Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

MISTERI - TAMAT GAUN PENGHANTAR KEMATIAN

Apakah nasib Ratih dan Raka akan selamat diakhir cerita.....?


  • Total voters
    124
  • Poll closed .
PART 27

4394176182_oe8c82322d.jpg

Ratih Puspa Sari Aka Ratih

images_1.jpg

Raka Priambudi Gemilang aka Raka


Pov Raka


Kami melangkah keluar dari rumah Ikam sekitar pukul 21.00 wib, sambil memeluk ku Ikam memasukkan uang di saku ku, sambil ia berbisik.

"Jaga ia dengan nyawamu Raka. Dia jodoh mu yang terbaik, Jangan takut pada mereka, percayalah pada Yang Maha Kuasa Di Atas, takdir mu masih bisa berubah. Dan aku punya sedikit uang buat ongkos kalian, jangan di tolak karena aku tahu pada saat ini kalian berdua membutuhkan nya".


Aku sempat kaget tetapi tersenyum mendengar bisikan nya, lalu aku balas berbisik.

"Makasih, Kam. Kamu memang sahabat sejati, pasti akan aku pertaruhkan hidup ku demi dia, aku mencintai nya dengan segenap jiwa dan raga ku".


Lalu kami berdua melepaskan pelukan, dan segera memberi salam perpisahan pada nya.

"Kami pamit ya, Kam. Assalamualaikum wr.wb", ucap ku.

"Waalaikum salam wr.wb. Hati-hati kalian berdua", jawab Ikam.

Kami berdua sudah di dalam taksi, dan selama perjalanan menuju rumah om Hendro Ratih menyenderkan kepalanya ke bahu ku.

Aku kembali teringat pembicaraan kami bertiga beberapa menit lalu.

Aku melihat ada tembok hitam yang sulit ditembus. Ternyata mayat perempuan dalam peti kaca itulah yang berupa tembok hitam", tutur Ikam.

"Maksudnya?", tanya ku tak sabar.

"Dialah sumber kekuatan gaib yang ada di rumah om mu itu".

Aku manggut-manggut.

"Dia sengaja dipelihara om Hendro?", tanya ku kembali.

Ikam diam beberapa lama, kedua matanya terpejam, namun duduknya tetap santai. Sambil bicara, ia masih memejamkan mata.

"Perempuan itu....Istri pertama Hendro Brahmanto".

Aku terkejut dan Ratih pun ikut terperanjat.

Kami berdua saling pandang, lalu aku berkata pada Ikam yang masih memjamkan mata.

"Istri pertama Hendro Brahmanto adalah tante ku sendiri. Tante Henny!".

"Ya", jawab Ikam. "Nama nya Henny Gemilang. Ia meninggal akibat persekutuan dengan setan....".

"Persekutuan dengan setan?", Ratih berkata sedikit keras.

Ikam menjelaskan dengan mata tetap terpejam dan dahi berkerut.

"Suami istri itu bersekutu dengan setan melalui Ki Jagat Bumi melalui dewa Anubis...Dewa kematian menurut kepercayaan Mesit kuno. Ada beberapa syarat untuk membuat ia kaya raya. Pertama, istrinya harus rela dijadikan korban sebagai abdi setan abadi bernama Dewa Anubis. Kedua, melalui kekuatan istrinya itu, harus ada orang yang dijadikan korban. Darah manusia sangat dibutuhkan oleh abdi setan. Setiap ada kematian, setiap kali itulah kekayaan Hendro melimpah ruah. Mereka yang mati dan dikuburkan, sebenarnya ada bersama istri Hendro itu...".

"Aku melihat sendiri mereka yang pernah mati di situ, ternyata ada dalam kamar tersebut", kata Ratih kepada ku, tapi Ikam kembali menyambung perkataannya.

"Mereka bukan mati karena kehendak Tuhan, melainkan kekejaman iblis. Rohnya tidak akan sampai ke tempat sebenarnya".

"Lantas, bagaimana mayat perempuan itu bisa utuh seperti orang yang baru saja mati beberapa jam yang lalu? Dan mengapa ia tidak dimakamkan?", tanya Ratih.

"Itu sudah ketentuan, mayat perempuan itu tidak boleh dikubur agar kekuatannya bisa membunuh orang yang dikehendaki. Setiap ia mendapat mangsa, ia akan segar dan dapat membantu Hendro dalam mengumpulkan kekayaan. Selain mayat itu tidak boleh di kubur, ia harus diletakkan dalam tempat tertutup rapat, tidak boleh terkena cahaya matahari, seperti halnya peti kaca itu. Tetapi apabila peti kaca itu pecah, dan mayat nya terkena matahari langsung, mayat perempuan itu akan hidup dan akan merenggut nyawa suami nya sendiri".

Aku dan Ratih saling beradu pandang sejenak.

Kemudian aku bertanya kepada Ikam.

"Mengenai tanda silang di kening Ratih, mengapa harus ada? Maksudku mengapa Ratih harus terpilih sebagai korban?".


Ikam membuka mata, memandang Ratih dengan sorot mata nya yang tajam. Ratih merasa ngeri, namun ditahan kuat-kuat.

Ikam lalu menjelaskan dengan suara nya yang bulat dan sedikit serak.

"Dalam tiga purnama mayat perempuan itu tidak mendapat mangsa, kekayaan Hendro akan menurun, dan bisa-bisa habis secara drastis. Tetapi, kekayaan itu akan abadi, tidak akan berkurang selamanya, apabila perempuan abdi iblis itu memperoleh mangsa yang spesifik, yaitu: seorang gadis yang masih perawan, suci, namun yang lahir sebagai anak tunggal".

Ratih terbelalak kaget.

Tangan nya berpegangan pada lengan ku yang tidak terkilir. Ia amat ketakutan, hampir-hampir menangis.

Ikam meneruskan kata-katanya.

"Kamu.... Ratih! Yang akan menjadi korban istimewa yang memenuhi syarat".

Aku manggut-manggut.

Dalam hati ku berkata. "Bahwa Ratih ternyata masih perawan suci. Belum ternoda sama sekali. Padahal sempat aku berpikir bahwa Ratih pernah ternoda. Sebab dalam kondisi tubuh yang sintal dan menggairahkan, dengan dada yang montok dan padat berisi, sudah tentu menarik setiap lelaki. Belum lagi tentang kecantikan wajahnya dan kematangan ciumannya, wajarlah rasanya jika aku mengira Ratih sudah tidak perawan lagi, sudah pernah setidaknya dua tiga kali bersetubuh. Ternyata dugaan ku salah, Ratih tidak seperti apa yang di duga itu, untung saja malam itu aku tidak sampai mengambil keperawanan nya, walau sebenarnya ia pun sudah rela memberikannya pada ku. Dan nyatanya ia terpilih sebagai korban istimewa seperti yang disebutkan Ikam tadi".

Ikam mengatakan. "Korban yang tidak istimewa hanya akan diberi titik hijau di keningnya oleh kekuatan gaib yang ada di rumah tersebut. Jika seseorang telah memiliki titik hijau sebesar tablet di keningnya, maka orang tersebut pasti mati. Dan....".

Ikam memperhatikan ku, lalu berkata, ".....Dan sekarang titik hijau itu ada di kening mu, Raka".

"Raka.....?!". Seru Ratih.

Ratih yang pertama-tama terpekik kaget dan ketakutan.

Aku masih seperti tidak sadarkan diri mendengar kata-kata Ikam.

Barulah setelah Ratih menangis.

Aku bisa berkata. "Aku....?! Aku termasuk korban mereka juga?".

Kemudian aku tertegun sedih, sementara Ratih terisak-isak memegangi tangan ku erat-erat.

"Tidak....!", kata Ratih. "Aku tidak ingin kehilangan kamu, Raka".

Kata-kata itu begitu lirih, namun sempat terdengar oleh Ikam. Pandangan Ikam beralih ke arah lain, sepertinya ia tidak tega menyaksikan kepedihan yang terjadi di depan nya.

"Raka, aku tidak mau....! Aku tidak mau berpisah darimu...".

Ratih masih berkata lirih dalam tangisnya.

Aku hanya memandang nya penuh haru, kemudian ku tarik ke dalam dekapan ku.

Suara ku pun cukup pelan, bagai berbisik dalam kepedihan.

"Aku....Aku juga, Tih. Tapi.....Agaknya kita harus bersatu di alam kematian nanti".

"Tidak!". Seru Ikam sedikit keras.

Ia menimpali ucapan aku dan Ratih.

"Kalian sahabat-sahabat ku, terlebih kau Raka...Aku pernah berhutang nyawa pada mu ketika kita masih sama-sama di Balikpapan. Bagaimana pun juga, aku akan berusaha berdiri di depan mu. Iblis-iblis itu harus mengalahkan ku terlebih dulu, baru membunuh mu. Tapi....Sekali lagi kusarankan, cepat pergi dari situ dan jangan kembali lagi", ucap Ikam.

Ikam menatap ku dalam-dalam.

Kemudian ia kembali memejamkan mata, mulutnya kembali seperti sedang menguyah, seperti sedang komat-kamit seperti sedang berdoa.

Aku dan Ratih menatap dan menunggu nya dengan cemas dan berbagai pikiran yang berkecamuk di benak kami.

"Alhamdulillah, ternyata ada cara minimal untuk kalian bertahan hidup di sana, sampai menunggu ku untuk menyelesaikan urusan ini melawan kekuatan mereka di sana".

"Jadi apa yang mesti kami lakukan, Kam?", tanya Raka memotong omongan Ikam.

Ikam kembali diam dan bibirnya kembali bergerak-gerak seperti sesaat lalu, Raka dan Ratih menunggu jawaban nya dengan penuh kecemasan.

"Alhamdulillah, uak bersedia membantu, saat ini beliau juga melakukan rencana untuk menghancurkan perbuatan setan tersebut dengan caranya sendiri, tetapi beliau meminta kalian berdua harus waspada dan kamu bawa sekarang taring babi hutan itu, kan".

Raka melihat ke arah Ratih, dan Ratih seperti tahu maksud Raka, kemudian mengeluarkan benda yang ditanyakan oleh Ikam.

"Benda ini kah yang kau maksud, bang Ikam?", ucap Ratih samb meletakkan benda itu di atas meja.

Ikam tersenyum lebar, ia mengangguk sejenak. Lalu kembali ia berkata.

"Benda ini yang akan membinasakan mayat di peti kaca itu, tetapi mesti di cukupi dengan satu hal lagi.....Satu hal itu adalah darah perawan anak tunggal....Dan itu adalah darah mu, Ratih".

Aku dan Ratih akhirnya bisa sedikit tersenyum lega dengan penuturan Ikam barusan, walau di wajah kami berdua ada ketegangan dan ketakutan.

Aku tersadarkan saat Ratih membisiki ku.

"Kamu melamun apa sejak tadi, sayang? Masih kepikiran omongan Ikam kah? Kan sudah ada senjata buat kita, hanya saja kita mesti terus bersama, jika kamu mati aku pun akan mati demi kamu, Raka sayang".

Aku memeluk Ratih, walau masih di dalam taksi seakan ku tidak peduli, mungkin inilah saat-saat kami bersama.
.
.
.
Pov 3rd


Ketika mereka tiba di rumah kembali, sekitar pukul 22.00 wib. Malam mulai beranjak semakin larut dan semakin menuju kegelapan.

Raka merasa heran ketika ia dan Ratih hendak masuk ke rumah, pintu telah terbuka.

Seorang gadis yang memiliki wajah serupa dengan Ratih tersenyum sambil membuka pintu.

Beberapa saat Raka tertegun memandang gadis itu.

Ia merasa disambut oleh Ratih, dibukakan pintu oleh Ratih, tetapi ia sendiri datang bersama Ratih. Aneh!

Mulut Raka tidak dapat berkata apa-apa. Kaku. Bahkan tubuhnya juga tidak mampu bergerak sedikit pun.

Gadis kembaran Ratih itu, pergi ke belakang dengan cepat, dan menghilang di ruang tengah.

Ratih sendiri sempat merinding, namun segera disadari bahwa itu adalah saudara pribadinya, seperti yang dikatakan Ikam tadi.

Begitu gadis misterius itu menghilang, Raka mulai sadar lagi serta dalam kebingungan.

"Aneh.....", gumam nya pelan.

"Dialah saudara ku. Dia yang mewakili aku di sini selama aku bersama mu tadi".

"Benar-benar aneh....!", Raka masih bicara seperti orang menggumam.

Seperti rencana yang telah dibicarakan di rumah Ikam, mereka akan segera pergi dari rumah tersebut.

Raka dan Ratih harus berkemas-kemas malam ini juga, padahal tadi sore memang mereka sudah berniat untuk berkemas, tetapi beberapa kejadian membuat mereka tidak jadi berkemas.

Esok pagi mereka tinggal berangkat menuju rumah kontrakan. Kenapa tidak malam ini saja mereka pergi? Pertimbangan nya karena kondisi Raka yang sudah terlihat lelah juga karena fisiknya yang sedikit lemah, membuat mereka berdua sepakat pergi nya esok pagi.

Bagi Raka, ia tidak banyak membutuhkan waktu untuk berkemas, tetapi Ratih cukup membutuhkan banyak waktu, karena banyak barang-barang yang harus dibawanya.

"Rasa-rasanya aku tidak sabar menunggu hari menjadi pagi", kata Ratih kepada Raka.

Ratih memasukkan alat-alat kosmetik ke sebuah beauty-case.

"Bertahanlah sampai malam ini saja. Esok kita telah tinggalkan neraka ini! Aku juga sudah muak berada diantara kerumunan roh-roh jahat!", kata Raka.

Ia membantu mengumpulkan barang-barang yang hendak dibawa pindah ke rumah kontrakan.

"Apakah kita perlu pamit dengan tante Wulan?".

"Ah, persetan dengan dia! Dia sama busuknya dengan om Hendro!", ucap Raka ketus.

Raka merasa benci kepada tante Wulan yang telah menjebak nya begitu juga dengan om Hendro yang tega mengorbankan tante nya demi hasrat pengen jadi hartawan.

Ratih membuka koper besar yang dulu dibawa nya dari kota kelahirannya.

Ketika ia pindah ke rumah ini, koper itulah satu-satunya barang yang dibawa nya.

Namun ketika ia membuka koper itu, tiba-tiba Ratih terpekik kaget dan menjauhi kopernya.

"Raka......".

"Ada apa, Tih?".

"Lihat..... Itu!", Ratih menunjuk ke dalam koper yang telah terbuka lebar.

Raka menatap koper itu dan seketika ia terperangah dengan mata yang terbelalak seperti orang melotot kaget dan terkejut saat melihat di dalam koper itu.

"Astaga.....", keluh nya pelan.

"Gaun itu ada di sini lagi? Bukankah tadi sore sudah ku bakar habis?".





Bersambung.........
 
Terakhir diubah:
Waduh mo abis nih... Siapin Trits baru ya Suhu Rad.... Wkwkwkwk tamat aja belon dah ngarep...
Beresin yang ini dulu om... Biar nggak ngerasa banyak hutang heheheh.....
 
musti di kubur tuh gaun....


dari tanah kembali ke tanah...

karen apapun yang ada di dunia ini awalnya semua dari tanah..
Akan ikut musnah nanti suhu... berbarengan dengan pemilik asli nya... Tetap ikutin suhu... tinggal beberapa part lagi...
 
Mantab suhu
Dtunggu benang merahnya
Dijadiin film horor greget neh
Hehe
Di tunggu saja om...Semoga nanti sesuai keinginan pembaca... Apalagi pada saat adu kekuatan antara kedua kubu....
 
Mantap hu, jadi makin penasaran
Nantikan besok ya om... malam ini ane tulis dulu, prepare, edit biar nggak banyak typo... maklum ngetik di HP... bukan di laptop atau PC.
 
Untung prewi Ratih masih belum hilang...
Ane susah bayangin gimana susahnya nyari persyaratan untuk menyempurnakan kesaktian taring babi hutan...
Ditunggu lanjutannya hu
 
Seru nih ceritanya suhu @rad76 ....
Ditunggu lanjutannya, jgn lupa update nya Asmara di balik Asrama ditunggu juga suhu...
 
Untung prewi Ratih masih belum hilang...
Ane susah bayangin gimana susahnya nyari persyaratan untuk menyempurnakan kesaktian taring babi hutan...
Ditunggu lanjutannya hu
Yupz... dan seperti kebetulan ya om... Ane salur dg Ikam, indra ke enam nya itu bukan saja bisa baca pikiran tapi tau dan bisa bedain gadis itu masih prewi atau udah nggak. Enak bangets kalo punya kelebihan seperti Ikam, bisa tau perasaan cewek dan tau udah nggak prewi atau masih prewi.
 
Bimabet
Seru nih ceritanya suhu @rad76 ....
Ditunggu lanjutannya, jgn lupa update nya Asmara di balik Asrama ditunggu juga suhu...
Pasti om yang cerita SADA di trit ane akan ane lanjutin, beresin dulu trit ini...hehehe...sambil nyari ide2 jahil buat cerita disana.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd