16. Epilog
Saat itu musim gugur tengah berlangsung, membawa nuansa tersendiri. Udara mulai terasa sejuk, tetapi belum terlalu dingin untuk mengenakan pakaian tebal di alam bebas. Daun-daun yang mulai berubah warnanya menawarkan keindahan yang tidak bisa dinikmati di musim-musim lain.
Nun jauh di sana, di kaki gunung Thai-San nampak berjalan seorang diri seorang dara muda berusia delapan belas tahun, wajahnya nan cantik jelita, kulitnya cerah, yang bila berjalan bagai mentari berkelana di jalanan pelosok bumi. Alisnya hanya seluas sisa gerhana bulan. Sinar matanya selalu menjinakkan keresahan atau kemarahan setiap orang yang bertatapan langsung dengannya. Bibir indahnya tersapu merah muda tanpa polesan gincu buatan manusia.
Hidungnya yang ramping dan ramah, segera menyapa terlebih dulu pada siapa saja. Pipinya halus melebihi sutera termahal, membuat siapapun tidak tega menyentuhnya. Dagunya cembung mulus, menggantungkan pesona melelapkan. Rambutnya bak sutera hitam alami yang indah menjalari punggungnya. Jemarinya lentik namun gerakannya tak pernah genit.
Gerakan langkahnya begitu tenang, setenang samudera luas yang menyenangkan para nelayan. Suara ketukan langkahnya seakan mengatakan bahwa jangan tergesa-gesa atau juga jangan berlambat-lambat menjemput setiap harapan yang telah direnda di atas peraduan. Bagaimana Tuhan merancang, menyusun bagian-bagiannya, mengukir, menjelmakan dan memoles kecantikannya menjadi sedemikian jelita merupakan misteri Tuhan. Sebuah adikarya yang tiada banding-tiada tanding!
Gadis itu memang cantik jelita bahkan setara dengan puteri-puteri kerajaan. Dia adalah Cin-Cin, beberapa hari yang lalu diam-diam ia meninggalkan Thai-San-Pai sendirian. Alasan apa yang membuatnya pergi dari Thai-San-Pai ? Meninggalkan kedua orang tua yang menyayanginya, bahkan tanpa memberitahu siapa pun termasuk toa suhengnya Tang Bun An.
Dia adalah seorang gadis cantik. Ia pikir cinta adalah jalannya menuju kebebasan. Bebas memilih atau tidak memilih pria mana saja yang ia mau. Bebas menuntut apa pun yang ia inginkan. Bebas melakukan apa saja yang ia impikan.
Dia nun jauh disana
Di batas waktu dan jarak Di batas nyata dan angan Benarkah kau ada untuk ku? Dia nun jauh disana
Di batas dunia lain tuk bersatu
Di batas masa yg tak tentu Benarkah kau ada untuk ku?
T A M A T