Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Culun

Kangen sama kak kira bisa terobati...muncul lagi cerita ini...lanjutkan suhu
 
Perubahan gmn yak suhu @Mynameismethos ?
Jd penasaran, hehe
Apakah si Culun dapat perawan? Haha
Ditunggu update cerita berikutnya suhu..
 
Ikut baca dimari om TS krna penasaran di TRIT YAELAH
Ada kata kata TRIT CULUN
Jadi tau asal usul nya anto hehehe
 
Titip Sendal Om....
Ayo Om... Bantai Geri Dan Bagas...
 
3​


Saat ini aku baru aja selesai mengganti bohlam lampu kamar mandi yang putus. Setelah memastikan bahwa bohlam yang baru dapat menyala, aku menutup pintu kamar mandi lalu melangkah keluar rumah untuk membuang bohlam lama yang saat ini ku genggam.

"Lampunya udah di ganti to?"
Teriakan kak kira dari teras rumah.

"Udah kak"
Jawabku sedikit berteriak sambil melempar bohlam melewati pagar rumah dan berhasil mendarat di tong sampah depan.

"Ih kok dilempar gitu sih to? Nanti kalo belingnya kena kaki tukang sampah gimana?"
Kak kira malah mengomeliku. Jujur aku malas bila harus membuka pagar hanya untuk membuang bohlam tadi.

"Eh...engga pecah kok kak"
Sautku mencoba melakukan pembelaan diri.

Kak kira ga menjawab teriakanku, aku melihat ke arahnya, ternyata kak kira memilih untuk duduk di kursi teras rumah, matanya terus melihat ke arahku.

Setakut takutnya aku terhadap geri, aku lebih takut jika kena omelannya kak kira, karena kak kira bisa saja mengusirku dari rumah ini kapanpun yang dia mau.

Aku memberanikan diri untuk mulai melangkahkan kaki ke arah kak kira. Mata kak kira terus menatapku. Hingga akhirnya aku sudah berada beberapa meter dari hadapan kak kira.

"Kamu kenapa sih to?"
Tanya kak kira seperti kebingungan.

"Oh..aku kira kak kira marah"
Jawabku sambil menggaruk kepala.

"Dih ge-er banget sih kamu.."
Balas kak kira terlihat menahan tawa karena ketakutanku.
"Sini to...duduk sini"
Suruh kak kira menepuk kursi kayu disampingnya.

"Iya kak"
Jawabku tersenyum lega sambil melangkah ke samping kak kira lalu duduk disampingnya.

"Gimana sekolahnya to? Lancar kan?'
Tanya kak kira sambil melihat ke arahku.

"Lancar kok kak.. aman"
Jawabku, sebentar membalas tatapan kak kira namun langsung ku sudahi karena merasa canggung bila bertatapan terlalu lama dengannya.

"Bagus deh"
Balas kak kira lalu mengalihkan pengelihatannya ke arah taman di depan kami berdua.

Aku kaget saat kak kira dengan santainya menggenggam tangan kiriku yang berada pada pinggiran kursi.

"Kalo kamu butuh apa - apa bilang aja yah to"
Ucap kak kira sambil mengelus bagian atas tanganku dengan jempolnya.

Hatiku merasa sejuk mendengar ucapan kak kira. Sejak ibuku meninggal, baru kali ini aku merasakan ada sosok wanita yang mampu membuatku merasa aman.

"Iya kak"
Jawabku pendek.

Aku memberanikan diri untuk membalas genggamannya. Kak kira menolehkan kepalanya ke arahku lalu tersenyum, aku dengan tulus juga ikut tersenyum sambil membalas tatapannya.

Namun tiba - tiba aku mendengar suara teriakan yang memanggil namaku.

"Antooo"
Teriakan dari dalam rumah yang aku hapal adalah suara lala.

"Ini antonya didepan dek"
Kak kira malah mendahuluiku yang sempat ingin berdiri untuk mendatangi lala sehingga aku mengurungkan niatku.

Tau lala akan datang, aku segera melepaskan genggamanku, namun kak kira ternyata masih terus saja menggenggam tanganku.

"Ih kirain dimana"
Keluh lala saat keluar dari pintu rumah.
"Kok pake acara pegangan tangan sih kak?"
Tanya lala saat melihat tangan kak kira.

"Biarin sih..kamu cemburu yah?"
Ucap kak kira malah mengangkat tanganku seakan menunjukannya ke lala.

"Ih dasar kak kira genit banget sih.. ohiya to, disuruh jemput kak vina tuh di stasiun"
Ucap lala.

"Oh iyaiya"
Jawabku sambil berdiri, kak kira terpaksa melepaskan genggaman tangannya.

"Kamu cemburu kan dek? Ya kan?"
Kak kira malah menjahili lala, jari tangan kak kira bergerak menyentuh pinggiran pinggang lala.

"Ihihi..kak kiraa udah ah..kaburrr"
Jawab lala, tertawa menahan gelitikan jari kak kira lalu memilih untuk berlari ke dalam rumah.

Aku masuk ke rumah untuk mengambil kunci motor lalu kembali ke teras rumah.

"Aku pergi dulu ya kak"
Ucapku pada kak kira yang masih duduk di kursi teras.

"Iya..hati - hati"
Jawab kak kira saat aku mulai berjalan menuju gerbang, aku membuka pagar lalu berjalan ke motorku.
"Biar kakak aja yang tutup gerbangnya to"
Kak kira setengah berteriak sambil berdiri dari kursinya lalu mulai berjalan ke gerbang.

"Oke kak"
Jawabku sambil menyalakan motor lalu menarik gas motorku melaju pelan keluar dari area parkiran.

___

Sekarang sudah sekitar jam 8 malam. Aku sejenak menunggu di depan stasiun. Ga berapa lama kak vina muncul menggunakan celana jeans ketatnya dengan atasan kardingan hitam tak dikancing sehingga menujukan kaos putih oblong sebagai dalamannya.

"Nunggu lama yah to?"
Tanya kak vina saat sudah berada beberapa meter di depanku.

"Engga kok kak, paling 10 menit"
Jawabku sambil memberikan helm yang biasa lala gunakan bila pulang bersamaku.

"Oh bagus deh."
Ucap kak vina saat menggunakan helm lalu menaiki motor.

"Siap kak?"
Tanyaku, aku sebentar melihat kebelakang melihat kesiapan kak vina.

"Yuk"
Jawab kak vina.

Aku pelan - pelan mulai menarik gas motorku. Jalanan terasa cukup ramai, wajar karena saat ini adalah jam pulang kerja.

"To."
Panggil kak vina saat kami sedang berhenti karena terjebak macet.

"Ya kak?"
Jawabku melepaskan stang motorku untuk sekedar meluruskan tangan.

"Hmmm..waktu itu kamu denger kakak lagi masturb yah?"
Pertanyaan kak vina ngebuat aku kaget. Aku bahkan sempat seperti kehilangan kendali kakiku yang sedang menahan motor untuk tetap seimbang.

"Maksudnya kak?"
Tanyaku balik pura - pura tidak mengerti dengan pertanyaan kak vina.

"Pas waktu itu kamu manggil kakak buat makan..kamu denger kan?"
Tanya kak vina sekali lagi. Tanganku kembali memegang stang untuk pelan menjalankan motor seimbang dengan kendaraan didepanku.

"Ehmm...ituu....mm....iya kak"
Jawabku ragu - ragu merasa tak enak untuk mengaku.

"Kamu ga ngerasa jijik kan to sama kakak?"
Tanya kak vina saat kendaraan lain mulai berjalan.

"Ah? Engga kok kak, kenapa jijik?"
Balasku sambil menarik gas motorku, mengimbangi laju kendaraan lain.

"Ya takutnya kamu jijik sama cewek yang suka ngelakuin gitu"
Jawab kak vina malah secara ga langsung mengakui kalau ia sering melakukan masturbasi.

"Engga kak, gapapa kok"
Balasku santai.

Aku bisa merasakan kak vina menggeser posisi duduknya mendekatkan badannya dengan punggungku. Bulu kudukku merinding saat menyadari mulut kak vina berada percis dibelakang kupingku.

"Kamu pernah masturb juga to?"
Tanya kak, hembusan nafas dari mulutnya membuat kupingku terasa geli.

"Ehmmm...iyaa..pernah kak"
Jawabku kembali menarik gas motorku dan akhirnya kami terbebas dari kemacetan.

"Sering?"
Tanya kak vina masih terus berbicara dibelakang telingaku.

"Engga"
Jawaku pendek menahan rasa geli di telingaku.

"Biasanya ngebayangin siapa?"
Tanya kak vina lagi lagi membuat bulu kudukku merinding.

"Gatau kak, lupa"
Jawabku se kenanya berusaha terus konsentrasi memperhatikan jalan, walau pikiranku sudah melayang jauh dan rasa nafsuku sudah berhasil membuat senjata masa depanku tegang.

Kak vina malah tiba - tiba memeluku dari belakang, dagunya di sandarkan pada pundak sebelah kananku.

"Kalo bayangin kakak, pernah?"
Tanya kak vina sambil mengeratkan pelukannya. Aku terpaksa memelankan laju motorku, untungnya kami sudah berada di area dekat komplek rumah.

"Ehmm..mmm"
Aku bingung harus menjawab apa. Jujur aku memang pernah membayangkan kak vina sebagai objek imajinasi masturbasiku, tapi mana mungkin aku mengaku kalo aku pernah melakukannya.
"Pernah yah to?"
Tanya kak vina lagi, seakan memaksaku untuk menjawab dan tangannya terus memeluku.

"Ya"
Aku terpaksa menjawab pertanyaan kak vina. Kak vina diam sejenak lalu kembali mengeratkan pelukannya.

"Bayangin gimana sih to?"
Tanya kak vina, aku udah bener - bener ga kuat sama tingkahnya kak vina, mungkin kalo ia bukan majikanku aku pasti sudah menghentikan motorku di daerah sepi dan langsung menerkam kak vina.

"Kak, ada satpam"
Ucapku mengingatkan kak vina saat kami sudah tiba di pintu masuk komplek.

Kak vina langsung melepaskan pelukannya lalu menggeserkan posisi duduknya sedikit mundur.
Selama perjalanan di dalam komplek kak vina ga lagi melakukan aksinya. Sesampainya didepan rumah, kak vina langsung turun dari motor dan membukakan gerbang, aku menarik gas motorku untuk masuk kedalam parkiran sementara kak vina kembali menutup gerbang.

"Makasih ya to"
Ucap kak vina sambil melepaskan helm lalu berjalan masuk ke dalam rumah.

Aku yang masih terpengaruh ulah kak vina di jalan tadi cuman bisa diem diatas motor. Setelah beberapa saat menenangkan diri juga menenangkan senjataku, akhirnya aku turun dari motor dan mulai melangkah masuk ke dalam rumah.

"Lama banget sih to?"
Tanya lala saat aku melewati ruang tamu tempat dimana lala sedang duduk sedang menonton tv.

"Iya, macet banget tadi"
Jawabku sambil melihat layar hpku, ternyata udah jam setengah sepuluh malam.
"Kamu ga tidur la?"
Tanyaku sedikit berbasa - basi.

"Blum ngantuk"
Jawab lala sibuk memencet mencet remot tv.

"Yaudah, aku tidur duluan ya la"
Balasku lalu mulai melangkah meninggalkan lala

"Toooo"
Teriak lala membuatku menghentikan langkahku. Aku melihat ke arah lala yang masih duduk memegang remot.

"Sleep well yah"
Ucap lala sambil tersenyum. Aku reflek membalas senyumannya lalu mulai kembali berjalan ke kamarku.

Setibanya di kamar aku langsung menjatuhkan tubuh ku di atas kasur. aku masih memikirkan sikap kak vina selama di perjalanan tadi, secara insting aku malah mulai memegang alat kelamin ku sendiri. Ya, aku melakukan masturbasi membayangkan kak vina, lalu tertidur.
________

Ke esokan harinya

Bel istirahat berbunyi, aku tetap duduk di kursi hanya memperhatikan teman - temanku yang satu persatu mulai pergi meninggalkan kelas. Hingga tiba - tiba aku merasakan pundak ku di sentuh, reflek aku langsung menghadap kebelakang.

"To, di cariin geri lu di wc"
Ucap aryo, teman sekelasku yang juga merupakan salah satu kelompotan geri.

Dengan berat hati aku bangkit dari kursi dan mulai berjalan mengikuti aryo menuju kamar mandi.

Setibanya di kamar mandi, geri langsung menyuruhku untuk mendekatinya yang sedang duduk di atas westafel.

"Jadi gimane to? Lu mau bantuin gua ga?"
Tanya geri lalu menghisap dalam rokok di tangan kirinya.

Aku teringat kembali ucapan geri kemarin saat ia hendak pulang dari rumah.

"Mending lu bantuin gua dah to, dari pada satu sekolah tau kalo lu itu anak haram"
Bisikan geri kemarin yang membuatku terdiam menyadari bahwa ia mengetahui rahasia terbesar dalam hidupku.

"Oi gimana? Selow ntar lu gua kasih dah sisaannya haha"
Ucap geri kembali menanyai keputusanku, hatiku sedikit mengerenyit membayangkan kak kira dan maksud arti kata 'sisaan' yang di ucapkan geri.

Aku hanya terdiam, mungkin ini adalah momen dimana aku harus mengambil keputusan terberat dalam hidupku.

Menyelamatkan diri ku sendiri dan mengorbakan kak kira atau menyelamatkan kak kira dan mengorbankan diriku sendiri.

Aku coba menenangkan diriku untuk berfikir sejenak. Hingga akhirnya aku mulai terdorong untuk mengambil salah satu keputusan.

"Woi buset dah. udeh culun, congean lagi ini anak"
Bentak geri sepertinya sudah tak sabar menunggu jawabanku.

Aku sekali lagi mempertimbangkan pilihanku. Aku ngerasa ga akan kuat bila harus menahan semua ini. Ya, aku yakin dengan keputusanku ini. Entah apapun yang akan terjadi, aku hanya berharap keberuntungan akan berpihak pada ku dan kak kira

Aku mengambil nafas panjang sambil membulatkan tekad pada keputusanku. Aku pelan membalikan badanku lalu berjalan menuju pintu kamar mandi.

"Oh oke, kaga susah kok buat nikmatin badan lonte kakak lu"
Ucap geri saat melihat aku melangkah pergi meninggalkannya.

Kupingku terasa panas mendengar geri memanggil kak kira dengan sebutan 'lonte', aku menghentikan langkahku percis di pintu kamar mandi, lalu kepalaku melirik ke belakang menatap geri yang juga membalas tatapanku.

"Coba gih"
Balasku dengan tenang.

Aku melihat bagas seperti terpancing emosi dan ingin bergerak ke arahku, namun tangannya di tahan oleh geri yang masih saja menatapku tajam.

___________

Hingga bel menandakan waktu pulang berbunyi. Tidak seperti biasanya, aku memilih untuk tinggal sejenak di dalam kelas.

"Bodo dah"
Gumamku dalam hati, masih memikirkan keputusanku untuk melawan geri.

Kondisi kelas mulai sepi, aku merapikan alat sekolahku lalu melangkah menuju kelas lala.

Setibanya di sana, aku tidak melihat lala ada di dalam kelasnya. Aku mengeluarkan hp dan mengirimkan pesan wa ke lala.

"Pulang bareng ga?"
Isi pesan yang ku kirim

Aku berdiri didepan kelas lala menunggu balasan darinya. Entah berapa lama aku menunggu hingga sekolah mulai sepi, bahkan kelas lala kini sudah benar - benar kosong.

Tiba - tiba hp yang ada di genggamanku bergetar.

"Aku bareng geri"
Balasan pesan yang ku terima dari lala.

Aku menaruh hp ke dalam saku baju lalu berjalan ke arah tangga. Setibanya di area parkiran, aku merogoh kedua kantong celanaku.
Aku menaruh tasku di bawah lalu membuka semua bagian tasku.

"Nyari kunci motor ye?"
Sebuah suara dibelakangku saat aku sedang merunduk memeriksa tas.

Aku melihat ke belakang. Bagas sedang berdiri percis di pinggiran koridor yang lantainya sedikit lebih tinggi dari aspal parkiran.

"Lu ditungguin geri di kamar mandi"
Ucap bagas sambil memutarkan badannya lalu melangkah menjauhiku.

Aku membangkitkan badanku. Ku tarik tasku ke atas lalu ku tutup semua reseletingnya. Aku berjalan ke arah koridor sambil meggendong tas yang talinya hanya terkait satu di lengan kiriku.

Sesampainya di depan kamar mandi, aku bisa merasakan jantungku berdetak cepat.

"Jagoannya udah dateng nih ger"
Teriak bagas yang berdiri di pintu kamar mandi.

Bagas menggeser badannya seakan mempersilahkanku untuk masuk. Dengan langkah pelan, aku mulai berjalan ke dalam kamar mandi.

Ternyata di dalam kamar mandi hanya ada geri. Geri sedang berdiri di depan westafel tempat ia biasa duduk. Geri melirik ke arah pintu kamar mandi lalu menggerakan alisnya, beberapa detik kemudian aku mendengar suara pintu kamar mandi yang ada di belakangku di tutup.

"Ribut kita to?"
Tanya geri dengan tenang.

Aku terdiam sambil melihat mata geri. Geri malah menghindari tatapanku.

"Ayoklah, jangan gede gaya doang"
Ucap geri sekali lagi.
Geri memajukan posisinya satu langkah ke depan hingga jarak kami hanya beberapa centi. Matanya yang tadi menghindariku tiba - tiba membalas tatapanku.

Postur tubuhnya lebih tinggi dariku, aku harus sedikit melihat ke atas untuk bertatapan dengannya.

"Kalo emang culun mah gausah banyak gaya"
Ucap geri percis di hadapanku.

Geri membalikan badannya ke belakang lalu berjalan menuju westafel sambil tangan kirinya mengeluarkan bungkus rokok dan korek gas dari saku celanannya.

Geri memutarkan badannya kembali menghadap ke arahku. Lalu ia mengangkat badannya duduk di atas westafel.

"Manusia model kayak lu gausah mimpi buat jadi pahlawan dah to"
Ucap geri yang sudah duduk di atas westafel.

Geri memasukan rokok ke dalam mulutnya lalu ia nyalakan. Geri menaruh korek gasnya di saku baju dan mengganti isi tangannya memegang hp.

"Gausah ganggu kak kira ger"
Ucapku pelan.

Aku masih terus melihat ke arah geri yang kini sedang sibuk menatap layar hpnya.

"Lah kalo gua mau ganggu emang kenapa?"
Tanya geri tanpa melihat ke arahku.

Aku hanya terdiam tak menjawab pertanyaan geri.

Geri tiba - tiba kembali melihat ke arahku. Tangan kanannya yang memegang hp bergerak menunjukan layar hpnya kepadaku.

"Nih. Kakak lonte lu bakal gua bikin jadi begini"
Ucap geri.

Aku bisa melihat jelas layar hp geri. Hpnya sedang memutarkan sebuah video. Lala terlihat berjongkok dengan mata tertutup kain hitam sedang di sorot dari atas. Lala mengulum sebuah penis, penis yang di miliki oleh orang yang merekamnya.

Emosiku terasa terbakar melihat video itu.

"Adeknya aja lonte, apalagi kakaknya"
Ucap geri

Geri turun dari westafel lalu meletakan hpnya di sana. Geri perlahan jalan ke arahku. Aku masih terus menatap ke hp geri yang kini tergeletak di atas westafel.

"Kasian gua to"
Ucap geri saat ia sudah berada di hadapanku.

Mataku ku arahkan membalas tatapan geri. Emosiku sudah berada di ambang batas. Ingin sekali rasanya aku membelah wajah yang ada di depanku ini.

"Miris gua ngebayangin nyokap lu. Capek - capek ngelonte, eh anaknya..."

"Cukup"
Ucapku dalam hati.

Aku mengangkat dengkulku ke depan hingga berbenturan dengan area selangkangan geri.

"Eughh"
Suara geri.

Geri mundur kebelakang sambil membungkukan badan, tangan kirinya memegang area selangkangan sementara tangan kanannya memegang perut.

Aku maju mengimbangi langkah geri. Lagi - lagi ku angkat dengkulku ke atas hingga beradu dengan wajah geri.

Badan geri semakin membungkuk. Geri menjatuhkan badannya ke kanan ku. Tubuh geri tiduran menyamping di lantai, menekuk seperti huruf C. Tangan geri masih memegang selangkangan dan perutnya, bagaian atas mulutnya berwarna merah berlumur darah yang keluar dari hidungnya.

Aku menurunkan badanku mendekati geri. Tangan kiriku mendorong paksa pundak kanan geri hingga ia tiduran telentang. Dengkul kiriku aku letakan diatas dada geri.
Aku menarik tangan kananku yang terasa ringan ke belakang, dengan sekuat tenaga ku dorong tangan kananku ke depan hingga kepalan jariku berbenturan keras dengan wajah geri.

"Aghk"
Suara eluhan singkat yang dikeluarkan mulut geri saat aku memukulnya.

Aku kembali menarik tanganku ke belakang, lalu melayangkan lagi kepalan tanganku ke wajahnya.

"MATI LU BANGSAT!"
Teriakku sambil terus melayangkan pukulanku ke wajah geri.

Geri sama sekali tak sempat melawan. Aku terus memukul wajahnya. Wajah geri mulai di penuhi darah. Aku bahkan bisa meraskan tanganku terasa perih karena terus beradu dengan wajahnya.

"ANJINGGG!!"
Teriaku lagi.

Tanganku terasa sakit. Namun tak seberapa bila dibandingkan dengan rasa sakit yang sudah geri berikan padaku.

Aku sangat menikmati setiap momen saat kepalan tanganku beradu dengan wajahnya.

Namun tiba - tiba pukulanku terhenti.....

"ANTO STOP!"
Teriakan suara yang sangat ku kenal.

Suara lala..

"KAMU JAHAT TO!"
Suara teriakan lala dari belakangku.

Aku memutarkan kepalaku melihat ke belakang. Lala sedang berdiri di pintu kamar mandi. Aku bisa melihat jelas wajahnya yang sudah basah dibanjiri air mata, sementara tangan lala menggenggam erat tangan bagas yang berada di sampingnya.

"Papah harus tau.."
Ucap lala sambil menangis.

Lala melepaskan tangan bagas lalu memutarkan badannya. Dengan cepat lala berlari meninggalkan kamar mandi.

Aku melepaskan kepalan tanganku karena menyadari perbuatanku. Kujatuhkan tubuhku terduduk di lantai.

Bagas melangkah masuk ke dalam kamar mandi berjalan ke arah geri melewati hadapanku. Bagas menarik tangan kiri geri dan dirangkulkan ke lehernhya sendiri untuk membantu geri berdiri.

Mereka berdua mulai berjalan, dan saat tepat berada di depanku, geri mengarahkan wajahnya yang penuh darah ke arahku

Geri menggerakan tangannya yang bergetar ke arah sakunya. Geri menjatuhkan sesuatu ke lantai, kunci motorku.

"Culun"
Ucap geri pelan sembari beberapa tetes darah keluar dari dalam mulutnya lalu lanjut melangkah pelan meninggalkan aku sendiri di kamar mandi.

Aku hanya duduk terdiam. Menyesali apa yang sudah ku lakukan. Awalnya aku mengira bahwa aku berhasil memberikan geri pelajaran, tapi ternyata ini semua rencananya.

Cita - citaku, mendiang ibuku, semua orang yang selama ini membantu hidupku.. Aku menyesal.

Seandainya waktu bisa ku putar, walau hanya beberapa jam saja. Mungkin aku akan merubah keputusanku dan menuruti permintaan geri untuk membantunya mendapatkan kak kira. Setidaknya aku tidak perlu takut untuk kehilangan tempat tinggal seperti ini.

Aku mengutuk keberuntungan yang tak pernah berpihak kepadaku. Aku membenci tuhan yang tak pernah membantuku. Aku menghujat setan yang tak pernah membagi kenikmatan padaku.

Aku tersenyum dan menertawakan diriku sendiri.

____

POV orang ke - 3

Disuatu tempat.

"Ah...aaahh...terusss"

Seorang wanita mendesah kenikmatan saat di genjot oleh seorang pria, kedua kaki dan tangannya bertumpu diatas sebuah matras di tengah ruangan.

"Isepin dong"

Pria lain mendekat dari arah depan sambil mengarahkan penisnya ke mulut wanita itu.

Wanita itu dengan semangat meraih penis yang ada di depannya. Ia membuka mulut lalu memasukan penis itu ke dalam mulutnya.

"Ehmmmhhh....eeehm"
Desahan sang wanita tertahan penis yang ada dalam mulutnya.

"Aaah...anjirr seret banget"
Ucap sang pria menikmati kenikmatan penisnya yang terus bergerak maju mundur di dalam lubang wanita cantik itu.

"Isepannya juga mantep cuy"
Balas pria lain tak mau kalah mendapatkan pelayanan menggunakan mulut.

Wanita yang berada di tengah kedua pria itu mengeluarkan penis yang ada di dalam mulutnya. Melihat kebelakang menyaksikan pria yang sedang mengenjot lubang vaginanya.

"Aaaah....terusss akuuu nyampee"
Ucap sang wanita menikmati sensasi orgasme yang terasa ingin keluar dari selangkangannya.

Sang pria mempercepat genjotannya sambil mencengram kuat pantat putih wanita itu.

"Bareeeeeenggggg"
Balas sang pria.

Tubuh sang wanita bergetar. Pria yang mengejot vaginanya menarik keluar penisnya lalu meyemburkan cairan kental ke punggung sang wanita.

Sang wanita ambruk tengkurap diatas matras hitam.

Pria yang berada di depan sang wanita bergerak mendekati selangkangan sang wanita.

"Sekarang gua ya"
Ucap pria itu sambil mengarahkan penisnya ke bibir vagina sang wanita.

Tiba - tiba terdengar suara hp berbunyi.

"Bentar - bentar..ambilin hpku dong"
Ucap sang wanita.

Pria yang sudah melampiaskan hasratnya tadi melangkah menuju sudut ruangan dimana hp sang wanita sedang di cas.

"Nih"
Ucap pria sambil menjulurkan tangannya ke arah sang wanita.

"Halo"
Ucap sang wanita sambil menempelkan hpnya ke kuping

"Emang kenapa? Ehmm ah"
Sang wanita terpekik saat merasakan vaginanya dimasuki oleh sebuah penis.

"Anto kenapa?!"
Ucap sang wanita terkejut, bahkan seperti tak merasakan bahwa vaginanya sudah mulai di genjot.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd