Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Culun

Mantap ijin buat tenda di bagian ini
 
6​


"Kiri bang"
Ucapku sambil mengetuk atap mobil angkutan umum yang sedang ku tumpangi ini.

Mobil berhenti, aku segera melompat keluar dan membayar biaya perjalananku kepada supir angkot. Selesai membayar, aku mulai melangkah memasuki area komplek, hingga akhirnya tiba di depan rumah bertingkat.

Aku mengeluaekan hp yang kemarin di bawakan oleh kak vina.

"Kak, aku di depan"
Isi pesan yang ku kirim kepada kak vina.

Selang beberapa menit.
Pintu rumah terbuka, kak vina muncul dari baliknya. Kak vina tersenyum, lalu melangkah mendekati gerbang.

"Kesini naik apa to?"
Tanya kak vina sambil membuka kunci gerbang.

"Angkot kak"

Pintu gerbang terbuka.

Masih dengan senyuman di wajahnya, kak vina menggeser badan untuk mempersilahkanku masuk.

"Makasih kak"
Ucapku, lalu melangkah melewati gerbang.

"Kamu tunggu di teras yah to, biar kakak panggilin papah dulu"
Ucap kak vina, menutup gerbang lalu mulai melangkah.

Aku berjalan di belakang kak vina. Setibanya di teras.
Aku berhenti, sementara kak vina terus masuk ke dalam rumah.

Jujud, jantungku mulai berdebar, menyadari bahwa sebentar lagi aku akan bertemu dengan pak nuel.

Selang beberapa saat.

"Sini to"
Teriak kak vina dari dalam rumah.

Aku memberanikan diri untuk masuk.
Di ruang tamu, aku menemukan kak vina sedang meletakan dua gelas minuman di atas meja.

"Duduk dulu to, papah masih di kamar"
Ucap kak vina.

Aku meletakan tubuhku terduduk di atas sofa yang berada paling dekat dengan pintu.

"Panggilin kakak sama adikmu vin"
Suara pak nuel.

Selang beberapa detik.

Munculah seorang pria tua yang menggunakan kaca mata dengan rambut tipis namun tersisir rapih.
Di wajahnya aku dapat melihat ke wibawaan.Tubuhnya masih tegap walau kulitnya sudah nampak mulai berkeriput.

Pak nuel melangkah ke arahku dan berhenti di samping sofa yang ada di seberangku.
Reflek, aku berdiri untuk menunjukan rasa hormat akan kehadirannya.

"Duduk aja. Kita tunggu dulu kakak dan adikmu"
Ucap pak nuel, lalu menurunkan tubuhnya duduk.

Mendengar ucapan pak nuel, kembali duduk sambil melihat tubuh belakang kak vina yang sedang menaiki tangga.

"Sehat kamu to?"
Tanya pak nuel.

"Sehat pak"
Jawabku sambil mencoba sedikit tersenyum.

Aku mendengar suara langkah kaki. Kak vina dan lala sudah berada di anak tangga paling bawah, sementara kak kira berada di belakang mereka berdua.
Ke tiga gadis cantik itu bergerak maju, segera ku lemparkan pandanganku ke arah meja yang berada di antara aku dan pak nuel.

"Sebenarnya kamu ada masalah apa disekolah to?"
Tanya pak nuel.

Sudut mataku melihat tiga pasang kaki sudah berada di pinggir sofa.
Aku menarik nafas panjang, lalu memberanikan diri menaikan pandangan menatap pak nuel.

"Saya berkelahi pak"
Jawabku.

"Kenapa?"
Tanya pak nuel dengan tenang.

"Ibu saya di hina, saya emosi"

Pak nuel sejenak terdiam setelah mendengar jawabanku.
Ia mengalihkan pandangannya kepada kak kira yang sudah duduk paling dekat dengannya.

"Apa benar dia pengen melakukan tindakan buruk kepada kira?"
Tanya pak nuel.

Pak nuel kembali melihatku.
Nyaliku menciut, aku segera menurunkan pandanganku kembali ke meja.
Entah mengapa, aku tak yakin untuk menjawab pertanyaan pak nuel.

"Kamu berbohong kepada kakakmu to? Jadi sebenarnya kamu berkelahi karena ingin membela kak kira atau karena ibu kamu di hina?"
Tanya pak nuel lagi.

Mendengar pertanyaan pak nuel, aku melihat ke arah lala yang berada di antara kak vina dan kak kira.
Lala tak melihatku, namun jelas terbaca bahwa ada ke khawatiran di wajahnya.

"Maaf pak"
Ucapku pelan, sembari mengembalikan pandanganku ke meja

"Trus kenapa kamu pergi dari rumah to?"
Tanya pak nuel.

Aku terdiam.

"Kamu marah sama kakakmu?"
Tanya pak nuel lagi.

Egoku seakan menghilang mendengar pertanyaan - pertanyaan dari pak nuel.
Aku semakin menurunkan pandangan kebawah, hingga aku hanya dapat melihat dengkulku sendiri.

"Saya tau kamu anak baik - baik to, saya percaya sama kamu, tapi kamu juga harus mengakui bahwa apa yang kamu lakukan itu salah"
Ucap pak nuel.

Semua rasa pembenaranku seakan mati di telan ucapan pak nuel. Hinaan geri terhadap ibu, rencana geri kepada kak kira, tindakan geri kepada lala.
Aku tersadar bahwa semua alasan itu tidak bisa membenarkan apa yang aku lakukan kepada geri.

"Sekarang saya tanya, apa kamu mau tetap tinggal di sini?"
Tanya pak nuel.

Aku memberanikan diri melihat kak kira, ternyata kak kira juga sedang melihatku.
Mata kami bertemu, wajah kak kira jelas marah karena merasa bahwa aku telah membohongi dirinya.

"Saya ga mau lagi numpang di sini pak"
Ucapku, walau sekuat tenaga, namun tetap terdengar pelan.

Mataku terus menatap kak kira. Wajah kak kira berubah, alisnya mengernyit seakan tersinggung mendengar ucapanku.

"Maksud kamu apa?"
Tanya pak nuel.

Aku sama sekali tak menanggapi pertanyaan pak nuel.

"Ga ada seorangpun yang menganggap kamu numpang di rumah ini!"
Suara pak nuel meninggi.

Entah mengapa, aku merasa puas, setidaknya rasa kekecawaanku terhadap kak kira se akan telah tersampaikan. Keberanianku meningkat, aku menatap pak nuel.

Pak nuel melihat ke arah kak kira.

"Sayapun juga kecewa kalo masih ada yang menganggap kamu numpang di rumah ini"
Ucapnya, terdengar secara tak langsung sedang berbicara kepada kak kira.

Jujur, aku merasa menang.
Sudut kiri mataku dapat melihat kak kira segera menurunkan wajahnya.

"Tapi bagaimanapun juga, kamu harus ingat ibu kamu. Tamatkan sekolah! Jangan sia - siakan semua perjuangan ibu mu. Sekarang kamu maunya apa?"
Pak nuel kembali berbicara kepadaku

Perasaanku tercampur.
Kata - kata pak nuel 'semua perjuangan ibu' langsung memenuhi otakku.
Aku terdiam, tak bisa menentukan apa yang aku inginkan.

"Saya mengerti perasaan kamu, tapi saya minta kamu untuk tetap sekolah, karena itu janji saya terhadap mendiang ibu mu."
Lanjut pak nuel.

Pak nuel bangkit berdiri lalu membalikan badan, berjalan meninggalkan kami berempat diruang tamu.
Aku, lala, kak vina dan kak kira hanya terdiam.
Namun tiba - tiba kak kira bangkit dari duduknya, kemudian melihat ke arahku.

"Kamu tega yah to"
Ucap kak kira, juga pergi meninggalkan ruang tamu.

Selang beberapa detik, aku merasakan tangan kiriku di sentuh.
Aku melihat ke kiri, ternyata kak vina yang duduk paling dekat denganku sendang mengusap tempurung tanganku

"Temenin kakak makan yuk"
Ajak kak vina tersenyum.

Aku mengerti bahwa kak vina mencoba untuk menenangkan perasaanku.
Aku mengangguk.
Elusan kak vina berubah menjadi genggaman.
Kak vina berdiri, tanganku tertarik, aku ikut berdiri.

Saat aku dan kak vina hendak pergi meninggalkan ruang tamu.

"To"
Suara lala memanggilku.

Aku melihat ke arah lala yang masih duduk di tengah sofa.

"Pulang"
Ucap lala

Aku tersenyum.

"Iya"
Jawabku.
________

"Jadi kamu mau pulang to?"
Tanya kak vina sambil membersihkan mulutnya setelah selesai menyantap makanan.

"Gatau kak"

Aku memajukan wajahku memasukan ujung sedotan kedalam mulut.

"Menurut kak vina gimana?"
Lanjutki setelah menghisap jus jeruk.

"Kakak sih pengennya kamu pulang to. Tapi kakak sadar kok, kamu udah gede dan bisa hidup mandiri"
Jawab kak vina

Kak vina meraih gelas dari atas meja lalu meneguk isi di dalamnya.

"Apalagi itunya"
Lanjut kak vina tersenyum, lalu sedikit mengeluarkan lidah yang ia lipat ke tengah sehingga berbentuk bulat

"Apasih kak...."
Ucapku memalingkan wajah karena mengerti maksud ucapan kak vina.

"Tapi kakak tau kan masalah sebenernya kenapa aku berantem sama geri?"
Lanjutku bertanya.

"Tau kok, dia main sama lala, terus dia mau ngerjain kak kira, dan dia ngatain kamu kan?"

Aku terdiam, ternyata kak vina mengerti semua alasanku.

"Kakak tau kok kalo kamu ga bohong. Tapi kamu ga berani bilang ke papah karena ga tega kalo lala sampai di marahin papah kan?"
Lanjutnya.

Aku hanya bisa mengangguk.

"Kakak mau cerita sesuatu ke kamu to, kamu dengerin kakak yah"
Ucap kak vina.

Lagi - lagi, aku mengangguk.

"Sebenernya kakak kasian sama lala, dan kalo kakak jadi kamu, mungkin kakak juga ga akan bilang masalah ini ke papah.

Kakak sebenernya tau kalo dari dulu papah pengen banget punya anak cowok, cuman sampai lala lahir dan mamah meninggal ternyata ke inginan papah belum terwujud.

Entah kamu sadar apa engga yah to, dari kamu dan lala masih kecil, papah jelas lebih perhatian sama kamu dibanding lala.

Ya mungkin itulah alasan kenapa lala sekarang kayak gitu, mungkin pacarnya lala yang namanya geri itu bisa ngasih lala perhatian yang selama ini dia cari"
Jelas kak vina.

Mulutku terbuka, aku sama sekali tak menduga bahwa kak vina akan mengungkapkan ini.
Jujur, aku merasa bersalah kepada lala. Otakku bekerja, mengingat semua memori masa kecilku bersama lala.

"Kalo kamu sakit atau ada masalah, papah pasti langsung pulang. Kamu sadar ga sih kalo hari ini papah pulang karena masalah kamu berantem di sekolah, bukan karena masalah kamu yang udah bikin nangis lala?"
Lanjut kak vina

"Maaf kak"
Hanya itu yang bisa keluar dari mulutku, aku bahkan tak mengerti mengapa aku justru meminta maaf kepada kak vina.

"Yah, kamu jangan sedih dong to"
Ucap kak vina, sambil menggenggam tanganku.

Aku mengangguk.

"Kakak cuman pengen kamu tau betapa sayangnya papah ke kamu kok. Yah, kakak nyesel deh cerita ke kamu"
Bujuk kak vina.

Aku memaksa bibirku tersenyum.

"Iya kak"
Ucapku.

"Udah - udah, mending kita pulang yuk"
Ajak kak vina tersenyum

Aku tak menjawab ajakan kak vina.

"Atau mau ke kostan?"
Lanjutnya, kini senyumannya berubah nakal.

Aku tak menjawab.

"Yah anto, jangan sedih dong"
Bujuknya lagi.

Lagi - lagi aku berusaha tersenyum.

"Udah yuk, kita pulang..atau mau ke kostan aja?"
Tanya kak vina.

"Kakak maunya kemana?"
Perasaanku yang masih campur aduk membuatku hanya bisa balik bertanya.

"Ke kostan aja yuk"
Balas kak vina, kini ia sedikit menggigit bibir bawahnya.

Aku mengangguk.

_______

POV Kak Kira

"Kamu beneran dek?"
Tanyaku ke lala, di depan pintu gerbang sebuah rumah.

"Iya kak, aku kalo ke sini selalu disuruh langsung masuk kok"
Jawab lala sambil membuka selot gerbang.

Aku mengikuti langkah lala memasuki area rumah hingga ke depan pintu yang terbuka.
Aku mengintip ke dalam rumah, melihat seorang wanita sedang duduk menonton tv.
Lala mengetuk pintu sehingga wajah wanita tersebut melihat ke arah kami.

"Eh ada kamu la, kirain siapa. Ayo silahkan duduk"
Ucap mamahnya geri sambil berdiri.

Aku dan lala masuk ke ruang tamu lalu duduk di kursi panjang.

"Duh, kebetulan geri lagi pergi pengobatan sama papahnya.. tapi tunggu bentar deh ya"
Ucap mamahnya geri kemudian melangkah menjauhi kami berdua.

Mamahnya geri berhenti di depan sebuah pintu. Ia mengetuk pintu tersebut.

"Bang..ada tamu"
Ucap mamahnya geri.

Tak lama pintu terbuka, keluarlah seorang pemuda dengan badan yang sangat atletis.
Pemuda itu berjalan ke arah aku dan lala, lalu duduk di seberang kami.

"Oh lala, kirain siapa....ini?"
Ucap pemuda itu sambil melihat ke arahku.

"Ini kak kira, kakaknya lala"
Jawab lala.

"Oh maaf - maaf... Nando"
Ucapnya sambil menjulurkan tangan ke arahku.

Entah kenapa, aku merasa canggung, namun aku memberanikan diri untuk meraih dan menyalam tanganya.

"Kira"
Jawabku.

Di saat yang sama, mamahnya geri muncul membawa sebuah nampan dengan beberapa gelas di atasnya

"Ini kakaknya lala bang, cantik kan."
Ucap mamahnya geri sambil meletakan gelas di atas meja.

"Apaan sih ma"
Jawab nando tersenyum.

Diam - diam aku melihat wajah nando.
Rambutnya terpotong rapih pendek di bagian kanan dan kirinya, dagunya lebar selaras dengan tubuhnya yang terlihat jelas sering berolahraga.

Tiba - tiba nando juga melihat ke arahku, reflek aku membuang tatapanku.

"Kuliah atau kerja kak?"
Ucap nando kepadaku.

Aku merasa aneh mendengarnya memanggilku dengan sebutan 'kak'

"Kuliah"
Jawabku singkat

Entah kenapa, aku malu untuk membalas tatapannya.

"Anak tante yang pertama ini guru olah raga loh, udah jadi pns. Tau nih kapan dia mau ngasih tante menantu"
Ucap mamahnya geri setelah selesai menyajikan gelas di meja.

Aku melirik nando.
Jujur aku kagum, ternyata selain penampilannya yang menarik dia juga memiliki status yang cukup membanggakan.

"Udah kek mah. Mamah mah gitu terus"
Ucap nando kepada mamahnya

Aku justru tersenyum melihat ke akraban mereka.
Mamahnya lalu duduk disamping nando, dan kami pun mengobrol mengenai masalah geri dan anto. Aku menyampaikan pada mereka, bahwa aku sudah mentranfer uang pertanggung jawaban.

Waktu berlalu, geri dan ayahnya tak kunjung tiba, akhirnya aku dan lala memutuskan untuk pulang.

"Kak"
Panggil lala di sebelahku saat aku sedang berkonstrasi mengendarai mobil

"Ya?"
Jawabku tanpa melihat ke arah lala.

"Ini liat"
Suruh lala.

Aku melihat ke arah lala.
Lala mengarahkan layar hpnya kepadaku, menampilkan sebuah pesan.

"Dek. Minta kontak kakak kamu boleh?"
Pesan yang dari nando.

"Ih apasih kamu la"
Jawabku, kembali melihat ke depan.

Entah kenapa aku malah tersenyum mengetahui nando meminta kontak ku.

"Kasih ga nih? Hihi"
Tanya lala, tertawa namun terkesan mengejekku.

"Terserah"
Jawabku, pura - pura tidak peduli.

_______

Pov Anto.

"emhhhhh...terusss too"
Desah kak vina menikmati hisapanku pada puting kirinya.

Aku dan kak vina saat ini sudah berada di kamar kost. Aku sedang menindih tubuh kak vina yang sudah telanjang bulat. Aku terus menghisap puting kiri kak vina sambil tangan kiriku meremasi payudara kanan kak vina.

"Ah...too....bentar"
Ucap kak vina. Aku mengangkat wajahku dari payudara kak vina.

"Kenapa kak?"
Tanyaku.

Kak vina melirik ke arah penisku.

"Masukin to"
Ucap kak vina sambil menggigit bibir bawahnya.

Aku mengangkat badanku semakin menjauh dari kak vina.

"Tapi jangan berisik yah kak" Ucapku sambil melebarkan paha kak vina.

Aku meraih penisku yang sudah tegak sepenuhnya.

"Ehm..bentar deh"
Ucap kak vina.

Kak vina menarik kedua kakinya melewati pinggangku lalu membalikan badannya membelakangiku. Kak vina menidurkan tubuhnya tengkurap, kakinya di luruskan disisi kanan dan kiriku.

Aku sejenak memperhatikan pantat mulus kak vina yang berada percis di depan penisku.

"Ayo to..tapi jangan dikeluarin di dalem lagi yah"
Ucap kak vina sambil tersenyum lalu memendamkan wajahnya diatas bantal.

Mengikuti insting, aku memegang kedua bongkahan pantat kak vina. Aku meremas pantat kak vina sekali, lalu melebarkannya sehingga aku dapat melihat jelas lubang anus dan lubang vagina kak vina.

Aku mengarahkan penisku ke bibir vagina kak vina. Pelan, ku dorong pinggulku ke depan hingga kepala penisku berhasil masuk. Tubuh kak vina sedikit bergetar. Kedua tangannya mencengkram kasur.

"Emhhh"
Desah kak vina tertahan bantal.

"Aku masukin yah kak"
Ucapku.

Tanpa menunggu respon dari kak vina. Aku mendorong masuk penisku hingga sepenuhnya di telan vagina kak vina.

Tubuh kak vina semakin bergetar. Otot pahanya yang mengencang.

Entah mengapa aku sangat menyukai posisi ini. Aku menjatuhkan badanku pelan diatas punggung kak vina. Ku ciumi pundak kak vina sambil menikmati sensasi pijitan vagina kak vina. Aku terus menciumi pundak dan leher bagian belakangnya.

Tiba - tiba kak vina mengangkat wajahnya hingga tak menempel dengan badan.

"To...genjott"
Ucap kak vina pelan.

Aku yang sempat terlena menciumi tubuh kak vina kembali teringat dengan kondisi penisku.

"Iya kak"
Jawabku.

Perlahan aku mulai menggerakan pinggulku maju mundur. Tangan kak vina kembali mencengkram kasur.

"Emhhhh.....mmmhhh"
Desah kak vina.

Aku semakin bernafsu mendengar desahan kak vina. Aku mulai mempercepat tempo gerakanku, kenyal pantat kak vina dapat ku rasakan mulai bergoyang selaras dengan gerakanku.

Tiba - tiba kaki kak vina menjempit pahaku. Badan kak vina bergetar. Tangan kak vina melebar kencang hingga sedikit menunjukan struktur tulang dibalik kulit putihnya.

"Eeeeeemhhhhhh"
Desah kak vina panjang.

Penisku terasa tenggelam di dalam cairan cinta kak vina. Aku justru semakin bernafsu.

Ku turunkan tubuhku hingga dadaku menyentuh punggung kak vina. Ku letakan bibirku di leher belakang kak vina, aku mencium dan menghisap leher kak vina.

Aku mempercepat gerakanku sambil terus menyiumi tubuh bagian belakang kak vina.

Entah berapa lama aku terus mempenetrasi lubang vagina kak vina. Suara pertemuan antara pinggangku dan pantat kak vina terus bergema di ruangan kost ini

"Emmmhhh.....eeeemmhh"
Tubuh kak vina sekali lagi bergetar.

Aku juga merasakan orgasmeku seakan di tarik dari pahaku.

"Kak....aku keluarrr"
Ucapku.

"Emmmhhhhhhhhh"
Desah kak vina ketika tubuhnya kembali bergetar.

Mengingat ucapan kak vina, aku mengangkat tubuhku hingga tegak dan menarik penisku keluar.
Penisku langsung memuntahakan cairan kental tepat di pantat kak vina.

Kak vina menggerakan kepalanya ke samping hingga mulutnya tak lagi tertutupi bantal.

"Ahh....ah..kenapaa.*** di dalem to?hah"
Tanya kak vina dengan nafas terengah - engah.

Aku tak menjawab pertanyaan kak vina. Aku menurunkan kembali tubuhku menindih punggung kak vina.

"Kamu ga mau kakak hamil?"
Tanya kak vina lagi.

"Jangan aneh - aneh dong kak" Jawabku merasa sedikit terganggu dengan pertanyaan kak vina.

"Iya anto sayang"
Balas kak vina.

Sejenak kami berada dalam posisi ini hingga kak vina memintaku untuk menyingkir. Aku menggeser tubuhku dan berbaring di samping kak vina.

"To..besok kamu kerumah kan?" Tanya kak vina masih dalam posisi tengkurap.

"Gatau..emang kenapa kak?" Jawabku.

Kak vina beregerak mendekatiku, menaikan kaki kanannya di atas pahaku sehingga paha bagian bawahnya menyentuh penisku.
Kak vina juga menaruh tangan kanannya di dadaku.

"Kan besok papah berangkat"
Jawab kak vina sambil mengelus dadaku

Aku meletakan tangan kananku diatas paha kak kira.

"Ohiya"
Jawabku ikut mengelus paha kak vina.

_________

Ke esokan harinya.

Aku baru saja sampai di depan rumah pak nuel.

Rupanya pak nuel sudah berdiri di depan pagar bersama lala dan kak vina di belakangnya, mobil dinas pak nuel pun sudah menunggu.

"Mau langsung berangat pak?" Tanyaku sambil turun dari motor.

"Ya. Kamu sini sebentar"
Jawab pak nuel.

Mendengar ucapan pak nuel, aku segera melangkah mendekatinya. Aku menghadap ke arah pak nuel sehingga mobil dinasnya berada percis di belakangku.

"Walau kamu sekarang tidak tinggal di rumah, tapi saya minta kamu sering datang ke rumah. Setidaknya agar vina bisa mengontrol kondisi kamu"
Ucap pak nuel.

"Baik pak"
Jawabku sambil menurunkan punggungku menunjukan sikap hormat padanya.

Tiba - tiba aku mendengar sebuah suara di sampingku.

"Pah, barangnya udah masuk semua"
Aku melihat ke samping.

Ternyata ada kak kira yang baru saja turun dari mobil sehingga kini ia berada tepat di sampingku.

Mata kami bertemu.

"Lala, vina. Papah berangkat" Ucap pak nuel kepada lala dan kak vina di belakangnya.

Pak nuel berjalan ke arah mobil melewatiku, saat pak nuel sudah berada di pintu, ia melihat ke arah kak vina.

"Papah berangkat"
Ucap pak nuel.

Pak nuel menggeser pandangannya ke arahku.

"Cepat - cepat akur lah kalian" Lanjutnya.

Aku yang merasa tersindir hanya bisa memberikan senyuman terpaksa.

Pak nuel masuk ke dalam mobil dan menutup pintu. Beberapa detik kemudian, mobil yang di kendarai supir itu bergerak maju meninggalkan kami.
Aku dan kak kira hanya terdiam menatap kepergian pak nuel. Tiba - tiba aku mendengar suara kak vina di belakangku.

"Ciee cepet akur yah hihi"
Ucap kak vina.

Aku melihat ke belakang.

Kak vina sudah memutarkan tubuhnya.

"Ih jail banget sih kak"
Ucap lala di samping kak vina saat kak vina mulai melangkah menuju pintu rumah.

Aku melihat ke arah lala.
Lala juga melihat ke arahku, kami berdua tersenyum di saat yang bersamaan. Namun tatapan kami terpisah saat kak kira lewat di antara kami berdua.

"Masuk to"
Ucap lala saat kak kira sudah memasuki area rumah.

Aku mengangguk lalu berjalan ke arah motorku, mendorongnya masuk ke area parkiran

Lala yang masih berada di dekat pagar menutup pintu gerbang dan mulai berjalan ke arah pintu rumah.

Aku mengikuti lala, masuk ke ruang tamu. Lala duduk di sofa panjang, aku duduk di sofa satuan.

"Kamu dari kemarin tidur dimana sih?"
Tanya lala

Sepertinya lala sudah bisa bersikap normal kepadaku.

"Di kosan la"
Jawabku

"Kamu ngekost to? Dimana?"
Tanya lala, menaikan alisnya ke atas.

Aku terdiam, entah mengapa aku khawatir bila lala tau keberadaan kostku.

"Kamu marah ya to sama aku?" Tanya lala.

Ekspresi wajahnya berubah.

"Engga kok la"
Jawabku.

Aku menatap mata lala. Sejenak aku memberanikan diri untuk mengucapkan pertanyaanku.

"Kenapa sih la kamu ngasih tau....."

"To, temenin kakak makan yuk" Suara kak vina memotong pembicaraan ku.

Aku mengalihkan pandanganku ke arah suara. Ternyata kak vina sudah berada di depan tangga menggunakan celana jeans dan jaket kardigan yang tak terkancing dibagian atasnya sehingga menunjukan kaos putih sebagai dalamannya.

Kak vina berjalan ke arah kami berdua.

"Ih kak vina dari kemarin makan diluar mulu"
Protes lala melihat kedatangan kak vina.

"Biarin sih. Kamu ikut aja yuk"
Balas kak vina sambil berjalan ke sampingku.

Lala tampak bingung dengan ajakan kak vina.

"Tapi kamu minta pinjem mobilnya kak kira gih"
Lanjut kak vina.

Lala berdiri, kemudian tersenyum menunjukan lesum pipitnya.

"Bentar deh"
Ucap lala membalikan badan dan berjalan ke arah tangga.

Saat lala sudah menaiki tangga, aku melihat ke arah kak vina yang berada di samping kananku.

"Beneran kak?"
Tanyaku memastikan ajakan kak vina.

"Iya. Biar kamu baikan sama lala" Jawab kak vina tersenyum.

Aku hanya terdiam menunggu lala. Sementara kak vina masih berdiri di sampingku, sibuk dengan hpnya.

Hingga akhirnya aku mendengar suara langkah kaki menuruni tangga. Aku memutarkan badan untuk mulai berjalan ke arah pintu. Namun langkahku terhenti.

"Bentar"
Teriak lala.

Aku kembali melihat lala yang sudah selesai menuruni tangga.

"Kak kira ikut"
Lanjutnya

Aku yang sama sekali tak menduga ucapan lala hanya bisa melihat ke arah kak vina yang masih berdiri di sampingku.

"Biar akur"
Ucap kak vina tersenyum.

Suara langkah sedang menuruni anak tangga terdengar.
Kak kira menggunakan celana jeans panjang ketat dengan atasan kaos lengan panjang berwarna hitam terus melangkah turun dan berjalan ke arahku.

Hingga akhirnya ia berada tepat di hadapanku

"Mau makan di mana vin?"
Tanya kak kira kepada kak vina sambil terus melangkah melewatiku.

______

Kami berempat sudah berada di sebuah restoran sederhana dan telah menghabiskan makanan masing - masing.

"Seneng deh bisa makan berempat lagi"
Ucap lala yang duduk di seberang ku.

"Iyasih"
Jawab kak vina yang berada di samping kananku.

"Tapi kakak kamu malah main hp terus tuh"
Tambah kak vina.

Aku melirik ke arah kak kira yang duduk di samping lala.

Aku memang menyadari bahwa kak kira sedari tadi selalu sibuk dengan hpnya, beberapa kali kak kira terlihat tersenyum sendiri.

"Biarin sih, kayak kamu ga suka main hp aja"
Jawab kak kira.

"Lagi jatuh cinta yah kak?"
Tanya kak vina lagi

Kak kira tiba - tiba menggerakan pandangannya dan menatap ke arah kak vina.

"Kalo iya kenapa?"
Jawab kak kira ketus

"Cepet - cepet jadian deh"
Balas kak vina.

"Kamu tuh cepet - cepet sadar, jangan main mulu kerjaannya"
Ucap kak kira, nadanya meninggi.

"Kayak kakak ga sering main aja"
Balas kak vina.

"Kamu udah mulai berani ngelawan ya vin!"
Kak kira sedikit membentak.

Aku menggerakan tangan kananku menyentuh paha kiri kak vina.
Aku memberanikan diri untuk melihat kak kira, matanya terus menatap kak vina.

"Kak"
Aku memanggil kak kira.

Aku mengelus paha kak vina pelan, berharap ia tak ikut terpancing emosi.

"Kita bukan di rumah"
Sambungku.

Tangan kananku yang berada di atas paha kak vina di sentuh.

Kak vina menggenggam tanganku.

Kak kira kemudian melihat ke arahku, lalu berdiri dari kursinya dan berjalan ke arah pintu restoran melewatiku dan kak vina.

"Rese banget sih"
Ucap kak kira saat melewati kami.

Aku dan kak vina hanya terdiam.
Kak vina terus menggenggam tanganku.

Aku melihat lala

"Temenin kak kira la"
Ucapku tersenyum.

Lala membalas senyumku dan berdiri dari kursinya, segera melangkah menyusul kak kira.

Setelah beberapa saat, aku melihat ke belakang untuk memastikan bahwa lala dan kak kira sudah berada di luar restoran, lalu kembali melihat kak vina.

"Kak"
Panggilku sambil mengusap paha kak vina

Kak vina membalas tatapanku.
Aku dapat melihat mata kak vina berkaca menahan tangis.

"Sabar"
Ucapku.

Kak vina hanya menganggukan kepala, tangannya terus menggenggam tanganku.

Setelah beberapa saat, kak vina melepaskan genggamannya lalu berdiri.

"Pulang to"
Ucap kak vina dengan suara bergetar.

Aku hanya mengangguk sambil terus menatap kak vina lalu ikut berdiri mengimbanginya.

Aku sudah berbaring di kasur kostanku. Masih memikirkan kejadian di restoran tadi.

Jujur aku khawatir, memikirkan bila geri sudah berhasil mendekati kak kira.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd