Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Culun

2

Aku sedang berbaring di atas kasurku, baru saja selesai mandi setelah mengerjakan tugas harianku. Aku beristirahat sejenak sambil memikirkan ke anehan sikap lala tadi sore. Saat aku sedang merenung tiba - tiba mendengar suara teriakan memanggilku.
"Anto..makan dulu sini"Aku hapal betul bahwa teriakan barusan adalah suara kak Kira.

"Iya kak, bentar"
Jawabku balas berteriak sambil bangkit dari kasur lalu berjalan keluar kamar, walau sebenarnya aku merasa sedikit aneh karena gak biasanya kak kira menyuruhku makan seperti ini.

Sesampainya di meja makan, aku melihat lala sudah duduk di kursi sedang memainkan hpnya. Sementara kak kira masih sibuk menyiapkan makanan.

"Biar aku bantu kak"
Tawarku sambil melangkah mendekati kak kira yang sedang membawa tumpukan piring ke meja makan.

"Gausah to, kamu tolong panggilin si vina aja tuh"
Jawab kak kira menolak pertolonganku. Aku mengangguk lalu memutarkan badan dan melangkah menuju tangga.

Kamar kak vina memang berada di lantai dua begitu juga kamar kak kira dan lala. Sementara kamarku dan pak nuel berada di lantai satu, namun bedanya kamar ku berada di sudut belakang rumah dekat dengan tempat cuci baju sedangkan kamar pak nuel berada di dekat ruang keluarga.

Aku terus berjalan mendekati pintu kamar kak vina yang tertutup, aku mengepal tanganku untuk mulai mengetuk pintu kamar, namun tiba - tiba aku mendengar sebuah suara dari dalam kamar kak vina.

"Ehmmm.....aaaahhh"

Sebuah suara desahan wanita yang aku yakin berasal dari kamar kak vina. Aku membatalkan niatku untuk mengetuk pintu, sebenarnya ingin sekali aku langsung membuka pintu secara tiba - tiba agar aku bisa menyaksikan apa yang sedang di lakukan oleh kak vina, namun aku mengurungkan niatku karena takut kak vina memberikan respon yang berbeda dari imajinasiku yang mulai berselancar entah kemana.

"Aahh...ehmmm"
Lagi - lagi suara desahan dapat ku dengar dengan jelas. Aku tak bisa membohongi rasa nafsuku yang mulai memancing alat kejantananku untuk mulai mengeras.

Aku sempat memikirkan apa yang harus aku lakukan. Dengan terpaksa tanganku kembali ke kepalkankan lalu mengetuk pintu.

"Kak? Disuruh makan sama kak kira"
Ucapku sambil mengetuk pintu kamar kak vina.

"Ah.....ehh iyaiya to"
Jawab kak vina terkesan panik, aku bahkan bisa mendengar kak vina masih sempat sedikit mendesah sebelum menjawab panggilanku.

Aku bisa mendengar suara laci yang ditutup dengan buru - buru sehingga seperti sedikit terbanting.
Aku memutuskan untuk segera melangkah menuju tangga, berharap kak vina tidak mencurigai bahwa aku mendengarkan desahannya tadi. Aku turun ke lantai satu lalu bergabung dengan kak kira dan lala yang sudah duduk di meja makan.

"Sini duduk to"
Ucap kak kira menyuruhku untuk duduk disampingnya. Aku tau bahwa kursi ini adalah kursi yang dulu sering ditempati oleh mendiang ibu dona orang tua mereka.

"Gausah kak, aku duduk di sini aja"
Jawabku sambil menarik kursi di samping lala, aku merasa canggung bila disuruh duduk di kursi tempat bu dona.

"Gapapa to, udah cepet duduk sini aja"
Ucap kak kira memaksaku untuk duduk disebelahnya, aku terpaksa menurutinya. Aku melangkah ke samping kak kira, menarik kursi disampingnya lalu duduk diatas kursi tersebut. Saat aku baru saja duduk, aku bisa mendengar suara langkah kaki menuruni tangga.

"Ada apasih kak? Tumben banget ngajak makan bareng"
Tanya kak vina saat dia baru aja sampai dilantai satu. Aku bisa melihat nafasnya ngos - ngosan, ga wajar kak vina bisa terlihat seletih itu hanya karena menuruni tangga.

"Sini duduk dulu, ada yang mau kakak omongin"
Jawab kak kira, memang bukan merupakan hal yang biasa kak kira mengajak kami untuk makan bersama. Biasanya kami hanya makan bersama saat makan diluar rumah.

Kak vina melangkah mendekati kami lalu duduk di kursi samping lala yang tadi sempat aku tarik. Sehingga kini posisi ku ada di samping kanan kak kira sementara kak vina dan lala ada di seberangku.

"Ngomongin apa sih kak?"
Tanya lala yang kali ini sudah meletakan hpnya di meja makan.

"Ngomongin masalah anto.."
Jawab kak kira santai sambil mengambil nasi menggunakan centong yang ada di tengah kami berempat.
Aku kaget mendengar ucapan kak kira, namun gaya bicaranya yang santai membuat aku bisa menyembunyikan rasa kagetku.
"Tadi siang papah nelepon kakak, awalnya sih papah cuman nanyain kondisi kita berempat"
Lanjut kak kira hingga selesai mengambil nasi lalu mulai menyedok piringan berisi udang yang ada di tengah meja.
"Trus papah bilang, kalo bisa jangan semua urusan rumah dikerjain sama anto, nah mangkanya kakak ngumpulin kalian disini untuk ngebagi tugas harian"
Tambah kak kira bersama selesainya dia mengambil beberapa lauk yang ada di meja.

"Oalah kirain apaan.. siniin dong kak nasinya"
Jawab kak vina santai lalu mecoba meraih centong nasi yang posisinya sedikit mendekat ke arah kak vina.

Aku lega saat mendengar penjelasan kak kira, aku juga merasa sedikit senang karena ternyata pak nuel masih sempat memikirkan tentang kondisiku walau sebenarnya aku bukan siapa - siapanya.

"Iyasih..kasian juga anto, apalagi minggu depan udah mulai pm kan"
Timbrung lala sambil mengambil satu ekor udang dengan tangannya.

(pm : pendalaman materi / jam pelajaran tambahan di sekolah untuk mempersiapkan ujian nasional)

"Hmm..***usah kak, aku masih bisa kok ngerjain tugas - tugas rumah"
Ucapku sedikit berbasa - basi menolak rencana mereka, walau jujur aku merasa sedikit lega karena akhirnya tugas harianku bisa berkurang.

"Gausah gimana sih to? Ini kan disuruh papah, kamu ngomong ke papah gih sana"
Jawab kak kira sepertinya mengetahui bahwa aku tidak akan berani menolak bila ia sudah membawa - bawa pak nuel.

Aku memang sangat segan dan hormat kepada pak nuel. Bagaimana tidak, bila bukan karena pak nuel mungkin saat ini aku sudah menjadi gelandangan.

Aku cuman terdiam, pasrah terhadap rencana kak kira namun juga bersyukur karena mereka dengan senang hati mau membantu meringankan tugas harianku.

"Ih kak kira galak banget sih, anto jadi diem tuh"
Ucap lala sambil mengunyah undang dimulutnya.

"Biarin.. to, kamu ga mau nyobain masakan kakak?"
Jawab kak kira sambil tersenyum lalu melihat ke arahku.

"Eh..mau kok kak"
Jawabku sambil meraih centong nasi yang dari tadi sudah dilepaskan oleh kak vina.

Sejak meninggalnya bu dona, kak kira sebagai anak pertama memang seperti mengambil peran ibu didepan kedua adiknya, bahkan juga kepadaku. Kak kira juga lah yang paling sering marah dan menasihati kak vina dan lala.
Termasuk juga memarahiku bila terkadang aku melakukan kesalahan seperti lupa menaruh kunci gerbang pada tempatnya atau telat bangun pagi sehingga harus dibangunkan olehnya.

Kami melanjutkan makan malam bersama sambil membicarakan pembagian tugas harian.
Kak kira memilih untuk mencuci piring dengan alasan bisa dikerjakan di malam hari.
Kak vina memilih untuk menyapu rumah, walau dia menawar hanya menyapu rumah dibagian lantai satu.
Sedangkan lala sengaja di tugaskan untuk menyiram tanaman yang merupakan tugas yang harus dilakukan tiga hari sekali mengingat lala yang juga harus mempersiapkan diri untuk menghadapi ujian.

Aku sama sekali tidak protes dengan pilihan mereka, walaupun masih banyak tugas lainnya yang harus aku kerjakan namun setidaknya mereka bertiga sudah sedikit meringakan bebanku.

Hingga akhirnya makan bersama selesai, kak kira langsung membereskan piring makanan lalu mebawanya ke dapur.

"Aku bantuin yah kak?"
Ucapku sambil mengikuti kak kira yang sudah berdiri didepan westafel dapur untuk mulai mencuci piring.

"Yaudah sini, kamu bantu bilas aja yah, biar kakak yang cuci"
Jawab kak kira. Aku langsung bergerak percis ke samping kak kira yang sudah mulai mencelupkan sponge cuci piring ke dalam mangkok yang berisi air sabun.

Kak kira mulai membersihkan piring lalu memberikan piring yang sudah ia sabuni kepadaku untuk dibilas. Aku sempat melihat tangan kak kira yang sangat putih itu basah dan dilumuri oleh busa sabun.

Saat itu kak kira sedang menggunakan celana legging berwarna hitam dengan kaos ketek an tali berwarna putih. Aku bisa melihat jelas lengan hingga ujung jarinya yang sedang mengosok piring.

Aku terus menikmati indah tangan kak kira sambil terus menerima dan membilas piring dan gelas yang diberikan kak kira, hingga tak terasa akhirnya kak kira memberikanku beberapa buah sendok dan garpu untuk dibilas. Semua orang yang pernah mencuci pasti tau bahwa sendok dan garpu biasanya menjadi hal terakhir untuk dicuci.

"Udah to. Kamu tidur gih sana, biar kakak yang beresin"
Ucap kak kira setelah aku selesai membilas garpu dan sendok lalu meletakannya diatas tumpukan piring yang sudah bersih.

"Yaudah kak. Makasih ya"
Ucapku sambil mengeringkan tangan disebuah lap yang disediakan diatas westafel, lalu melangkah mundur menjauhi kak kira.

"Harusnya kakak dong yang bilang makasih, ini kan sekarang jadi tugas kakak.. makasih yah to"
Balas kak kira sambil melihat dan tersenyum ke arahku.

"Iya sama - sama kak"
Jawabku membalas senyuman kak kira lalu memutarkan badanku dan mulai melangkah menuju kamar.


____


Ke esokan harinya.

Saat ini aku sedang menyender di balkon yang berada tepat didepan kelasku. Aku melihat ke arah kamar mandi pria yang sejak awal jam istirahat tadi banyak dimasuki oleh para siswa, aku bisa melihat bagas yang baru saja keluar dari dalam kamar mandi sedang duduk diatas balkon didepan pintu kamar mandi bersama beberapa siswa lain.

Aku sempat membayangkan seadainya nasibku seperti mereka, aku pasti bisa hidup dengan santai dan menikmati usia remajaku tanpa harus memikirkan hal lain.

Tiba - tiba suara bel pertanda jam istirahat sudah berakhir berbunyi namun aku masih terus diam di tempat se akan tak mendengar bunyi bel tersebut. Ga lama kemudian aku melihat geri muncul dari balik pintu kamar mandi, hatiku sedikit lega karena aku tak melihat lala bersama geri.

Geri terus melangkah menuju ke arahku karena posisi kelasnya memang berada di samping kelasku. Hingga akhirnya geri sudah berada cukup dekat, aku memilih untuk membalikan badan dan berjalan masuk ke dalam kelas, bahkan aku berharap bahwa geri tidak melihatku.

Untungnya hari ini geri sama sekali tidak mengisengiku hingga akhirnya bel pulang berbunyi. Seperti biasa aku pergi ke kelasnya lala, ternyata lala sudah menunggu didepan kelas, entah menunggu aku atau geri.

"Bareng ga la?"
Tanyaku saat udah berada beberapa meter dari hadapan lala.

"Iya. Ayuk to langsung aja"
Jawab lala langsung berjalan menuju tangga mendahului ku.

Aku mengikuti langkah lala hingga akhirnya kami tiba di parkiran, setelah dengan susah payah mengeluarkan motor ku karena jalan keluarnya tertutup oleh motor lain hingga akhirnya aku mempersilahkan lala untuk naik sambil memberikannya sebuah helm. Aku menyalakan motorku lalu mulai melaju meninggalkan area parkir sekolah.

"To..aku mau nanya dong"
Ucap lala ditengah perjalanan kami.

"Nanya apa la?"
Balasku.

"Hmm...kamu udah pernah pacaran belum sih?"
Pertanyaan lala sedikit membuatku merasa malu karena aku memang belum pernah pacaran.

"Belum"
Jawabku singkat menahan rasa maluku.

"Beneran to?"
Tanya lala seakan tak percaya dengan jawabanku.

"Iya"

"Kok bisa sih to?"
Lala sepertinya keherenan mengetahui nasib percintaanku.

"Belum niat la, mau fokus belajar aja dulu"
Jawabku setengah jujur. Aku memang tidak terlalu niat untuk pacaran namun aku masih sering membayangkan indahnya menjalani hubungan dengan seseorang.

"Oh gitu"
Balas lala singkat mendengar jawabanku.

Aku sejenak mengumpulkan mental untuk memberanikan diri menanyakan ke anehan sikap lala saat aku jemput kemarin.

"Emm.. Kemarin kamu kenapa sih la?"
Ucapku dengan nada sedikit ragu

"Gapapa kok....kepo banget sih kamu to"
Jawab lala malah terkesan mengejeku, aku hanya terdiam menerima jawaban lala.
"To....kita ke mekdi dulu yuk"
Lanjut lala mengajaku untuk singgah disebuah restoran cepat saji.

"Oke"
Jawabku singkat.

Hingga akhirnya kami tiba di restoran, saat aku menanyakan lala ia ingin memesan apa, ternyata lala hanya ingin memesan minuman. Berhubungan dengan perutku yang sedang lapar, memesan sebuah makanan untuku dan sebuah minuman sesuai permintaan lala.

"Nih la"
Ucapku sambil memberikan sebuah gelas busa yang berisikan minuman pesanan lala. Aku menarik kursi di seberang lala lalu duduk sambil meletakan makananku di meja.

"To, aku mau nanya sesuatu dong sama kamu"
Ucap lala saat aku baru ingin memulai menikmati makananku.

"Nanya apa la?"
Balasku sambil menyuap nasi kedalam mulutku.

"Sebenernya kamu setuju ga sih sama hubungan aku dan geri?"
Tanya lala.

Aku sedikit kaget menerima pertanyaannya, aku langsung meminum minumanku untuk menghindari batuk akibat nasi yang masih ada dalam tenggorokanku.

"Maksudnya la?"
Tanyaku balik. Sebenernya aku sangat mengerti maksud pertanyaan lala, aku hanya takut salah menjawab dan malah bisa menghasilkan masalah, apa lagi ini bersangkutan dengan geri.

"Hmm..gini deh.. kalo misalnya kamu itu saudara atau malah abang aku..kamu setuju ga aku berhubungan sama geri?"
Lala mencoba menjelaskan sambil sedikit meminum minumannya.

"Ya kalo kamu bahagia sih aku setuju - setuju aja kok la"
Aku coba memberikan jawaban diplomatis.

"Trus kalo aku ga bahagia?"
Tanya lala.

"Ya...ehmm..lebih baik kamu putusin"
Aku benar - benar terpaksa mengucapkan hal tersebut. Aku merasa seperti sedang mencari masalah dengan geri.

"Gimana yah to, aku sebenernya bingung juga sih aku bahagia atau engga sama dia..."
Ucap lala, wajahnya keliatan bingung. Aku sudah lupa untuk meneruskan makanku, yang aku lakuin saat ini cuman melihat lala dan mendengarkan ucapannya.
"Dan aku juga ga berani kalo harus mutusin dia"
Sambung lala.

"Maksudnya? Gaberani kenapa?"
Aku bener - bener bingung sama ucapan lala, apa iya geri tega melakukan hal kasar pada lala bila saja lala memutuskan hubungan mereka.

"Eh...engga deh to..lupain aja yahh lupain"
Lala keliatan panik mendengar pertanyaanku.

"Kenapa lala ga berani ngejelasin kenapa dia takut mutusin geri?"
Tanyaku dalam hati mencoba menerka alasan rasa takut lala.

"Pak nuel nyuruh aku buat ngejagain kamu kok la, kalo kamu butuh bantuan aku pasti siap nolongin kamu"
Aku kaget sendiri entah kenapa tiba - tiba bisa berbicara seperti itu. Namun aku melihat wajah lala sedikit tersenyum mendengar ucapanku.

"Makasih ya to. Eh, makananya kasian tuh di cuekin"
Balas lala sambil tersenyum dan menunjuk ke arah makananku.

Aku sempat sedikit membalas senyuman lala lalu melihat ke bawah ke arah makananku.

Disaat aku sedang menikmati makananku, tiba - tiba aku mendengar suara hp lala berbunyi. Lala melihat layar hpnya sebentar lalu ia arahkan menempel ke kupingnya.

"Halo?"

"Ih serius? Ini aku lagi makan sama anto"

"Engga kok, apaan sih"

"Iya iya sebentar"

"Iya maaf yah"
Ucapan lala berbicara melalui hpnya.

Lala menjauhkan hpnya dari kuping lalu meletakannya di saku baju seragam sekolahnya.

"To..geri dirumah..pulang sekarang yuk"
Ucap lala, wajahnya terlihat panik.

Aku hanya menganggukan kepala menyetujui ajakan lala walau makananku belum habis. Kami berdua langsung berjalan ke area parkiran dan menaiki motor lalu mulai melaju ke rumah.

Saat kami sudah mendekati area rumah, aku bisa melihat geri dan bagas sudah menunggu di depan pagar. Aku menghentikan motorku percis dihadapan mereka berdua, lala langsung turun dari jok belakang.

"Widih, abis pacaran yah lu berdua?"
Tanya geri saat aku baru saja turun dari motor dan mulai melangkah menuju gerbang.

"Ih apaan sih ger"
Jawab lala sambil melepaskan helmnya, sementara aku mebuka pintu pagar dan tak menghiraukan ucapan geri.

"Lagian bukannya langsung pulang malah pake mampir dulu"
Ucap geri sambil melihat ke arahku yang sedang mendorong motor masuk ke dalam area parkiran.

"Yaudah maaf yah sayang.. mending masuk dulu yuk"
Balas lala. Kupingku sedikit terasa panas mendengar lala memanggil geri dengan sebutan sayang.

"Ayok dah"
Jawab geri sambil meraih tangan lala dan se enaknya menarik lala masuk ke area rumah.

"To, motor gua sama geri jangan lupa masukin juga ya...cuciin kalo perlu"
Ucap bagas sambil menunjuk motornya dan geri. Aku hanya terdiam dan mulai berjalan ke arah motor mereka berdua untuk menuruti perintah bagas. Sementara bagas melangkah masuk ke dalam rumah mengikuti geri dan lala.

Setelah aku selesai memasukan dua motor itu, aku menutup dan mengunci gerbang lalu mulai berjalan ke arah pintu rumah.
Saat aku berada tepat di pintu rumah, aku melihat mereka bertiga sudah duduk diruang tamu. Geri duduk bersama lala di sofa panjang sementara bagas duduk di sofa satuan di sebelah kanan geri.

Aku melewati mereka bertiga dan hendak berjalan ke dapur. Namun tiba - tiba suara panggilan lala menghentikan langkahku.

"To..aku minta tolong dong"
Ucap lala sambil berdiri, begitu juga dengan geri.

"Minta tolong apa la?"
Tanyaku. Lala malah berjalan mendekatiku sambil menarik tangan geri.

"Kamu jagain didepan dong sama bagas...trus kalo nanti ada yang pulang kamu langsung wa aku....tolong dong to"
Pinta lala sambil terus menarik tangan geri, mereka berdua melewatiku lalu berjalan ke arah tangga.

"Yaudah"
Jawabku pelan dengan berat hati harus menuruti permintaan lala.

"Ohiya to, nanti bilangnya bagas sama geri itu temen kamu yah...pliss"
Ucap lala menambahkan permintaanya saat mereka berdua sudah mulai menaiki anak tangga.

Aku cuman membalas permintaan lala dengan menggerakan mulutku se akan mengatakan 'iya' sambil menyaksikan lala dan geri semakin jauh meninggi menaiki tangga.

"Oi to.. ada tamu kok ga dikasih minum..pembantu macem apa sih lu"
Ucapan bagas membuatku mengalihkan padanganku yang masih menatap ke arah tangga. Aku melirik bagas dan melihatnya dengan se enak hati tiduran di sofa tempat lala dan geri duduk tadi.

"Mau minum apaan gas?"
Tanyaku sambil menyaksikan bagas sedang meletakan kepalanya pada tepian sofa.

"Es teh manis. Buruan ya, seret banget gua"
Jawab bagas. Aku cuman diam dan mulai berjalan ke arah dapur. Setelah selesai menyiapkan es teh manis, aku berjalan ke ruang tamu dan meletakan gelas yang berisi es teh di atas meja.

"Duduk lah to, ngobrol - ngobrol kita"
Ucap bagas sambil melipatkan kedua tangannya di belakang kepala. Aku duduk di sofa satuan dekat dengan posisi kaki bagas yang sedang tidur selonjoran di sofa.
"Enak banget ye lu to, bisa idup gratisan dirumah segede gini"
Ucap bagas yang sama sekali ga aku hiraukan. Yang aku pikirkan saat ini adalah apa yang sedang dilakukan oleh lala dan geri di lantai dua.
"Capek banget anjing ngomong sama lu, di ajak ngobrol malah diem"
Keluh bagas karena aku sama sekali ga ngehirauin ucapannya yang terus menghinaku.
"Bodo ah.. mending tidur dah gua"
Ucap bagas sambil memiringkan badannya membelakangiku.

Aku menunggu beberapa saat membiarkan bagas tertidur. Karena didorong rasa penasaranku, aku memberanikan diri untuk pelan - pelan melangkah ke arah tangga berharap dapat mengetahui apa yang sedang lala dan geri lakukan.

Namun saat aku sudah berada dekat dengan tangga, aku meraskaan sebuah tangan meraih pundaku. Aku melihat ke belakang.

"Udah bosen idup lu ye?"
Tanya bagas sambil terus memegang pundaku.

"Kaga gas..sorry gas sorry"
Jawabku panik melihat bagas yang sudah berdiri di hadapanku.

"Mending lu sekarang balik trus duduk anteng dah"
Ucap bagas sambil sedikit mengeplak kepala bagian samping kiriku percis di atas kuping.

"Iyaiya"
Jawabku langsung berjalan kembali ke ruang tamu dan duduk di sofa mengikuti perintah bagas.

Akhirnya untuk beberapa saat aku hanya terududuk terdiam, sementara bagas berjalan mondar - mandir seperti sedang memeriksa rumah.

Tiba - tiba aku mendengar suara mobil berhenti di depan rumah, aku mengintip dari jendela dan melihat kak kira yang sedang turun dari mobilnya. Aku langsung meraih hpku.

"Ada kak kira"
Pesan wa yang segera aku kirim ke lala.

Bagas sepertinya tersadar ada yang datang saat ia mendengar suara gerbang yang sedang dibuka oleh kak kira. Bagas langsung berlari keruang tamu menghampiriku.

"Panggil geri gih gas"
Ucap ku ke bagas sambil mulai melangkah ke luar rumah untuk membantu kak kira memarkirkan mobilnya.

Setelah kak kira selesai memarkirkan mobilnya di bantu dengan arahanku. Kak kira mematikan mesin mobil lalu melangkah turun.

"Kak"
Ucapku memanggil kak kira yang baru saja turun dari mobil.

"Kenapa to?"
Saut kak kira sambil memencet tombol kunci remot mobilnya disusul dengan suara pertanda mobil sudah terkunci.

"Didalem ada temen ku dua orang, tadi abis ngerjain tugas kelompok.***papa kan ya?"
Bohongku memberi tau keberadaan geri dan bagas di dalam rumah.

"Ya gapapa lah to, aneh banget sih kamu"
Jawab kak kira malah mulai berjalan menuju ke pintu rumah. Aku mengikuti langkah kak kira sambil berharap geri sudah turun dari lantai dua.
"Ini temen - temennya anto yah?"
Tanya kak kira saat memasuki ruang tamu, aku merasa lega saat melihat geri sudah berada di ruang tamu.

"Iya kak.. saya geri"

"Saya bagas"

Ucap bagas dan geri sambil menyalimi tangan kak kira, bahkan mereka mencium bagian atas tangan kak kira. Aku bisa melihat mata geri juga sempat memperhatikan tubuh kak kira yang saat itu sedang menggunakan celana jeans panjang ketat dan kemeja lengan panjang berwarna merah marun.

"Ohiyaiya..hmm kalian masih lama? Kalo mau biar kakak pesenin makan dulu"
Tanya kak kira setelah menerima saliman dari geri dan bagas

"Eh.***usah kak.. kita udah makan trus bentar lagi juga udah mau pulang kok"
Jawab geri, matanya terus menatap wajah kak kira.

"Yaudah kalo gitu..kalian terusin deh..kakak mau istirahat dulu"
Ucap kak kira sambil mulai melangkah ke arah tangga, aku melihat mata geri dan bagas terus saja menikmati bongkahan pantat kak kira yang menjiplak dari balik celana jeansnya.

Setelah kak kira sudah tak terlihat, geri dan bagas langsung meraih tasnya masing - masing yang berada di sofa, lalu berjalan keluar rumah. Aku mengikuti mereka untuk membukakan gerbang menyadari bahwa mereka ingin pulang.

"Kakaknya cakep banget anjir"
Ucap bagas saat kami masih melangkah menuju parkiran.

"Asli dah...kerjain seru kali ye"
Ucap geri yang membuat kupingku sedikit panas mendengarnya.

"Jangan aneh - aneh lah ger"
Ucapku reflek meminta geri agar tidak melakukan hal aneh kepada kak kira.

Geri menghentikan langkahnya lalu melihat ke arahku. Geri menarik kerah bajuku lalu memajukan kepalanya hingga mulutnya berada di samping kupingku.

Aku bener - bener kaget mendengar bisikannya geri. Geri melepaskan kerah bajuku lalu melanjutkan langkah kakinya menuju motor.

"Serah lu dah maunya gimana...itu gerbang bukain dulu"
Ucap geri melihatku yang masih terdiam setelah mendengar bisikannya. Aku berlari ke arah gerbang lalu membukakan pintu pagar untuk mereka berdua.

"Mending lu pikiran dah ye"
Ucap geri saat ia lewat di hadapanku menggunakan sepeda motornya.
 
Wih asik reborn .. ditunggu lanjutannya hu .. terakhir baca pas si anto lagi ribut sama gery .. maap spoiler
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd