Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Culun

Masih bingung , ada yg bisa jelasin
Hubungan pak nuel , pak Hartanto sama pak Tama ?
 
Manttaaappp nih ceritanya... bikin tegang atas bawah...
Kalo bisa dilanjut ya suhuuu
 
Ah sial bukannya crott eh malah air mata yang keluar gara gara pengorbanan anto
 
Salam bro. Saya pembaca dari Sabah, Malaysia. Kiranya penulisan begini amat memberi kesan pada perasaan pembaca. Walau pun ceritanya diselitkan dengan unsur seks tetapi harus diingat penceritaan yg disampaikan amat membuai emosi netizen. Syabas dan tahniah bro. Diharap akan datang akan ada novel yg dihasilkan. Well done bro
 
Ngena banget. Ada beberapa scene di cerita ini yang hidup saya banget. Berasa kembali ke masa lalu saat masih numpang ketika sekolah. Jarang2 saya baca cerita sampai deg-degan. Anda hebat.
Apa kabar suhu? Selalu baik2 ya.. Merindukan threatd yang terputus..
Salam hormat..
 
13​

Kamis, di kamar mandi sekolah.

Pov orang ketiga.

"Lu juga sadar ga kalo kemaren gua sengaja biarin lu ngerjain lala?"
Balas anto tersenyum lalu melangkah mendekati geri.

Mendengar ucapan anto. Ekspresi wajah geri berubah. Anto kemudian dengan cepat melayangkan pukulan ke wajah geri. Geri dengan sigap menarik kepalanya mundur menghindari pukulan anto seraya meletakan kedua tangannya di dada anto, menjadikannya tumpuan untuk bergerak mundur.

"Ayoklah, biasanya bacot mulu lu"
Ucap anto lagi - lagi melangkah mendekati geri.

"Berisik lu anjing!"
Bentak geri justru dengan cepat memukul wajah anto.

Anto sempat mengelak, pukulan geri hanya berhasil bergesekan dengan kuping anto. Anto kemudian sedikit menunduk dan menghatamkan pundakknya pada dada bagian bawah geri.

"Egh"
Geri terpekik. Anto dengan cepat mendorong tubuh geri mendekati dinding kamar mandi.

"Gausah meluk - meluk bangsat!"
Protes geri mengangkat tangannya tinggi dan menjatuhkan sikutnya ke punggung anto.

"Agh"
Kini anto yang terpekik saat merasakan betapa tajamnya sikutan geri.

"Anjing!"
Umpat anto seraya menegakkan badan lalu mendorong tubuh geri menggunakan dua tangan.

Dua manusia itu kembali bertatapan.

"Ayok sini dah lu"
Ucap geri sambil menaikan kedua tangannya setinggi alis dan meletakan kaki kirinya di depan.

Tatapan anto seketika berubah melihat posisi geri, tersadar bahwa geri memiliki ilmu bela diri yang sering di sebut juga dengan pertarungan delapan kaki, muay thai.

Anto justru tersenyum, lalu dengan santainya ia menaikan tangan dan membungkukan tubuhnya.

"Gausah tengil to"
Ucap geri saat melihat posisi anto yang juga nampak seperti memiliki ilmu bela diri.

Geri melangkah maju dan dengan cepat menggerakan tangan kirinya ke wajah anto. Anto dengan sigap memiringkan kepala untuk menghindari serangan geri. Sedetik kemudian, geri justru menarik tangan kirinya dan memukul menggunakan tangan kanan.

Anto seakan mati langkah, yang ia bisa lakukan hanyalah memalingkan wajah memberikan pipi untuk menerima pukulan geri.

*Bak!*
Pukulan geri mendarat telak di pipi anto.

Anto memejamkan mata dan bergerak mundur akibat pukulan geri.

"Haha, kalo cuman gaya doang semua orang juga bisa"
Ucap geri dengan percaya diri mengimbangi langkah anto untuk terus merapatkan jarak bertarung.

"Anjing!"
Kini anto melayangkan pukulan ke wajah geri.

Namun geri dengan cepat menunduk. Anto sama sekali tak dapat menghindar saat menyadari bahwa geri sudah melayangkan uppercut ke dagunya.

"Ekh"
Anto terpekik bahkan air ludahnya nampak terciprat keluar.

Pukulan geri berhasil membuat anto menganga menatap atap kamar mandi, sebelum melangkah mundur dan akhirnya jatuh berbaring di lantai.

"Akuin aja sih to kalo lu itu culun"
Ucap geri melangkah mendekati anto.

Anto masih berbaring, ia nampak beberapa kali menggelengkan kepala untuk mengembalikan kesadaraan. Geri menurunkan tubuhnya, menekan leher anto menggunakan tangan kiri lalu menduduki perut anto.

"Lu makan nih!"
Ucap geri dengan mudah memukul wajah anto.

Anto masih terdiam tak melawan, geri lagi - lagi memukul wajah anto hingga aliran darah mulai keluar dari sobekan di bibirnya.

"Segitu doang ha?!"
Tanya geri terus memukul wajah anto..

Anto pasrah menerima pukulannya.

Namun tiba - tiba..

"Gausah main air...

*Bak*
Ucapan anto terpotong saat geri kembali memukul wajahnya.

Kalo gabisa berenang"
Lanjut anto yang tiba - tiba tersenyum.

Tangan kanan anto dengan cepat menyingkirkan tangan geri yang menekan dadanya.

"Bacot!"
Balas geri menarik tangan kanan untuk kembali memukul.

Pukulan geri gagal, saat anto dengan cepat menarik bagian belakang lehernya ke bawah, bahkan hingga jidat mereka terasa beradu.

"Lepas anjing!"
Protes geri dengan posisi jidat menempel dengan anto.

Anto tak menggubris ucapan geri, dengan tangan kiri masih menahan leher geri, tangan kanan anto tiba - tiba masuk ke antara wajah mereka lalu bergerak seperti berusaha menutupi mulut geri.

"Emmmtott!"
Teriak geri tak jelas akibat mulutnya tertutup tangan anto.

Geri mengambil inisiatif untuk memukul bagian samping perut anto.

"Egh"
Anto terpekuk menahan sakit di bagian perutnya, namun ia justru semakin kuat membekap mulut geri.

Semua orang pasti merasa terganggu bila di paksa bernafas melalui hidung di saat sedang bertarung, hal itulah yang sedang di rasakan geri. Tak kuat lagi mengalami gangguan pada pernafasannya, geri memposisikan kakinya memijak lantai, menghentakannya kuat memaksa berdiri bahkan hingga tubuh anto ikut terangkat.

"Tolol"
Ucap anto saat posisi tubuh mereka sudah setengah duduk.

Menggunakan kedua kaki yang berpijak pada lantai, di tambah dengan tangan yang masih berada pada mulut geri. Anto mendorong tubuh geri dengan kuat hingga geri kehilangan keseimbangan dan terjatuh.

Dalam sekejap, posisi berbalik, kini anto yang berada di atas, sementara geri masih terus berusaha menyingkirkan tangan anto.

"Saatnya gantian, bangsat!"
Ucap anto kemudian dengan cepat menarik tangan kanan geri menempel pada lantai lalu menahannya menggunakan lutut, sementara tangan kiri geri ia tahan menggunakan tangan kanan.

Mulut geri terbebas, kini kedua tangannya yang terkunci.

"ANJING!!"
Umpat geri kesal menyadari kondisinya.

Anto tersenyum dan mengangkat tangan kirinya untuk memukul wajah geri.

"Elu yang anjing"
Balas anto seraya memukul wajah geri.

Geri hanya bisa melawan dengan menggerakan kepala, berusaha untuk menghindari pukulan anto.

*Bak!*

*Bak!*

*Bak!*

Anto terus memukul, kini wajah geri nampak mulai memerah akibat pukulan anto.

"Mati lu anjing!"
Umpat anto terus memukul.

Geri nampak mulai malas menghindari pukulan anto. Kini geri hanya meletakan wajahnya menghadap ke samping, dengan suka rela menerima pukulan anto yang terus mendarat di pipinya.
Anto memukul lagi, lagi dan lagi. Pelipis geri mulai mengalirkan darah, begitu juga dengan bagian pinggir bibirnya.

*Bak*

*Bak*

"Masih mau bacot lagi lu?!'
Tanya anto seraya lanjut memukul.

Pukulan anto terhenti. Geri sejenak terdiam, namun tiba - tiba ia justru menghadapkan wajahnya ke depan menatap anto. Melihat geri menatap wajahnya, anto dengan segera memukul wajah geri dengan kuat.

*Bak*
Pukulan anto mendarat tepat di hidung geri.

"Mana bacot lu anjing?!"
Tanya anto sambil menarik tangannya untuk kembali memukul.

Namun tiba - tiba.

*Cuhhh!!*
Geri meludah hingga cairan ludah dan darah dari dalam mulutnya mendarat tepat di wajah anto.

Anto reflek memalingkan wajahnya, tangan anto bergerak untuk membersihkan ludah geri di wajahnya. Kewaspadaan anto berkurang, begitu juga dengan konsentrasinya pada kedua tangan geri. Geri dengan kuat menarik tangan kirinya hingga terlepas dari cengkraman tangan kanan anto.

"Anak haram brengsek"
Ucap geri kemudian dengan kuat memukul bagian selangkangan anto menggunakan tangan kirinya.

"Egh"
Anto terpekik, merasakan ngilu di area selangkangannya.

Dengkul anto dengan sendirinya bergerak ke samping untuk melindungi area selangkangan, namun gerakan ini juga menyebabkan tangan kanan geri bebas. Sadar bahwa tangan kanannya sudah terbebas, geri dengan sekuat tenaga memukul wajah anto telak mengenai rahangnya.

Kuncian anto semakin melemah, geri kemudian meletakan tangan kanannya terbuka di wajah anto. Lebih tepatnya, berusaha untuk mencolok mata anto.

Anto panik saat tersadar bahwa matanya dalam bahaya. Anto dengan cepat berpijak lantai dan bangkit berdiri melepas tubuh geri.
Tak lagi di duduki oleh anto, geri menggunakan ke sempatan ini untuk merayap mundur menjauhi anto.

"Jangan harap..... gua mau main di bawah"
Ucap geri sembari mengangkat tubuhnya berdiri.

Geri berhasil berdiri namun jelas terlihat bahwa tubuhnya sudah mulai melemah. Anto sejenak membersihkan seluruh cairan di wajahnya menggunakan bagian bawah seragam sekolahnya.

"Maju....lu"
Ucap geri lemah.

Anto menatap geri. Kepercayaan diri anto semakin meningkat saat melihat kondisi wajah geri yang sudah mengucurkan darah.

Dengan percaya diri anto bergerak maju dan bersiap untuk memukul.

"Agh"
Pekik anto.

Iya, anto sama sekali tak mengetahui apa yang terjadi saat merasakan ngilu di bagian dengkul dan perutnya.

Saat anto berada tepat di hadapan geri. Geri rupanya dengan cepat menghadap ke samping lalu melipat dengkulnya hingga terbentur dengan dengkul anto, juga melipat siku tangannya menusuk perut anto.

Anto meringis, tubuhnya sedikit menunduk merasakan sakit di bagian perutnya.

"CULUN!"
Teriak geri segera memegang kepala anto menggunakan dua tangan dan menarik dengkulnya ke atas berbenturan dengan wajah anto.

"Oghhh"
Anto terpekik, wajahnya seakan remuk, ia bahkan tak dapat merasakan keberadaan hidungnya.

Wajah anto terangkat ke atas menatap atap sebelum akhirnya kakinya yang seketika terlihat lemas bergerak mundur kemudian jatuh ke lantai.

"Agh....ahhh...hhhhh"
Suara deru nafas anto berbaring di lantai menatap langit - langit kamar mandi.

"Sini kontol! Berdiri lu anjing!"
Umpat geri emosi menatang anto untuk kembali berdiri.

"Ah.....tai"
Lanjut geri mengeluh saat merasakan bahwa tubuhnya juga terasa lemas, geri sedikit menunduk dan menahan tubuhnya menggunakan tumpuan kedua tangannya pada lutut.

Anto masih terdiam berbaring, terlihat jelas darah mengalir deras dari hidungnya.

"Segitu doang hah?"
Tanya geri sambil menegakkan tubuhnya.

"Udah ye, kalo culun mah culun aja"
Lanjut geri merasa menang.

Geri dengan perlahan mulai melangkah ke arah pintu kamar mandi.

Tepat ketika geri hendak membuka pintu.

"Gua belum kelar"
Ucap anto.

Geri melihat ke arah anto. Ternyata anto sudah berada dalam posisi merangkak sehingga darah dari hidungnya menetes deras ke lantai kamar mandi. Anto yang sudah terlihat sempoyongan berusaha untuk berdiri, hingga akhirnya anto berhasil menegakkan tubuhnya di balik seragam sekolah yang sudah penuh dengan darah.

"Ah anjing!"
Umpat geri kesal menyadari bahwa anto belum menyerah.

Geri dengan malas mulai melangkah mendekati anto.

*Bak*
Pukulan geri lemah mendarat di wajah anto.

*Bak*
Anto dengan segera membalas pukulan geri.

Geri dan anto, kini hanya berbalas pukulan tanpa sedikit pun menghindar, seakan bertarung untuk membuktikan rahang siapa yang lebih kuat.

"UDAH LAH BANGSAT!"
Teriak geri kesal

Geri menjambak rambut anto menggunakan tangan kiri dan nampak dengan sekuat tenaga memukul wajah anto menggunakan tangan kanan.

"Emh"
Pekik anto lemah menerima pukulan geri.

Anto nampak seperti tak memiliki tulang saat tubuhnya dengan cepat jatuh berbaring di lantai.

"Udeh....hah...anjing"
Ucap geri terengah - engah sambil menyadarkan tangannya ke tembok agar tubuhnya tetap berdiri..

"Sampe kapanpun....hah...lu gakan bisa ngalahin gua"
Lanjut geri kini menyadarkan tubuhnya pada tembok.

Beberapa saat, yang dapat terdengar hanyalah deru nafas geri dan anto, berusaha untuk beristirahat sejenak.

Setelah beberapa saat...

"Hah.....kenapa ger....kenapa sih lu benci banget sama gua...."
Ucap anto masih dalam posisi berbaring di tengah deru nafasnya.

Geri tersenyum.

"Lu tolol apa gimana?"
Tanya geri.

Anto terdiam.

"Demi apapun......gua ga rela....hah...ngeliat lu bahagia"
Ucap geri juga di tengah deru nafasnya.

"Karena bokap lu......bokap lu yang sampah itu lebih milih lonte di banding nyokap gua......BOKAP LU NGEBUNUH NYOKAP GUA TO!!"
Teriak geri...

Mendengar ucapan geri, anto sontak menggerakan kepalanya untuk menatap geri.

"Hartanto yang pengecut itu takut pas sadar dia udah ngebunuh nyokap gua......dan dia titipin lonte itu di rumahnya lala.....lonte yang lagi mengandung elu....sedangkan gua? Gua ditinggal sendirian sama mayat nyokap gua to....dua tahun gua ditinggal di pantu asuhan sebelum akhirnya ada keluarga yang mau mungut gua.......dan sekarang elu berharap bisa hidup bahagia?"

Geri tersenyum sebelum melanjutkan ucapannya..

"Liat muka gua, ini muka yang menderita akibat kehadiran lu di dunia"
Lanjut geri.

Geri dengan perlahan melangkah mendekati anto.

"Jadi jangan harap gua bakal ngebiarin lu hidup bahagia"
Ucap geri sambil menjambak rambut anto dan memaksanya kembali berdiri.

Anto terpaksa berdiri.

"Karena kebahagiaan lu adalah hinaan bagi kematian nyokap gua"
Lanjut geri tepat di depan wajah anto.

Namun tiba - tiba anto menatap mata geri tajam.

"Nyokap gua bukan lonte"
Anto dengan cepat mencengkram kerah baju geri.

Entah mendapat kekuatan dari mana, anto mendorong dada geri dengan kuat bahkan hingga punggung dan kepala geri membentur pada tembok kamar mandi.

Dalam keadaan lemah, pandangan geri sempat terangkat ke atas akibat dorongan anto.

Saat pandangan geri sudah kembali melihat ke depan. Anto dengan kuat mencengkram kerah bajunya menggunakan dua tangan.

"Dan bokap gua bukan sampah"
Ucap anto tenang dan dengan kuat mengangkat tubuh geri yang menempel pada tembok kamar mandi ke atas, hingga geri tak lagi bertumpu pada kedua kakinya.

"Bangsat...."
Ucap geri lemah saat anto dengan sangat kuat membanting tubuhnya ke samping.

*Bugghhh*
Geri mendarat di lantai dengan punggung bagian atasnya terlebih dahulu, geri hanya bisa menatap langit saat kepalanya terbentur dengan lantai hingga akhirnya seluruh tubuhnya terasa lemas berbaring.

Anto, berada dalam posisi merangkak dengan kedua tangan masih memegang kerah baju geri. Anto melihat wajah geri, geri sudah memejamkan matanya dengan mulut menganga. Geri hilang kesadaran.

"Sorry"
Ucap anto lemah kemudian mengangkat tubuhnya tegak sebelum akhirnya jatuh berbaring di lantai..

**

POV Anto.

Entah sudah berapa lama aku menatap langit kamar mandi. Aku sudah tak dapat lagi merasakan seluruh wajahku, yang ku rasakan saat ini adalah perasaan bingung setelah mendengar cerita geri tadi.

Seluruh tubuhku terasa ngilu saat aku berusaha untuk berdiri. Dengan langkah goyang, aku berjalan menjauhi tubuh geri hingga akhirnya aku sampai di depan pintu kamar mandi.

Gagang ku putar, pintu terbuka.

Yang ku temukan selanjutnya adalah wajah aryo, lala dan bagas yang menatapku bingung. Aku melangkah ke depan, aryo dengan segera masuk ke dalam kamar mandi dan sempat menabrak pundakku. Aku terus melangkah, meninggalkan lala dan bagas yang masih terdiam menatapku.

Entah apa yang mereka pikirkan, namun saat aku sudah berada di dekat tangga.

"WOI ANJING! JANGAN KABUR LU!"
Suara teriakan bagas dari arah kamar mandi.

Aku tak peduli dan mulai berjalan menuruni tangga.

Di lantai satu.

"Loh, kamu kenapa?"
Tanya seorang guru yang melihat ke adaan ku.

Aku terus berjalan menuju pintu lorong sekolah.

"Saya abis berantem pak"
Jawabku saat melangkah melewatinya.

"Maksud kamu apa?!"
Tanya guru itu lagi, kini nadanya terdengar membentak.

"Saya, Reza Putra Hartanto abis berantem. Jadi tolong laporin ke orang tua saya"
Ucapku seraya mulai melangkah keluar dari area lorong sekolah..

"Hei! Muka kamu kenapa?"
Tanya seorang satpam saat aku sudah berada di dekat pagar sekolah.

Aku tak menjawab, justru terus melangkah mendekati gerbang.

"WOI! SINI LU!"
Suara teriakan bagas kini terdengar semakin dekat.

Aku melanjutkan langkahku hingga kini aku sudah melewati gerbang sekolah.

Di depan sekolah, aku menemukan bang dimas sedang duduk bersandar pada bagian kap depan mobilnya.

Bang dimas melihat ke arahku, ia kemudian segera melangkah mendekat.

"Anjing! Jangan kabur!"
Suara bagas tepat di belakangku.

"Ini to, bocahnya?"
Tanya bang dimas yang juga sudah berada tepat di hadapanku.

Menyadari bahwa aku sudah aman. Aku melihat ke belakang mentap bagas, wajahnya nampak bingung dengan kehadiran bang dimas.

"Mau di panjangin gas?"
Tanyaku..

Wajah bagas nampak ragu.

"Ah tai, beraninya keroyokan lu"
Jawab bagas sembari melangkah mundur.

Aku tersenyum.

"Ngaca, tolol"
Balasku.

Bagas terus melangkah mundur kembali ke dalam area sekolah.

"Lu ngapa to?"
Tanya bang dimas kini khawatir dengan kondisiku.

"Gapapa bang...anterin aja gua ke rumah"
Jawabku.

"Iyaiya"
Balas bang dimas seraya memegang pundakku untuk membantuku berjalan ke mobil.

Di mobil, aku berbaring di kursi tengah sementara bang dimas mulai melajukan mobil menuju rumah pak nuel.

Di rumah pak nuel, bang dimas membantuku berbaring di sofa ruang tamu.

"Lu yakin to gamau di bawa ke dokter dulu?"
Tanya bang dimas duduk di sofa satuan.

"Kaga bang..***pa..

Ucapanku terpotong, aku kehilangan ke sadaran.

Entah setelah berapa lama..

"Kamu siapa?!"

"Maaf..saya temennya vina, temennya anto juga"

Kesadaranku perlahan kembali saat mendengar ucapan kak kira dan bang dimas.

"Vinanya mana? Kamu ngapain di sini?"
Suara kak kira.

"Vina masih di kampus kak, saya tadi ke sini buat nganterin anto"
Jawab bang dimas.

Aku membuka mata dan sekuat tenaga berusaha untuk duduk..

"Kamu ngapain lagi anto?!"
Suara kak kira kini terdengar menyebut namaku.

Aku menatap kak kira.

Ternyata ia sedang berdiri di dekat pintu rumah bersama nando dan lala.

"Berantem kak....aku berantem lagi sama geri"
Jawabku.

"Maksud kamu apa?!"

"Geri ngerjain lala dan dia mau ngerjain kak kira, jadi aku berantem lagi sama dia"

Wajah kak kira terlihat kesal, kak kira berjalan mendekatiku..

"OTAK KAMU DIMANA SIH?"
Teriak kak kira tepat di hadapanku.

"Nando juga kak, dia ikut ngerjain lala dan mau ngerjain kakak juga"

"ANTO!!"
Teriak lala.

"Woi mulut lu!"
Bentak nando.

*Plak*
Wajahku kembali terasa ngilu saat kak kira menampar pipiku.

"Kamu bener - bener udah gila yah to"
Ucap kak kira.

Aku justru tersenyum. Memasukan tangan ke dalam kantong celana, mengeluarkan hp dan memainkan rekaman suara saat lala di kerjai oleh geri, aryo, bagas dan nando kemarin.

Se isi ruangan sontak terdiam, aku meletakan hpku yang masih memainkan rekaman di atas meja.

"Aku sekarang punya bukti kak"
Ucapku sembari mengangkat tubuhku berdiri tepat di depan kak kira.

Aku sejenak tersenyum pada kak kira kemudian melangkah melewatinya menuju pintu rumah..

"Gua saranin lu cabut bang, sebelum kak kira denger apa yang lu ucapin soal dia kemarin"
Ucapku pada nando..

"Bacot!"
Balas nando justru mengambil satu langkah mendekatiku.

Namun tiba - tiba sebuah tangan menahan dada nando.

"Yaelah boy, kalo berani cari lawan yang setara lah"
Ucap bang dimas bangkit berdiri dan mendorong dada nando hingga ia melangkah mundur.

"Mau di panjangin?"
Tanya bang dimas di depan wajah nando.

"Atau mau di bawa ke jalur hukum?"
Sautku.

Ekspresi nando berubah saat mendengar ucapanku, ia perlahan mulai melangkah mundur keluar rumah.

"Mati lu"
Gerak mulut nando seakan berbicara denganku sebelum akhirnya membalikan badan dan dengan cepat melangkah menuju gerbang rumah.

Nando sudah pergi dari rumah pak nuel.

"Kamu tega yah to"
Ucap lala lemah di sebelah kiriku.

Entah kenapa, emosiku terpacu.

"Kamu yang tega la! Kalo kamu mau dirusak sama geri, silahkan! Tapi jangan harap aku ngebiarin kak kira dirusak juga"
Balasku menghadap lala.

*Plak*
Lala dengan kuat menampar pipiku, membuat darah di bagian pelipisku kembali mengalir.

Lala menatapku dalam tangisan.

"Maaf la...maaf kalo aku ngebiarin geri ngelakuin hal yang kemarin...entah kamu berharap aku menghentikan dia atau engga....tapi aku takut....aku takut kalo ujung - ujungnya kamu malah ngebelain dia"
Ucapku..

Lala menatapku dengan pandangan kesal.

"Karena aku udah sadar, bang dimas yang nyadarin aku"
Lanjutku sejenak melihat dimas.

"Kalo ini semua cuman masalah kepercayaan, kamu lebih percaya geri dibanding aku dan kak kira lebih percaya sama kamu....sedangkan aku sadar diri, kalo kenyataannya aku cuman anak pembantu yang numpang di rumah ini, apapun yang aku bilang ke kamu dan kak kira ujung - ujungnya akan percuma kecuali aku punya bukti....dan sekarang aku udah punya buktinya"
Aku menujuk ke meja dimana hpku masih terus memutar rekaman kejadian kemarin..

Kini lala menatapku bingung.

"Tapi tenang la, kak kira... Aku abis ini pamit kok..aku gabakal lagi ikut campur sama urusan kak kira dan lala....tapi sebelum pamit, aku cuman mau ngebuktiin kalo aku ga bohong...rekaman itu buktinya....terserah kak kira mau nujukin rekaman itu ke pak nuel atau engga..

"To..emh...aku lontenya geri"
Ucapanku terhenti saat mendengar suara lala dari rekaman hpku.

"La......kok kamu begini sih?"
Tanya kak kira menangis mengetahui nasib adiknya.

Wajah lala semakin terlihat bingung dengan kondisinya..

"La..aku tau kok kalo kamu itu anak baik - baik....kamu cuman terlalu polos dan percaya sama orang yang salah"
Ucapku kepada lala.

Alis mata lala mengerenyit, lala mengepalkan kedua tangan nampak berusaha menolak kenyataan bahwa apa yang ia lakukan selama ini merupakan perbuatan yang salah.

"Kak, aku pamit.....la, aku minta maaf kalo selama ini tanpa sadar aku udah ngambil perhatian pak nuel yang seharusnya dia berikan ke kamu"
Lanjutku mengelus lengan lala sebelum akhirnya melangkah keluar ruang tamu.

"Anto......jangann...."
Panggil kak kira saat bang dimas juga mulai berjalan keluar ruang tamu..

"Maaf kak"
Ucapku pelan pada kak kira.

Aku terus melangkah menjauhi pintu ruang tamu bersama dimas.

"Kamu kenapa sih la?.......kamu kenapa sampe begini sayanggg?"
Suara kak kira berbicara pada lala yang masih sempat ku dengar...

"Kak......aku......maaf"
Balas lala..

Aku dan bang dimas sudah berada di luar rumah pak nuel.

"Anterin gua ke kostan bang"
Ucapku.

Bang dimas mengangguk.

"Yang kuat lu to"
Balas bang dimas menepuk pundakku kemudian berjalan menuju mobil.
Mohon maaf subess kelwat baca cerita keren ini... sungkèm slurrr
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd