntung sekali mendapatkan cinta dari pemuda sebaik kamu".

"Dah, sekarang kamu ganti pakaian, dandan yang cantik, kita malam ini kencan".


Aku tersenyum dan bergegas menuju kamar ku, bersalin pakaian dengan pakaian yang paling bagus yang ku miliki, aku ingin terlihat cantik di hadapan orang yang ku sayangi.
.
.
.
Keesokan hari nya.....

Aku terjaga dari tidur ku, saat ingin beranjak dari ranjang, tiba-tiba penglihatan ku seperti buram dan kembali rebah di atas kasur.

Aku merasakan tubuh ku panas dan kepala ku berat sekali. Seluruh persendiaan dan tulang-tulang terasa nyeri, bagai mengalami proses penghancuran.

Seperti hari-hari yang sudah-sudah, aku sudah bangun paling lambat jam 5 pagi, tetapi kali ini jam 6 pagi lebih aku masih belum turun dari ranjang.

Tante Wulan tiba-tiba masuk ke kamar ku dengan tampang sinis. Ia mengenakan kimono dari bahan tebal semacam hsnduk, berwarna biru tua, sementara rambut nya dibungkus dengan handuk berwarna putih.

Ia bertolak pinggang memandang ku dengan sengit dan berkata ketus.

"Kau hamil, ya?! Kok sudah jam segini belum turun dari ranjang?!".

Aku sangat terpukul mendengar perkataan sekasar itu.

Aku tidak dapat berbuat apa-apa, bahkan untuk membantah pun aku tidak bisa kecuali menyeringai kesakitan sambil berkata.

"Ratih....Sakit, tante...".

"O, ya...?!". Jawab nya ketus sambil mendekat.

"Sakit atau malas?".

Aku mengerang dengan hati terasa pedih. Tante Wulan lebih mendekat lagi.

"Sejak ada Raka kau mulai mau bermanja-manjaan, ya? Kau pikir dengan berlagak sakit begini, lalu Raka akan merasa iba terhadap mu, dan ia akan mencintai mu? Begitu? Heemmm....! Perempuan malam mana bisa mendapatkan cinta dari seorang pemuda semacam Raka. Dengar, Ratih..... Aku mulai tidak suka jika kau terlalu dekat dengan Raka. Aku muak melihat kalian. Karena dia hanya akan mendidik mu sebagai gadis yang manja dan malas!".

Dengan susah payah aku mencoba memberi bantahan.

"Saya tidak ada hubungan apa-apa dengan Raka , tante. Saya benar-benar sakit. Seluruh badan saya bagai di remuk oleh....Oh, saya benar-benar sakit, tante". Ucap ku memberikan penjelasan pada tante Wulan.

Aku terpaksa berbohong menutupi hubungan asmara ku dengan Raka, supaya tante Wulan tidak semakin marah dan membenci kami berdua.

"Tapi kau harus ingat, rumah ini bukan rumah sakit yang berfungsi sebagai penampungan orang sakit, Ratih! Jangan salah anggapan, ya?".

"Tolong, tante.....Beri saya waktu istirahat beberapa hari...".

"Sampai kau menjelang ajal, begitu?!", sahut tante Wulan dengan ketus dan amat menyakitkan hati.

Perempun itu mencibir dan berkata lagi.

"Kau memang lebih baik jangan hidup, Tih. Hidup dalam kemalasan sama saja tanpa nyawa!".

Oohhh...Tega sekali tante Wulan jika sudah ngomel-ngomel begitu,ia sering tidak peduli dengan perasaan orang yang diomeli nya.

Perkataan nya amat menyakitkan. Dan kata-kata inilah yang paling menyakitkan hati ku selama aku sering kena omelan tante.

Tante Wulan pergi dengan bersungut-sungut. tanpa mau menyentuh tubuh ku.

Kalau saja ia mau menyentuh tubuh ku, ia tentu akan mengetahui betapa panas tubuh keponakan nya ini.

Aku benar-benar sakit, bukan malas dan bukan berpura-pura sakit untuk mendapatkan perhatian dari Raka.

Ah...Aku jadi semakin resah dan jiwa ku merasa tertekan.

Aku merenung di dalam hati memikirkan semua perkataan dari tante Wulan barusan.

Mengapa sakit ku di hubung-hubungkan dengan Raka?

Mengapa tante Wulan mempunyai pikiran semacam itu?

Apakah tante Wulan selama ini memperhatikan keakraban nya dengan Raka, dan hal itu tidak berkenan di hati tante Wulan?

Atau jangan-jangan tante Wulan melihat Raka di kamar ku semalam?
.
.
.
Pov 3rd


Raka baru saja keluar dari kamar mandi. Ketika melewati dapur ia melihat tante Wulan membuat minuman dan menyiapkan roti panggang sendiri.

Raka mengernyitkan dahi nya dan bertanya, "Ratih belum bangun ya, tan?".

"Dia mulai malas, Raka. O, ya....Kalau kau mau minum, bikin sendiri, ya? Tante harus buru-buru nih, habis om mu sudah siap mau berangkat ke luar kota".

"Hmmmm....Ya. Nanti saya mengambilnya sendiri, tante".

Tante Wulan yang memiliki mata yang indah dan bulu mata yang tebal itu menatap tajam Raka dengan pandangan mata yang berani. Ia sengaja menyunggingkan senyum yang menggetarkan hati lelaki, dan berkata.

"Kalau kau sabar menunggu, biar tante layani dulu om mu itu, nanti baru tante buatkan minuman dan sarapan buat kau, Raka".

Hati Raka sedikit gemetar setelah mendapat tatapan mata setajam itu, "Hmmm....biar, tante. Maksud nya saya, biar saya mengambil sendiri saja, tante".

Raka pergi meninggalkan dapur sambil mengusap-usap rambut nya yang basah. Ia sempat membuka kamar Ratih, dan terperanjat melihat Ratih mengerang-erang sendiri di atas ranjang.

"Ratih.....?", tegur pemuda itu pelan.

Ratih tidak dapat menjawab kecuali hanya berpaling pelan-pelan memandang Raka.

Raka segera mendekat dengan perasaan cemas. Ia memegang tubuh Ratih. Oh, panas sekali. Cukup tinggi juga suhu nya.

"Raka....Tulang-tulang ku sakit semua....", kata Ratih tak jelas.

Raka menampakkan kecemasan nya.

"Astaga....Mengapa bisa begini, Tih? Panas sekali tubuh mu".

"Kepala ku......Uuuuhhh, sakit. Sakit sekali, Raka".

"Hmmmm....Apakah....Apakah di dapur ada kamu simpan madu?".

Ratih mengangguk.

"Dekat tempat gula dan kopi....".

"Sebentar. Aku akan kembali lagi".

"Raka, aku nggak bisa turun untuk.....".

"Tetaplah berbaring, Ratih. Tenangkan hati mu".

"Tante Wulan tadi.....".

"Ya, ya.... Aku mengerti. Aku melihat sikap nya yang dongkol kepada mu. Biar aku yang menjelaskannya nanti".


Kemudian Raka keluar dari kamar membawa segenggam kegelisahan bercampur was-was.

Sambil menyisir rambut dan mengenakan pakaian rapi, Raka berkecamuk sendiri dalam hati. Ia tidak menyangka Ratih akan jatuh sakit dengan kondisi separah itu.

Raka sangat khawatir. Apalagi jika ingat kata-kata Ikam, bahwa di kening Ratih terdapat tanda silang merah. Tanda kematian dari iblis. Oh, sangat mencemaskan sekali keadaan Ratih. Jangan-jangan saat ini adalah awal dari pekerjaan iblis.

Ia berpikir-pikir, apa yang harus dilakukan untuk menyelamatkan Ratih?

"Haruskah ia menjelaskan ini kepada tante Wulan? Memang, tante Wulan satu-satunya orang yang punya hubungan darah dengan Ratih, namun tidak menutup kemungkinan kalau tante Wulan sendiri menghendaki Ratih celaka".

Dua butir telur diambil kuningnya, kemudian dicampur dengan beberapa sendok madu.

Sambil mengaduk campuran tersebut. Raka berpikir-pikir pekerjaan siapa sehenarnya ini semua? Siapa yang menghendaki kematian Ratih? Om Hendro atau tante Wulan? Atau....Barangkali justru mereka berdua tidak menyadari bahwa Ratih ada dalam bahaya? Mungkin kah mereka berdua tidak mengetahui semua keganjilan dan kengerian yang terjadi di rumah ini?




Bersambung.....
 
Terakhir diubah:
Kenapa wulan nya kayak ngak senamg dengan ratih ya...

Mungkinkah wulan/hendro yang bersalah?
 
Mohon maaf jika masih banyak typo...pdhl sdh beberapa kali baca...

Selamat membaca...Semoga terhibur.

Insya Allah part 16 ane update nanti malam diatas jam 12... Kalo nggak ketiduran hhehehe...
 
Kenapa wulan nya kayak ngak senamg dengan ratih ya...

Mungkinkah wulan/hendro yang bersalah?
Seperti nya, ada kecemburuan tante Wulan ketika melihat kedekatan Raka dengan Ratih, dan jawaban itu akan terjawab di Part berikut nya.
 
Yah nasib kalo ikut orang, apalagi kalo kita Ndak punya kemampuan, kasihan amat si Ratih..
Saat Om Hendro luar kota ini, Tante Wulan bakal indehoy ma Raka.. hehehehe...
Ndak di bawa ke rumah sakit saja kah?? Mumpung masih pagi itu suhu..
 
Yah nasib kalo ikut orang, apalagi kalo kita Ndak punya kemampuan, kasihan amat si Ratih..
Saat Om Hendro luar kota ini, Tante Wulan bakal indehoy ma Raka.. hehehehe...
Ndak di bawa ke rumah sakit saja kah?? Mumpung masih pagi itu suhu..
Salah sendiri om hendro nya kurang jago dalam memberi nafkah batin.... Selama inj malah....tante wulan di luar sana tidak tau apa yg dilakukan nya... nanti part 16 akan ane uraikan tentang tante wulan maupun pribadi nya.
 
Ngebut ya updatenya,pdhl ane msh maraton smp part 6,thx updatenya hu
Soal nya materi nya sudah 100% ready, cuma belu. di ketik ulang, mumpung mood ane sdg bagus saja om...
 
Ayo om moodnya mumpung bagus update per 6 jam om heheheheheh
belum nulis hu...nanti istirahat bentar sambil baca2 karya2 suhu lain nya...insya allah ntar malam ane usahain part 16 karena berkaitan dg part 15 biar feel nya terjaga.

Alur nya belum ane buat merinding supaya tidak membosan kan.
 
Bimabet
Masih nunggu bau bau horrornya suhu, keep update hu, layak dipantengin ni trid mistery
Siap suhu... thanks sudah mengikuti dan menjadi pembaca setia di trit ini...
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd