Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT Sentuhan Bidadari (Angel’s Touch)

Bimabet
Hari ini update ya suhu,
Sekalian saran mulustrasi hijaber atau indo yang bisa bikin ‘merinding’
 
Episode 3

Aku ejakulasi di dalam memek bidadari itu. Rasanya seribu kali lebih nikmat dari Suster Siska. Aku diamkan kontolku dan menikmati sensasi ejakulasi yang luar biasa. Ia pun tersenyum puas. Ia menang. Ia membuatku lemas selemas-lemasnya. Aku bahkan tidak punya tenaga untuk meremas toketnya.

Bidadari itu berdiri. Ia melepas memeknya dari kontolku. Aku mengerang pelan menahan rasa ngilu yang luar biasa. Ia menatapku genit dan dalam kedipan mata, kami sudah mengenakan pakaian lagi

“ kau suka hidup barumu?”

Aku mengangguk. Bagaimana kau tidak menyukainya?

“ tapi berapa lama aku lemah seperti ini?”

Tanyaku.

“ Tanya perawat-perawat cantik dan dokter itu. Ini hanya proses. Seperti ulat yang menjadi kupu-kupu. Nanti kau akan tampan seperti Dewa, kuat, tangguh, dan tidak menua.”

Jelasnya. Aku? Tidak menua? Aku sangat senang mendengarnya.

“ oh ya, kau juga akan kekal abadi. Kau bebas dari kematian”

“ apa?”

Aku terkejut bukan main. Aku hampir koma. Jika bukan karena rumah sakit ini, aku pasti sudah mati

“ sekarang kau hanya seekor kepompong. Nanti kau baru akan menjadi kupu-kupu”

Ucapnya. Ia duduk di sofa. Aku berusaha menghadap bidadari itu namun tubuhku lemah. Ia menyuruhku diam di tempat

“ Tapi kenapa kau mengaku saudariku? Bukan pacar atau suamiku?”

Bidadari itu tersenyum

“ karena aku pelayanmu manusia. Aku memang Dewi dan banyak manusia menyembahku. Tapi tugasku sebenarnya adalah melayani tuanku. Melayanimu. Membantumu mencapai mimpimu”

Jelasnya. Aku masih berusaha bergerak. Bidadari itu lalu berdiri dan mendorongku ke sofa. Ia lalu duduk dan kami kini berhadapan

“ aku sudah mencapainya. Apa itu artinya kau boleh bebas?”

Bidadari itu tertawa terbahak-bahak

“ Kau orang baik. Anggap aja aku temanmu”

Ucapnya sambil mencumbu bibirku sekilas. Ia lalu berdiri dan membawa kursi rodaku menghadap televisi. Bidadari itu berdiri di belakangku

“ kau punya sesuatu untukku? Seperti kartu kredit? Emas? Uang?”

Bidadari itu menepuk pundakku

“ hati-hati dengan permintaanmu, manusia. Ingat, jika kau meminta harta maka kau mendapat kemiskinan.”

Jawabnya. Aku teringat tulisan kuno yang aku baca itu

“ maaf, aku hanya bingung, bagaimana aku keluar dari rumah sakit ini”

Sahutku. Bidadari itu memegang kedua pundakku

“ Kau tampan seperti Dewa, Billy. Kurasa kau tidak perlu mengkhawatirkan itu.”

Bidadari itu maju dan membuka jendela. Ia menatap pemandangan siang Kota Jakarta

“ Bhumi sudah berubah dari ribuan tahun yang lalu. Masaku dahulu, uang hanyalah tumpukan kertas. Kini kalian diperbudak dan menuhankan uang. Kau tidak boleh menjadi budak mereka, Billy. Merekalah yang harus tunduk padamu”

Itu terdengar mudah tapi aku tidak tahu apa aku bisa dengan penampilan baruku. Uang selalu menjadi masalah bagiku. Aku tidak mendapat Dina, selain karena wajah, juga karena uang. Banyak mimpiku yang tidak tercapai, seperti kenapa aku hanya tamat SMU, juga karena aku uang.

“ Aku sangat membenci Uang, Nona. Tapi aku juga benci aku sangat membutuhkannya”

Jawabku. Bidadari itu berlutut lalu memelukku.

“ aku tahu kau bisa Billy.”

Tidak lama suster Caca kembali. Ia membawakan makan siangku. Bidadari itu tersenyum lalu berterima kasih pada Suster Caca. Aku pun ikut berterima kasih. Bidadari itu mengambil makanan dan mulai menyuapiku.

“ Panggil aku Jessica mulai hari ini”

Ucapnya. Aku mengangguk

Aku terbangun sore itu. Aku tertidur lelap setelah Jessica menyuapiku. TV masih menyala. Jessica sudah pergi. Aku tertidur saat ia masih di kamarku. Aku menyandar di kasurku dan diam termenung. Pintu kamar lalu terbuka seseorang masuk ke kamarku


“ Billy, saatnya mandi”

Suster Dewi kembali dengan perlengkapan mandi. Ia membantuku duduk, membuka celanaku, lalu membuka pakaianku. Ia membasahi handuk lalu mulai membasuh tubuhku.

Aku menatap wajah suster Dewi. Ia menatapku lalu tersenyum manis. Aku mencumbu Suster Siska pagi itu lalu memperawaninya. Apa aku bisa melakukan hal yang sama kepada suster Dewi.

Aku memegang tangan suster Dewi. Suster Dewi memegang tanganku kembali. Ia tersenyum. Tapi ia tidak mengerti maksudku. Ia masih melayaniku sebagai pasiennya. Aku menatapnya serius dan ia dengan santai tersenyum ramah kepadaku. Berbeda dengan Suster Siska yang tergoda dan langsung pasrah ketika aku mencumbunya.

“ Suster”

Bisiknya

“ Ya Billy?”

Jawabnya ramah. Aku mendekatkan wajahku dan tiba-tiba mencumbunya. Suster Dewi terdiam. Ia sangat terkejut. Ia kaget ketika bibirku mengecup bibirnya. Aku kecup bibirnya pelan dan penuh perasaan. Ia tidak mendorongku. Ia diam pasrah. Aku terus mengecup dan melumat bibirnya pelan. Aku melepas ciumanku. Aku merasakan bibir manisnya. Rasanya berbeda dari Suster Siska. Suster Dewi sempat diam sambil memegangi bibirnya.

Ia tiba-tiba tersenyum. Pipinya memerah. Celananya basah. Aku tak menyangka ia orgasme hanya karena aku menciumnya. Ia mundur pelan dan tiba-tiba membalikkan badannya

“ saya malu. Jangan lagi ya. Kalo ketahuan saya bisa ga boleh jadi perawat lagi.

Ucapnya pelan. Ia bahkan tidak menganggap aku melecehkannya. Jadi orang tampan memang luar biasa. Aku hendak duduk meraihnya. Aku justru hampir jatuh dari kasur namun beruntung Suster Dewi berbalik dan langsung memelukku.

“ maaf, saya….. saya lengah”

Ucapnya. Tubuh bugilku kini berada dipelukannya. Wajah kami kini sangat berdekatan. Wajahnya memerah penuh keringat. Kucumbu bibirnya dan Suster Dewi hanya diam pasrah. Ia pejamkan matanya dan dengan kaku serta malu-malu, ia balas cumbuan bibirku pelan.

“ saya sudah biasa melayani pasien di rumah sakit ini. Tapi baru kali ini… saya….”

Sepertinya ini pertama kalinya ada pasien yang menciumnya. Ciumanku dengan Suster Dewi lebih berkesan. Aku suka ketika bibirku mengecup bibirnya. Aku suka ketika aku belai hijabnya pelan sambil terus melumat bibir manisnya. Dan ia hanya pasrah, serta terlihat menikmatinya

Aku memegang tangan Suster Dewi. Suster Dewi memegang tanganku erat. Aku peluk dia dan ia kembali pasrah. Aku lepas pelukanku dan menatapnya serius. Suster Dewi kembali memegang bibirnya. Ia menatapku seolah bertanya mengapa aku menciumnya. Apakah karena nafsu? Atau ada yang lain?

Suster Dewi lalu keluar. Ia menunduk dan tersenyum malu. Pipinya memerah. Ia wanita yang sangat pemalu. Aku mengambil sendok dan mulai menyantap makan malamku.

Aku terbangun tengah malam itu. Aku sudah bisa duduk, aku berusaha mengambil air minum namun airku ternyata habis. Aku menekan tombol memanggil Suster untuk pertolongan.

“ Billy? Ada yang bisa dibantu?”

Suster Siska muncul. Aku berharap suster Dewi yang muncul. Tapi aku memanggil bukan untuk mengobrol. Aku memanggil karena air minumku habis. Aku cukup banyak minum malam itu.

“ ah, biar saya isikan air minumnya”

Suster Siska mengambil cangkirku lalu mengisinya kembali. Ia kembali dengan cangkir penuh dengan air

“ kakakmu ga jagain kamu?”

Tanya Suster Siska. Ia harus kembali bertugas namun justru berdiri santai dan mengobrol denganku. Aku menggeleng kepala

“ aku yang minta dia pulang”

Jawabku. Suster Siska lalu berbisik

“ aku masih ga nyangka aku ML dengan pasien di rumah sakit. Bertahun-tahun kerja aku pernah denger temen-temen di grepe, di remas pahanya sama pasien tapi aku ga pernah denger ada yang sampe tidur dengan pasien. Tapi aku sendiri ngelakuin itu, melanggar kode etik aku, dan… aku tetep seneng. Aku ngerasa beruntung”

Suster Siska lalu tersenyum. Apa yang ia lakukan melanggar kode etiknya sebagai tenaga kesehatan namun ia tetap menyukainya. Ia seperti bangga bisa ngentot denganku pagi itu. Aku tersenyum. Aku turunkan celanaku, dan ia mulai meremas kontolku yang tegang

“ demi kamu….. aku rela”

Ia buka mulutnya lebar dan mengulumnya. Aku tertidur lelap setelah ejakulasi di bibir manis Suster Siska. Sungguh blowjob yang nikmat dan luar biasa

“ Pelan-pelan Billy. Hati-hati”

Pagi itu di rumah sakit. Beberapa hari kemudian. Aku sudah mulai bisa berjalan lagi. Tubuhku sudah mulai kuat. Suster Dewi, Suster Siska, Suster Caca dan Dokter Sari ada di sana. Mereka melihatku serta membantuku kembali berjalan.

“ Sudah baik sekali kemajuannya ya Billy”

Ucap Dokter Sari. Aku tersenyum dan mengangguk. Aku melepas pegangan kembali berjalan dan

“ Bruk”

aku terjatuh.

“ Billy”

Suster Dewi terkejut. Ia hendak menolongku namun Suster Caca yang membantuku lebih dulu.

“ terima kasih suster”

Ucapku. Aku memegang tangan suster Caca dan kembali berdiri. Dokter Sari juga membantuku berdiri. Suster Dewi dan Suster Siska tampak kecewa.

“ Sebaiknya kamu masih jalan dituntun atau berpegangan, Billy”

Ucap Dokter Sari. Aku mengangguk

“ terima kasih Dokter”

Setiap perawat atau pengunjung rumah sakit menoleh dan berbisik ketika melihatku. Banyak yang terpesona dan salah tingkah. Mereka bilang aku lebih tampan bahka dari Harry styles sekalipun. Aku dilihat di kaca dan penampilanku memang luar biasa. Tampan, gagah, tapi juga imut.

“ ayo kita kembali ke kamar.”

Dokter Sari lalu mengantarku kembali ke kamar bersama dokter Caca. Suster Dewi dan Suster Siska ingin mengantarku namun mereka tiba-tiba diperlukan di bagian lain. Suster Caca yang merangkul dan menuntunku ke kamar.

Aku kembali duduk di kasurku. Suster Caca sempat melihatku dengan tatapan genitnya. Ia menatap wajahku dan sempat terdiam lama. Aku pegang tangannya dan pipinya memerah. Tidak lama Dokter Sari masuk dan ia seketika panik.

“ Dokter”

Ucapnya sambil membungkuk. Dokter Sari lalu tersenyum. Suster Caca lalu keluar dan aku pun berdua saja dengan Dokter Sari

“ Sebentar lagi kamu boleh pulang dari Rumah Sakit. Kakakmu jarang sekali datang ya”

Ucapnya. Aku mengangguk

“ dia wanita yang sibuk dok”

Ucapku. Padahal aku sendiri tidak tahu ia di mana.

“ Dok…. Maaf kalo saya boleh tanya. Soal pembayaran rumah sakit ini”

Dokter Sari tersenyum lalu tertawa manis ketika mendengar pertanyaanku

“ Tenang Billy. Semua biaya rumah sakit kamu, sudah ditanggung oleh yayasan. Saya sendiri yang sudah mengurusnya. Pulang nanti kami boleh langsung pulang”

Aku lega. Aku tidak perlu khawatir soal biaya lagi karena semuanya ditanggung

“ Terima Kasih Dokter”

Ucapku. Dokter Sari kembali tersenyum. Ia masih sangat muda. Mungkin seumuran atau lebih muda dari Suster Dewi. Ia mengenakan Rok mini sehingga aku melihat betis dan pahanya yang indah. Dokter Sari lalu mendekat dan berdiri di dekat kasurku.

“ kamu tidak punya teman yang menjengukmu? Atau pacar?”

Tanyanya ramah. Aku menggeleng kepala

“ ga ada Dok. Saya sendirian di Indonesia. Saya juga tidak dekat dengan wanita mana pun”

Jawabku. Dokter Sari kembali tertawa. Ia seperti tidak percaya

“ masa cowok kayak kamu ga punya pacar.”

Sahutnya tak percaya.

“ saya serius Dok”

Sahutku lagi. Dokter Sari tersenyum. Aku memeluknya dari kasur lalu berterima kasih. Dokter Sari juga memelukku. Kedua tanganku hinggap di pinggulnya dan meremasnya. Dokter Sari tertawa geli. Ia justru menyukainya

“ kalau gitu hari ini kita pacaran gimana? Hmm?”

Ucapnya Frontal. Aku mengangguk senang. Dokter Sari tertawa malu. Wajahnya memerah. Kami kembali berpelukan. Dokter Sari menarik nafas lega

“ Kamu ga masalah kan punya pacar 10 tahun lebih tua?”

Aku mengangguk sambil tertawa pelan. Dokter Sari tertawa senang. Dokter muda yang sangat cantik itu jatuh ke perangkapku.

Dokter Sari memegang tanganku. Aku memegang tangannya dan kami pun bercumbu mesra. Ia memejamkan matanya membalas cumbuanku, dan kami pun bercumbu cukup lama. Dokter Sari melepas cumbuannya. Ia memegang pipiku lalu pamit karena ia masih sibuk hari itu.

Aku istirahat sebentar di kasurku. Aku menonton TV dan membayangkan Dokter Sari. Dari wanita yang aku cium, hanya Suster Dewi dan Dokter Sari yang berkesan. Dokter Sari, ia langsung menyukaiku. Sedangkan Suster Dewi tiba-tiba jatuh cinta saat aku menciumnya. Sentuhan bidadari itu sangat luar biasa. Mereka gadis-gadis tercantik yang pernah aku lihat seumur hidupku namun mereka dengan mudah tergila-gila padaku.

Aku berusaha berjalan ke kamar mandi. Aku memegang dinding dan berusaha keras untuk tidak jatuh. Tapi kakiku masih lemah. Tidak lama Suster Caca masuk membawa makan siang dan ia sangat terkejut

“ Billy!”

Ia meletakkan makan siangku dan langsung membantuku.

“ kamu ga boleh sembarang berjalan. Kenapa ga minta tolong. Kami dengan senang hati tolongin kamu”

Aku berpura malu-malu dan berbisik

“ aku ingin buang air kecil sus”

Suster Caca lalu tersenyum.

“ Yaudah aku bantu ya”



Caca

Suster Caca membantuku ke kamar mandi. Suster Caca merangkulku erat. Ia menurunkan celanaku, memegangi kontolku dan tak lama ia terdiam. Matanya menatap kontolku cukup lama. Putih, panjang, tebal bersih tanpa bulu sedikit pun. Wanita masa saja tidak akan jijik dan sangat senang melihatnya karena bersih terawat dan enak dipandang.

Suster Caca melihat wajahku. Aku sudah buang air namun kontolku masih di tangannya. Aku menatap wajah imutnya lalu aku memberanikan diri menciumnya. Suster Caca meremas kontolku, dan dengan nafsu membalas ciumanku. Ia kocok kontolku sambil mencumbu bibirku dengan liar dan ganas.

Kami bercumbu cukup lama di kamar mandi. Spermaku keluar sangat banyak dan membanjiri telapak tangannya. Suster Caca merasakan cairan hangat di tangannya. Ia melepas ciumannya dan seketika sadar

“ Ya Tuhan, Billy…. Aku….. aku harusnya ga boleh gini sama pasien aku”

Ucapnya panik. Ia hendak membersihkan tangannya dari spermaku. Aku justru membuka seragamnya dan ia terdiam. Ia diam menatapku pasrah, membiarkan tanganku menelanjanginya.

“ Billy….. aku malu….”

Ia masih perawan. Memeknya sangat tembem. Pinggulnya berisi. Ia menungging menghadap kaca dan wastafel. Aku raba memeknya dari belakang dan mengusapnya pelan

“ Billy…… ohhhh”

Ia orgasme. Ia mencapai klimaks ketika jemariku bermain di memeknya. Wajahnya memerah. Ia orgasme keras. Tubuhnya sangat lemah ketika jemariku mengusap pelan memeknya. Tak sampai semenit, ia memekik di kamar mandi itu dan mencapai klimaks.

Aku meremas kedua toketnya dari belakang. Wajah Suster Caca memerah. Aku mainkan putingnya dengan kedua tanganku dan ia semakin mendesah. Aku tusukkan penisku pelan, lalu perlahan aku tanamkan di memek perawannya

“ ohhhh Billy”

Ia mendesah pelan. Ia menahan desahannya agar tidak terlalu kuat. Aku remas buah dadanya, memainkan putingnya, dan dari belakang selangkanganku menepuk-nepuk pinggulnya, menggenjot memeknya dengan irama teratur.

Suster Caca memekik kencang. Ia tidak sanggup menahan desahannya lagi. Ia memekik kencang ketika kontolku semakin kencang dan liar. Memeknya semakin basah. Darah menetes saat aku memperawaninya. Memeknya jauh lebih becek dari Suster Siska dan aku menyukainya. Aku percepat genjotanku dan kontolku siap meledak di dalam memeknya.

Kami keluar bersama-sama. Spermaku menyemprot sebanyak-banyaknya di dalam memek Suster Caca. Lagi-lagi aku menikmati betapa nikmatnya sensasi crot dalam di memek perawan. Aku tanamkan kontolku sedalam-dalamnya dan membiarkannya berkedut memuntahkan sperma di dalam memek Suster Caca

“ Billy…. Aku sayang kamu”

Ia wanita pertama yang mengatakan itu. Aku memeluknya dari belakang dan mencumbunya. Suster Caca buru-buru mengenakan seragam lagi. Aku memakai bajuku dan kembali berbaring. Ia memegang tanganku dan kami kembali bercumbu sekilas sebelum berpisah
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd