Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Sandra

Status
Please reply by conversation.

n00bietol

Semprot Baru
Daftar
27 Jan 2015
Post
48
Like diterima
234
Bimabet
Cerita ini agak panjang, tapi kalo masuk Cerbung tampaknya terlalu pendek, jadi kutuliskan di sini saja. Ternyata lebih enak memang menulis cerita pendek daripada cerbung. Cerbung butuh stamina dan mood , belum lagi proofreading, dan konsistensi

/enough_ranting.

INDEX
SANDRA (halaman ini)
DANCE IN THE NIGHT
A DANCE WITHOUT MUSIC (PART 1)
A DANCE WITHOUT MUSIC (PART 2)
LISA

A QUICKIE and FIRST DATE
CUCKOLD PLAY
UNEXPECTED ENCOUNTER
THREAT AND CHALLENGE
A REVELATION
2 + 1 EQUALS THREE
SHOCKING TRUTH --> update tanggal 16 Maret 2018

SANDRA



Gadis ini. Wow.

Bagaimana aku mengatakannya? Cantik, seksi, tanpa perlu harus merasa menampilkannya secara berlebihan. Dandanannya tak pernah terlihat tebal, bajunya selalu terlihat profesional, dan tutur katanya sangat terjaga.

Rasanya tak heran, banyak sekali yang bertanya yang kepadaku tentang analystku ang baru ini. Sandra namanya. Pertama kali aku bertemu dengan dia dalam interview, aku tak terlalu berharap banyak. Oke dia lulusan Ivy leagues, ambil Marketing Research major, tapi bisa saja berasal dari kekayaan bapaknya. Oke dia punya pengalaman internship yang impresif, tapi bisa saja koneksi itu dia dapat dari bapaknya. Aku sudah berhenti berharap pada lulusan luar indonesia sejak kejadian buruk beberapa tahun sebelumnya.

Interview itu berjalan dengan sangat mengagumkan. Dia smart, sangat sistematis, walaupun kaku dan cenderung dingin.

Dengan cepat berita tentang analyst yang cantik tapi dingin itu menyebar seantero gedung.

"Mas Evan, salamin dong sama mbak analystnya," kata Dibyo, manajer jomblo di lantai 5.

"Heh, dia udah tunangan," kataku sambil lalu.

"yah, sebelum janur melengkung pak, boleh dong usaha," katanya lagi sambil terkekeh.

"Saya juga boleh pak," Kirno, security lantai 5 juga menyahut.

"Woyyy, antri!"

"Oke, semua disalamin deh, hehehe."

"Nomer HPnya mas boleh dong,"

"Woy, ga boleh kasih sembarangan tanpa sepengetahuan yang punya."

Iya, Sandra, si fresh graduate dari Ivy Leagues itu sudah bertunangan. Fakta itu aku peroleh bukan dari mulut dia sendiri, tapi dari Sinta, manajer commercial acquisition. Rupanya Sinta kenal baik dengan tantenya Sandra, yang kata Sinta cukup nyinyir sama keluarga Sandra. Biasalah, saudaraan tapi bersaing secara bisnis. Banyak contohnya.

Dan rupanya Sandra membuktikan dirinya bukan analyst sembarangan. Pun bukan anak manja orang kaya. Semua riset dan paperworks selalu dia kerjakan dengan sangat terstruktur, lengkap, dan cepat, bahkan jauh lebih cepat daripada beberapa senior analystku. Mengherankan mengingat dia bisa dibilang fresh graduate dengan pengalaman internship hanya beberapa bulan di JP Morgan sono. Beberapa manajerku pun bilang bahwa hasil kerja Sandra sangat bagus. Hasil riset Sandra dipakai divisi Commercial untuk memenangkan tender di perusahaan tekstil terbesar di Indonesia. Kami mendapatkan kontrak pengelolaan dana senilai sekitar 2,5 T. Bisa dikatakan, dia bakalan jadi rainmaker analyst kami!

Tentu, sikap dinginnya itu membuat dia jarang sekali berinteraksi di luar pekerjaan. Teman-teman kantor perempuan jarang sekali mengajak dia makan siang, dan yang laki-laki pun agak takut-takut mendekatinya dengan sikapnya yang sangat profesional tanpa basa-basi itu. Paling hanya sok-sok kirim salam tanpa follow up. Kecuali aku mungkin. Kenapa? karena hanya aku sepertinya satu-satunya teman dia jika makan siang. Aku dan dia sama-sama suka membawa bekal dari rumah. Pertimbanganku sederhana, efisiensi waktu kerja, dan jika tak sedang entertain client, aku lebih suka membawa makanan dari rumah hasil karya Mbak Rima, chef personalku. Hehehe, lebih tepatnya sih tukang masak (bukan pembantu, aku punya pembantu rumah tangga lain), tapi dia udah lama ikut aku, dan pengetahuannya mengenai kuliner benar-benar luar biasa. Tampaknya Sandra pun sama, sangat efisien dengan waktu kerjanya sehingga dia lebih memilih makan cepat di kantor. Tentu ini sebelum era pesan online makanan menjamur.

Dan ternyata, Sandra orang yang sangat enak diajak bicara, dengan catatan jika sudah kenal akrab.

"Keju Feta, brokoli, ayam rebus dengan saus dan kentang?"

"Yup."

"Sepertinya enak. Mau coba ini?" kataku sambil menawarkan masakan buatan mbak Rima. Aku sendiri tanpa ditawarin mengambil satu potong ayam rebusnya.

"Wow, kayanya lebih enak ini," katanya sambil mengambil potongan bakso dari atas spaghetti.

"Italian meatball on top of spaghetti? Heresy!"

Aku terbahak. Lucu juga ternyata dia.

"Ga bosen di sini sendirian setiap siang?"

Aku memang lebih sering makan di dalam ruanganku.

"Enak aja, sepi," katanya. Dia memandangku sebentar, dan entah kenapa aku merasa dia malu menatapku lama-lama. Matanya bening dan besar. Jarang sekali kacamatanya dipakai. Dia memang benar-benar cantik. Dan Seksi. Sedetik kurasakan jantungku berhenti berdetak karena tatapannya.

"Duduk mas," katanya menyilakan. Aku duduk di depannya.

Kami makan berdua saja di meja pantry yang cukup luas.

"Siapa yang masak mas?"

"Jelas bukan gue, hehehe. Mbak Rima, tukang masakku."

"Enak."

"Makanya aku susah beli makan, mending bawa."

"Kapan lagi ya makan masakan mbak Rima?" Dia terkikik sendiri mendengar ucapannya.

"Besok?"

"Ih, ga usah kali mas, becanda,"

"Tapi aku serius, dengan catatan ..."

"Iya?"

"Risk assesment PT xxxx sudah jadi. Bisa?"

"Consider it done. Bisa request menu? Gue mau pasta boleh?"

Aku mengernyitkan dahi, dia tertawa kikuk.

"Ok, It's a Deal!"

Dan kemudian pembicaraan kami menjadi sangat serius dengan diskusi tentang report. Malamnya aku sibuk brief mbak Rima tentang menu besok pagi. Entah kenapa aku pengen membawakan Sandra makanan yang terbaik yang bisa dimasak mbak Rima.

Besoknya, pagi-pagi sekali dia sudah mengetuk pintu ruanganku, dan menyerahkan report yang diminta.

"Mas, sesuai janji, nanti siang pesta Pasta dong ya?"

"Will let you know, belum juga gue cek," aku tersenyum.

"Percayalah, reportnya flawless," katanya nyengir.

"Like you?"

Upps.

"Maaf, gue tak bermaksud ..."

Pipinya merona merah. Serius!

"Ga papa mas ...," dan dia langsung cabut dari hadapanku.

Aku mengutuki diriku sendiri. Aku keceplosan, dan tak benar-benar bermaksud mengatakan itu.

Kulihat reportnya dan memang harus kuakui, reportnya tanpa cacat.

Kuambil BB dan kutulis pesan ke dia.

Report OK. Pesto Pasta with Shrimp for you today!

Yay. Mas temenin makan kan?

Kalau boleh.

Tentu boleh, dengan senang hati.


Yup, dan sejak itulah aku resmi jadi teman makan siang Sandra. Dan tampaknya Sandra juga menjadikan aku sebagai bemper ketika berinteraksi dengan teman-teman kantor yang lain. Dia juga tampak lebih nyaman ketika berjalan sampai parkir denganku, melewati puluhan pasang mata laki-laki yang sebenarnya siap untuk pedekate ke dia. Jadi old man seperti aku memang ada untungnya. Lebih aman.

Lebih aman karena hampir setiap hari aku dengan leluasa menikmati wajah cantiknya, dan lekuk tubuhnya meski dibalut dengan kemasan profesional, baik ketika meeting berdua, makan siang, atau waktu jalan pulang ke parkiran. Bukan, aku bukan sejenis pervert yang setiap saat berpikir seksual tentang lawan jenis, dan memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan. Aku lebih ke lelaki normal yang bereaksi positif terhadap seorang cantik seksi yang ada di dalam perimeterku.

****

"Hey, belum pulang San? ini malam Sabtu," kataku sore itu ketika melihat Sandra sedang berkutat dengan laptopnya. Sinar temaram laptop menyinari wajahnya yang putih berkilau tapi tampak lelah.

"Belum mas, masih terjebak dengan beberapa data."

"Lo ga perlu menyelesaikannya hari ini. Senin masih ada waktu."

"Rabu kan mas Evan presentasi?"

"Sore jam empat."

"Sudah harus selesai jauh sebelum itu kan mas?"

"Bisa kuundur."

"Sebaiknya tidak. Gue bisa mas."

Dia memanggil aku dengan sebutan mas, mengikuti junior-junior lain di kantorku. Aku memang paling tidak suka disebut pak, dan lebih nyaman dipanggil nama sebenarnya, seperti kebiasaan dulu waktu di US. Tapi mungkin orang Indonesia masih tak terbiasa memanggil nama kepada seseorang yang jauh lebih tua. Jarak umur kami sekitar 16 tahun padahal. Tak hanya umur, jarak posisi kami juga jauh. Dia 3 level di bawahku (Aku ga nyombong, tapi aku sudah di level Partner di investment boutique ini).

"Mas belum pulang?"

Dia meregangkan tangannya ke atas, stretching, dan memberikan pemandangan yang indah kepadaku yang berjarak sekitar 3 meter darinya. Tak mungkin dia menyembunyikan keindahan bukit dadanya yang ukurannya ekstra. Aku sekilas bisa melihat jejak renda branya di baju satin warna peach yang tipis. Blazer sudah dia tanggalkan sejak sore tadi, dan mungkin karena sebagian besar orang sudah pulang.

"Sama sepertimu, masih berkutat dengan data. Nanti bakal ku compile sama punyamu," kataku.

"No special date? Eh..."

Katanya sambil terkikik.

"Unfornately not, ga ada yang mau sama duda tua. You? kayanya ga mungkin lo ga ngedate ya?"

"Dia lagi ke US. Pulang baru akhir bulan mas. Mas mau kopi? Ngantuk banget nih, Gue mau bikin."

"Boleh, jangan pakai gula ya. Hmmm, tapi kopi bikin aku laper nanti, aku ga bawa makan malam pula..."

"Gue bawa biskuit mas, tenang aja," katanya sambil berlalu menuju pantry untuk membuat kopi. Aku melihat bagian belakang roknya, dan harus segera menekan ketegangan yang muncul di dalam celanaku. Bokongnya sempurna, dan dengan rok span yang mempunyai belahan di tengah itu, aku bisa dengan cukup jelas melihat paha mulusnya. Aku pun samar melihat pola high cut panties tercetak di roknya. Tak pernah aku melihat sedetail itu. Tentu untuk menjaga imageku. Sekarang? Tak ada seorang pun di kantor ini kecuali kami berdua. Bebas saja mataku liar melihat bokongnya.

Aku merebahkan badanku di sofa sambil memutar Joe Satriani. Kegagalan divisi ritel benar-benar merepotkanku, dan minggu depan aku sudah harus umumkan reorganisasi besar-besaran. Beberapa manajer divisi ini memang pantas diberhentikan. Tidak kompeten sebagai manajer, terlalu banyak bullshit, tak pernah achieve target. Membayangkan aku bakal memberhentikan beberapa orang, yang beberapa aku kenal dengan baik, benar-benar membuat kepalaku sakit. Tapi beban seperti ini sudah sering aku rasakan. Direksi yang lain tak mau mengotori tangannya dengan tindakan-tindakan yang tak populis semacam PHK. Selalu aku yang jadi tumbal manajemen untuk mengkomunikasikan hal-hal seperti ini. Aku minta bantuan Sandra supaya rahasia reorganisasi ini tak bocor kemana-mana. Aku yakin Sandra bisa jaga rahasia setelah sekian lama kami kerja bersama.

<<ane cut di sini supaya ga terlalu panjang, akan dilanjutkan besok tergantung respon/kritik pedas dari para pembaca>>
 
Terakhir diubah:
Hmmmm..
Bakalan bagus neh ceritanya..
Penjabaran dan penulisan yg rapih..
Nice share suhu..

D tggu next update..
 
Wah .... bakal Seru. Ngampraaarrrr aaahhhh
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
lanjutkan suhuuu penasaran nih, apakah di ekse di kantor ato di...
 
Naruh sendal... Ikut antri lanjutan cerita.
 
Satu kata ... Splendid seperti membaca novel best seller, detail kata katanya membangun imajinasi yang sempurna.
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd