Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Culun

9​


"kak vina beneran ga mau langsung aku anterin ke rumah aja?"
Tanyaku pada kak vina yang baru saja turun dari motor.

"Kakak mau numpang istirahat di kamar anto dulu, boleh kan?"
Balas kak vina seraya membuka gerbang kostanku.

Aku tersenyum.

"Boleh kok"
Jawabku mengangguk.

Gerbang kostan terbuka, aku segera memarkiran motorku. Selesai kak vina menutup gerbang, ia kemudian mulai berjalan menuju kamar kostanku.

Aku mempercepat aktivitas melepas helm lalu melangkah menyusul kak vina.

Di depan kamar, kak vina hendak membuka pintu namun gagal karena masih terkunci.

"Sabar kak"
Jawabku seraya meraih kunci kamar dari kantong celana kemudian berjalan menghampiri kak vina.

"Capek to, mau cepetan rebahan"
Balas kak vina.

Kak vina mengambil satu langkah ke samping memberikanku ruang untuk membuka pintu, ku masukan kunci ke dalam selot kemudian segera membukanya.

Pintu kamarku terbuka.

Aku melangkah masuk bersama kak vina. Kak vina tanpa ragu segera menghempaskan tubuhnya berbaring di atas kasur.

"Aah....akhirnya bisa rebahan juga"
Eluh kak vina bebaring di atas kasur.

Aku hanya tersenyum melihat ke letihan kak vina.

"Mau ku beliin minum kak?"
Tawarku saat hendak menutup pintu.

"Boleh deh to, tolong ya"
Balas kak vina sambil membuka tas kemudian mengeluarkan dompet.

"Gausah kak, ini uang yang kakak kasih masih ada kok"
Ucapku menyadari apa yang hendak di lakukan kak vina.

Masih dalam posisi berbaring, kak vina menggeser pandangannya menatapku.

"Beneran? Uang itu kakak kasih buat makan kamu loh to"
Ucap kak vina dengan tangan memegang dompet.

"Iya kak"
Balasku tersenyum.

Tak ingin menunggu lama, aku segera melangkah keluar dari kamarku kemudian pergi menuju warung yang berada di samping kostan, membeli dua botol minuman untuk aku dan kak vina lalu melangkah kembali menuju ke kamar.

Di dalam kamar, aku menemukan kak vina masih berbaring sambil memainkan hp.

"Nih kak"
Ucapku yang kini sudah berdiri di samping kasur, menyodorkan satu botol minuman kepada kak vina..

"Makasih yah to, maaf ngerepotin"
Balas kak vina seraya menerima botol minuman yang ku berikan..

Aku hanya mengangguk kemudian berjalan mundur untuk menutup pintu kamar. Pintu kamar tertutup, aku kembali mendekati kak vina lalu duduk di pinggiran kasur dengan posisi membelakangi kak vina.

Sejenak kami terdiam mencoba melepas dahaga, menikati cairan dingin dari botol yang saat ini kami genggam.

Setelah beberapa saat, kak vina yang masih tiduran di belakangku meletakan tangan kanannya di atas pahaku.

"Tadi ngobrolin apa aja to sama dimas?"
Tanya kak vina, tangannya mengelus pahaku dari luar celana.

"Yagitu kak, ngobrolin masalah aku sama orang rumah..terus ngobrolin masalah perkuliahan dia juga"

"Sebenernya tadi kakak ga enak ninggalin kamu sendirian di sana"

"Gapapa kok, dari pada aku sendiri di kostan ga ada temen"

"Iyasih"
Jawab kak vina.

Tiba - tiba kak vina memanjangkan tangannya sehingga kini ia mengelus penisku dari luar.

"Kak.."
Ucapku sambil menggenggam pergelangan tangan kak vina..

Kak vina justru dengan cepat duduk di belakangku, kemudian menepelkan dadanya yang empuk dengan punggungku.

"Kakak pengen to"
Bisik kak vina tepat di samping telingaku dengan tangan kanan yang masih mengelus selangkanganku.

"Pintu kamar aku kunci dulu yah kak"
Ucapku mencoba menyingkirkan tangan kak vina.

Namun kak vina justru melingkarkan tangan kirinya memeluk perutku.

"Nanti aja, ngadep sini dong to"
Bisiknya..

Aku hanya bisa pasrah menuruti permintaan kak vina.

Tangan kanannya kini memijiti penisku, tangan kirinya memelukku erat membuat hangat tubuh bagian depannya menempel dengan punggungku.

Aku menghadap ke kiri...

"Emh"
Aku sedikit mendesah saat mendapatkan ciuman hangat dari kak vina, di tambah lembutnya remasan tangan kak vina di penisku.

Namun ciuman kami langsung terlepas.

"Ih..kamu ngerokok yah?"
Ucap kak vina tepat di depan wajahku, tangan kanannya berhenti meremasi penisku..

Mendengar ucapan kak vina, jantungku berdebar, takut bahwa ia akan marah kepadaku.

"Ah....eh...itu....maaf kak"
Ucapku tak bisa memberikan alasan.

Kak vina segera melepaskan tubuhku, turun dari kasur kemudian melangkah menuju pintu kostan.

"Kak....maaf"
Aku panik.

Kak vina meraih gagang pintu kemudian menguncinya..

*Klek*
Suara pintu kamar terkunci.

Kak vina menatapku tajam, kemudian berjalan mendekatiku..

"Kamu kakak hukum"
Ucap kak vina saat ia sudah berada di depanku yang masih duduk di pinggir kasur.

alvitamarsha-1569410715-2140694694170785349-1799029334.jpg

Kak Vina​


"Ah? Maksummphh"
Ucapanku terpotong saat kak vina dengan cepat segera melumat bibirku.

Kak vina bahkan meletakan kedua lututnya di sisi pinggulku, kemudian mendorong tubuhku menggunakan tubuhnya hingga aku berbaring pada kasur dengan kaki masih menyentuh lantai..

Aku yang sudah terbuai dengan bibir kak vina hanya bisa pasrah menikmati hangat ciumannya.

Ciuman kami terlepas.

"Masih sekolah, udah berani ngerokok"
Ucap kak vina dengan hidung yang masih menempel dengan hidungku.

Kak vina kembali menciumku. Kak vina kini menjatuhkan pinggulnya menindih selangkanganku.

"Emmhh"
Desahku saat merasakan kak vina menggerakan - gerakan pinggulnya sehingga penisku yang sudah mengeras terasa sesak.

Kami terus berciuman..

Entah siksaan atau kenikmatan yang ku rasakan akibat gerakan pinggul kak vina yang terus terasa menekan - nekan penisku.

Akhirnya ciuman kami kembali terlepas.

"Kak....sese....

"Ssstttt"
Desis kak vina sambil menempelkan jari manisnya dengan bibirku yang masih terasa basah akibat ciuman kami..

"Ngerokok berapa batang?"
Tanya kak vina sedikit mengangkat jarinya.

"Engga kak...cuman....

"Ssssttt"
Kak vina kembali menyentuh bibirku dengan jarinya

"Sebut aja berapa batang"
Ucap kak vina.

Jarinya diangkat.

"Dua"
Jawabku jujur.

Kak vina terus menatapku dengan tatapan jahatnya.

"Beneran cuman dua?"

"Iya"

"Kenapa ga tiga?"

"Ah? Maksemmphh kak"
Ucapanku terganggu saat kak vina dengan kuat menekan pinggulnya sehingga penisku terasa sangat sesak.

"Bilang tiga gitu"
Ujar kak vina.

"Iya kak, tiga"
Balasku pasrah.

Kak vina tersenyum lalu mendekatkan bibirnya dengan bibirku..

"Berarti kamu gaboleh keluar sebelum kakak keluar tiga kali"
Ucap kak vina dengan bibir tepat berada di depan bibirku.

Kak vina kemudian menjilat bibirku lalu segera menegakan badannya sehingga kini ia sepenuhnya duduk di atas selangkanganku..

Aku hanya bisa pasrah menuruti permainan kak vina yang justru membuat penisku semakin mengeras.

"Tutup mata"
Ucap kak vina yang kini sudah duduk tegak, kepadaku yang masih berbaring mengikuti permainnya.

Aku menutup mata.

Entah apa yang kak vina lakukan, setelah beberapa saat, aku merasakan sesuatu di letakan di depan wajahku.

Sedetik kemudian aku merasakan sesuatu yang kenyal menempel dengan bibirku.

"Mulutnya buka"
Suruh kak vina.

Aku membuka mulut.

Penisku terasa semakin mengeras, tanpa melihat aku dapat mengetahui bahwa kak vina baru saja meletakan putting payudaranya di dalam mulutku.

"Isepin"
Ucap kak vina.

Aku dengan semangat mulai menghisapinya. tak peduli dengan ucapan kak vina, aku membuka mata untuk dapat menikmati indah wajah dan payudara kak vina.

Namun saat aku membuka mata, yang ku temukan bukan lah wajah kak vina, melainkan bagian dalam bh merah kak vina yang ia gunakan untuk menutup mataku. Bh kak vina bahkan tertekuk ke dalam akibat tindihan badan kak vina yang memaksa puttingnya untuk masuk ke mulut.

"Isep terus to, harusnya kamu tadi ngerokok sebungkus aja"
Ucap kak vina membuatku semakin semangat untuk menghisapi puttingnya.

Terbawa nafsu, aku memberanikan diri untuk menaikan tangan mencoba memeluk kak vina. Namun dengan cepat tanganku terasa di dorong ke bawah kembali menempel dengan kasur.

"Kamu diem ih...kan lagi dihukum"
Protes kak vina..

Aku pasrah dan membiarkan tanganku dikasur kemudian berfokus untuk menghisap dan menjilati putting kak vina.

Setelah beberapa saat, aku mulai merasa sesak akibat hidungku yang di tindih oleh payudara bagian atas kak vina.

Akhirnya kak vina menarik tubuhnya hingga puttingnya keluar dari mulutku.

"Enak to?"
Tanya kak vina.

Aku merasakan bh penutup mataku bergerak, mungkin kak vina sedang membenarkan posisinya.

"Enak kak"
Jawabku jujur.

"Mau kakak hukum terus?"
Tanya kak vina lagi, kini ia mengelus dadaku.

"Mau"

Kak vina terdiam, kini aku tak lagi merasakan dudukan kak vina di selangkanganku.

"Kak?"
Panggilku mencari keberadaannya.

"Bentarbentar"
Jawab kak vina.

Aku terdiam, hingga beberapa saat kemudian aku merasakan tangan kak vina berusaha melepaskan kaitan celanaku.

Kaitan dan resleting celanaku terlepas, kini jari - jari tangan kak vina terasa meraih batas celanaku.

"Pantatnya angkat dikit dong to"
Pinta kak vina.

Aku mengangkat pantatku hingga tak menyetuh kasur, sedetik kemudian celanaku terasa di tarik turun hingga sebagian bawah paha, begitu juga dengan celana dalamku..

Penisku yang sudah menegang kini terasa geli saat di sentuh oleh jari - jari lentik kak vina. Bukan hanya menyentuh, ia juga mulai memijitinya.

"Mulutnya buka dong to"
Suruh kak vina

Aku membuka mulut.

"Lidahnya keluarin"
Suruhnya lagi.

Aku mengeluarkan lidah.

Ujung lidahku langsung bersentuhan dengan sebuah lekukan daging berkulit.

"Jilatin"
Suruh kak vina..

Sadar bahwa aku lidahku sedang berada di vagina kak vina, aku segera menjilatinya menggunakan ujung lidahku.

Disaat yang bersamaan, penisku terasa hangat dan geli saat masuk ke dalam rongga basah yang ku percaya adalah mulut kak vina.

"Emmh"
Desahan kami berdua saat sedang memberikan kenikmatan menggunakan mulut kami masing - masing.

Tiba - tiba aku merasakan vagina kak vina semakin terbuka karena aku semakin dapat merasakan lengkungannya..

Aku semakin semangat menggesekan ujung lidahku kedalan vagina kak vina.

Setelah beberapa saat..

Kak vina melepaskan penisku..

"Ah...teruss to, masukin lagi"
Ucap kak vina.

Kini aku merasakan posisi vagina kak vina berubah seakan ia benar - benar berada di depan wajahku..
Lekukannya juga semakin terbuka lebar..

"Atas...ah...atasan dikitt"
Suruh kak vina.

Aku menuruti permintaan kak vina dan sedikit menaikan wajahku..

"Ahh....iyaaa...passs"
Desah kak vina...

Entah apa yang aku jilati, aku hanya mengikuti semua komando dari kak vina.

"Terussss....aaah...aaaahh"
Pekik kak vina.

Sedetik kemudian aku merasakan cairan basah menetes di lidahku..

"Ah....iyaaa....telennn to"
Ucap kak vina.

Aku memberanikan diri untuk sedikit menelannya..

Asin..

Setelah mengetahui bahwa aku dapat mentolelir rasa asinya, aku kemudian menyapu bersih semua cairan yang masuk ke dalam mulutku.

"Ah...anto..emmhh"
Desah kak vina

Kak vina meletakan pantatnya menduduki bagian atas dadaku, aku bahkan merasakan bagian ujung pantatnya menempel dengan daguku..

"Bentar yah to...bentar"
Ucap kak vina lemah, aku meraskan kak vina menjatuhkan tubuhnya dengan kepala menempel pada bagian samping selangkanganku.

"Baru satu kali yah to...emmh..cup"
Ucap kak vina sambil terasa menciumi batang penisku.

Entah berapa lama kami berada dalam posisi ini..

"Kak?"
Panggilku saat merasa mulai canggung akibat pantat kak vina yang masih menempel dengan daguku.

"Iya?"
Jawab kak vina, kini tangannya memijit penisku.

"Lagi"
Pintaku.

"Hihi...oke sayang"
Balas kak vina

Aku merasakan kak vina mengangkat tubuhnya.

Entah apa yang kak vina lakukan hingga tiba - tiba aku merasa penisku masuk ke dalam sebuah lubang sempit...

"Emhh"
Aku mendesah akibat jepitan pada penisku.

"Ah...gede banget sih to"
Ucap kak vina.

Tiba - tiba tubuhku terasa di tindih oleh badan bagian depan kak vina..

"Siap yah"
Ucap kak vina berbisik di telingaku.

Kak vina mendorong turun pinggulnya.

"Emhh"
Desahku menikmati momen dimana penisku membelah vagina kak vina..

Kak vina mulai menaik turunkan pinggulnya..

"Ah...anto...hebat"
Desah kak vina.

Larut dalam kenikmatan, aku mencoba mencari keberadaan pinggul kak vina untuk membantunya memompa.
Namun kak vina lagi - lagi menangkap tanganku...

"Ih....aaah....kamu diem..aja"
Ucap kak vina.

Sadar dengan kemauan kak vina, aku menjatuhkan tanganku ke kasur...

Namun tiba tiba tanganku di tarik ke atas..

Kak vina menenggakan tubuhnya.

"Inih...ajah.....remesinn"
Suruh kak vina di tengah desahannya..

Aku meraskan dua bongkahan kenyal di genggaman tanganku, ini payudara kak vina. Aku mulai meremasinya dengan lembut sambil menikmati goyangan pinggul kak vina..

Cukup lama pinggangku beradu dengan pantat kak vina..

Hingga tiba kedua paha atasku terasa di jepit oleh paha kak vina..

"Ahh...keluarr...keluarr"
Racau kak vina..

Tanganku yang masih meremasi payudaranya dapat merasakan bahwa tubuhnya bergetar..

"Aaaahh"
Desah kak vina panjang..

Penisku terasa tenggelam di dalam vaginanya.

Untuk kedua kalinya, kak vina ambruk menunduh tubuhku..

"Ah...bentar...bentarr...capekk"
Ucap kak vina dengan nafas terengah - engah.

Mengetahui bahwa kak vina baru saja meraih orgasme, aku tersenyum.

Aku dengan cepat memeluk pinggang kak vina, kemudian dengan cepat menggeser tubuhnya hingga kini aku yang berada di atas menindih kak vina..

"Ahh..to"
Pekik kak vina menyadari inisiatifku..

Aku melepas bh kak vina yang masih menutup mataku, sehingga kini aku menatap wajah sayu kak vina.

"Nakal banget...ih"
Protes kak vina dengan wajah cemberutnya..

"Aku terusin yah kak?"
Tanyaku yang sudah tunduk mengikuti nafsu.

Kak vina tersenyum.

"Yang kenceng yah"
Ucapnya menantang..

Aku aku tersenyum

Segera ku gerakan pinggulku dengan ritme cepat.

"Aaah....aaaaah....antoo"
Desah kak vina..

Mendengar desahan kak vina, aku segera melumat bibirnya.

Pinggul kami terus terbentur, kak vina kini justru memeluk leherku untuk terus menciuminya.

Setelah cukup lama..

Aku merasa bahwa sebentar lagi penisku akan memuntahkan cairannya.

Namun lagi - lagi aku merasakan vagina kak vina berkedut..

"Emmmh.....emmmmhh...emm"
Desahan kak vina panjang namun tertahan ciumanku..

Kak vina memejamkan mata, tubuhnya kembali bergetar, bahkan kini nampak seperti kejang karena gerakannya nampak tak terkontrol.

Kak vina kembali orgasme.

Namun aku justru mempercepat gerakan pinggulku karena merasa bahwa cairan spermaku sudah berada di ujung tanduk.

Kak vina melepaskan ciuman lalu menggigit daguku dengan cukup kuat..

"Eeeehhhhhhhhhhh"
Pekik kak vina sambil menggigit daguku.

"Aku....keluar kak"
Ucapku kemudian dengan cepat menarik penisku keluar dan menumpahkan spermaku di perut kak vina..

"Ehh...ngiluu...sakiitt"
Iba kak vina saat ia melepaskan gigitannya..

Sadar dengan apa yang baru saja kak vina ucapkan, aku segera menegakan badan dan menatap wajah kak vina yang masih merintih kesakitan.

"Eh...kak....maaf"
Ucapku panik.

Kak vina menatapku, wajah menahan sakitnya kini berubah tersenyum.

"Gapapa kok to... Kakak suka kamu ga culun lagi"
Balas kak vina seraya menarik lenganku untuk kembali menindihnya.

"Kamu kalo mau ngerokok, ngerokok aja.. kakak ga ngelarang kok"
Ucap kak vina lalu mengecup bibirku

"Ah..engga kak..nanti malah di hukum lagi"
Balasku..

"Hukum apa? Barusan mah justru kamu yang ngehukum kakak to"
Jawab kak vina.

Aku tersenyum, kak vina ikut tersenyum sebelum akhirnya kami kembali ciuman.

_______

Beberapa hari kemudian.

Jumat, jam 4 sore, di rumah pak nuel.

Pok Kak Kira.

Aku sedang berdiri menatap cermin di dalam kamarku, untuk memastikan bahwa aku sudah berpakaian dengan rapih untuk bertemu dengan nando sebentar lagi.

Entah mengapa, aku tak ingin terlihat jelek di hadapannya.
Aku memilih untuk menggunakan celana jegging putih dengan satu sobekan kecil di bagian pahanya dan atasan sebuah blouse berwarna cream.

Masih asik meneliti pakaianku. Hp yang ku letakan di meja rias bergetar.

"Ra, aku udah di depan yah"
Pesan dari nando.

Aku tersenyum..

Kemudian meraih tas dan hpku seraya melangkah keluar.

"Sore - sore rapih banget kak, mau kemana sih?"
Tanya vina yang sedang duduk di meja makan saat aku sudah berada di lantai satu.

"Kepo deh.. kakak mau pergi, kamu jagain rumah yah vin"
Balasku kepada vina seraya terus melangkah ke pintu rumah.

Di depan pagar, aku melihat nando sudah berdiri menunggu..
Tak sabar, aku segera melangkah menghampirinya.

"Ra...kamu"
Ucap nando saat aku sedang membuka pagar.

"Kenapa?"
Balasku saat pagar sudah sepenuhnya terbuka.

"Cantik banget"
Jawab nando terus menatapku.

Aku tersenyum.

"Apasih do...udah yuk"
Balasku.

"Ohiyaiya"
Jawab nando gugup.

Nando melangkah mundur menuju motornya.

"Eh, kita naik mobil aku kan?"
Tanyaku.

"Terserah"
Jawab nando menaiki motornya.

"Kamu bisa bawa mobil kan?"

Nando mengangguk.

"Yaudah masukin aja motornya"
Lanjutku kembali tersenyum.

Nando membalas senyumanku lalu mendorong motornya masuk ke area parkiran..

Aku dan nando pun menghabiskan sore dengan makan di sebuah restoran, setelah itu nando mengajakku untuk pergi ke bioskop.

Di dalam studio, aku merasakan nando secara perlahan menyentuh tanganku. Jujur aku sama sekali tak keberatan di sentuh oleh dia, aku hanya mendiamkan tanganku hingga akhirnya telapak tangan nando sepenuhnya berada di atas tempurung tanganku...

Kamipun terhanyut menonton film yang di tayangkan.

Selesai menonton, waktu sudah menujukan pukul setengah 8 malam.

"Kamu suka kopi ga ra?"
Tanya nando saat kami sudah berada di luar studio.

"Biasa sih do, paling cuman kalo lagi pengen aja"
Balasku

"Kita ke tempat kopi temenku, mau?"
Tawar nando.

"Ehm....engga deh do"
Tolakku.

"Terus mau kemana?"

"Kita ke rumah aku aja, mau?"
Tawarku yang entah mengapa hanya ingin berdua dengan nando malam ini.

Nando tersenyum..

"Yuk"
Balas nando kemudian meraih tanganku untuk mulai berjalan bersamanya.

Aku balas tersenyum dan pasrah mengikuti ajakan nando.

Kami kini sudah berada di dalam mobil, namun nando tidak segera menyalakan mesinnya.

"Ra"
Panggil nando.

Aku hanya terdiam menatapnya..

Perlahan nando memajukan kepala. Aku menutup mata. Bibirnya bersentuhan dengan bibirku.

Kami berciuman

Entah berapa lama, tiba - tiba aku merasakan nando menyentuh lenganku.

Aku dengan cepat mendorong dadanya hingga ciuman kami terlepas.

"Lanjut di rumah aja ya do"
Ucapku sayu.

Nando tersenyum.

Ia kemudian menyalakan mesin mobil dan segera menginjak pedal gas hingga kami mulai berangkat menuju rumah..

Di depan rumah.

Aku menemukan pagar sudah sedikit terbuka, mataku terkunci pada seorang pria yang sedang berdiri di area parkiran rumah.

Anto.

Melihat kedatangan kami, anto segera membuka gerbang hingga sepenuhnya terbuka, nando melajukan mobil masuk ke area parkiran..

Mobil terparkir, aku dan nando segera melangkah turun..

Anto baru saja selesai menutup gerbang.

"To, ini kenalin..nando...abangnya geri"
Ucapku entah mengapa ragu.

Nando berjalan menghampiri anto..

"Salam kenal ya to, adiknya kira kan yah?"
Ucap nando menjulurkan tangan..

Anto sempat terdiam.

Perlahan ia mulai menggerakan tangan berjabatan dengan nando.

"Bukan, anak pembantunya"
Jawab anto, dengan wajah tersenyum polos.

Jujur, hatiku terasa sakit saat mendengar ucapan anto.

"Saya siapin minumnya dulu yah"
Ucap anto kemudian berjalan meninggalkan kami.

Aku masih terdiam mematung.

Nando berjalan menghampiriku.

"Ra?"
Panggil nando yang nampaknya sadar dengan perasaanku.

"Ra, anto beneran..

"Kamu pulang dulu deh do"
Aku memotong ucapan nando.

Nando menatapku bingung, namun kemudian mengangguk dan mulai melangkah untuk membuka gerbang.

"Jangan tidur malem - malem yah ra"
Ucap nando saat ia sedang mengeluarkan motornya.

Aku hanya mengangguk.

Nando menutup gerbang sambil terus menatapku kemudian segera berangkat pulang.

Aku melangkah masuk ke dalam rumah.

Di dalam rumah, aku menemukan vina sedang duduk di ruang tamu.

"Loh, nandonya mana kak?"
Tanya vina.

Aku sama sekali tak peduli dengan pertanyaan vina dan terus melangkah masuk ke dalam rumah.

Aku kemudian menemukan anto sedang sibuk menyiapkan minuman..

"Kamu jahat yah to"
Ucapku seraya mulai melangkah menaiki tangga.

"Maaf"
Balas anto.

Langkahku terhenti.

"Saya cuman ngikutin apa yang non kira mau, kalo non kira cuman nganggep saya sebagai anak pembantu yang numpang di rumah ini, saya terima. Saya udah sadar diri, saya gamau lagi kurang ajar dan bersikap lebih dari yang seharusnya... Saya masih sering kesini karena nurutin permintaan pak nuel, tapi saya janji setelah saya lulus sma nanti saya akan langsung pamit"
Ucap anto.

Bibirku bergetar menahan tangis saat mendengar anto memanggilku dengan sebutan 'non', sebagaimana ibunya memanggilku dulu..

"Maaf yah non, saya bener - bener minta maaf karena waktu itu udah bikin nangis non lala, mukulin geri pacaranya non lala yang juga adiknya mas nando temannya non kira"
Lanjut anto.

Air mataku menetes, ingin sekali rasanya aku meminta maaf dan menarik semua ucapanku malam itu.

Namun dengan menahan luapan emosiku aku segera lanjut melangkah menaiki tangga kemudian masuk ke kamarku.

Aku membenamkan wajahku di kasur..

"Maafin kakak to....maafin kakak"
Ucapku menangis..

Entah setelah berapa lama aku mendengar suara langkah kaki masuk ke kamarku, aku segera mengeringkan air mata di wajahku dan berusaha menghentikan tangisanku.

Aku melihat ke arah pintu.

Vina, ia tersenyum kemudian duduk di sampingku.

"Kak"
Panggil vina mengelus punggungku.

Aku terdiam.

"Vina tau kok kalo kakak sebenernya sayang sama anto"
Ucap vina..

Aku menundukan kepala untuk menyembunyikan tangisanku.

"Anto juga sayang sama kakak....vina udah sering ngajak anto pulang, tapi dia gamau, karena dia gamau lagi ngerepotin kakak.. Cuman kakak yang bisa bikin anto pulang... Jujur aku berharap kakak mau baikan sama dia, aku gamau kehilangan adik kita... Aku yakin kakak juga gamau kan?"
Lanjut vina.

Tangisanku pecah.

Aku bangkit berdiri dan menarik lengan vina untuk segera menemui anto.

"Kak...anto udah pulang"
Ucap vina menahan tarikanku.

"Kostannya dimana vin? Anterin ke konstannya!"
Pintaku sambil terus menangis.

"Kak...."
Panggil vina seraya menggenggam tanganku..

Aku melepaskan lengannya.

"Vina udah janji ke anto gabakal ngsasih tau ke siapa - siapa dimana konstan dia, besok aja yah vina suruh anto ke sini lagi"
Ucap vina.

Aku menganggukan kepala dua kali.

"Udah dong kak, jangan nangis lagi"
Vina kemudian memeluk kepalaku hingga aku bersandar di dadanya.

Aku terus menangis, di dalam pelukan adikku sendiri.
wah bikin nangis hu endingnya haha keren2
 
Mantap updatenya tapi kentang....hehheheehehe.lanjut suhu...salam botol gepeng....
 
Hufh.. g rugi abis marathon nih ceritanya mantul banget 👍 musti pasang patok nih - terus semangat dan tetap jaga kesehat an suhu..
 
13​

Kamis, di kamar mandi sekolah.

Pov orang ketiga.

"Lu juga sadar ga kalo kemaren gua sengaja biarin lu ngerjain lala?"
Balas anto tersenyum lalu melangkah mendekati geri.

Mendengar ucapan anto. Ekspresi wajah geri berubah. Anto kemudian dengan cepat melayangkan pukulan ke wajah geri. Geri dengan sigap menarik kepalanya mundur menghindari pukulan anto seraya meletakan kedua tangannya di dada anto, menjadikannya tumpuan untuk bergerak mundur.

"Ayoklah, biasanya bacot mulu lu"
Ucap anto lagi - lagi melangkah mendekati geri.

"Berisik lu anjing!"
Bentak geri justru dengan cepat memukul wajah anto.

Anto sempat mengelak, pukulan geri hanya berhasil bergesekan dengan kuping anto. Anto kemudian sedikit menunduk dan menghatamkan pundakknya pada dada bagian bawah geri.

"Egh"
Geri terpekik. Anto dengan cepat mendorong tubuh geri mendekati dinding kamar mandi.

"Gausah meluk - meluk bangsat!"
Protes geri mengangkat tangannya tinggi dan menjatuhkan sikutnya ke punggung anto.

"Agh"
Kini anto yang terpekik saat merasakan betapa tajamnya sikutan geri.

"Anjing!"
Umpat anto seraya menegakkan badan lalu mendorong tubuh geri menggunakan dua tangan.

Dua manusia itu kembali bertatapan.

"Ayok sini dah lu"
Ucap geri sambil menaikan kedua tangannya setinggi alis dan meletakan kaki kirinya di depan.

Tatapan anto seketika berubah melihat posisi geri, tersadar bahwa geri memiliki ilmu bela diri yang sering di sebut juga dengan pertarungan delapan kaki, muay thai.

Anto justru tersenyum, lalu dengan santainya ia menaikan tangan dan membungkukan tubuhnya.

"Gausah tengil to"
Ucap geri saat melihat posisi anto yang juga nampak seperti memiliki ilmu bela diri.

Geri melangkah maju dan dengan cepat menggerakan tangan kirinya ke wajah anto. Anto dengan sigap memiringkan kepala untuk menghindari serangan geri. Sedetik kemudian, geri justru menarik tangan kirinya dan memukul menggunakan tangan kanan.

Anto seakan mati langkah, yang ia bisa lakukan hanyalah memalingkan wajah memberikan pipi untuk menerima pukulan geri.

*Bak!*
Pukulan geri mendarat telak di pipi anto.

Anto memejamkan mata dan bergerak mundur akibat pukulan geri.

"Haha, kalo cuman gaya doang semua orang juga bisa"
Ucap geri dengan percaya diri mengimbangi langkah anto untuk terus merapatkan jarak bertarung.

"Anjing!"
Kini anto melayangkan pukulan ke wajah geri.

Namun geri dengan cepat menunduk. Anto sama sekali tak dapat menghindar saat menyadari bahwa geri sudah melayangkan uppercut ke dagunya.

"Ekh"
Anto terpekik bahkan air ludahnya nampak terciprat keluar.

Pukulan geri berhasil membuat anto menganga menatap atap kamar mandi, sebelum melangkah mundur dan akhirnya jatuh berbaring di lantai.

"Akuin aja sih to kalo lu itu culun"
Ucap geri melangkah mendekati anto.

Anto masih berbaring, ia nampak beberapa kali menggelengkan kepala untuk mengembalikan kesadaraan. Geri menurunkan tubuhnya, menekan leher anto menggunakan tangan kiri lalu menduduki perut anto.

"Lu makan nih!"
Ucap geri dengan mudah memukul wajah anto.

Anto masih terdiam tak melawan, geri lagi - lagi memukul wajah anto hingga aliran darah mulai keluar dari sobekan di bibirnya.

"Segitu doang ha?!"
Tanya geri terus memukul wajah anto..

Anto pasrah menerima pukulannya.

Namun tiba - tiba..

"Gausah main air...

*Bak*
Ucapan anto terpotong saat geri kembali memukul wajahnya.

Kalo gabisa berenang"
Lanjut anto yang tiba - tiba tersenyum.

Tangan kanan anto dengan cepat menyingkirkan tangan geri yang menekan dadanya.

"Bacot!"
Balas geri menarik tangan kanan untuk kembali memukul.

Pukulan geri gagal, saat anto dengan cepat menarik bagian belakang lehernya ke bawah, bahkan hingga jidat mereka terasa beradu.

"Lepas anjing!"
Protes geri dengan posisi jidat menempel dengan anto.

Anto tak menggubris ucapan geri, dengan tangan kiri masih menahan leher geri, tangan kanan anto tiba - tiba masuk ke antara wajah mereka lalu bergerak seperti berusaha menutupi mulut geri.

"Emmmtott!"
Teriak geri tak jelas akibat mulutnya tertutup tangan anto.

Geri mengambil inisiatif untuk memukul bagian samping perut anto.

"Egh"
Anto terpekuk menahan sakit di bagian perutnya, namun ia justru semakin kuat membekap mulut geri.

Semua orang pasti merasa terganggu bila di paksa bernafas melalui hidung di saat sedang bertarung, hal itulah yang sedang di rasakan geri. Tak kuat lagi mengalami gangguan pada pernafasannya, geri memposisikan kakinya memijak lantai, menghentakannya kuat memaksa berdiri bahkan hingga tubuh anto ikut terangkat.

"Tolol"
Ucap anto saat posisi tubuh mereka sudah setengah duduk.

Menggunakan kedua kaki yang berpijak pada lantai, di tambah dengan tangan yang masih berada pada mulut geri. Anto mendorong tubuh geri dengan kuat hingga geri kehilangan keseimbangan dan terjatuh.

Dalam sekejap, posisi berbalik, kini anto yang berada di atas, sementara geri masih terus berusaha menyingkirkan tangan anto.

"Saatnya gantian, bangsat!"
Ucap anto kemudian dengan cepat menarik tangan kanan geri menempel pada lantai lalu menahannya menggunakan lutut, sementara tangan kiri geri ia tahan menggunakan tangan kanan.

Mulut geri terbebas, kini kedua tangannya yang terkunci.

"ANJING!!"
Umpat geri kesal menyadari kondisinya.

Anto tersenyum dan mengangkat tangan kirinya untuk memukul wajah geri.

"Elu yang anjing"
Balas anto seraya memukul wajah geri.

Geri hanya bisa melawan dengan menggerakan kepala, berusaha untuk menghindari pukulan anto.

*Bak!*

*Bak!*

*Bak!*

Anto terus memukul, kini wajah geri nampak mulai memerah akibat pukulan anto.

"Mati lu anjing!"
Umpat anto terus memukul.

Geri nampak mulai malas menghindari pukulan anto. Kini geri hanya meletakan wajahnya menghadap ke samping, dengan suka rela menerima pukulan anto yang terus mendarat di pipinya.
Anto memukul lagi, lagi dan lagi. Pelipis geri mulai mengalirkan darah, begitu juga dengan bagian pinggir bibirnya.

*Bak*

*Bak*

"Masih mau bacot lagi lu?!'
Tanya anto seraya lanjut memukul.

Pukulan anto terhenti. Geri sejenak terdiam, namun tiba - tiba ia justru menghadapkan wajahnya ke depan menatap anto. Melihat geri menatap wajahnya, anto dengan segera memukul wajah geri dengan kuat.

*Bak*
Pukulan anto mendarat tepat di hidung geri.

"Mana bacot lu anjing?!"
Tanya anto sambil menarik tangannya untuk kembali memukul.

Namun tiba - tiba.

*Cuhhh!!*
Geri meludah hingga cairan ludah dan darah dari dalam mulutnya mendarat tepat di wajah anto.

Anto reflek memalingkan wajahnya, tangan anto bergerak untuk membersihkan ludah geri di wajahnya. Kewaspadaan anto berkurang, begitu juga dengan konsentrasinya pada kedua tangan geri. Geri dengan kuat menarik tangan kirinya hingga terlepas dari cengkraman tangan kanan anto.

"Anak haram brengsek"
Ucap geri kemudian dengan kuat memukul bagian selangkangan anto menggunakan tangan kirinya.

"Egh"
Anto terpekik, merasakan ngilu di area selangkangannya.

Dengkul anto dengan sendirinya bergerak ke samping untuk melindungi area selangkangan, namun gerakan ini juga menyebabkan tangan kanan geri bebas. Sadar bahwa tangan kanannya sudah terbebas, geri dengan sekuat tenaga memukul wajah anto telak mengenai rahangnya.

Kuncian anto semakin melemah, geri kemudian meletakan tangan kanannya terbuka di wajah anto. Lebih tepatnya, berusaha untuk mencolok mata anto.

Anto panik saat tersadar bahwa matanya dalam bahaya. Anto dengan cepat berpijak lantai dan bangkit berdiri melepas tubuh geri.
Tak lagi di duduki oleh anto, geri menggunakan ke sempatan ini untuk merayap mundur menjauhi anto.

"Jangan harap..... gua mau main di bawah"
Ucap geri sembari mengangkat tubuhnya berdiri.

Geri berhasil berdiri namun jelas terlihat bahwa tubuhnya sudah mulai melemah. Anto sejenak membersihkan seluruh cairan di wajahnya menggunakan bagian bawah seragam sekolahnya.

"Maju....lu"
Ucap geri lemah.

Anto menatap geri. Kepercayaan diri anto semakin meningkat saat melihat kondisi wajah geri yang sudah mengucurkan darah.

Dengan percaya diri anto bergerak maju dan bersiap untuk memukul.

"Agh"
Pekik anto.

Iya, anto sama sekali tak mengetahui apa yang terjadi saat merasakan ngilu di bagian dengkul dan perutnya.

Saat anto berada tepat di hadapan geri. Geri rupanya dengan cepat menghadap ke samping lalu melipat dengkulnya hingga terbentur dengan dengkul anto, juga melipat siku tangannya menusuk perut anto.

Anto meringis, tubuhnya sedikit menunduk merasakan sakit di bagian perutnya.

"CULUN!"
Teriak geri segera memegang kepala anto menggunakan dua tangan dan menarik dengkulnya ke atas berbenturan dengan wajah anto.

"Oghhh"
Anto terpekik, wajahnya seakan remuk, ia bahkan tak dapat merasakan keberadaan hidungnya.

Wajah anto terangkat ke atas menatap atap sebelum akhirnya kakinya yang seketika terlihat lemas bergerak mundur kemudian jatuh ke lantai.

"Agh....ahhh...hhhhh"
Suara deru nafas anto berbaring di lantai menatap langit - langit kamar mandi.

"Sini kontol! Berdiri lu anjing!"
Umpat geri emosi menatang anto untuk kembali berdiri.

"Ah.....tai"
Lanjut geri mengeluh saat merasakan bahwa tubuhnya juga terasa lemas, geri sedikit menunduk dan menahan tubuhnya menggunakan tumpuan kedua tangannya pada lutut.

Anto masih terdiam berbaring, terlihat jelas darah mengalir deras dari hidungnya.

"Segitu doang hah?"
Tanya geri sambil menegakkan tubuhnya.

"Udah ye, kalo culun mah culun aja"
Lanjut geri merasa menang.

Geri dengan perlahan mulai melangkah ke arah pintu kamar mandi.

Tepat ketika geri hendak membuka pintu.

"Gua belum kelar"
Ucap anto.

Geri melihat ke arah anto. Ternyata anto sudah berada dalam posisi merangkak sehingga darah dari hidungnya menetes deras ke lantai kamar mandi. Anto yang sudah terlihat sempoyongan berusaha untuk berdiri, hingga akhirnya anto berhasil menegakkan tubuhnya di balik seragam sekolah yang sudah penuh dengan darah.

"Ah anjing!"
Umpat geri kesal menyadari bahwa anto belum menyerah.

Geri dengan malas mulai melangkah mendekati anto.

*Bak*
Pukulan geri lemah mendarat di wajah anto.

*Bak*
Anto dengan segera membalas pukulan geri.

Geri dan anto, kini hanya berbalas pukulan tanpa sedikit pun menghindar, seakan bertarung untuk membuktikan rahang siapa yang lebih kuat.

"UDAH LAH BANGSAT!"
Teriak geri kesal

Geri menjambak rambut anto menggunakan tangan kiri dan nampak dengan sekuat tenaga memukul wajah anto menggunakan tangan kanan.

"Emh"
Pekik anto lemah menerima pukulan geri.

Anto nampak seperti tak memiliki tulang saat tubuhnya dengan cepat jatuh berbaring di lantai.

"Udeh....hah...anjing"
Ucap geri terengah - engah sambil menyadarkan tangannya ke tembok agar tubuhnya tetap berdiri..

"Sampe kapanpun....hah...lu gakan bisa ngalahin gua"
Lanjut geri kini menyadarkan tubuhnya pada tembok.

Beberapa saat, yang dapat terdengar hanyalah deru nafas geri dan anto, berusaha untuk beristirahat sejenak.

Setelah beberapa saat...

"Hah.....kenapa ger....kenapa sih lu benci banget sama gua...."
Ucap anto masih dalam posisi berbaring di tengah deru nafasnya.

Geri tersenyum.

"Lu tolol apa gimana?"
Tanya geri.

Anto terdiam.

"Demi apapun......gua ga rela....hah...ngeliat lu bahagia"
Ucap geri juga di tengah deru nafasnya.

"Karena bokap lu......bokap lu yang sampah itu lebih milih lonte di banding nyokap gua......BOKAP LU NGEBUNUH NYOKAP GUA TO!!"
Teriak geri...

Mendengar ucapan geri, anto sontak menggerakan kepalanya untuk menatap geri.

"Hartanto yang pengecut itu takut pas sadar dia udah ngebunuh nyokap gua......dan dia titipin lonte itu di rumahnya lala.....lonte yang lagi mengandung elu....sedangkan gua? Gua ditinggal sendirian sama mayat nyokap gua to....dua tahun gua ditinggal di pantu asuhan sebelum akhirnya ada keluarga yang mau mungut gua.......dan sekarang elu berharap bisa hidup bahagia?"

Geri tersenyum sebelum melanjutkan ucapannya..

"Liat muka gua, ini muka yang menderita akibat kehadiran lu di dunia"
Lanjut geri.

Geri dengan perlahan melangkah mendekati anto.

"Jadi jangan harap gua bakal ngebiarin lu hidup bahagia"
Ucap geri sambil menjambak rambut anto dan memaksanya kembali berdiri.

Anto terpaksa berdiri.

"Karena kebahagiaan lu adalah hinaan bagi kematian nyokap gua"
Lanjut geri tepat di depan wajah anto.

Namun tiba - tiba anto menatap mata geri tajam.

"Nyokap gua bukan lonte"
Anto dengan cepat mencengkram kerah baju geri.

Entah mendapat kekuatan dari mana, anto mendorong dada geri dengan kuat bahkan hingga punggung dan kepala geri membentur pada tembok kamar mandi.

Dalam keadaan lemah, pandangan geri sempat terangkat ke atas akibat dorongan anto.

Saat pandangan geri sudah kembali melihat ke depan. Anto dengan kuat mencengkram kerah bajunya menggunakan dua tangan.

"Dan bokap gua bukan sampah"
Ucap anto tenang dan dengan kuat mengangkat tubuh geri yang menempel pada tembok kamar mandi ke atas, hingga geri tak lagi bertumpu pada kedua kakinya.

"Bangsat...."
Ucap geri lemah saat anto dengan sangat kuat membanting tubuhnya ke samping.

*Bugghhh*
Geri mendarat di lantai dengan punggung bagian atasnya terlebih dahulu, geri hanya bisa menatap langit saat kepalanya terbentur dengan lantai hingga akhirnya seluruh tubuhnya terasa lemas berbaring.

Anto, berada dalam posisi merangkak dengan kedua tangan masih memegang kerah baju geri. Anto melihat wajah geri, geri sudah memejamkan matanya dengan mulut menganga. Geri hilang kesadaran.

"Sorry"
Ucap anto lemah kemudian mengangkat tubuhnya tegak sebelum akhirnya jatuh berbaring di lantai..

**

POV Anto.

Entah sudah berapa lama aku menatap langit kamar mandi. Aku sudah tak dapat lagi merasakan seluruh wajahku, yang ku rasakan saat ini adalah perasaan bingung setelah mendengar cerita geri tadi.

Seluruh tubuhku terasa ngilu saat aku berusaha untuk berdiri. Dengan langkah goyang, aku berjalan menjauhi tubuh geri hingga akhirnya aku sampai di depan pintu kamar mandi.

Gagang ku putar, pintu terbuka.

Yang ku temukan selanjutnya adalah wajah aryo, lala dan bagas yang menatapku bingung. Aku melangkah ke depan, aryo dengan segera masuk ke dalam kamar mandi dan sempat menabrak pundakku. Aku terus melangkah, meninggalkan lala dan bagas yang masih terdiam menatapku.

Entah apa yang mereka pikirkan, namun saat aku sudah berada di dekat tangga.

"WOI ANJING! JANGAN KABUR LU!"
Suara teriakan bagas dari arah kamar mandi.

Aku tak peduli dan mulai berjalan menuruni tangga.

Di lantai satu.

"Loh, kamu kenapa?"
Tanya seorang guru yang melihat ke adaan ku.

Aku terus berjalan menuju pintu lorong sekolah.

"Saya abis berantem pak"
Jawabku saat melangkah melewatinya.

"Maksud kamu apa?!"
Tanya guru itu lagi, kini nadanya terdengar membentak.

"Saya, Reza Putra Hartanto abis berantem. Jadi tolong laporin ke orang tua saya"
Ucapku seraya mulai melangkah keluar dari area lorong sekolah..

"Hei! Muka kamu kenapa?"
Tanya seorang satpam saat aku sudah berada di dekat pagar sekolah.

Aku tak menjawab, justru terus melangkah mendekati gerbang.

"WOI! SINI LU!"
Suara teriakan bagas kini terdengar semakin dekat.

Aku melanjutkan langkahku hingga kini aku sudah melewati gerbang sekolah.

Di depan sekolah, aku menemukan bang dimas sedang duduk bersandar pada bagian kap depan mobilnya.

Bang dimas melihat ke arahku, ia kemudian segera melangkah mendekat.

"Anjing! Jangan kabur!"
Suara bagas tepat di belakangku.

"Ini to, bocahnya?"
Tanya bang dimas yang juga sudah berada tepat di hadapanku.

Menyadari bahwa aku sudah aman. Aku melihat ke belakang mentap bagas, wajahnya nampak bingung dengan kehadiran bang dimas.

"Mau di panjangin gas?"
Tanyaku..

Wajah bagas nampak ragu.

"Ah tai, beraninya keroyokan lu"
Jawab bagas sembari melangkah mundur.

Aku tersenyum.

"Ngaca, tolol"
Balasku.

Bagas terus melangkah mundur kembali ke dalam area sekolah.

"Lu ngapa to?"
Tanya bang dimas kini khawatir dengan kondisiku.

"Gapapa bang...anterin aja gua ke rumah"
Jawabku.

"Iyaiya"
Balas bang dimas seraya memegang pundakku untuk membantuku berjalan ke mobil.

Di mobil, aku berbaring di kursi tengah sementara bang dimas mulai melajukan mobil menuju rumah pak nuel.

Di rumah pak nuel, bang dimas membantuku berbaring di sofa ruang tamu.

"Lu yakin to gamau di bawa ke dokter dulu?"
Tanya bang dimas duduk di sofa satuan.

"Kaga bang..***pa..

Ucapanku terpotong, aku kehilangan ke sadaran.

Entah setelah berapa lama..

"Kamu siapa?!"

"Maaf..saya temennya vina, temennya anto juga"

Kesadaranku perlahan kembali saat mendengar ucapan kak kira dan bang dimas.

"Vinanya mana? Kamu ngapain di sini?"
Suara kak kira.

"Vina masih di kampus kak, saya tadi ke sini buat nganterin anto"
Jawab bang dimas.

Aku membuka mata dan sekuat tenaga berusaha untuk duduk..

"Kamu ngapain lagi anto?!"
Suara kak kira kini terdengar menyebut namaku.

Aku menatap kak kira.

Ternyata ia sedang berdiri di dekat pintu rumah bersama nando dan lala.

"Berantem kak....aku berantem lagi sama geri"
Jawabku.

"Maksud kamu apa?!"

"Geri ngerjain lala dan dia mau ngerjain kak kira, jadi aku berantem lagi sama dia"

Wajah kak kira terlihat kesal, kak kira berjalan mendekatiku..

"OTAK KAMU DIMANA SIH?"
Teriak kak kira tepat di hadapanku.

"Nando juga kak, dia ikut ngerjain lala dan mau ngerjain kakak juga"

"ANTO!!"
Teriak lala.

"Woi mulut lu!"
Bentak nando.

*Plak*
Wajahku kembali terasa ngilu saat kak kira menampar pipiku.

"Kamu bener - bener udah gila yah to"
Ucap kak kira.

Aku justru tersenyum. Memasukan tangan ke dalam kantong celana, mengeluarkan hp dan memainkan rekaman suara saat lala di kerjai oleh geri, aryo, bagas dan nando kemarin.

Se isi ruangan sontak terdiam, aku meletakan hpku yang masih memainkan rekaman di atas meja.

"Aku sekarang punya bukti kak"
Ucapku sembari mengangkat tubuhku berdiri tepat di depan kak kira.

Aku sejenak tersenyum pada kak kira kemudian melangkah melewatinya menuju pintu rumah..

"Gua saranin lu cabut bang, sebelum kak kira denger apa yang lu ucapin soal dia kemarin"
Ucapku pada nando..

"Bacot!"
Balas nando justru mengambil satu langkah mendekatiku.

Namun tiba - tiba sebuah tangan menahan dada nando.

"Yaelah boy, kalo berani cari lawan yang setara lah"
Ucap bang dimas bangkit berdiri dan mendorong dada nando hingga ia melangkah mundur.

"Mau di panjangin?"
Tanya bang dimas di depan wajah nando.

"Atau mau di bawa ke jalur hukum?"
Sautku.

Ekspresi nando berubah saat mendengar ucapanku, ia perlahan mulai melangkah mundur keluar rumah.

"Mati lu"
Gerak mulut nando seakan berbicara denganku sebelum akhirnya membalikan badan dan dengan cepat melangkah menuju gerbang rumah.

Nando sudah pergi dari rumah pak nuel.

"Kamu tega yah to"
Ucap lala lemah di sebelah kiriku.

Entah kenapa, emosiku terpacu.

"Kamu yang tega la! Kalo kamu mau dirusak sama geri, silahkan! Tapi jangan harap aku ngebiarin kak kira dirusak juga"
Balasku menghadap lala.

*Plak*
Lala dengan kuat menampar pipiku, membuat darah di bagian pelipisku kembali mengalir.

Lala menatapku dalam tangisan.

"Maaf la...maaf kalo aku ngebiarin geri ngelakuin hal yang kemarin...entah kamu berharap aku menghentikan dia atau engga....tapi aku takut....aku takut kalo ujung - ujungnya kamu malah ngebelain dia"
Ucapku..

Lala menatapku dengan pandangan kesal.

"Karena aku udah sadar, bang dimas yang nyadarin aku"
Lanjutku sejenak melihat dimas.

"Kalo ini semua cuman masalah kepercayaan, kamu lebih percaya geri dibanding aku dan kak kira lebih percaya sama kamu....sedangkan aku sadar diri, kalo kenyataannya aku cuman anak pembantu yang numpang di rumah ini, apapun yang aku bilang ke kamu dan kak kira ujung - ujungnya akan percuma kecuali aku punya bukti....dan sekarang aku udah punya buktinya"
Aku menujuk ke meja dimana hpku masih terus memutar rekaman kejadian kemarin..

Kini lala menatapku bingung.

"Tapi tenang la, kak kira... Aku abis ini pamit kok..aku gabakal lagi ikut campur sama urusan kak kira dan lala....tapi sebelum pamit, aku cuman mau ngebuktiin kalo aku ga bohong...rekaman itu buktinya....terserah kak kira mau nujukin rekaman itu ke pak nuel atau engga..

"To..emh...aku lontenya geri"
Ucapanku terhenti saat mendengar suara lala dari rekaman hpku.

"La......kok kamu begini sih?"
Tanya kak kira menangis mengetahui nasib adiknya.

Wajah lala semakin terlihat bingung dengan kondisinya..

"La..aku tau kok kalo kamu itu anak baik - baik....kamu cuman terlalu polos dan percaya sama orang yang salah"
Ucapku kepada lala.

Alis mata lala mengerenyit, lala mengepalkan kedua tangan nampak berusaha menolak kenyataan bahwa apa yang ia lakukan selama ini merupakan perbuatan yang salah.

"Kak, aku pamit.....la, aku minta maaf kalo selama ini tanpa sadar aku udah ngambil perhatian pak nuel yang seharusnya dia berikan ke kamu"
Lanjutku mengelus lengan lala sebelum akhirnya melangkah keluar ruang tamu.

"Anto......jangann...."
Panggil kak kira saat bang dimas juga mulai berjalan keluar ruang tamu..

"Maaf kak"
Ucapku pelan pada kak kira.

Aku terus melangkah menjauhi pintu ruang tamu bersama dimas.

"Kamu kenapa sih la?.......kamu kenapa sampe begini sayanggg?"
Suara kak kira berbicara pada lala yang masih sempat ku dengar...

"Kak......aku......maaf"
Balas lala..

Aku dan bang dimas sudah berada di luar rumah pak nuel.

"Anterin gua ke kostan bang"
Ucapku.

Bang dimas mengangguk.

"Yang kuat lu to"
Balas bang dimas menepuk pundakku kemudian berjalan menuju mobil.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd