Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT Sentuhan Bidadari (Angel’s Touch)

Bimabet
Episode 13

“ Mas tinggal sendiri di Jakarta? Tidak ada keluarga, sanak keluarga?”

Suster Siska ikut ke rumahku. Ia duduk di tikar tengah. Ia meluruskan kakinya dan duduk sopan di tikar

“ saya sendiri mbak. Keluarga lain ada tapi saya ga mau ganggu.”

Jawabku. Aku hanya menyajikan air putih kepada Suster Siska. Ia mengambilnya lalu meminumnya sedikit

“ mas belum menikah”

Aku tertawa malu. Suster Siska juga ikut tertawa

“ belum mbak, saya kerjaan tetap ga punya. Kadang jadi kuli, kadang jadi tukang parkir. Kalo nikah, di kasih apa anak istri”

Jawabku. Suster Siska mendengarkan dengan serius. Ia kembali meminum air putih itu

“ mas tahu dari mana saya kerja sebagai suster”

Tanyanya. Aku kembali mengarang alasan

“ Orang-orang gang tahu kok”

Jawabku. Suster Siska tertawa lebar

“ Aku penasaran yang mana. Soalnya kebanyakan orang, terutama ibu-ibu, banyak yang nuduh aku cewek ga bener”

Jawabnya. Ternyata orang gang ini tidak pernah berubah.

“ Pak Ustadz tahu kok. Kalo ibu-ibu emang dari dulu mulutnya kayak ga bisa dijaga”

Jawabku. Mbak Siska seketika semangat

“ iya bener! Apalagi ibu Lela tuh! Orang hidup-hidup aku kok seenak jidat nuduh orang. Lakinya aja tuh yang ganjen. Tiap kali lewat, matanya kayak lihat apa. Padahal baju aku sopan”

Kami bercerita panjang lebar tentang orang-orang di gang. Aku tidak menyangka ada wanita yang berpendapat sama denganku. Orang-orang gang ini memang tidak sempurna, bahkan jauh, tapi gang ini rumahku.

Saat itu hampir tengah malam. Suster Siska lalu berdiri. Ia membungkuk dan aku ikut membungkuk

“ udah malam mas, saya permisi dulu”

Ucapnya.

“ iya mbak, mau saya antar ke rumah?”

Suster Siska menggeleng kepala. Ia permisi pulang. Aku ingin mengantarnya ke pintu depan namun ia tiba-tiba memegang tanganku

“ mas….”

Ia memanggilku dengan nada berbeda. Aku hanya diam. Aku melepas tangannya lalu aku memeluknya lebih dahulu. Ia hanya pasrah. Ia memelukku mesra. Ia lalu tersenyum

Ia melepas pelukannya. Aku raih celana piyamanya itu, menurunkannya pelan dan membukanya. Celana itu terjatuh. Suster Siska hanya pasrah. Celana dalam putihnya terlihat jelas. Aku melepas kemeja piyamanya dan ia melepas sendiri hijabnya sehingga kini ia hanya mengenakan bra dan celana dalam

Suster Siska melepas keduanya. Ia kini bugil di rumahku. Aku berlutut dan mulai menjilati memeknya. Suster Siska melebarkan pahanya. Wajahnya memerah dan ia mulai mendesah panjang

“ mas…. Ahhhh mas Santo”

Ia mendesah panjang. Ia meremas kepalaku. Memeknya semakin basah. Lidahku menjelajah lubang kemaluannya hingga bertemu klirotisnya. Kakinya mulai gemetar. Lidahku terus bermain-main dengan klirotisnya hingga tak lama kemudian, ia memekik panjang

“ ohhhhh”

Cairan menyembur dari lubang kemaluannya. Ia orgasme sangat deras. Kakinya gemetar dan memeknya terus menyemburkan cairan hangat. Wajahnya memerah. Ia mendongakkan kepala dan terus mendesah panjang.

Suster Siska membuka pakaianku. Ia lalu berlutut dan mulai membuka celanaku. Ia turunkan celana dalamku hingga kontol mungilku melompat dan menampar pelan wajahnya. Suster Siska mengocoknya pelan. Ia mengocoknya cukup lama dan aku menikmati sentuhan jemarinya. Ia membuka mulutnya dan mulai mengulumnya

Aku mendesah panjang. Itu pertama kalinya aku merasakan nikmatnya hisapan tanpa kondom sebagai Santo. Kontolku sangat mungil sehingga ia menenggelamkan seluruhnya ke dalam mulutnya. Suster menyapu bersih kontolku hingga tak lama memuncrat deras di dalam mulutnya

Ia menelan semua sperma yang keluar. Ia mengocok pelan kontolku memuncratkan sperma keluar ke wajah rambut dan toketnya. Kontolku layu dan aku sangat lemas. Suster Siska menatapku pasrah

“ Mas puas?”

Aku tertawa malu. Suster Siska memelukku pasrah di atas tikar. Tubuhnya putih bersih, putingnya masih pink terawat sedangkan tubuhku sangat hitam. Kami sangat bertolak belakang namun ia memelukku mesra

“ ini bukan mimpi kan?”

Bisikku. Suster Siska menggeleng kepala

“ aku takut banget waktu tahu babe nyimpen hutang sebanyak itu. Pikiranku kemana-mana. Aku sampe stress duit segitu dari mana coba. Tapi Mas sebaik ini. Aku ga bisa ngomong lagi. Ga nyangka aja apa yang aku takutin ga terjadi. Aku hampir rusak masa depan sepupu aku sendiri.”

Ia menilaiku baik. Aku harus merasa beruntung.

“ makasih Suster Siska”

Sahutku. Ia hanya tersenyum

“ aku yang makasih. Aku pasrah mas mau apa? Aku siap layani. Aku rela lakuin semua ini demi keluarga aku. Mas mau apa lagi?”

Sahutnya. Ia mau melakukan sex karena ia tahu aku menginginkannya. Itu saja. Aku sedikit kecewa. Tapi aku tidak mau menyia-nyiakannya. Ia duduk di selangkanganku dan sambil tersenyum palsu, ia mengocok kembali kontolku. Kemaluanku kembali berdiri. Ia sedikit mendesah panjang. Aku meremas buah dada dan memelintir gemas puting merah jambunya dengan jemariku. Ia naik kepangkuanku. Suster Siska menunggangiku dengan posisi WoT, mengguncangku dengan kecepatan penuh.

Aku meremas buah dadanya. Ia mendongakkan kepala dan mendesah. Aku menggenjot kasar dari bawah. Kedua selangkangan kami saling bertepuk-tepuk. Ia sangat pasrah meskipun ia diatasku. Aku bangun, memeluknya erat dan menghisap kasar putingnya.

Suster Siska memekik panjang. Ia memeluk pasrah dan membiarkan aku memimpin permainan. Tubuhnya semakin menggelinjang diatas tubuhku. Aku remas pinggulnya dari bawah dan terus menggenjot dengan ganas dan liar

Siska memekik keras. Kami keluar bersama-sama. Spermaku memuncrat deras di dalam memeknya. Ia menghadiahiku dengan crot dalam yang sangat nikmat. Ia jatuh kepelukanku, dan kami berpelukan mesra. Aku merasakan pelukan hangat tubuhnya ditambah jepitan kemaluan hangatnya. Ia tersenyum pasrah dan membiarkan aku mencumbunya

Aku bangun di pagi itu. Rumahku sudah bersih dan rapih. Suster Siska sudah pulang lebih dahulu. Aku segera mandi, berganti pakaian dan ketika aku keluar, Suster Siska tersenyum menyambutku. Ia sudah berseragam perawat bersiap pergi bekerja.

“ Pagi Mas Santo”

“ Pagi Suster Siska”

Aku seperti merasa seperti pria paling bahagia. Meski Senyumannya agak berbeda dari ia tersenyum pada Billy. Ia agak tersenyum palsu. Hanya saja aku berada di tubuh asliku dan aku beruntung sedekat ini dengannya. Aku ikut tersenyum menyapanya. Ia melambaikan tangan lalu kami berpisah. Ia harus bekerja pagi itu juga.

Aku membersihkan rumahku seharian. Aku membuang semua perabotan lama yang rusak dan membersihkan lalu memperbaiki apa yang aku bisa. Berkat rumah ini aku mendapat Suster Siska. Walau aku tidak tahu ia tulus atau tidak? Aku masih ragu. Kini aku tinggal mendapat kerja dan hidupku sempurna

Aku memejamkan mata. Biasanya aku akan tertidur di telaga mimpi. Tapi kali ini justru aku tertidur. Aku pejamkan mataku dan aku tersenyum. Aku benar-benar kembali ke kehidupan lamaku. Tapi aku bahagia. Aku keluar rumah dan iseng ke jalan keluar gang

Aku mampir ke mini market di mana kedua pegawai cantik itu biasa menggodaku. Aku masuk ke sana. Mereka masih mengobrol. Mereka tidak menyapaku. Mereka asik membahas sesuatu di handphone mereka.

“ ini aja om?”

Tanya salah satu dari mereka dingin. Aku mengangguk.

“ semuanya jadi 100 ribu”

Aku memberikan uang 100 ribu dan mereka mengucapkan terima kasih. Mereka lalu kembali mengobrol sambil melihat handphone mereka.

Mahasiswi-mahasiswi yang dahulu genit padaku juga tiba-tiba ke sana. Mereka masuk ke mini market itu dan asik mengobrol. Mereka mengambil sesuatu sambil mengobrol lalu aku tersenyum melihat mereka. Aku lalu keluar dari mini market itu dan berjalan pulang

“ Mas Santo?”

Seseorang memanggilku lagi. Aku menoleh dan ternyata kami bertemu lagi. Lebih hebatnya lagi ia menegurku

“ Suster Dewi”

Ia menunduk menyapaku. Ia sepertinya baru pulang dari shift malam. Ia sepertinya juga ingin mampir ke mini market

“ mbak mau minum kopi?”

Aku mengajaknya minum kopi. Ia tersenyum sambil menundukkan kepalanya

“ kopi? Boleh”

Aku mengajaknya ke cafe di mana aku biasa mengajaknya dulu. Aku memesan minuman yang sama. Aku juga memesankan minuman untuknya. Suster Dewi terdiam. Ia menatapku heran

“ Mas tahu saya juga suka Ice Americano?”

Dulu aku tidak terlalu suka kopi-kopi modern tapi sejak menjadi Billy aku tahu banyak jenis kopi. Aku juga tahu kesukaannya

“ siapa yang ga suka? Semua orang suka Ice Americano kan?”

Aku bahkan tahu tingkat gulanya.

“ mas ga stalking aku kan?”

Tanya Suster Dewi. Raut wajahnya cemas. Ia berkeringat dingin sambil menjaga jarak dariku. Ia membuang muka begitu melihat kontolku menegang keras. Aku tertawa malu. Kurasa ia salah sangka

“ ga kok”

Jawabku. Ia masih ragu

“ emang tahu artinya Stalking?”

Tanyanya pelan. Aku tahu banyak hal saat aku menjadi Billy. Apalagi aku tiba-tiba jadi fasih bahasa Inggris. Kami duduk berdua. Ia masih tampak takut. Sudah lama sekali aku tidak berkencan seperti ini dengannya. Ia melihatku dan ia seperti sadar aku bukan ancaman. Aku melihat senyumnya. Aku melihat ia tertawa. Aku senang kami kembali mesra

“ aku ga nyangka orang kayak mas suka tempat kayak gini.”

Aku hanya diam. Raut wajah Suster Dewi tiba-tiba berubah

“ ah sorry, maksud saya bukan mau nyinggung sih”

Ia seketika takut. Aku kembali tertawa

“ gapapa mbak, santai aja. Saya dulu pernah pdkt sama cewek. Masih muda. Eh ternyata dia suka ke sini. Jadi saya ke sini dan coba menu-menu sini. Sejak itu saya suka ke sini, sekali-sekali”

Suster Dewi tersenyum lebar

“ siapa tu? Coba cerita”

Aku bercerita tentang gadis yang aku incar seumur hidupku. Ia menolakku dan aku sendiri. Tentu saja aku tidak menceritakan hidupku sebagai Billy. Aku mengaku bekerja serabutan sampai masuk rumah sakit

“ oh jadi gitu. Kalo aku sih juga ada yang ngejer aku waktu muda dulu. Kalo aku ga suka ya aku tegesin aku ga suka. Tapi ga perlu jatuhin harga diri.”

Ia masih seperti dulu. Rendah hati. Aku kira ia seperti itu karena saat itu aku menjadi Billy namun ternyata ia benar-benar rendah hati.

“ apa karena itu juga mas belum menikah?”

Tanyanya. Aku mengangguk.


“ aku juga pernah suka sama seseorang. Aku udah kasih segalanya. Aku udah ngerasa dia untuk aku. Tapi pada akhirnya, ga ada yang abadi. Aku kehilangan dia. Awalnya aku sedih, tapi aku semakin kuat. Sekarang aku ikhlaskan dia, dan ini pertama kalinya aku ngomong sama cowok lagi”

Ia menunduk dan meneteskan air mata. Aku diam. Aku diam tidak melakukan apa-apa. Ia diam di sana dan aku juga diam. Hujan lalu turun dengan deras. Kami diam di sana dan tidak melakukan apa-apa.

“ aku selalu ngira kalau dia mau sama aku cuma karena tubuh aku. Dia buang aku waktu dia bosen. Sejak saat itu aku trauma mulai hubungan lagi.”

Aku merasa bersalah. Tanpa aku sadari Suster Dewi benar. Aku mendekatinya karena tubuhnya saja. Ia masih menunduk. Matanya berkaca-kaca dan ia berusaha menahan tangisnya.

“ aku heran aja. Apa cowok menikah, mulai hubungan, apa cuma karena sex? Terus kalau ga cantik lagi, apa kami dibuang gitu aja?”

Aku hanya diam. Aku pun bertanya pada diri sendiri apa waktu itu aku mendekatinya hanya karena sex?

Kami lalu berpisah. Aku melambaikan tangan dan ia pun melambaikan tangan. Aku harus menjadi Billy untuk memperbaiki ini. Tapi bagaimana caranya? Tidak ada cara untuk kembali menjadi Billy. Jika tidak, Suster Dewi mungkin akan gadis seumur hidup.

Aku pulang ke rumah. Aku mendapat nomor Suster Dewi namun aku tidak berani menghubunginya. Aku mengirim sebuah chat lalu aku menyimpan handphoneku kembali. Aku lalu ke rumah dan anak Babe, Melly ternyata menungguku di sana

“ Mas, Melly mau minta tolong”

Ia memintaku memperbaiki kitchen set di rumahnya. Aku mengambil peralatan lalu segera ke rumah Melly. Aku menaruh tangga, menaikinya dan mulai memperbaiki kitchen set itu. Posisinya berubah menjadi miring. Aku melepaskannya, lalu memasangkan ulang. Melly menunggu di ruang tengah

“ Melly!”

“ Melly!”

Tidak lama teman-temannya datang. Mereka semua masih muda. Bahkan aku lihat ada yang masih 15 tahun. Aku terus bekerja sementara mereka mengobrol di ruang tengah

“ jadi itu calon suami kamu?”

Tanya salah satu dari mereka

“ ya ampun sorry, aku kira tukang”

Sahut temannya satu lagi.

“ iya tapi ga jadi. Dia nyuruh aku buat kejer masa muda aku dulu. Katanya juga aku terlalu muda buat dia”

Jawab Melly

“ So sweet. Tapi iya sih kamu kemudaan buat mas itu. Sama aku aja yuk mas”

Goda temannya. Aku tertawa terbahak-bahak

“ oi! Genitnya kumat!”

Sahut temannya yang lain. Mereka semua tertawa

“ mas aku jalan sama temen dulu ya”

Tidak lama Melly izin pergi dengan temannya. Aku melambaikan tangan dan ia pun membungkukkan badannya. Salah satu temannya ikut menunduk. Ia sangat sexy sehingga aku dapat melihat jelas buah dadanya ketika ia menunduk. Ia tersenyum genit sambil memberi isyarat

“ telepon”

Ia menunjukkan nomornya dari handphonenya dan aku segera mencatatnya. Aku tidak menyangka bisa mendapat gadis abg dengan penampilan seperti ini

Aku memperbaiki lemari dapur itu sendirian. Ketika aku selesai, Melly masih belum pulang. Aku hendak keluar lalu mengunci pintu namun tidak lama, Suster Siska pulang

“ Mas Santo?”

Tanyanya heran

“ oh, saya tadi perbaiki lemari dapur.”

Sahutku. Suster Siska melihat ke sekitar dengan heran

“ Mellynya mana?”

Tanyanya heran.

“ tadi jalan sama temen-temennya”

Jawabku. Suster Siska menggeleng-geleng kepala

“ kebiasaan anak-anak itu. Minum ga dibuatin lagi”

Gerutu Suster Siska. Aku tertawa malu

“ kalo itu, tadi aku yang minta ga usah buatin”

Jawabku. Suster Siska menatapku sinis

“ mentang-mentang calon istri dibelain terus”

Sahutnya. Aku tertawa malu. Suster Siska tersenyum sambil menggeleng kepala. Ia mengambil handuk, mulai membuka pakaiannya lalu menutupnya dengan handuk. Jantungku berdetak setiap kali aku melihat tubuhnya

“ dapurnya udah aku perbaiki.”

Suster Siska mengangguk dan tersenyum

“ mau mampir dulu kan? Aku mandi dulu ya”

Suster Siska mengunci pintu dan menutup jendela. Aku duduk di depan tv dan ia pun ke kamar mandi. Aku duduk menunggunya di sana sambil menonton tv. Aku mendengar suara guyuran air dari kamar mandi. Aku sudah tidak tahan lagi. Aku berdiri dan berjalan ke arah kamar mandi. Aku mengetuk pintu dan ia pun menyahut

“ mas, sekalian ambilin shampoo ya di dapur.”

Aku mengambil Shampoo dari dapur. Aku mengetuk pintu dan membukakannya. Aku melihat tubuh aduhainya. Aku melihat jelas dan ia hanya diam membiarkannya. Aku melihat tubuh basahnya yang terkena air. Aku membuka pakaian dan Suster Siska sadar apa yang harus ia lakukan. Ia remas kontolku, memejamkan mata, lalu mendesah saat jemariku meremas buah dadanya. Aku mainkan puting merah jambunya dan ia memekik pelan. Ia mulai mengocok kontolku dan memainkan jemari di bagian kepalanya
 
Billy ataupun santo punya sisi + dan - nya hu.
Kalo billy sepertinya sudah seharusnya dpt keindahan karena wujudnya yg rupawan sedangkan santo dgn wujud seadanya tapi dpt keindahan jadi seperti uwauw sekali.

Dan kalo billy kemungkinan tinggal masalah² karena normal daynya sudah indah. Kalo santo indah dan masalah sepertinya bisa seimbang.

Apapun kelanjutannya, suhu yg menentukan. Pokok e muantep polll
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd