Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Sandra

Status
Please reply by conversation.
Mohon maaf jika jumat minggu lalu tidak ada update. Lebih karena kesibukan RL. Kebetulan masih menjadi penghamba corporate. Cerita ini tampaknya masih jalan cukup panjang, dan butuh kesabaran dalam menikmatinya. Semoga suhu-suhu semua masih berkenan membacanya.
-----------------
A QUICKIE and FIRST DATE

Senin pagi aku masuk kantor, sudah dalam keadaan yang sangat prima, apalagi ditambah dengan sapaan senyum malu dari Sandra di pintu masuk, karena kebetulan kami hampir saja berbarengan. Melihat senyumnya, mencium sekilas bau parfumnya saja sudah membuatku pengen segera merengkuhnya dalam pelukan, menciuminya tak henti, dan melakukan segalanya bersamanya. Aku sudah lupa rasanya benar-benar menyukai orang lain , dan ternyata sungguh nikmat rasanya. Tubuh serasa hampir terbang karena begitu ringan.

Pagi itu diawali dengan rapat dengan Jeff dan Amin, dilanjutkan serangkaian meeting dengan seluruh manajer dan analyst. Dalam even senin siang sampai sore itu biasanya kami bertiga "membantai" analisis-analisis mereka. Meeting ini yang biasanya paling melelahkan, menguras otak, mental, ditambah dengan kantuk yang acap kali datang ketika kenyang. Jeff, yang pernah kerja di GE Energy, membawa kultur yang di GE terkenal dengan sebutan Session C itu.

Jika tak karena ada pemandangan Sandra di meja itu, mungkin meeting ini bakal sangat melelahkan. Beberapa kali kami berdua saling mencuri pandang, tentu dengan cara yang tidak terlihat oleh orang lain di ruangan itu. Gila, rasanya mirip jatuh cinta pertama kali! Atau memang aku lagi jatuh cinta lagi? Ada rasa deg-degan setiap kali memandang wajahnya, apalagi ketika dia tersenyum sambil menampakkan sedikit giginya.

Dia menulis sesuatu di BBnya sementara ada presentasi dari yang cukup panjang dari seorang manajer.

BBku yang aku set silent bergetar sekali.

Ngapain liat-liat dari tadi?

Seneng aja. ga boleh?

kaya abg

emang

bikin grogi

biarin

bikin horny

heh!

Aku tak kuasa menahan senyum.

Jangan senyum-senyum sendiri, ntar ketahuan.

Keliatan ya?

BANGET!


BBM tersebut tak berlanjut sampai dengan meeting selesai sekitar jam 7 malam. orang-orang berebut keluar dari ruang meeting yang terasa sangat panas. Demikian pula Sandra. Aku adalah yang terakhir keluar dari ruangan meeting itu, seperti kebiasaanku. beberapa file yang tadi di-share aku baca lagi,

Aku melihat Jeff dan Sandra masih kasak-kusuk dengan suara rendah di cubicle Sandra.

"Kalian masih tahan diskusi setelah rally meeting yang bikin otak berasap itu?" tanyaku bercanda. Mereka terlihat kaget mendengar sapaanku.

"Sandra tadi yang menyeretku ke sini, nanya-nanya. Dinar mau segera closing xxxxx Energy dan minta risk assessmentnya cepetan," kata Jeff cepat-cepat.

Aku mengacungkan jempol. Jeff menyusul ke ruanganku.

"Sandra is a good employee Van,"

You have no idea batinku.

"Kayanya bentar lagi dia bisa dipromosiin. You should keep an eye on her," katanya menambahkan. I do and I will Jeff.

"Lo dengar tadi Jen presentasi? dia kelihatan tak terlalu menguasai Van. Gue kok ga yakin dia mampu di posisi itu. Sandra kelihatannya jauh lebih cocok," terus Jeff.

"Kasih waktu lah sama dia, baru seminggu lebih dikit. Lagian, Jen lebih senior daripada Sandra."

Kami berdua kemudian melanjutkan percakapan dengan membahas presentasi dari beberapa divisi. Jeff biasanya tak segitu lamanya menyita waktuku, apalagi setelah meeting panjang itu.

BBku kembali bergetar.

Meetingnya masih lama?

Sandra mengirim pesan

ga sih, kenapa?

Sayang ...

Sayang kenapa?

gue udah nungguin di tangga darurat nih ...

emang ada apa?


Dia tak menjawab.

Sial, kenapa aku ****** banget? jelas-jelas itu undangan....

Tangga darurat biasanya tak pernah dibuka, tapi sering dipakai anak-anak untuk merokok dan seringnya diganjal supaya pintunya tak menutup kembali (walaupun sebenarnya dilarang, ada tandanya pula!). Tempat itu bisa dibilang jarang sekali dilewati orang. Sepi. Cocok untuk ...

"Jeff, kita lanjut besok deh kayanya, gue capek banget dan mau ke toilet," kataku beralasan. Celanaku sudah sesak, bersiap untuk kejutan yang bakal aku dapatkan.

"Yup, gue juga capek," kata Jeff dan kemudian berlalu.

Aku melongok keluar dan kulihat kantor sudah sepi. Ruangan Jeff ada di ujung gang, masih terang, dan tampaknya ruangan Amin, yang letaknya berhadap-hadapan denganku, sudah gelap sedari tadi.

Aku mematikan laptop, lampu ruangan, dan menguncinya, dan menuju pintu darurat di dekat toilet. Aku melihat ada seseorang yang mengganjal pintu itu, kecil saja pengganjalnya, tapi cukup supaya pintunya tidak mengunci. Dengan deg-degan kubuka pintu itu.

"lama bener sih," keluhnya sambil cemberut.

"Kan gue ga ngerti ada darurat apa, taunya darurat horny," dengan begitu langsung saja aku menciuminya dengan rakus. Wajahnya, bibirnya, lehernya, belahan dadanya. Sandra mengikik pelan sambil balas menciumiku. kami berciuman cukup lama sambil menggerayangi tubuh satu sama lain. Aku sangat menikmati meremas dada dan bokongnya yang kenyal padat, sementara Sandra pun terlihat menikmati mengelus batang penisku yang sudah tak tahan ingin keluar.

"Ayo mas," dia tak sabar dan melepas ikat pinggangku, tapi agaknya kesulitan. Aku mengangkat roknya yang agak mini itu dan meremas bokongnya. Dia mendesah. Aku membalik badannya ke arah dinding, dan memelorotkan celana dalam satinnya yang berenda seksi itu sampai batas dengkul. Bulatan bokongnya yang putih mulus tanpa cacat itu mengundangku untuk segera meremasnya, menyelipkan penisku ke sela-selanya, menusuk ke lipatan vagina basahnya. Dalam hitungan detik celanaku sudah turun ke dengkul, dan tak sabar kuarahkan ketegangan itu ke dalam vaginanya.

"Aaahhhh, pelan mas," desisnya. Pelan sekali kumasukkan itu, sampai akhirnya masuk seluruhnya ke dalam vagina Sandra. Bokongnya bergerak, tanda untukku untuk mulai memompa. Kugoyangkan pinggulku sambil meremas dadanya yang masih tertutup baju dan BH, menusuk dalam pelan, tarik keluar agak cepat, begitu seterusnya. Kurasakan begitu sempit liang vaginanya, seakan-akan menghisap penisku, tak rela dia keluar begitu saja dari liang. Sandra mengerang.

"aah, mmm, aaah," desisnya menahan birahi, seiring ritme pompaan pinggulku.

Tangannya menjangkau ke belakang punggungku, menuju bokongku dan mendorongnya. Tanda bahwa dia meminta aku lebih cepat sekarang. Aku menurut. Tusukanku kupercepat, dan erangan Sandra lama-lama semakin cepat, dan keras, aku terpaksa menutup mulutnya.

Aku tak tahaaan .....

"Sandraaaaaa!"

Kuhunjamkan penisku dalam-dalam ke dalam vaginanya, dan ejakulasi di dalamnya. Tangannya mengepal memukul dinding. Kami orgasme barengan. Penis itu tetap di dalam dia dengan sisa-sisa ejakulasi, dan kuciumi tengkuknya. Akhirnya aku melepaskan tubuhnya, penisku sudah mengkerut, dan dia menghadapku dan menciumiku balik.

"I think I fall for you, harder everyday," katanya.

"Me too, me too ..."

****

Om, mau ngingetin aja bahwa Om masih ada utang ke gue

Aku menghela nafas. Akhirnya datang juga "hari-hari penghakiman" itu, menghadapi perempuan muda umur 18 tahun yang menuntut.

Ok, lo mau apa?

Lisa is typing ...

Gue mau Om temani gue kapanpun gue minta sampai gue bilang selesai.

Aku menghela nafas lagi. Damn! Kenapa juga aku harus ngikutin anak manja ini? Okta harus mengganti semuanya. Lagian aku sudah membayangkan bakalan banyak kencan bersama Sandra.

Kalo gue ga mau? Lagian bukannya lo udah punya pacar?

Itu sih bukan urusan Om. Kalo Om ga mau, Om janji ga usah ngurusin hidup Lisa lagi, leave me alone! Deal?

Jadi gue ga bisa nolak nih ya?

Ya terserah Om sih ...

Jadi, apa yang lo suka lakukan?

Om yang kreatif dikit gih. Masak kaya gitu nanya?

Lha umur gue lebih deket sama mama lo, mana tahu gue selera lo?

Cari tau, jangan malas :))


GGRRRHHHHHH

****

Aku benar-benar lupa mengenai janjiku kepada Lisa, jika tidak karena message yang masuk ke HP sore itu sekitar jam 3.

Jangan lupa janjinya Om

Hanya aku read, tak ku balas. Entah kenapa aku belum punya rencana sama sekali untuk Lisa.

"Mit," aku menelpon ekstensi Mitha.

"heh?"

"Lagi sibuk?"

"Kenapa?"

"Seandainya kamu ngajak jalan anak 18 tahun malem mingguan, kira-kira kamu mau ajak kemana?"

"Hah?lo gila?"

"yaelah, ini keponakan gue, papa mamanya lagi ke UK," aku terpaksa berbohong. Malu, ntar dikira ada apa-apa. Lisa bukan keponakanku, walaupun sudah aku anggap seperti keponakanku.

"Ajakin nonton."

"Kayanya kok sering. Gue pengen yang agak istimewa gitu."

"Liat teater aja noh, di TIM. lagi maen tuh Butet, Cak Lontong."

"Ide yang bagus, Mit. Makasih ya."

Segera ku message nomer Lisa.

Udah pernah nonton teater?

Belum

Ok, ntar gue jemput. Get dressed. Jangan malu-maluin


****


"Gimana? ga malu-maluin kan?"

Lisa berputar di depanku.

Baju hitamnya terlihat sangat seksi. Belahan dadanya terlihat, tapi tetap terlihat elegan. She dressed to impress.

"Wow. You're beautiful."

Entah kenapa, pujianku itu terasa begitu konyol dan norak. Tapi sudah terlanjur sih. Anehnya aku melihat wajahnya bersemu merah. Dia tersenyum malu.

"Shall we go?"

Aku merenggangkan lenganku, dan dia merengkuh lenganku. Aku merasakan kekenyalan yang ditimbulkan oleh dadanya yang padat itu. Dan jelas aku bereaksi terhadapnya. Damn, I shouldn't do this!

Jalan, seperti biasa, padat luar biasa. Hampir saja mobilku menyerempet motor yang tiba-tiba saja motong jalan di depanku. Kami lebih banyak diam sepanjang perjalanan. Ya iyalah, sudah lama sekali sejak aku bertemu Lisa.

"Hei, diem aja," aku berusaha memecah keheningan di tengah kemacetan Jakarta sabtu malam itu.

"Bingung mau ngomong apa .."

"Lha terus setiap kali kita jalan bakal kaya gitu terus?"

Dia tertawa pelan.

"Lagian, lo ngerjain gue kaya gini gara-gara bete aja kan? Sekarang harusnya udah engga dong?"

"Ehm, itu urusan gue Om, dan gue emang udah ga bete, cuman mau memanfaatkan saja ...," katanya sambil tersenyum. Dia mempunyai kualitas senyuman yang berbeda dengan Sandra. Ketika Sandra tersenyum, giginya sedikit terlihat, sedangkan Lisa tersenyum dengan bibir yang rapat, dengan sudut bibirnya sedikit terangkat.

"Okay. Jadi lo memilih ngerjain Om lo sampai kapan? Gue juga punya kegiatan sendiri lho."

"Ga tau Om, ntar gue pikir-pikir dulu," katanya kali ini sambil tertawa lepas. Sepasang dadanya berguncang-guncang ketika tertawa itu memaksaku meliriknya. Sialnya kemudian ada lagi yang bereaksi di selangkanganku. Ok, jangan liat jangan liat jangan liat.

"Om, masih inget dulu kala?"

"Inget apa?"

"Waktu gue masih kecil?"

"Inget banget, anak kecil yang pipinya montok itu. Lo lucu banget waktu itu ...," sambil mengingat-ingat.

"Sekarang?"

"Menyebalkan," aku ketawa sambil melihatnya. Dia pun tertawa.

"Tapi masih monto ...,eh," kataku keceplosan.

Dia menjulurkan lidahnya.

"Om inget ga sih gue dulu ngefans banget sama Om?"

"Masih, anak kecil aja mikirin pacaran," aku menjawabnya sambil terkekeh.

"Lagian kenapa sih lo dulu pengen pacaran sama gue?"

"ndak tau ya Om, kayanya gue kecil dulu liat Om begitu wow," katanya terus terang.

"Hahahaha."

"Ganteng, baik, suka bawa mainan, suka gendong, suka jemput, banyak deh ...."

"Sekarang?" tanyaku bercanda.

"Sekarang masih, ..." terusnya, membuatku diam seketika. Aku meliriknya, dan dia tersenyum manis sekali. Is she flirting with me?

"Om ga tahu bahwa kenangan-kenangan waktu gue kecil itu ga terlupakan,"

"Really?"

"Yeah. Ga tau kenapa sampai sekarang gue ga pernah ketemu laki-laki seperti Om. Kecuali Papa mungkin," katanya lagi.

Kami berdua kembali terdiam, tak mampu berkata-kata.

Sejam kemudian kami sudah berada di dalam TIM untuk menonton teater, setelah sebelumnya kesusahan mencari parkir. Penuh sesak.

Pertunjukan yang komplit, ada lucu, sindiran telak, plus akting yang tak biasa. Overall pengalaman yang menyenangkan melihat kembali pertunjukan teater setelah sekian lama tak melihatnya. Aku pun melihat bahwa Lisa sangat menikmati pertunjukan itu. Beberapa kali kulihat dia tertawa terbahak-bahak melihat dialog Cak Lontong.

Setelah selesai, kami masih sempat makan malam di resto chinese food di deket TIM, langgananku sedari dulu. Penuh sesak pula.

"Jalan ke taman yuk Om?"

"Suropati? Jauh ih,"

"Ya dipake atuh mobilnya, parkir di sana."

Betapa gobloknya aku. Menggunakan mobil memang dekat, susahnya lebih ke mencari parkir. Lagi-lagi selalu problem parkir. Sampai di sana, aku melihat ternyata banyak sekali orang jalan-jalan di taman malam hari. Aku yang jarang sekali ke Jakarta pusat cukup kagum dengan suasana taman ini. Begitu hidup dengan segala macam manusia yang ada di sini, tak terasa angker dengan banyak pohon rindang di dalamnya. Kami kemudian berhenti di depan dua orang pemain cello yang sedang bermain dengan sangat asyiknya. Sejumlah orang mengerumuni pemain cello tersebut, melihat penampilan mereka, termasuk kami berdua.

"Bohemian Rhapsody," bisikku di kuping Lisa.

"I know this song Om," katanya. Kami menikmati lagu tersebut, dan tidak terasa bahwa Lisa menggenggam erat tanganku. Aku merasakan kehangatan genggaman tangannya, dan merasakan sesuatu yang lain. Dadaku berdesir. Aku menjadi lupa sesaat mengenai peranku di sini. Apakah aku Omnya? aku bukan adik atau kakak Okta, ibunya. Atau apakah aku hanya sekedar laki-laki yang diajak nge-date oleh Lisa?

Kami berdua kemudian menemukan bangku panjang yang untungnya tak diduduki orang lain. Sayup-sayup kami mendengarkan orang berdendang mengikuti instrumental cello, dan tak sadar aku pun bernyanyi lirih dengannya.

Mama, just killed a man
Put a gun against his head
Pulled my trigger, now he's dead
Mama, life had just begun
But now I've gone and thrown it all away


"It's a sad song, iya ga om?"

"Tragic mungkin,"

"Dia bunuh seseorang kan?"

"Ya, orang yang selingkuh sama pacarnya,"

"Wow."

"Pacarku selingkuh juga," katanya tak sadar. Enteng saja tampaknya dia ngomong.

Aku memandangnya lekat, seakan bertanya Benarkah? Dia mengangguk saja.

"Yup, Gue ga pernah cerita ini sama mama atau orang lain, Om. You're the first to know,"

Aku diam saja mendengarkan.

"Gue sama dia udah jalan tiga tahun, dan suatu hari gue lihat dia mencium seseorang di teras depan rumahnya ...," katanya.

"Dan om tau siapa yang dia cium? teman SMP gue dulu, sahabat malahan. Brengsek!"

"He didn't deserve you," kataku.

"Terus lo balas dendam dengan acara kemarin?"

Dia mengangguk.

"Ibumu punya perasaan yang kuat. Lo perlu ngomong sama dia," kataku.

"Jadi bener kan Mama yang kasih tau om tentang waktu itu?"

Aku nyengir, dia menonjok pelan lenganku.

"Untungnya ada seorang cowok ganteng datang tepat pada waktunya ..."

Giliran aku menonjok pelan lengannya. Dia mengelus lengannya.

"Pulang yuk?"

Dia mengangguk.

"Thanks ya Om, mau temani gue," katanya di mobil setelah kami kembali menyusuri jalan pulang.

"Jadi udah impas kita kan?"

"Impas apaan? ini baru mulai lah ya. Masih banyak episode selanjutnya."

"O ya? terus ini apa judulnya? Kencan pertama?" aku tertawa sendiri. Dia pun tertawa juga.

"Iya kali."

"Selanjutnya?"

"I don't know. CLBK mungkin?"

"apa itu CLBK?"

Sumpah, aku ga tau waktu itu.

"Cinta Lama Bersemi Kembali ..."

Dia berkata lirih, tapi aku dengar. She is flirting with me! AKu gugup dan kembali salah tingkah.

"Pemeran utamanya?"

Dia menggerakkan bahunya tanda tak tahu.

"Guess."

"I don't know."

"Pemerannya ada di mobil ini ..."

"Doesn't sound right ..."

"But it does ..."

Setelah sekian menit berdiam diri dalam keheningan, ditemani dengan kemacetan jalan, kami sampai di rumah Lisa.

"Sudah sampai," aku berkata kepada Lisa.

"Hmmmm, ga sopan nih," lagaknya ketus sambil menunjuk pintu mobil yang masih tertutup.

"Manja!"

Aku keluar mobil selayaknya sopir penurut dan membukakan pintunya.

Dia tertawa penuh kemenangan.

"Ga mampir dulu?"

"Ngapain di rumah anak kecil? suruh nemenin?" kataku bercanda.

"Ya, mungkin," katanya. Matanya memancar penuh harap. atau ada sesuatu yang lain? Jangan geer jangan geer jangan geer.

Aku memandangnya. Matanya yang bening itu tajam menembus jantungku. Bibirnya tipis merah. Hidungnya terbentuk apik, proporsional dengan wajahnya.

"Gue pulang dulu Lis, sampai ketemu minggu depan," kataku lemah.

"Bye Om," dia kemudian berjinjit, dan mengecup ...

bibirku!

Aku mematung tak meresponnya. Dia tersenyum, melambaikan kemudian masuk ke rumah setelah sebelumnya dibukakan oleh Bi Irah, pembantu Okta yang sudah lama sekali bekerja di rumah mereka.

Aku sudah membayangkan betapa hidup bakalan menjadi sangat complicated setelahnya!
 
ternyata:genit: hutang itu berbunga lebat,,
:pandaketawa:
akankah ini saatnya lebah menghasilkan madu!?
:hore:
 
Terima kasih updatenya.. Sandra makin gurih... Lisa makin manja... resiko duda ganteng.
 
Anjaaay dapat daun muda kinyis-kinyis .. hajar om .. hahaha
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd