oyeckpunkerz
Semprot Addict
- Daftar
- 6 Dec 2010
- Post
- 426
- Like diterima
- 2.383
Permisi suhu penggemar setia forum Semprot
Izinkan nubi menshare sebuah cerita silat karya GILANG SATRIA yang nubi copy paste dari website tetangga tapi sungguh disayangkan cersil ini blm tamat, tidak diketahui alasan apa sehingga sipengarang cersil ini tdk melanjutkan karyanya yang menurut nubi sangat bagus ceritanyamungkin sudah banyak suhu - suhu di forum Semprot ini yang telah membaca cersil ini, tapi untuk yang belum mambacanya monggo dinikmati cerita ini
Untuk cerita silat karya GILANG SATRIA yang lainnya silahkan baca disini
Pendekar Elang Salju
Pendekar Elang Salju
Si Pemanah Gadis - Bab 2
Si Pemanah Gadis - Bab 3
Si Pemanah Gadis - Bab 4
Si Pemanah Gadis - Bab 5
Si Pemanah Gadis - Bab 6
Si Pemanah Gadis - Bab 7
Si Pemanah Gadis - Bab 8
Si Pemanah Gadis - Bab 9
Si Pemanah Gadis - Bab 10
Si Pemanah Gadis - Bab 11
Si Pemanah Gadis - Bab 12
Si Pemanah Gadis - Bab 13
Si Pemanah Gadis - Bab 14
Si Pemanah Gadis - Bab 15
Si Pemanah Gadis - Bab 16
Si Pemanah Gadis - Bab 17
Si Pemanah Gadis - Bab 18
Si Pemanah Gadis - Bab 19
Si Pemanah Gadis - Bab 20
Si Pemanah Gadis - Bab 21
Si Pemanah Gadis - Bab 22
Si Pemanah Gadis - Bab 23
Si Pemanah Gadis - Bab 24
Tamat Jilid I
Si Pemanah Gadis - Bab 3
Si Pemanah Gadis - Bab 4
Si Pemanah Gadis - Bab 5
Si Pemanah Gadis - Bab 6
Si Pemanah Gadis - Bab 7
Si Pemanah Gadis - Bab 8
Si Pemanah Gadis - Bab 9
Si Pemanah Gadis - Bab 10
Si Pemanah Gadis - Bab 11
Si Pemanah Gadis - Bab 12
Si Pemanah Gadis - Bab 13
Si Pemanah Gadis - Bab 14
Si Pemanah Gadis - Bab 15
Si Pemanah Gadis - Bab 16
Si Pemanah Gadis - Bab 17
Si Pemanah Gadis - Bab 18
Si Pemanah Gadis - Bab 19
Si Pemanah Gadis - Bab 20
Si Pemanah Gadis - Bab 21
Si Pemanah Gadis - Bab 22
Si Pemanah Gadis - Bab 23
Si Pemanah Gadis - Bab 24
Tamat Jilid I
JILID II : SENGKETA KITAB PUSAKA
JILID III : HUJAN DARAH DITANAH BAMBU
Prolog
Si Pemanah Gadis - Bagian 1-3
Si Pemanah Gadis - Bagian 4-8
Si Pemanah Gadis - Bagian 9-11
Si Pemanah Gadis - Bagian 12-20
Si Pemanah Gadis - Bagian 21-23
Si Pemanah Gadis - Bagian 24-25
Si Pemanah Gadis - Bagian 26-31
Si Pemanah Gadis - Bagian 32-34
Si Pemanah Gadis - Bagian 35
Si Pemanah Gadis - Bagian 36-43
Si Pemanah Gadis - Bagian 1-3
Si Pemanah Gadis - Bagian 4-8
Si Pemanah Gadis - Bagian 9-11
Si Pemanah Gadis - Bagian 12-20
Si Pemanah Gadis - Bagian 21-23
Si Pemanah Gadis - Bagian 24-25
Si Pemanah Gadis - Bagian 26-31
Si Pemanah Gadis - Bagian 32-34
Si Pemanah Gadis - Bagian 35
Si Pemanah Gadis - Bagian 36-43
Prolog
Mengisahkan seorang pendekar yang dianggap buta (karena memang sejak lahir ia 100% buta) bernama Jalu Samudra, yang karena suatu musibah justru berubah menjadi anugerah karena tanpa sengaja menemukan liang ular bawah tanah yang membuatnya mengalami suatu perubahan drastis pada luar dalam tubuhnya. Di dalam gua bawah tanah inilah ia diangkat sebagai murid sepasang suami istri yang pada lima ratus tahun silam yang dianggap sebagai Dedengkot Persilatan Tanah Jawa, dimana jurus-jurus silat aneh gubahan dari ilmu-ilmu sakti Tanah Jawa dan Daratan Tiongkok dilebur menjadi satu ilmu sakti tanpa tanding, bahkan didalamnya dilengkapi dengan jurus-jurus bercinta yang luar biasa. (Mungkin bisa dikategorikan untuk 17 tahun ke atas dech ... !)
Jilid I
Si Pemanah Gadis – Bab 1
Mata Malaikat!
Siapa orang persilatan yang tidak kenal dengan dua kata ajaib ini?
Siapa saja pasti kenal!
Beberapa pendekar persilatan begitu teramat sangat tertarik dengan yang namanya ilmu-ilmu kesaktian tingkat tinggi, apalagi yang namanya ‘Ilmu Sakti Mata Malaikat’, jangan ditanya berapa jumlah peminatnya.
Banyak, cing!
Beberapa argumentasi seputar ilmu ini pun berhembus kencang. Ada yang mengatakan bahwa dengan menguasai ilmu sakti ini bisa menembus ruang dan waktu, bisa menembus alam gaib, bisa menembus ke dalam mimpi seseorang yang dikehendaki, bahkan pandangan mata bisa menembus tebalnya tembok dan besi meski berlapis-lapis sekali pun. Bahkan para hidung belang menambahkan bahwa ilmu ini bisa menembus baju seseorang sehingga bisa melihat ‘jeroan’ tanpa perlu menggunakan alat bantu. (Gile ... Sinar X aja kalah meeenn!?)
Ada pula yang mengatakan bahwa dengan ilmu ini bisa menghilang dari pandangan, bahkan lebih hebat dari ilmu menghilang yang sejenis, misalnya ‘Ilmu Panglimunan’ atau pun ‘Ilmu Wedar Sukma’ kalah sakti dari ‘Ilmu Sakti Mata Malaikat’!
Pernah tersebut seorang tokoh mengatakan bahwa ia memiliki ilmu sakti tersebut, sehingga berbondong-bondonglah jago-jago persilatan mengunjungi tempat kediaman si tokoh dan pada akhirnya ... si tokoh dijadikan bulan-bulanan karena dianggap menipu.
Bahkan ada beberapa perguruan silat yang mengklaim memiliki ‘Ilmu Sakti Mata Malaikat’, hingga membuat beberapa perguruan silat lain mendatangi perguruan tersebut dan buntutnya ... lagi-lagi mereka tertipu mentah-mentah oleh orang tidak waras yang tersesat jalur tenaga dalamnya sehingga ia berhalusinasi.
Lalu ... bagaimana sebenarnya Mata Malaikat itu?
Tidak ada satu pun yang tahu!
-o0o-
Seorang bocah dengan pakaian biru kumal, berjalan tertatih-tatih dengan sebatang tongkat hitam diketuk-ketukkan di tanah, berjalan seorang diri pada pinggiran sawah yang mengering akibat musim kemarau panjang. Rambut panjang awut-awutan melengkapi tubuh kurus kering yang sudah hampir satu minggu tidak pernah menyentuh makanan, dimana terlihat dari perut si bocah yang terlihat tipis serta bernafas pelan satu-satu. Dengan kaki telanjang, ia menapaki jalan tanah yang retak-retak terpanggang matahari.
Namun yang mengherankan, justru badan si bocah berkulit kurus tapi terlihat bersih, seakan baru saja mandi di sungai atau di danau. Tidak ada bau busuk menyengat yang biasa dimiliki bocah-bocah gelandangan umumnya. Bocah dengan usia kisaran sepuluh tahunan terus berjalan dengan meraba-raba lewat tongkat hitam yang tergenggam di tangan kanan.
Wussh!!
Ketika angin siang hari sedikit kencang, rambut awut-awutan sedikit tersibak sehingga memperlihatkan roman ketampanan yang tidak begitu kentara, sebab debu-debu halus seakan bersicepat untuk menempel di wajah bocah yang berkeringat. Saat mengejap-ngejapkan matanya, sebentuk hal yang luar biasa terlihat.
Mata si bocah berwarna putih!
Rupanya si bocah bertongkat hitam tersebut adalah bocah buta, dimana bola mata hitam tidak terlihat sama sekali. Tentu saja kebutaan itu tidak dibuat-buat dengan tujuan agar dikasihani oleh setiap orang yang melihatnya. Ia buta sejak dilahirkan ke dunia, dan saat bersamaan dengan tangisan pertamanya di dunia, ia langsung hidup sebatang kara.
Saat itu, masa sepuluh tahun silam Desa Pesisir Wetan yang letaknya di tepi sebuah pantai tempat dimana ia dilahirkan mengalami bencana besar. Ombak setinggi bukit meluluh-lantakkan desa beserta isinya, bahkan beberapa desa tetangga pun turut menjadi korban. Beruntunglah bahwa Yang Kuasa masih melindunginya. Saat bencana terjadi, ia baru saja dilahirkan dan sesuai dengan kebiasaan penduduk Desa Pesisir Wetan, bahwa setiap bayi yang baru lahir, harus diletakkan diatas kapal kecil atau sampan dengan harapan ia menjadi seorang nelayan tangguh beserta sebuah kalung dengan bandul taji ayam jago melingkar di leher. Baru saja diletakkan di atas sampan, saat itulah ombak setinggi bukit diikuti dengan amukan badai laut datang bergelombang, menerjang apa saja yang ada didepannya tanpa pandang bulu!
Sehari semalam ia terombang-ambing diatas permukaan air laut. Dan sehari semalam itu pula bayi mungil tanpa daya itu dalam keadaan tertidur lelap, lengkap dengan usus dan ari-ari yang masih menempel di pusar karena belum sempat dipotong.
Hingga pada akhirnya, sampan kecil itu terdampar di antara rekahan batu karang yang menjorok ke dalam laut, dimana diatasnya terdapat dinding-dinding gua tempat bernaung ribuan burung walet lengkap dengan sarangnya.
Disaat terdampar itulah, ia terbangun dari tidur lelapnya, kemudian menangis keras.
Suara tangisan itu didengar oleh sepasang kakek nenek nelayan yang kala itu sedang melepas lelah akibat bekerja seharian mengambil sarang burung walet yang ada di gua itu. Pada mulanya kakek nenek nelayan itu tidak peduli terhadap tangisan itu, dikiranya suara deburan ombak yang ada dibawah dimana jarak antara gua itu sejauh tujuh delapan tombak.
Tapi, lama kelamaan suara itu semakin melengking tinggi.
“Nyi, kau dengar suara tangis itu?” tanya si kakek.
“Sedari tadi aku juga mendengar, Ki! Cuma aku ragu ... itu suara bayi apa memang suara ombak yang membentur batu karang?”
“Coba kau dengarkan lagi, itu benar suara bayi khan?”
Si nenek sedikit memiringkan kepalanya untuk mempertegas pendengarannya, sebentar kemudian ia berseru, “Benar, Ki! Itu suara bayi!”
“Tapi ... bayi siapa yang sampai ke tempat tinggal kita ini, Nyi?”
“Apa Aki tidak mendengar, bahwa kemarin ada bencana hebat yang melanda beberapa pesisir pantai ini, mungkin saja bayi itu salah satu korban bencana dan tersasar sampai kemari.” tutur si nenek.
“Benar juga.”
“Cepat kau ambil bayi itu, dia ada di tenggara dari tempat kita.”
“Baiklah!”
Dengan si kakek menuruni dinding-dinding terjal yang tegak lurus seperti cicak merayap di dinding. Tidak ada tali atau pun alat bantu yang bisa digunakan si kakek nelayan, semuanya murni menggunakan kekuatan tangan dan kaki. Jelas sudah bahwa pasangan tua renta itu bukanlah orang biasa, sebab tidak mungkin orang biasa mau melakukan gerakan yang sifatnya membahayakan nyawa sendiri, setidaknya mereka berdua sepasang tokoh sakti yang mengasingkan diri di tempat terpencil untuk menghabiskan sisa hidupnya dengan damai.
Beberapa saat kemudian, muncullah si kakek dengan menggendong sesosok benda bergerak-gerak yang terbungkus jarik kembang-kembang.
Begitu sampai diatas, si kakek segera bergegas menghampiri si nenek sambil berkata nyaring, “Nyi! Ternyata pendengaran kita tidak salah! Aku menemukan bayi di bawah sana.”
“Benarkah? Mana bayi itu?”
“Ini!”
Si kakek segera mengangsurkan bungkusan jarik kembang-kembang pada si nenek. Begitu di buka, terlihatlah sebentuk wajah mungil dan imut seorang bayi laki-laki yang langsung dengan tangan-tangan kecil berusaha menggapai-gapai untuk meraih wajah si nenek.
"Bayi yang lucu, Ki!"
Pada akhirnya kehidupan pasangan tua renta itu menjadi ramai dengan hadirnya sosok bayi laki-laki mungil yang diberi nama ...
Jalu Samudra!
Nama depan ‘Jalu’ disebabkan di leher si bocah melingkar kalung berbandul taji (bahasa jawanya -Jalu-) ayam jago, sedang kata ‘Samudra’ dikarenakan si bayi ditemukan di laut. Jalu Samudra dianggap sebagai cucu sendiri oleh pasangan kakek nenek nelayan itu, bahkan saat mengetahui bahwa bayi itu cacat kedua bola matanya atau buta, tidak memupuskan rasa bahagia mengasuh si bocah mungil.
Seiring dengan berjalannya waktu, si bocah mulai bisa beradaptasi dengan kegelapan yang menyelimuti dirinya, bahkan saat Jalu berusia empat tahun, si kakek mengajarkan beberapa gerakan silat pada bocah untuk menjaga diri. Gerakan-gerakan silat tersebut bisa dibilang aneh dan bisa juga dikatakan unik, karena posisi badan yang miring-miring ke kiri dan ke kanan, bahkan gerakan tangan dan kaki seperti menggapai-gapai ke depan seperti capit kepiting.
Memang yang diajarkan pasangan kakek nenek sakti itu adalah sejenis ilmu silat langka yang bernama Ilmu Silat ‘Kepiting Kencana’. Ilmu ini tidak ada duanya di dunia persilatan dan satu-satunya orang yang mengetahui serta mempelajari Ilmu Silat ‘Kepiting Kencana’ selain pasangan tua renta itu hanya Jalu Samudra seorang, si bocah buta yang ditemukan di laut.
Ilmu Silat ‘Kepiting Kencana’ merupakan gabungan ilmu-ilmu tingkat tinggi milik si kakek nenek nelayan yang dalam rimba persilatan dijuluki sebagai Tombak Utara Tongkat Selatan. Gerakan tombak dan tongkat digabung menjadi satu bentuk jurus silat baru, dimana tombak yang lentur bisa menyusup ke setiap celah dipadu dengan gerakan tongkat yang kokoh menggebrak. Jika dilihat sekilas memang seperti gerakan ketam atau kepiting yang sedang berjalan dengan langkah kaki miring-miring.
Jika pada pagi hingga siang hari Jalu Samudra berlatih silat dibawah asuhan kakek nenek sakti itu, maka pada malam harinya ia berlatih hawa tenaga dalam justru di bawah asuhan si nenek Tombak Utara, sebab hawa tenaga dalam yang dimiliki si kakek Tongkat Selatan kalah jauh dengan si nenek Tombak Utara, sedang dalam jurus-jurus silat mereka bisa dikatakan seimbang, namun dalam ilmu peringan tubuh atau lari cepat, si kakek jagonya. Meski adakalanya si kakek Tongkat Selatan juga mengawasi latihan si bocah buta dengan memberikan beberapa petunjuk demi kemajuan cucu angkatnya terutama dengan indera pendengaran sebagai ganti indera penglihatan yang tidak sempurna.
Sampai-sampai ilmu baca tulis pun diajarkan oleh sepasang kakek nenek itu dengan cara unik, membuat huruf-huruf di atas pasir laut sehingga memudahkan bocah buta belajar membaca dan menulis (kalau sekarang namanya huruf Braille).
Saat menginjak usia delapan tahun, seluruh rangkaian Ilmu Silat ‘Kepiting Kencana’ yang terdiri dari lima belas jurus beserta hawa tenaga dalam penunjang ilmu silat langka itu selesai dipelajari oleh Jalu Samudra, termasuk juga didalamnya ilmu baca tulis yang aneh itu. Walau sudah dikuasai dengan baik, namun kekuatan ilmu silat dan tenaga yang ada pada diri si bocah masih jauh dari harapan. Untunglah Jalu Samudra memiliki bakat baik, tulang kokoh, darah bersih serta otak cemerlang, sehingga apa yang berikan oleh kedua kakek neneknya bisa diserap dengan baik. Tinggal bagaimana ia melatihnya saja.
Enam bulan kemudian, si kakek mangkat!
Selang lima bulan kemudian, si nenek yang sering sakit-sakitan sejak ditinggal pergi sang suami, akhirnya juga menghembuskan nafas terakhir setelah sehari sebelumnya memberikan petuah-petuah serta menceritakan siapa diri mereka berdua dan bagaimana pasangan tua renta itu menemukan dirinya di laut dan diasuh hingga sekarang. Tentu saja Jalu Samudra sedih ditinggal oleh kakek nenek baik hati yang telah mengasuhnya hingga hampir sembilan tahun lamanya.
Setelah ia menguburkan si nenek bersebelahan dengan makam si kakek, Jalu Samudra pergi dari tempat itu dengan membekal sebuah tongkat warna hitam legam warisan si nenek, dimana tongkat itu cukup aneh karena bagian atas bawah terdapat lubang kecil seperti untuk mengaitkan tali atau benang serta ditengahnya agar sedikit menebal dengan beberapa bagian di buat sedikit berlekuk-lekuk mirip badan ular.
-o0o-
Terakhir diubah: