Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT Sentuhan Bidadari (Angel’s Touch)

Episode 4

Suster Siska merapikan pakaiannya. Aku ejakulasi hebat di memeknya malam itu. Ia datang saat malam hari ke kamarku setelah Suster Caca untuk memberikan obat rutin dan kami melakukan sex di kasurku dengan posisi WoT. Ia keluar kamar dalam keadaan rapi seperti tidak terjadi apa-apa.

Aku mengistirahatkan tubuhku. Aku memperewani Suster Siska dan Suster Caca, membuat Dokter Sari dan Suster Dewi jatuh cinta, aku berhasil membuat Empat wanita idaman di rumah sakit jatuh ke pelukanku. Ini baru namanya prestasi. Aku penasaran dengan Suster Dewi. Ia sangat cantik, sangat manis dan saat menciumnya aku merasakan sesuatu yang berbeda. Apa aku menyukainya?

Aku tertidur lelap. Perut Kenyang dan nafsu puas. Aku tidak pernah seperti ini seumur hidupku. Meskipun masih terbaring lemah, aku sudah menikmati hidup baruku sebagai pria kulit putih super tampan.

“ eh gue denger si Billy Bule ganteng itu bentar lagi pulang lho?”

“ Sayang banget. Tapi gue lihat dia tu ngacengan banget ga sih?”

“ haha apaan sih lu. Maklumlah namanya cowok kalo deket cewek. Emang lagi umurnya. Yang penting ganteng”

“ eh eh si Caca, mbak Siska, mbak Dewi menang banyak bisa mandiin dia. Sampe pipis pun mereka rela bantuin”

“ Si Caca? Bukannya dia orangnya jijikan? Orang pasang keteter aja biasa nyuruh gua”

“ Ya Tuhan, Billy…. Kok di sini”

Aku keluar karena ac ku terlalu panas. Aku berjalan memegangi dinding karena tidak ada yang datang saat aku menekan bell. Aku tidak sengaja mendengar obrolan mereka.

“ tadi teken bell ya? Mari kami bantu”

Mereka beramai-ramai berlima mengantarku ke kamar. Bell itu tidak berfungsi. Mereka menurun kan suhu ac dan aku sedikit tenang

“ Billy ga ada yang jaga. Kalo ada apa-apa gimana?”

Ucap salah seorang suster.

“ gua aja yang jaga. Gimana?”

“ yeee lu mah keenakan”

“ pssst Billy tidur”

“ huaa gantengnya”

“ ikutan bobo boleh dong Bill”

Mereka semua tertawa. Aku jujur sangat terangsang dengan mereka berlima. Mereka duduk mengelilingiku dan terus menggodaku. Aku berusaha duduk dan mereka semua segera membantuku

“ Billy, kenapa?”

Tanya salah seorang dari mereka. Aku bilang aku ingin buang air dan wajah mereka memerah. Salah seorang dari mereka melihat kemaluan tegangku dan menyadari sesuatu

“ mau pipis ya Bill?”

Mereka semua tertawa. Aku ikut tertawa. Akhirnya impianku menjadi nyata. Mereka berempat mengerubungiku dan berebutan membuka pakaianku.

“ eh, kalo ketawan gimana? Bisa-bisa kita ga boleh jadi perawat lagi!”

Aku membuka celanaku dan saat itu juga mereka terpesona

“ surga dunia”

“ sempurna”

Mereka semua melongo. Mereka berebutan memegangi kontol tegangku. Aku berbaring pasrah membiarkan mereka bermain dengan kemaluanku.

Aku meremas dua toket di kanan dan kiriku yang masih terbungkus seragam. Dua perawat itu mencium bibirku secara bersama-sama. Aku melahap bibir mereka dua sekaligus. Mereka mengemut bibirku nafsu dan sesekali lidah kami saling beradu. Satu perawat lagi naik ke atas kasur dan mengocok keras kontolku.

Mereka semua semakin nafsu. Mereka membuka seragam mereka sehingga jemariku semakin bebas meremas buah dada mereka. Aku mainkan puting mereka dan memelintirnya dengan jemariku. Mereka semakin mendesah. Mereka menyilangkan kaki-kaki mereka dan tidak lama, mereka mencapai orgasme panjang

“ aduh, celana gue, basah”

“ aku juga”

Mereka buru-buru melepas seragam mereka. Mereka berdua mencapai orgasme hanya dengan aku memainkan puting mereka. Kontolku berkedut dan perawat itu semakin mempercepat kocokannya. Aku lumat kedua bibir itu liar, hingga tak lama, kontolku siap memuntahkan air maninya

Perawat itu melahap kontolku. Aku ejakulasi deras di dalam mulutnya. Tanpa jijik sedikit pun ia lahap kontolku dan menelan setiap tetes air maniku. Perawat itu memejamkan mata dan perlahan memompa kontolku. Sesekali giginya menyentuh kontolku, namun tidak mengurangi kenikmatan yang aku rasakan.

Mereka semua sudah bugil di sekitarku. Mereka semua baru 19 tahun. Mereka perawat baru di rumah sakit itu. Mereka sering memegang kemaluan laki-laki tapi belum pernah melakukan sex

“ kalo pasiennya Billy siapa sih yang kuat”

Celetuk salah satu dari mereka. Kami semua tertawa. Aku memegang tangan salah seorang dari mereka. Aku tarik dia dan ia naik ke atas kasur. Ke empat temannya tertawa kecil. Dengan nafsu ia naiki kontolku dan mulai menusukkannya ke memeknya

Aku merasakan kontolku mengoyak dinding perawannya. Darah perawannya mengucur. Ia meringis kesakitan. Ia sedikit kasar menusukkan kontolku ke memeknya. Aku pegang kedua tangannya lalu menggenjotnya dari bawah. Ia mulai mendesah dan menikmati adegan sex itu.

Ia meremas buah dadanya sendiri. Temannya naik ke atas wajahku dan duduk di sana. Aku julurkan lidahku dan mulai menjilatinya. Mereka berdua mendesah. Aku julurkan tanganku dan mulai mencolok memek ketiga gadis lainnya. Aku mencolok dua gadis secara bergantian dengan tangan kananku

Mereka berlima mendesah keras di kamarku. Aku tidak menyangka aku melakukan sex dengan lima perawat sekaligus. Aku jilat memeknya, ku colok dengan jemariku, ku genjot memeknya dari bawah hingga tak lama, mereka berlima berteriak keras dan orgasme secara bersamaan

“ ada apa ini!”

Seseorang berusaha membuka pintu. Perawat itu mengetuk keras. Mereka berlima yang baru saja orgasme itu buru-buru lari ke kamar mandi

“ ya suster?”

Aku membuka pintu.

“ Billy? Kok berisik? Kok cuma pake handuk? Ada siapa di kamarnya?”

Tanya perawat muda mungil itu

“ ga ada sus, cuma”

Aku menunjukkan tv dan berpura-pura sedang nonton bokep

“ Ya Tuhan, lagi nonton ya? Kalo butuh bantuan perawat, tekan tombol aja ya. Saya lagi piket lho”

Perawat itu dengan santai hendak mengambil handuk yang aku kenakan. Aku melepaskan handukku dan ia pun melihat kontol merahku yang hampir ejakulasi. Perawat itu tersenyum lebar.

Perawat itu lalu keluar. Ia tersenyum-senyum genit setelah melihat apa yang ia mau. Aku mengunci pintu dan kelima perawat itu keluar sambil memegangi seragam mereka. Mereka semua tersenyum lega.

“ Billy, kita mainnya gantian yuk?”

Kami semua tertawa. Aku berbaring di atas kasur dan mereka satu persatu nakk ke atas kasur dan memberikan perawan mereka. Aku ejakulasi malam itu dan aku lupa berapa kali mereka orgasme

Pagi itu dua hari kemudian. Aku turun dari kasurku. Aku sudah dapat berdiri tegak normal lagi. Aku berjalan dan aku sangat senang akhirny aku tidak berjalan pelan sambil memegangi dinding lagi. Tak lama pintu terbuka dan Suster Dewi masuk membawakan aku makanan.

“ Billy!”

Ucapnya sambil tersenyum lebar. Ia sangat senang melihatku berdiri gagah. Aku memeluknya. Suster Dewi makin terkejut. Ia terdiam

“ Terima kasih Suster Dewi. Aku jauh lebih baik sekarang”

Bisikku. Ia tersenyum haru. Aku tatap wajahnya lalu perlahan aku mendekat ke wajahnya dan kami pun bercumbu. Ia pejamkan matanya dan kami pun bercumbu dengan penuh perasaan

“ Billy”

Bisiknya pelan. Ia tampak sedih. Kami berpegangan tangan lalu ia menuntunku duduk di pinggir kasur.

Aku membuka celanaku secara terang-terangan di depannya. Suster Dewi melihat dengan kedua bola matanya. Tatapannya ragu. Aku buka kemeja rumah sakit itu dan ia terlihat makin ragu.

Aku membuka kemeja susternya. Kemeja itu jatuh ke kasur, lalu disusul celananya, lalu bra dan celana dalamnya. Aku kini melihat tubuh bugil Suster Dewi. Langsing, dengan buah dada kecil namun tetap sangat indah. Aku raih hijab itu, lalu aku lepaskan. Rambut indahnya terurai. Aku kini melihat seluruh kecantikan naturalnya dari ujung rambut sampai kemaluannya.

Aku memeluknya. Kedua kulit tubuh kami saling bersentuhan langsung. Aku tidak hanya merasakan nafsu. Ada yang lain dari pelukanku dan pelukan Suster Dewi. Apa benar kami saling mencintai? Ia terlihat ragu tapi ia membiarkanku menelanjanginya lalu memeluk tubuh bugilnya

Aku menggendong tubuh langsingnya. Ia mengalungkan kedua tangannya. Kami tidak punya banyak waktu. Kami saling mencintai dan kami siap mencurahkannya. Aku tusuk kontolku ke memeknya. Wajahnya memerah. Ia meringis kesakitan. Kontolku perlahan merobek keperawannya. Darah perawannya menetes. Aku tanamkan kontolku sedalam-dalamnya dan aku diamkan sejenak

Aku mulai menggenjot kontolku. Suster Dewi mendesah lepas. Desahannya keras dan natural. Wajahnya memerah. Ia eratkan pelukannya, agar tubuhnya tak terjatuh. Aku dekup ia erat dan menggenjotnya kencang di gendonganku

“ ahhhh”

Ia memekik panjang. Memeknya menyembur deras. Aku merasakan siraman cairan hangat di kontolku. Cairan menetes dari memeknya ke lantai. Aku percepat genjotanku dan membaringkan tubuhnya di kasurku.

Aku meremas buah dada Suster Dewi. Ia berbaring di kasurku sedangkan aku menindihnya dari atas. Wajahnya memerah. Ia mendesah lemas. Kedua selangkangan kami bertepuk kencang. Aku lahap lehernya dan terus meremas buah dadanya. Aku percepat genjotanku, melampiaskan nafsuku di memek Suster Dewi.

Suster Dewi melolong panjang. Kami keluar bersama-sama. Kasur kami berhenti berdecit. Aku tanamkan kontolku sedalam-dalamnya, memuntahkan sperma di memeknya sebanyak-banyaknya. Sungguh kenikmatan tiada tara.

“ Aku sayang kamu, Suster Dewi”

Ucapku serius. Ia mengangguk senang. Ia raih pipiku lalu mengusapnya sambil tersenyum bahagia

“ kamu pria pertama yang peluk, cium dan meniduriku. Tapi aku senang”

Suster Dewi membuka tirai. Ia sudah berpakaian lagi. Aku masih bugil di atas kasurku. Suster Dewi tidak bisa berlama-lama karena ia ada tugas lainnya. Ia melambaikan tangan dan tersenyum sebelum keluar ruanganku

“ Billy”

“ ada apa sayang?”

Aku berbalik karena aku mengira Suster Dewi kembali. Aku tidak terlalu fokus sehingga aku bahkan tidak dapat membedakan suara mereka saat itu. Aku begitu terkejut ketika Dokter Sari yang muncul di belakangku. Aku sedang mencari pakaian baru saat itu jadi aku belum sempat mengenakan pakaian.

“ wow”

Ucap Dokter Sari terkejut. Aku berusaha menutupi tubuhku namun ia justru tersenyum seakan menyukai apa yang kau lihat

“ kalau cowoknya ga ganteng ini pelecehan namanya”

Goda Dokter Sari. Kami berdua tertawa lepas. Aku menutup tubuhku dengan handuk. Dokter Sari mendekat dan memelukku

“ kamu berani panggil aku sayang? Aku kira kemarin kamu bercanda”

Aku mengucapkan sayang itu dengan serius karena aku mengira Suster Dewi kembali.

“ semua orang menyayangimu Dokter Sari. Aku hanya pria yang beruntung”

Jawabku. Ia tertawa manis

“ Itu benar. Ibuku juga bilang begitu. Aku juga beruntung karena dengan begitu, pria sepertimu juga menyukaiku”

Sahutnya percaya diri. Ia melepas pelukannya dan berdiri di depanku

“ mana kakakmu? Hari ini kamu sudah boleh pulang”

Tanyanya. Jessica tidak muncul sejak hari itu jadi aku harus mengarang cerita

“ Ia wanita yang sibuk. Jadi hari ini aku pulang sendiri”

Jawabku.

“ ah gitu ya”

Ia kembali tersenyum. Aku memberanikan diri memeluknya dan kami pun bercumbu mesra. Kami bercumbu cukup lama. Kami berdua duduk di sofa kamar dan kembali berciuman mesra dan liar di atasnya. Dokter Sari terlihat menikmati setiap detik aku mencumbu bibirnya. Kurasa tidak sulit bagiku untuk merasakan keperawannya. Tapi sama seperti Suster Dewi, saat aku memandangnya, aku ingin menjalani hubungan intim mesra dan serius bersamanya

“ kamu pulang ke mana di Indonesia? Atau, kamu akan kembali ke Amerika?”

Ia bertanya apakah aku akan kembali ke Amerika. Aku tidak punya tempat tinggal jelas di Indonesia karena aku tidak punya uang dan diriku berubah. Dan tentu saja aku tidak mungkin pergi ke Amerika.

“ Aku sebenarnya ga ada tujuan sih. Aku mungkin nginep di rumah temen atau hotel”

Aku mengarang jawaban itu. Aku mungkin akan jalan-jalan seharian semalaman dan tidur di halte atau mushola persis seperti saat pelarian.

“ Kamu bisa tinggal di apartemen aku selama di Indonesia”

Ucap Dokter Sari santai. Ia bahkan mengajakku tinggal bersama tanpa ragu-ragu. Aku tidak menyangka seorang wanita cantik dengan semudah itu mengajak pria yang baru ia kenal tinggal bersama. Aku mengangguk santai.

“ Bagus, aku ga sabar bisa sama-sama dengan kamu”

Dokter Sari memelukku. Ia lalu berdiri dan kembali bertugas. Aku akan pulang dari rumah sakit ini. Aku sudah memperawani tiga suster tercantik di rumah sakit ini, dan membuat seorang dokter tergila-gila. Aku menatap pemandangan pagi kota Jakarta. Aku kembali dengan wajah baru dan tubuh baru. Aku berandai berapa banyak wanita yang dapat kutaklukkan.

Aku sempat bertemu Suster Siska malam kemarin sebelum aku tidur. Ia masuk saat ia jaga malam. Ia naik ke kasurku dan kami ngentot singkat dengan posisi WoT. Aku menikmati memeknya malam itu sebelum aku pulang esok harinya. Aku juga bertemu Suster Caca saat aku menekan tombol tolong tengah malam itu. Kami mengobrol mesra sebentar lalu ngentot singkat sebelum ia kembali jaga malam.

“ yah si ganteng dan ngacengan balik”

“ iya ya, kita ga kan pernah ketemu pasien seganteng itu lagi. Mana belum pu…”

“ pssst banyak orang”

“ Billy, My Baby”

“ suami gua”

Lima Suster lucu di rumah sakit tampak sedih. Aku menghampiri mereka berlima. Mereka tersenyum malu dan aku memeluk mereka semua. Kami berpelukan cukup lama. Mereka tersenyum dan menangis setelahnya. Aku menyimpan nomor mereka karena mereka lucu. Kami berfoto mesra sebelum aku pulang.

Aku berpapasan dengan Suster Dewi. Ia menatapku malu-malu. Ia sedang bertugas pagi itu. Rumah sakit sangat ramai dan ia sangat sibuk. Ia melihatku menggendong tas ransel, dan ia tampak terharu. Aku memeluknya mesra dan ia terlihat sangat malu

“ aku sayang kamu, suster Dewi”

Bisikku.

“ aku juga sayang kamu, Billy”

Aku sudah menyimpan nomornya. Ia melepas pelukan dan kembali bertugas sambil melambaikan tangannya. Aku ke lobby, bersiap check out, dan semua resepsionis lobby rumah sakit terpukau melihatku

“ aduuuh kalo ada yang ganteng aja semuanya melek. Tadi orang tua minta tolong lambatnya minta ampun”

Gerutu seorang ibu-ibu tua

“ kenapa ibu itu?”

“ bodo amat, yang penting ada si ganteng”

Aku tertawa geli dan mereka semua ikut tertawa genit. Ibu itu benar, mereka seketika ramah dan semangat kerja ketika cowok super tampan muncul.

Tidak lama Dokter Sari muncul. Ia segera menghampiriku. Aku juga resmi berpacaran dengan Dokter Sari. Tapi Dokter Sari tampak profesional dan tidak mengumbar kemesraan di depan semua orang.

“ Sudah mau pulang?”

Tanyanya. Aku mengangguk. Ia menjulurkan tangannya dan aku memeluknya erat di lobby itu

“ aku sayang kamu, Bu Dokter”

Godaku. Ia tertawa malu

“ kamu ga malu dilihat orang? Aku lagi tugas lho”

Bisiknya. Aku hanya tertawa. Aku melepas pelukan dan kami pun saling berdadah-dadah sebelum berpisah. Aku keluar rumah sakit dan itu pertama kalinya aku menghirup udara segar setelah berubah wujud.

“ nah, sekarang ke mana?”

Aku berjalan meninggalkan rumah sakit itu. Semua suster termasuk Suster Dewi melihat dari kejauhan. Aku masih harus rutin ke mari meski hanya seminggu untuk medical check up. Aku berjalan santai dengan kaos dan celana pendek. Semua orang melihatku seolah aku super model

“ wah”

“ modis, kayak model”

“ oh my god”

Gadis-gadis muda sampai ibu-ibu tidak bisa menahan diri mereka ketika melihatku. Terkadang aku tersenyum, menyapa mereka dan mereka terpesona seperti akan terbang ke awan

Siang itu, sekitar jam 1. Aku tiba di gang di mana aku biasa tidur. Aku menjadi gembel selama berhari-hari setelah hilang pekerjaan dan terlilit hutang yang sangat banyak. Aku tidur di gang, di halte, di bangunan tua selama berminggu-minggu. Sebelum aku mendengar kabar tentang telaga bidadari itu.

“ huaa”

“ ohhh dia ke sini! Bule ganteng itu!”

Aku mampir ke mini market. Aku tidak punya uang sepeser pun. Aku duduk di kursi, menaruh tasku, menatap kedua kasir di mini market itu dan menyapa mereka

“ numpang duduk ya mbak”

Mereka tersenyum malu dan mengangguk

“ lama-lama ga papa Mister”

Jawabnya

“ aku Billy”

Mereka semua tersenyum malu. Tak lama sepasang mahasiswi dengan malu-malu menghampiriku.

“ boleh ikut duduk?”

Tanya mereka. Aku mengangguk. Mereka duduk di dekatku. Aku meraih Boba mereka dan bertanya

“ boleh minta dikit”

Mahasiswi itu menepuk temannya dan menjawab

“ ah kami beliin baru aja buat kamu boleh?”

Aku mengangguk. Aku mendapat minuman gratis siang itu dan sebuah hot dog yang lezat. Mereka memperlakukanku seperti raja. Kami mengobrol lama.

“ kalian berdua cantik sekali”

“ ah jangan gombal dulu dong, ntar kita baper gimana?”

“ iya jangan lah. No Rush!”

Aku merangkul, meremas paha, merangkul sambil meremas toket mereka, meraba selangkangan, dan mereka bahkan tidak menganggap itu pelecehan. Aku sangat puas. Dan Mereka menyukainya. Mereka bahkan bergantian duduk dipangkuanku. Aku merasakan pinggul mereka yang dibungkus jeansmenghimpit kemaluanku. kami terus mengobrol hingga sore.

“ Di save ya nomornya”

“ ga boleh sombong!”

Mahasiswi itu pergi. Aku menyimpan nama mereka. Dini dan Rini. Mereka pulang karena tidak boleh pulang malam. Mereka satu kos dan tidak bisa mengajak pria tinggal bersama.

Aku keluar dari mini market itu. Aku harus menginap di suatu tempat. Aku berjalan di pinggir jalan dan tadinya aku ingin tidur di halte seperti waktu pelarian dulu. Namun aku terpikir sesuatu

“ Billy”

“ Suster Dewi”

Aku menelpon Suster Dewi dan kami bertemu di sebuah hotel. Aku mendapat uang dari kedua kasir minimarket itu karena aku mengaku dompetku dicopet. Mereka percaya dan memberiku cukup banyak uang.

Aku bertemu Suster Dewi di lobby. Ia sampai lebih dahulu. Ia melambaikan tangan dan aku langsung memeluknya. Ia tersenyum kaget. Ia malu namun aku tahu ia juga menyukainya. Aku melepas pelukanku dan menggandengnya ke meja resepsionis

“ kamarnya besar sekali ya”

Kedua pegawai minimarket itu juga membooking hotel untukku. Aku ke hotel itu dan seperti biasa resepsionis wanita yang berjaga sendirian di sana terpesona bukan main. Tidak lama Manager sampai OB hotel itu muncul dan berkumpul di lobby. Mereka akhirnya meningkatkan kamarku dan waktu tinggalku, asal aku menjadi duta hotel mereka. Mereka memberiku begitu banyak kupon menginap

“ sehari di hotel ini aja seharga sebulan kontrakan aku. Gimana sebulan? Lebih dari dua tahun dong”

Aku tersenyum geli melihat Suster Dewi menggerutu kaget seperti itu. Aku menelponnya dan ia sampai tidak sampai 15 menit di hotel itu. Aku memeluknya dan ia menatapku kesal

“ kok senyumnya gitu?”

Gerutunya kesal. Aku lalu tertawa

“ kalo gitu kamu boleh kapan aja mau tidur sama aku di sini”

Ia tersenyum malu.

“ aku ga bisa sembarangan sih. Hari ini aku bolos dibantu temen-temen. Harusnya aku jaga malam.”

Suster Dewi nekat bolos hari itu demi menemuiku. Aku tersenyum. Tidak lama seseorang mengetuk pintu. Makanan room service kami tiba dan aku pun membuka pintu.
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd