Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT Sentuhan Bidadari (Angel’s Touch)

Mashiro999

Guru Semprot
Daftar
19 Nov 2022
Post
531
Like diterima
4.967
Bimabet
Sentuhan Bidadari



Sinopsis:
Seorang pria mendapat kesempatan kedua dan menjalani hidup sebagai manusia sempurna.

Notes:
1. Cerita ini terjadi di Jagad raya Paralel alias hanya fiktif belaka.
2. Kalau ada yang melanggar silahkan di warning lebih dahulu.
3. Update setiap hari satu chapter kurang lebih 2000 kata.
4. Enjoy!​
 
Terakhir diubah:
Episode 1

Di suatu tempat di Kalimantan Selatan
Aku sudah menelusuri hutan selama berhari-hari. Mencari sesuatu yang entah nyata atau dongeng. Telaga itu, semua orang mengetahui ceritanya. Ribuan orang datang ke sana setiap bulan. Tanpa mereka tahu mereka datang ke telaga yang salah

Aku mengumpulkan petunjuk-petunjuk. Aku bahkan tidak pernah menjelajah hutan seumur hidupku. Kini aku berhari-hari hidup di hutan. Minum air hujan, dan makan buah-buahan serta hewan liar. Kesalahan sedikit saja, aku mungkin mati di hutan ini.

Saat itu hujan. Aku menutupi sekujur tubuhku dengan jas hujan. Aku duduk di bawah pohon yang sangat rindang. Aku bersandar dan tertidur. Aku terbangun cukup lama dan hujan masih mengguyur lebat. Aku masih belum menemukan apa yang aku cari. Ataukah, semua itu tidak nyata? Benarkah semua itu dongeng orang di masa lalu? Tidak, cerita itu nyata dan aku harus menemukannya.

Matahari pun terbit. Hujan telah berhenti namun hutan masih sangat becek. Aku berjalan dengan hati-hati. Aku sering bertemu ular hampir setiap hari bahkan hampir kehilangan nyawaku beberapa hari yang lalu. Aku sungguh nekat berminggu-minggu menjelajah hutan namun semua itu demi mengubah hidupku.

Aku kira aku sudah kehabisan keberuntunganku. Namun hari itu, keberuntungan itu jadi nyata. Aku menelusuri hutan hingga tak sadar aku bersandar di sebuah gapura yang sudah tertutupi lumut dan akar-akar tumbuhan. Aku memegangi gapura itu tepat di depannya, aku menemukan reruntuhan candi, dengan tanah cukup lapang di tengahnya. Aku menemukan sebuah arca, di dalam candi yang sangat kecil itu. Arca bidadari yang sangat cantik, bugil tanpa kain sehelai pun. Lekuk tubuhnya sangat indah. Ada relief di dekat arca itu, relief wanita-wanita muda, bugil, dan gambaran kehidupan mereka. Ada banyak tulisan di candi itu, tulisan kuno yang tertulis dalam bahasa yang terlupakan dan jauh lebih tua dari sansekerta

“ Datanglah dengan suci seperti bayi yang baru lahir, dan kau akan menemukan apa yang kau cari. Jika harta yang kau cari maka kau akan menemukan kemiskinan. Jika kejayaan yang kau cari maka keruntuhan yang kau dapatkan. Jika Bidadari yang kau idamkan maka kau akan mendapat seorang Dewi. Jika umur panjang yang kau cari maka kau akan hidup selamanya. Jika apa yang kau cari telah hilang, maka taburlah benih dan tumpahkan darahmu demi apa yang engkau cari”

Aku menerjemahkannya. Kira-kira itu yang ditulis tulisan kuno itu. Datanglah dengan suci seperti bayi. Aku membuka seluruh pakaianku hingga aku bugil tanpa lain sehelai pun menutupi tubuhku. Aku membuangnya jauh keluar candi. Aku kembali ke arca itu namun tidak ada yang terjadi. Aku menatap arca itu cukup lama. Tetap tidak ada yang terjadi.

Jika apa yang kau cari telah hilang, maka taburlah benih dan tumpahkan darahmu demi apa yang kau cari. Aku remas kontolku sendiri lalu membayangkan sedangkan mengentot seorang gadis dengan gaya doggy style. Aku datang demi banyak gadis. Namun ada satu yang sangat aku inginkan. Dina. Gadis idamanku yang sudah hendak menikah. Aku bayangkan dia di sana bersamaku. Ia menungging menghadapkan pinggul indahnya ke arahku. Aku meremas pinggulnya, memasukkan kontolku ke dalam memeknya

“ ahhhh mas Santo”

Aku dapat membayangkan desahannya. Aku sudah sangat nafsu. Aku hujam memeknya dari belakang dengan penisku menikmati hangatnya memek sempitnya. Darah menetes keluar dari memeknya. Aku memecahkan perawannya. Jepitan memek perawan itu luar biasa. Kedut-kudatannya seperti memijat dan menghisap kontolku hebat. Aku genjot kontolku dengan keras dan tanpa ampun.

Aku menyodok keras memeknya dari belakang. Dina mengubah posisi. Ia kini duduk di pangkuanku. Aku remas tokeynya sambil melahap lehermu dari belakang. Aku genjot memeknya dari bawah semakin cepat. Dina mendongak kepalanya. Wajahnya memerah. Ia mencapai klimaks hingga tak lama ia memekik panjang dan kami mencapai puncak kenikmatan bersama-sama

Nafasku terangah-engah. Lantai candi itu kini penuh dengan spermaku. Baunya sangat amis. Penisku terus berkedut memuntahkan sperma, semakin membasahi lantai candi itu. Masih tidak ada yang terjadi. Aku terdiam. Aku masih belum putus asa. Ada satu yang belum aku lakukan. Tumpah darah. Aku tidak punya pisau tapi aku menemukan sebuah batu di candi itu.

“ cuss”

Aku iris sedikit jariku dengan ujung batu yang cukup runcing. Aku campurkan darahku dengan spermaku yang masih segar. Darah itu menetes sedikit demi sedikit hingga cukup banyak. Namun tetap tidak ada yang terjadi. Aku menatap arca itu dan aku agak kecewa.

Aku berbalik dan hendak keluar dari candi kecil itu. Aku baru sadar ada sesuatu di lantai candi. Aku menemukan sebuah tulisan tapi kali ini bukan bahasa kuno. Ada sebuah tulisan yang dipahat di lantai candi.

“ Hanya Tuhan yang memberi jodoh, rezeki serta maut. Bukan berhala ini.”

Tulisan itu dari bahasa melayu kuno dan kurasa cukup banyak orang mengerti bahasa ini. Tulisan ini, ini baru tertulis di candi ini mungkin puluhan atau paling lama ratusan tahun lalu. Aku sadar lantai candi itu terlihat berbeda dari lantai yang lain. Seperti mereka menaruh batu di dalam candi itu.

Aku benar. Aku menemukan sebuah retakan yang cukup besar di dekat tulisan itu. Seseorang menyemen lantai candi ini. Aku tertunduk lesu. Itu artinya tidak ada yang dapat aku lakukan. Aku tidak mungkin bisa menghancurkannya.

Aku kembali berdiri menghadap arca itu. Apa usahaku sia-sia? Aku diam cukup lama. Aku habiskan waktu berhari-hari menemukan candi ini dan aku tidak menemukan apa-apa. Aku mendekat, memeluk arca itu dan aku menangis.

“ apa aku mati saja di candi ini?”

Gumamku. Aku memukul-mukul arca itu cukup keras. Arca itu tidak sengaja tergeser. Aku berdiri terkejut. Arca ini. Aku mengamati dengan seksama dan arca ini tidak terlalu menyatu dengan dinding candi. Aku mendorong arca itu dari samping. Arca itu justru miring dan

“ Buk?”

Arca itu menghantam lantai cukup keras. Lantai candi itu sudah rapuh. Arca itu menciptakan sebuah lubang kecil. Bagian kepala arca masuk ke dalam lubang itu. Lubang itu kecil namun aku bisa masuk ke dalam sana.

Aku berlari ke hutan ke tempat di mana aku membuang tas dan pakaianku. Aku mengambil senter lalu masuk ke dalam lubang. Aku terperosok. Aku terduduk dan lututku sedikit terluka.

Aku menghidupkan senter. Aku susuri lubang yang sempit itu. Lubang itu sempit. Tubuhku seperti terjepit di lubang ini. Aku bergeser hingga menemukan kepala arca itu di dalam lubang. Aku mengambil kepala arca itu, terus menyusuri lubang hingga aku menemukan ruangan luas di bawah tanah

Aku menemukan bagian candi yang terkubur di bawah tanah. Aku melihat ke sekitar dengan hati-hati. Aku waspada apakah ada ular, kalajengking atau hewan berbahaya di candi ini. Tapi tidak ada apa-apa. Aku jalan di candi itu hingga menemukan sebuah lubang lagi. Aku turun ke lubang itu dan aku mendengar suara aliran air.

Aku menyenter ke segala arah. Candi ini sangat luas. Aku menemukan sebuah telaga yang cukup luas, dengan air terjun kecil yang mengalir dari dinding. Aku berdiri di dekat telaga itu.

“ apa ini telaga bidadari yang sebenarnya?”

Jika apa yang kau cari telah hilang, taburlah benih dan tumpahkan darahmu. Aku letakkan kepala arca itu. Ada banyak arca lainnya di sekitar candi ini. Aku ulangi ritual itu. Aku ejakulasi ke dua namun kali ini di dalam telaga. Spermaku mengalir di atas telaga. Aku teteskan darah cukup banyak ke dalam telaga itu dan

Tidak ada yang terjadi. Aku duduk di pinggir telaga itu. Aku kembali terdiam. Apa lagi yang salah? Aku menyalahkan diri sendiri. Apa semua itu benar dongeng? Aku diam termenung cukup lama.

“ BYUR!”

Sesuatu keluar dari telaga. Aku terkejut bukan main. Aku hendak berlari namun aku seketika terkejut dengan apa yang aku lihat. Seorang wanita cantik keluar dari telaga itu

Wanita itu masih sangat muda. Ia mungkin baru 18 tahun. Nafasnya terengah-engah. Ia seperti sulit bernafas. Ia keluar dari telaga dan aku melihat jelas tubuh indahnya. Rambutnya merah seperti api. Wajahnya kecil dan manis. Bola matanya berwarna hijau. Hidupnya sangat lancip dan dagunya sangat runcing. Wanita ini sangat cantik.

Tubuhnya cukup tinggi. Ia lebih tinggi dariku. Ia mungkin sekitar 182 cm. Sangat tinggi bagi seorang wanita. Ia menatap ke arahku seperti meminta tolong. Ia semakin sulit bernafas. Ia menghampirinya. Aku pegang tangannya dan ia memelukku.

Kepalaku terasa pusing. Sesuatu menyentuh kontolku dan aku mendesah keenakan. Rasanya seperti sesuatu menghisap kontolku. Namun gadis itu bahkan tidak menyentuh kontolku. Kontolku berkedut hingga tak lama ejakulasi dengan sangat hebat. Rasanya sangat nikmat seperti aku benar-benar ejakulasi di dalam memek seorang perawan.

Aku tertidur. Aku tidak ingat apa yang terjadi. Aku terbangun di dalam rumah sakit. Tubuhku tertutup selimut. Ac terasa sangat panas. Tubuhku gerah sehingga aku melepas selimutku. Aku terkejut begitu melihat aku bugil tanpa busana di atas kasur rumah sakit itu.

“ astaga”

Aku terkejut dengan apa yang kulihat. Tubuhku seharusnya sawo matang. Kontolku seharusnya hitam dengan kapala merah dan berbulu lebat. Namun tubuhku berubah menjadi sangat putih. Aku putih seperti orang Eropa bahkan kontolku sangat besar dan sangat putih dengan Palkon merah menggoda. Aku berusaha mengambil kembali selimut yang terlepas ke lantai namun

“ ugh”

Aku tidak kuat bergerak. Mulutku menggunakan tabung. Tabung itu tidak sengaja terlepas sehingga aku sulit bernafas.

“ To….To”

Aku bahkan tidak bisa berteriak. Aku seperti hampir mati. Aku berusaha menekan tombol tolong dan

“ Bip! Bip! Bip”

Alarm berbunyi. Pintu kamarku tidak lama terbuka.




Siska

“ ada a….. wow”

Suster itu terdiam. Ia terdiam melihat tubuhku.

“ Siska! Kamu gimana sih! Pasien sekarat malah ga ditolongin!”




Dewi


Suster muda yang lain muncul. Ia memperbaiki saluran ke tabung yang terlepas dan memasangkannya ke mulutku. Aku kembali dapat bernafas. Aku bernafas lega. Suster Siska itu seketika sadar. Ia lalu mengecek sekujur tubuhku.

“ Mas masih sulit bergerak?”

Tanyanya. Aku mengangguk. Aku bahkan kesulitan bicara.

“ panggil saja kami kalau ada perlu. Silahkan tekan bell”

Aku mengangguk.

“ ini kok pasien ga di kasih pakaian? Ini siapa lagi yang harusnya tanggung jawab”

Ucap suster yang satunya kesal

“ aku dah pasang kok. Tapi kok Ilang”

Ucap Suster Siska malu

“ jadi siapa yang lepasin? Hantu?”

Celetuk suster yang satunya

“ ya mana gue tahu Dewi. Mungkin pasiennya”

Sahut Suster Siska lagi

“ dia bergerak aja susah”

Suster Dewi menggeleng kepala. Tenggorokanku terasa sesak. Aku berusaha bicara memberitahu mereka

“ A….air”

Bisikku. Suster Siska terkejut. Pipinya tiba-tiba memerah

“ wah ngerti bahasa Indonesia?”

Bisiknya. Dewi melihat kesal temannya. Ia ambil cangkir di sampingku lalu membantuku minum. Ia lepaskan sedikit saluran di mulutku lalu membantuku. Aku minum cukup banyak. Aku terasa lega

“ Terima kasih, suster Dewi.”

Aku memegang tangannya. Suster Dewi memegang tanganku erat. Aku juga memegang tangan suster Siska. Ia juga memegang tanganku.

“ To….long saya”

Jantungku berdegup-degup. Aku berusaha memeganginya karena sangat sakit. Sesuatu berbunyi di dekatku

“ Bip! Bip! Bip! Bip!”

“ astaga pasien kritis lagi!”

“ Panggil dokter”

Tubuhku bergetar hebat. Paru-paruku seperti terbakar. Rasanya seperti dicekik sampai mati. Aku hampir kehilangan kesadaranku. Suster Dewi menunggangiku dan memberiku CPR. Aku meremas pakaiannya meminta tolong hingga tak sadar aku melepas seragamnya hingga kancingnya terlepas. Sayup-sayup aku melihat bra merah jambunya. Aku masih sulit bernafas. Jantungku terasa makin sakit. Suster Dewi tidak peduli apa yang terjadi dan terus memberiku CPR

Aku sedikit lega. Jantungku kembali seperti biasa. Tubuhku terasa lemas. Air mataku sampai berlinang dan aku tidak sengaja meremas paha Suster Dewi karena panik.

“ to….long saya”

Dokter wanita muda datang bersama Suster Siska, dibantu beberapa suster lagi. Mereka mendorongku keluar kamar dan Suster Dewi turun dari atas tubuhku. Air mataku berlinang dan aku kehilangan kesadaranku

Aku kembali sadar. Aku kembali ke kamar itu. Aku sudah bisa bernafas normal. Aku melepas saluran itu dari mulutku dan aku sudah bisa bernafas seperti biasa. Aku berusaha bangun namun

“ ugh”

Tubuhnya masih terasa lemah. Aku terbaring di kasur itu. Aku hendak meraih air namun aku masih kesulitan. Aku menekan tombol tolong dan

“ Bip! Bip!”

Tidak lama pintu kamar terbuka dan suster Dewi muncul.

“ suster”

Aku masih kesulitan bicara

“ Mister”

Ucapnya.

“ Have you feel better, now?” (Apakah anda sudah baikan?)”

Aku mengangguk

“ saya sudah baikan, saya paham bahasa Indonesia”

Ucapku. Suster Dewi tersenyum.

“ maaf tempo hari saya sampai….”

Aku masih kesulitan bicara. Aku menunjuk pakaiannya dan ia mengerti.

“ ah tidak apa-apa Mister. Saya harus pastikan keselamatan pasien di rumah sakit ini.”

Jawabnya. Jika tanpa CPR itu, aku mungkin sudah mati. Suster Dewi memasangkan saluran di mulutku.

“ maskernya jangan dilepas ya Pak. Itu supaya bapak ga kesulitan bernafas”

Ucapnya. Aku memegang tangan Suster Dewi dan ia memegang tanganku. Ia mengecek sekujur tubuhku. Ia membuka selimutku lalu sambil tersenyum bertanya

“ Keteternya (saluran kencing) penuh. Mau diganti?”

Aku mengangguk. Suster Dewi membuka celanaku, menaruhnya di lantai lalu mulai mengganti saluran kencing di penisku. Aku merasakan sentuhan jemarinya di kontolku. Ia mengganti saluran kencing itu dan sesekali jemarinya tidak sengaja menyentuh buah zakarku.
 
Seperti cerita nubi yang lain cerita ini masih berbau fantasi jadi harap maklum ya suhu :ampun: yang cari cerita realistis mungkin sebaiknya mundur dulu
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd