Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT Sentuhan Bidadari (Angel’s Touch)

Episode 15

Melly memang cantik. Ia sangat terpesona dengan pesona Billy dan aku bisa saja mengambil perawannya. Aku peluk dia, dia sangat senang namun aku tidak mengambil perawannya. Aku memberinya kesempatan. Aku sempat tertidur di sebuah halte. Secara mengejutkan aku tidak kembali ke telaga mimpi. Ketika aku bangun, semua biasa saja. Kecuali aku kembali menjadi Billy. Tubuhku berubah. Rasanya seperti mimpi aku bisa kembali menjadi Billy lagi

Aku kembali ke gang. Jam menunjukkan pukul 1 malam. Aku berjalan di depan gang dan semua orang melihatku terkejut sambil berbisik

“ ada Bule! Ada Bule”

Seperti dahulu bahkan pria terhipnotis penampilanku. Aku masuk ke dalam rumahku. Aku berguling di tikar dan untuk pertama kalinya sejak aku kembali menjadi Santo, aku ingin tahu keberadaan Eros

Aku sebenarnya takut untuk mencari Eros saat kembali menjadi Santo. Aku manusia biasa sedangkan ia memiliki kekuatan yang luar biasa. Aku entah bagaimana kembali ke Indonesia sedangkan ia tidak tahu di mana keberadaannya. Aku membuka Handphoneku dan mengetik nama Airlangga, nama yang digunakannya di Indonesia.

Ia dituliskan menghilang sejak beberapa minggu lalu, saat aku kehilangan kekuatanku dan kembali menjadi Santo. Tidak banyak berita tentang dirinya. Namun aku ingat ia menjadi sepertiku ketika menghisap kekuatanku. Apa ia masih di Amerika dan menjadi diriku?

Aku mengetik nama, William Strong. Sayangnya tidak banyak yang muncul. Hanya beberapa artikel lama di mana aku wisuda di New York, dan aku yang sempat berfoto dengan Kathy. Di mana Eros? Tapi, apa aku harus membalas dendam setelah mendapat kekuatan dari cincin ini?

Aku menggeleng kepala. Ia mungkin tidak tahu jika aku kembali. Daripada membalas dendam. Kurasa mungkin lebih baik aku mulai menikmati hidup baru sebagai Billy, di Indonesia. Aku lepaskan cincin itu, kembali menjadi Santo. Kupejamkan mata, lalu tertidur di atas tikar di ruang tengah rumahku itu.

“ Santo! Santo! Mana Bule yang semalam tidur di rumah lu!”

“ Bule? Si Billy? Udah pergi lah.”

“ Yaaah, kok kita ga lihat ya”

“ Bubar! Bubar!”

Pagi itu warga mengerubungi rumahku. Mereka bertanya di mana Billy. Pagi itu bahkan belum jam 5 dan mereka sudah memenuhi rumahku. Aku baru selesai mandi dan bersiap pergi ke kantor. Aku membawa pakaian di tasku, jika aku ingin menjadi Billy.

Tidak lama aku bertemu lagi dengan Melly. Ia menatapku heran. Ia berjalan mendekat, dan sambil malu-malu ia berbisik

“ Kak Santo, kenal sama Billy ya?”

Tanyanya malu. Ia ternyata ingin bertanya tentang Billy. Melly gadis yang baik dan manis. Ia bahkan baik bahkan sebelum mengenal Billy. Ia mungkin satu dari sedikit orang yang berhak dekat dengan Billy, yah tentu saja sebagai imbalan dari kebaikannya padaku.

“ tadi pagi pergi. Ia ada urusan katanya, tapi ia nanya kamu”

Melly seketika semangat. Ia melompat dan tak sadar memeluk lenganku

“ beneran kak?”

Aku tertawa malu. Melly seketika sadar ia tak sengaja memeluk tanganku dan ikut tertawa malu

“ beneran, dia suka kamu kayaknya. Kamu suka Billy?”

Wajahnya memerah. Ia makin tertawa malu

“ emangnya, ada yang ga suka?”

Jawabnya. Aku makin tertawa sambil mengusap kepalanya

“ kak Santo ga marah kan?”

Tanya Melly. Aku menatapnya heran

“ marah kenapa?”

Tanyaku heran

“ yah, kita kan hampir tunangan. Siapa tahu kak Santo cemburu”

Aku tertawa lepas. Melly menatapku heran

“ kamu masih muda Melly, kamu juga cantik. Kamu lebih cocok sama Billy. Apalagi dia juga suka sama kamu.”

Ia tersenyum lebar

“ beneran? Makasi ya kak. Kakak juga lebih cocok sama Kak Siska. Dia jarang ngomong tentang kakak sih. Tapi aku tahu aja!”

Kami sama-sama tertawa. Siska hanya pasrah melayaniku karena ia merasa hutang Budi. Melly sangat polos. Aku melambaikan tangan lalu menghidupkan motor dan tancap gas ke tempat kerja

Aku hendak menjemput Siska di rumah sakit. Namun ia mengirim chat kalau ia mungkin pulang agak siang sehingga aku tidak sempat menjemputnya. Aku tiba di kantor jam setengah tujuh. Jauh lebih pagi dari jam kerjaku namun itu lebih baik. Jalanan tidak macet hari itu.


“ hei lihat! Semalam ada yang rekam bule ga pake baju!”

“ beneran! Lihat!”

“ beneran! Katanya orangnya super ganteng lho”

“ huaaa beneran, burik gitu aja kelihatan banget gantengnya”

Ada yang merekam kejadian di dekat rumah Suster Dewi malam itu. Seseorang melihatku bugil di gang itu dan merekamnya. Aku seharusnya lebih hati-hati. Semua wanita tergila-gila melihat video itu. Bahkan pria pun terkekeh-kekeh melihatnya. Aku hanya heran, kenapa dunia sangat berbeda terhadap pria tampan. Tidak ada yang menganggap aksi bugilku semalam sebagai pelecehan. Mereka menganggapnya wajar. Andai pria biasa bugil seperti itu di depan umum, di sebuah video, kurasa ia sudah dipenjara

“ tipe gua banget Bule ini!”

“ Sayang banget masih pake motor. Gapapa deh asal ganteng”

Aku menahan tertawa. Mereka terlihat konyol ketika sedang membicarakan Billy.

Aku bekerja lembur hari itu jadi aku pulang lebih malam. Siska mengirim chat ia tidak bekerja malam. Ia baru masuk lagi esok dini hari. Aku menghidupkan motor dan beranjak pergi. Aku mampir di sebuah SPBU, masuk ke kamar mandi, dan saat itu juga aku berubah menjadi Billy. Semoga saja tidak ada cctv merekamku

Aku ingin pulang menemui Siska namun rasanya aku ingin menjadi Billy dan bersenang-senang dengan Melly malam itu. Aku ingin ke tempat kerjanya dan berkencan dengannya di sana. Jalanan malam itu macet. Aku diam sebentar menunggu macet itu berlalu. Aku melamun dan entah bagaimana aku teringat seseorang lagi

Suster Dewi. Ia yang memberiku cincin ini. Apa aku harus menemuinya? Aku tertawa kecil. Aku lebih berani menemuinya sebagai Santo daripada sebagai Billy. Lagipula ia sudah tenang. Aku hanya merasa mungkin lebih baik jika aku tidak menganggurnya lagi

“ ngeyel! Buruan ah Melly udah nunggu”

Tapi aku malah tancap gas ke depan rumah Suster Dewi. Tadinya aku ingin menemui Melly, tapi tiba-tiba malam itu aku tidak bisa berhenti memikirkan Suster Dewi. Aku tiba di depan rumahnya. Aku membuka helmku. Jantungku berdetak. Aku agak gugup karena kali ini aku menemuinya sebagai Billy

Aku menekan Bell. Tidak lama pintu itu terbuka. Aku semakin gugup. Seseorang pun muncul. Tapi bukan Dewi yang menyambutku. Seorang wanita tua di sana. Ibunya membukakan pintu dan menyapaku malam itu

“ siang Bu, Dewinya ada?”

Tanyaku. Ibu itu sempat diam membatu

“ kamu……”

Ia sempat terdiam lama. Ia seketika sadar dan langsung mempersilahkan aku masuk

“ siapa Ma? Malam-malam ke rumah”

Dan di sanalah kami bertemu. Untuk sekian lama, aku bertemu dengannya lagi, sebagai Billy. Ia baru selesai mandi. Tubuhnya masih ditutupi handuk. Wajahnya seketika muram. Ia perlahan mundur dan hendak melangkah pergi

“ Dewi”

Aku memanggil namanya. Ia menundukan wajahnya. Ia lalu menangis. Ia meremas handuknya dan menangis tersedu-sedu. Ibunya menghampirinya

“ sudah, dia sudah di sini.”

Ia lalu memeluk ibunya. Aku hanya diam di sana. Ibunya lalu masuk ke kamar, membiarkan kami berbicara berdua saja di dalam kamarnya. Ia lalu menatapku serius

“ kenapa kamu di sini?”

Tanyanya dingin

“ maafkan aku, Dewi. Aku pria yang berengsek”

Suster Dewi lalu berlari. Ia berlari ke arahku dan saat itu juga ia memelukku erat

“ aku wanita yang bodoh, Billy. Setelah yang kamu lakukan, ternyata aku tetap ga bisa kehilangan kamu”

Ia meneteskan air mata. Ia memelukku lama. Aku memeluknya erat dan mengusap punggungnya. Ia lalu melepas pelukan eratnya dan menyuruhku menunggu di ruang tengah. Dan begitu saja ia langsung memaafkan aku. Ia masuk ke kamarnya. Aku memberanikan diri, dan saat itu juga aku masuk ke kamarnya.

“ Billy?”

Ia baru saja mengambil pakaian namun ia meletakkannya lagi. Ia hendak berbaring di kasir namun aku memeluknya mesra

“ aku cuma kangen kamu”

Bisikku. Ia lalu tersenyum

“ aku juga. Andai kamu datang hari itu, kita ga perlu bertengkar berlarut-larut”

Bisiknya manja. Aku hanya diam. Aku memeluknya erat.

“ kamu masih sama Dokter Sari?”

Aku menggeleng kepala.

“ ga lagi kok”

Kurasa ia sudah bahagia dengan Eros yang menjadi diriku di Amerika.

Ia meraih celanaku. Ia menurunkannya perlahan. Kontol besarku keluar melompat di depan matanya. Ia tersenyum lebar. Ia berdiri dan membuka pakaianku. Ia kembali duduk di kasur dan menatapku dengan penuh gairah

“ kamu masih gagah seperti dulu ya”

Aku duduk di sampingnya dan memeluk tubuh bugilnya erat

“ tapi aku makin tua, umurku hampir 40. Kalau kita sama-sama, empat atau lima tahun, aku mungkin udah tua”

Dewi tiba-tiba murung. Aku dekatkan wajahku, lalu Kucumbu bibirnya gemas. Dewi terkejut. Ia memejamkan matanya dan kami pun berdekupan lalu bercumbu mesra.

Kami melepas cumbuan kami. Ia merebahkan tubuhnya di kasur dan aku mulai membuka piyamanya. Ia melepas hijabnya. Tubuhnya kini bugil di atas kasur itu. Aku menatap tubuh itu setelah sekian lama. Ia berubah. Ada banyak strech mark di toket, dan perutnya. Puting susunya juga sangat coklat. Ia masih cantik tapi tubuhnya sangat menua. Aku berbaring di sampingnya sambil memeluknya. Kami kembali bercumbu. Ia dekap tubuhku dan kami mulai bercumbu liar. Kontolku menusuk-nusuk jepitan pahanya hingga sesekali menyentuh belahan memeknya. Aku mendesah pelan sambil terus mencumbunya mesra. Hanya sebentar saja, Dewi semakin nafsu dan binal. Tubuhnya semakin menggelinjang hebat

Tubuh langsingnya menindih tubuhku. Ia mengocok kontolku dan menatapnya nafsu. Kontolku semakin mengeras dan menegang di tangannya. Jemarinya tak sanggup menggenggam sempurna kontolku. Ia tatap wajahku dan sambil mengocok kontolku, kami kembali bercumbu mesra. Jemariku menyusup ke memeknya dan mulai mengusapnya

Kami semakin bertambah nafsu. Kepala kontolku kini penuh dengan cairan pelumas. Memeknya pun semakin becek. Ia hisap bibir dan lidahku liar sambil terus mendesah panjang. Ia menjepit tanganku dengan pahanya dan tubuhnya semakin menggeliat. Jemarinya berusaha meremas kepala kontolku dan terus mengocoknya ganas.

Aku mulai mencolok memeknya. Suster Dewi semakin memekik panjang. Aku mencolok pelan memeknya sambil melahap gemas lehernya. Wajahnya memerah. Ia lahap telingaku dan mengecupnya gemas. Aku merasakan tubuh langsing serta buah dadanya bergesekan dengan tubuhku. Pahanya pun sesekali menghimpit kontol besarku. Ia melepas kocokannya dan memeluk leherku erat.

Jemariku semakin mencolok liar. Dewi menggoyang pinggulnya hebat. Ia lahap leherku dan menjilatinya nakal. Kontolku semakin tegang. Tubuhnya sesekali menekan dan menghimpit kontolku. Kulepaskan jemariku dari memeknya dan sambil Suster Dewi kembali duduk lalu memindahkan memeknya ke wajahku

Ia mendudukkan memeknya di wajahku, menghadap kontolku yang menegang keras. Ia goyang pinggulnya dan aku menjilatinya gemas dari bawah. Ia melolong panjang. Ia genggam kontol besarku dan mulai melahapnya. Ia berusaha memasukkan kontol besar itu di bibir manisnya. Aku merasakan kenikmatan yang teramat sangat nikmatnya. Bibirnya menghisap dan siap memeras habis spermaku dengan posisi 69

Dengan posisi 69 aku menyapu bersih memeknya. Lidahku bermain liar. Aku menggenjot kontolku di memeknya, menikmati kuluman serta jilatan lidahnya yang luar biasa. Memeknya semakin becek. Tubuhnya semakin menggeliat. Kulumannya semakin ganas dan permainan lidahnya semakin liar

Suster Dewi bertahan cukup lama. Bibirnya naik turun memompa ganas kontolku. Pinggulnya semakin bergoyang. Ia semakin liar. Jelas sekali ia sudah memendam lama nafsu di dalam dirinya. Ku lahap memeknya tanpa ampun dan semakin ia nafsu, semakin ganas pula kuluman bibirnya di kontolku

Suster Dewi memekik panjang. Kontolku terlepas dan menampar pelan wajahnya. Tubuhnya bergetar hebat. Memeknya menyembur deras dan memuncrat hebat di wajahku. Ia mencapai klimax, orgasme hebat membasahi wajah hingga ke kasur itu

Ia terduduk lemas. Nafasnya terengah-engah. Aku mencolok-colok memeknya sehingga Suster Dewi ejakulasi lebih keras. Kasur itu sangat basah. Suster Dewi duduk pasrah. Ia lemas namun kontolku masih sangat lapar

Aku berdiri sambil mengocok kontolku gemas. Dengan masih terengah-engah, ia melihatku coli sambil berusaha mengumpulkan tenaganya. Ia menggigit bibirnya dan mendesah membantuku. Aku genggam kontolku dan mengocoknya nafsu di depan Suster Dewi

Aku terus mengocok kontolku nafsu. Suster Dewi menatapku dengan tatapan nafsunya. Ia melihatku memuaskan diriku sendiri dan ia seperti tak percaya aku bertahan selama itu. Aku mendesah keras dan ia pun ikut mendesah nakal. Ia pun duduk di pinggir kasur dan membuka mulutnya lebar

Ia melahap kontolku perlahan-lahan. Aku mulai memaju mundurkan kemaluanku di dalam mulutnya. Ia remas pinggulku dan mulai mengulum batang kontolku. Bibirnya berhenti di kepala kontolku dan mulai menghisapnya liar sambil menjilatinya nafsu

Bibirnya memompa nafsu kontolku. Aku remas kepalanya dan menggenjot kepalaku di bibirnya. Ia mendongakkan kepala dan menatap wajahku nafsu sambil mengulumi liar kontolku. Aku semakin nafsu. Aku remas rambutnya dan menggenjot kontolku ganas di dalam mulutnya

Aku ejakulasi di dalam mulutnya. Dewi menelan kontolku sedalam yang ia bisa. Ia diamkan kontolku di mulutnya, memejamkan matanya, lalu menelan tetes demi tetes sperma yang memuncrat di mulutnya. Aku remas rambutnya mendongakkan kepala dan menikmati salah satu sensasi ejakulasi yang ternikmat dan paling berkesan seumur hidupku. Aku sangat menikmatinya hingga air mataku menetes. Dewi memompa bibirnya pelan dan terus menelan sperma yang memuncrat di dalam mulutnya. Ia benar-benar memanjakan kemaluanku

Ia melepaskan kemaluanku dari mulutnya. Kontolku masih sangat merah namun bersih dan penuh dengan liurnya. Suster Dewi menelan semua spermaku dan ia tersenyum lebar. Aku genggam kontolku dan mulai mengocok kembali kontolku

Suster Dewi tertawa kecil. Ia pejamkan matanya, mengarahkan wajahnya hingga hanya beberapa centi dari kontolku. Kontolku kembali berkedut lalu mengeluarkan sisa-sisa sperma ke wajah manisnya. Sambil mendesah pelan dan panjang kusembur wajahnya dengan spermaku, hingga ke rambut, buah dada, dan sekujur tubuhnya. Dewi tersenyum lebar seraya pasrah membiarkan aku menyirami tubuhnya dengan air maniku

Tubuhnya kini sudah penuh dengan spermaku. Ia terkulai pasrah. Suster Dewi tertawa dan wajahnya memerah. Belum seri de dan Kamarnya kini basah dan lengket karena adegan nakal kami berdua. Aku bersiap menindihnya, tak sabar memulai permainan yang sebenarnya. Suster Dewi tertawa lepas sambil mendekap tubuhku mesra
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd