Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Culun

Bimabet
Makin mantap aja nih....nitip gebukin geri sampe bego ya di cerita ini...salam botol gepeng...
 
12​

Rabu, hari ketiga ujian.

Seperti biasa, pagi ini aku terbangun sendiri di kamar kostku. Menyadari bahwa jam sudah menunjukan pukul setengah enam pagi, aku segera melakukan rutinitas ku kemudian berangkat ke rumah pak nuel untuk menjemput lala.

Di depan rumah pak nuel.

"La, aku udah di depan"
Isi pesan yang ku kirim kepada lala untuk mengabarkan keberadaanku.

Tak lama, seorang gadis cantik berumur 18 tahun muncul dari balik pintu rumah dan segera melangkah mendekatiku.

"Kak kira sama kak vina belum bangun la?"
Tanyaku saat lala sedang membuka gerbang.

"Kak vina belum, kak kira udah. Ohiya, kak kira hari ini sidang"
Jawab lala sembari menutup gerbang.

"Hah? Beneran?"

"Iya"
Jawab lala singkat kemudian melangkah mendekatiku.

"Berangkat yuk to, biar sempet belajar di kelas"
Lanjut lala saat ia sudah berada di sampingku.

Aku hanya menganggukan kepala, lala dengan lincah menginjak footstep belakang dan menjatuhkan dudukannya pada jok motorku.

"Siap la?"
Tanyaku.

"Yuk"
Jawab lala memegang kedua sisi pinggangku..

Mendengar jawaban lala, aku segera melajukan motor berangkat ke sekolah.

Di perjalanan..

"Ohiya to, nanti aku pulang sendiri yah"
Ucap lala.

"Sama geri?"
Tanyaku khawatir.

"Iya"
Jawab lala singkat..

Aku terdiam, malas untuk memikirkan masalah ini pagi - pagi dan lebih memilih untuk fokus mengendarai motor.

Namun....

"To......nanti geri ke rumah.."
Ucap lala ragu.

"Trus?"
Balasku, mencoba untuk tidak peduli.

"Mau ngasih tau aja.....siapa tau kamu ga mau ketemu dia"
Jawab lala.

Mendengar jawaban lala, aku tersenyum kesal menyadari bahwa lala terkesan lebih mementingkan kehadiran geri di rumah dibanding aku.

"Tenang la....bentar lagi kok"
Ucapku, memberikan lala sedikit bocoran.

"Bentar lagi apa?"
Tanya lala bingung.

"Gapapa, lupain aja"
Jawabku, kemudian kembali fokus mengendalikan laju motor melintasi macetnya perjalanan pagi ini.

Setibanya di sekolah, lala segera turun dari motor kemudian melangkah pergi meninggalkanku yang masih sibuk memarkirkan motor.

Setelah beberapa saat, motorku sudah terpakir, aku melangkah masuk menuju lorong sekolah.

"Kayaknya bener apa yang lu bilang bang"
Ucapku dalam hati memikirkan rencana yang di berikan bang dimas sembari berjalan menuju kelas.

Ujian di mulai, jujur aku sama sekali tak peduli dengan jawaban yang ku isi pada lembar ujian hari ini. Ya ku pikirkan selama ujian justru rencanaku untuk membuktikan kepada kak kira mengenai betapa busuk geri sebenarnya.

Setelah mengerjakan ujian pertama hari ini dengan sebisanya, aku memutuskan untuk tetap tinggal di kelas menunggu ujian kedua, yang merupakan ujian terakhir.

Ujian kedua di mulai. Lagi - lagi, aku sama sekali tak peduli dengan jawabanku. Aku mengisi soal ujian semampunya, hingga jam dinding kelas sudah menunukan sekitar pukul 12, aku memutuskan untuk mengupulkan lembar jawabanku kemudian melangkah keluar kelas.

Di depan kelas, aku berdiri bersandar pada tepian lorong menatap kelas lala. Dimana lala nampak sedang berdiri menunggu seseorang. Hingga akhirnya aku melihat geri melangkah mendekatinya.

Namun tiba - tiba..

"Woi, bengong aje lu culun"
Ucap aryo dari belakangku saat ia baru saja selesai ujian.

Aku sama sekali tak menanggapi ucapan aryo. Aryo kemudian melangkah berkumpul dengan geri dan lala, hingga tak lama bagas juga ikut di dalam kerumunan mereka. Geri sempat melihat ke arahku. Ia tersenyum meremehkan kemudian melangkah bersama lala, aryo dan bagas menuju parkiran.

15 menit aku terdiam di depan kelas, sama sekali tak menghiraukan sapaan teman - teman sekelasku. Hingga akhirnya aku melangkah menuju parkiran, menaiki motor kemudian segera berangkat menuju rumah pak nuel.

Di depan rumah pak nuel.

Dugaan ku benar, aku menemukan motor geri, aryo dan bagas berada di area parkiran. Aku sejenak duduk terdiam di atas motor untuk mempersiapkan mentalku menjalanakan rencana ini.

Setelah beberapa saat..

Aku membuka gerbang, memasukan motor, sejenak mengeluarkan hp, kemudian segera melangkah masuk ke dalam rumah.

Di ruang tamu, aku menemukan tas geri, aryo dan bagas di atas sofa. Aku menebak bahwa mereka berempat sudah berada di dalam kamar.

"Ini saatnya to"
Ucapku dalam hati membulatkan tekad kemudian memeriksa hpku sekali lagi sebelum akhirnya melangkah menaiki tangga.

Di lantai dua.

Jantungku berbedar, menatap pintu kamar lala yang ku yakin saat ini berisikan geri, bagas dan aryo di dalamnya. Secara perlahan aku melangkah mendekati pintu, meraih gagang kemudian memutarnya.

Pintu terkunci.

"La?"
Panggilku sambil mengetuk pintu.

Sesaat tak ada jawaban.

"La?"
Panggilku lagi.

"Gausah ganggu to"
Emosiku terpancing saat mendengar suara bagas dari dalam kamar menjawab panggilanku.

"La?! Buka!"
Aku menaikan suara dan mengetuk pintu kamar lebih kencang.

"Bacot lu to! Cabut aja lu!"
Kini suara aryo yang menjawab ucapanku.

"BUKA BANGSAT!"
Teriak ku sambil berkali - kali menggendor pintu kamar.

Mereka tak menjawab, justru terdengar jelas suara gelak tawa mereka dari dalam kamar.

"ANJING!!"
Teriakku kencang, kali ini sambil menendang pintu untuk mendobraknya. Bagian bawah pintu yang ku tendang sempat bengkok sedikit terbuka, namun dengan cepat kembali pada kondisi semula.

Setelah beberapa kali ku tendang, akhirnya pintu terbuka dengan sendirinya, rupanya aryo dan bagas lah yang membuka pintu, kini mereka berdua sedang berdiri percis di depan pintu.

Aku dengan segera melangkah mendekati mereka.

"MINGGIR LU!"
Bentakku seraya berusaha untuk menyingkirkan tubuh mereka berdua.

Mereka menahan tubuhku, namun sebagian kepalaku dapat melihat ke dalam kamar. Badanku terasa lemas saat melihat lala yang masih memakai seragam sekolah lengkap sedang jongkok di lantai, tepat di depan selangkangan geri yang sedang duduk di pinggir kasur dengan celana melorot ke bawah.

"LA JANGAN GINI LAH!"
Teriakku mencoba memanggil lala, lala tak menghiraukannku, justru geri yang menatapku sambil tersenyum.

"AWAS ANJING!"
Teriakku lagi dan mencoba mendorong aryo dan bagas yang masih menahan tubuhku.

Namun, dengan menggunakan total empat tangan mereka berdua segera mendorongku hingga aku harus melangkah mundur menjauhi pintu kamar.

"Elu yang anjing!"
Ucap bagas sambil melotot ku arahku.

"Mati lu bertiga"
Balasku kembali melangkah maju, mengangkat kedua tanganku ke samping pelipis, membungkukan badan mengambil sikap bertarung.

Melihat gerakanku, aryo dan bagas juga dengan cepat menaikan tangannya. Aku memukul wajah bagas, ia sempat menghindar sehingga tanganku memukul pintu.
Aryo di samping kiri memukul wajahku, aku sempat bereaksi dengan meletakan telapak tangan kiri melindungi kuping untuk mengurangi dampak pukulan aryo.

*Bakk*
Pukulan aryo membuatku terdorong ke samping menabrak bagas.

"Mampus lu"
Ucap bagas saat aku belum sempat bereaksi dan segera mecengkram kerah bajuku kemudian melayangkan pukulan ke arah wajahku.

Aku memejamkan mata, dengan sekuat tenaga menundukan kepala sehingga kerah bajuku sobek akibat cengkraman bagas kemudian mendorong pundakku ke depan membentur perut bagas.

"Anjing!"
Keluh bagas saat aku berhasil mendorong tubuhnya mundur hingga punggungnya menempel pada tembok di samping pintu.

*Bakk*
Tiba - tiba aku merasakan nyeri di bagian punggung. Tanpa melihat, aku dapat menebak bahwa bagas mengadukan bagian tajam sikunya ke punggungku.

Aku memilih untuk terus menahan tubuh bagas menempel pada dinding. Namun tiba - tiba, sebuah benturan keras tepat di bagian ulu hati membuat tubuhku terasa lemas, aku menjatuhkan tubuh ke samping menjauhi sumber benturan di bagian ulu hatiku.

Aku terpelungkup menyamping di lantai.

"Bangsat!"
Keluhku kesakitan memegangi perut.

"Ayo sini! Gaya - gayaan lagi dah lu!"
Ucap aryo berjalan mendekat.

Aku berusaha merangkak menjauh, namun aryo dengan cepat menangkap kakiku kemudian menurunkan tubuhnya dan meletakan dengkul kiri di atas perutku.

"Lu makan nih!"
Aryo menarik tangannya bersiap memukulku.

Berada dalam posisi ini, aku justru tersenyum.

"Tolol"
Ucapku pelan menyadari bahwa pertarungan kini berada di bawah.

*Bakk*
Aku dengan senang hati menerima pukulan aryo di wajahku. Namun belum sempat aryo menarik tangannya, aku segera menggenggam tangan aryo.

Aryo menarik tangannya yang sudah ku genggam, gerakan ini membuat tubuhku juga sedikit terangkat ke atas. Perutku semakin terasa sesak akibat tekanan dengkul aryo. Aku segera memeluk tubuh dan leher aryo menggunakan kedua tangan dan dengan sekuat tenaga memelintirnya.

*Krek* "egh"
Suara dari leher dan mulut aryo saat aku memelintir lehernya. Tak ingin membunuh aryo, aku menyetarkan pelintiran tangan kananku di leher aryo dengan pelintiran tangan kiriku di tubuhnya.

Tubuh aryo melayang ke samping, sebelum akhirnya terjatuh di lantai. Aku terus memeluk tubuhnya hingga kini posisi berganti, aku yang menindih aryo.

"Haha...mati lu"
Ucapku senang kemudian melepaskan pelukan dan menjatuhkan dudukanku di perut aryo.

Aku menarik tangan kananku untuk memukul wajah aryo, ekspresi aryo sontak berubah menyadari kondisinya..

Belum sempat aku memukul.

"Eeghhhh"
Mulutku mengeluarkan suara dengan sendirinya saat merasakan sebuah lengan mengunci leherku dari belakang.

Dadaku terasa sangat sesak saat lengan di leherku menarik tubuhku kuat sehingga aku terpaksa berdiri mengikuti tarikannya..

"Mampus lu to, mampus!"
Bisik bagas tepat di telingaku sambil terus menarik leherku kebelakang memperkuat cekikannya.

Berada dalam cekikan bagas, melihat aryo sudah kembali berdiri.

Aku panik.

Dengan sekuat tenaga aku mengambil satu langkah ke samping melawan cekikan bagas kemudian mengayunkan sikut kananku ke arah perut bagas.

Sikutku mendarat dengan sempurna, bagas melepaskan cekikannya.

"Satu satu lah anjing!"
Protesku sambil membalikan tubuh menghadap bagas kemudian memukul wajahnya.

Lagi - lagi pukulanku mendarat dengan sempurna di wajah bagas. Bagas terjatuh ke samping. Namun di saat yang bersamaan aku merasakan benturan keras di bagian punggung bawahku sehingga aku terdorong ke depan.
Keberadaan bagas di depanku membuat kakiku tersandung sehingga aku hilang ke se imbangan lalu terjatuh dengan wajah membentur bagian bawah pintu kamar lala.

Kepalaku terasa ngilu dan pusing. Mengingat bahwa aryo sudah kembali berdiri, aku kemudian mengangkat dan membalikan tubuh dengan punggung bersandar pada pintu kamar lala. Aryo bergerak mendekat, ia mengangkat kakinya untuk menendang perutku.

Aku justru meraih pintu kamar lala yang berada di belakang bagian bawah punggungku kemudian menarik gagangnya kebawah.
Pintu kamar lala terbuka, aku dengan cepat bergerak mundur masuk dalam kamar lala untuk menghindari tendangan aryo.

Aku berhasil menghindari tendangan aryo kemudian membalik arah tubuhku ke belakang. Mataku kini menatap geri yang sedang duduk di pinggir kasur sedangkan lala berjongkok membelakangiku di antara kaki geri.

"Nyari mati emang lu ye"
Ucap geri mendorong kepala lala menjauh kemudian bangkit berdiri.

"Elu gatau apa yang gua bisa ger"
Balasku tegas lalu melangkah ke depan dan bersiap memukul wajah geri.

Namun tiba - tiba..

"Ah anjing!!"
Keluhku saat merasakan sebuah tangan menjambak rambutku dengan kuat. Tangan aryo.

"Lu juga gatau apa yang gua bisa to"
Ucap geri mulai melangkah maju.

"Geri!! Jangan!"
Bentak lala mencoba menahan paha geri.

Geri tak peduli, ia terus melangkah maju kemudian melayangkan pukulan ke wajahku.

*Bakkk!*
Pukulan geri mendarat dengan sempurna di wajahku.

Wajahku terasa remuk. Keras pukulan geri menyadarkanku bahwa ia menguasai sebuah ilmu bela diri.
Kesadaranku terasa melayang. Kakiku terasa lemas hingga akhirnya tubuhku jatuh ke belakang dengan punggung membentur tembok.

Belum sempat kesadaranku kembali, geri kembali melangkah maju lalu melayangkan tempurung kakinya ke wajahku. Panik, aku hanya bisa memejamkan mata sebelum akhirnya seluruh wajahku terasa panas akibat tendangan geri.

Kepalaku terpental ke samping. Dengan sekuat tenaga aku menahan tubuhku dengan tangan agar kepalaku tidak terbentur dengan lantai.

"GER! UDAH!"
Teriakkan lala mencoba membelaku.

"Dia yang nyari masalah!"
Balas geri.

Aku memposisikan diriku untuk tetap duduk bersandar pada tembok kamar. Melihat posisiku, geri dentan cepat melipat kakinya lalu melayangkan dengkulnya ke arah wajahku.

Lagi - lagi aku hanya bisa memejamkan mata. Namun kali ini aku sempat meletakan lengan kananku di depan wajah untuk menahan dengkul geri.

*Bakk!!*
Dengkul geri berbenturan sangat keras dengan lenganku.

Walau sempat ku tahan, namun keras dinding di belakang kepalaku di tambah lagi dorongan dengkul geri pada lengan di depan wajahku membuat kepalaku terasa ingin pecah berbenturan dinding dan tulang lenganku sendiri.

"Gerii! Pliss udah!"
Ucap lala masih terus memohon.

"Masih mau tengil lu culun?!"
Tanya geri kini mengangkat kakinya dan mendorongnya menuju wajahku.

Lenganku sudah terasa ngilu, kini aku pasrah menerima tendangan geri. Telapak kakinya mendarat di wajahku dengan sempurna. Hidungku terasa masuk ke dalam wajah. Mataku hanya bisa menatap kaki geri sebelum akhirnya kepalaku jatuh ke samping membentur lantai.

"Cukup to"
Gumamku dalam hati.

Geri mengangkat kakinya, ia hendak kembali menginjak wajahku.

"ANTO!!"
Teriak lala panik melihat kondisiku.

"Ampun...ger"
Ucapku pelan.

Mendengar ucapanku, geri memperlambat dorongan kakinya hingga ia hanya menginjak leherku.

"Dari tadi kek"
Ucap geri dengan telapak kaki menginjak leherku.

"Gerii...udah pliss"
Pinta lala.

"Gua patahin leher lu to kalo berani tengil lagi"
Geri mengangkat kakinya dari leherku, kemudian melangkah mundur hingga berada di samping lala.

Geri memutarkan badan ke samping menghadap lala.

"Lanjutin"
Ucap geri kepada lala kemudian menciumi bibirnya.

Melihat ciuman lala dan geri. Aku memejamkan mata. Namun tiba - tiba rambutku terasa sakit akibat jambakan ke atas yang memaksa tubuhku kembali duduk bersandar pada tembok.

"Lu liat noh majikan lu pengen di entot"
Bisikan suara aryo.

Aku tak peduli dan terus memejamkan mata.

"Woi, mata lu buka setan! Gua pecahin nih pala lu"
Perintah aryo memperkuat jambakannya.

"Iya...yo...iya"
Balasku lemah membuka mata.

Aku terpaksa menyaksikan ciuman lala dan geri, sementara aryo jongkok di sampingku sambil terus menjambak rambutku.

"Ah.....ger..antoo"
Ucap lala lemah saat geri melepas ciumannya.

"Terus?"
Tanya geri meremas payudara lala dengan dua tangan.

"Emh...ah.***mauu"
Balas lala mendesah akibat remasan geri.

"Udah nikmatin aja..siapa tau ntar dia mau ikut"
Jawab geri terus meremasi payudara lala.

"Ahhh...gerii...engga..ah"
Protes lala lagi..

Geri melepaskan payudara lala kemudian meletakan satu jari di depan mulutnya.

"Mau nurut ga?"
Tanya geri dengan intonasi tegas.

Lala terdiam.

"Kalo gamau bilang aja, gaakan gua sentuh lagi tubuh lu"
Lanjut geri.

Lala justru terlihat panik dan dengan cepat menggenggam lengan geri yang satu jarinya menempel pada bibir lala.

"Kenapa?"
Tanya geri.

"Iya....nurut"
Jawab lala lemah.

natasyaptr-1543319456-1921825347390975732-4865493997.jpg

Lala

Mendengar jawaban lala, geri kemudian memasukan jarinya ke dalam mulut lala. Tangan geri yang satunya kini melingkar ke belakang lala dan meremasi pantatnya yang masih terbalut rok span sekolahnya.

Geri terlihat berbisik kepada lala. Entah apa yang geri bisikan, lala kemudian mulai melepas kancing seragam sekolahnya sambil menghisapi jari geri.

"Bangsat!"
Keluhku dalam hati menyadari apa yang akan terjadi.

Seragam lala terlepas, menunjukan bh hitam yang menutupi indah putih mulus payudaranya. Tangan lala kemudian beralih ke belakang roknya. Sementara tangan geri yang tadi meremasi pantat lala beralih ke punggung lala.

Emosiku terasa berada di ujung kepala, aku mengadukan kedua rahangku sekuat tenaga untuk menahannya.

"Dikit lagi to"
Ucapku dalam hati menenangkan diri.

Tak lama, terlepaslah bh lala menujukan bukit kembar indahnya. Rok lala juga terlihat melonggar terbuka. Lala mendorong rok ketatnya sebatas dengkul sehingga kini ia menujukan celana dalam hitamnya.

Geri kemudian menarik jarinya keluar dari mulut lala kemudian mengambil posisi di belakang lala. Sambil meremasi payudara lala dari belakang, geri terlihat membisikan sesuatu kepada lala.

Lala tiba - tiba menatapku..

"To..emh...aku lontenya geri"
Ucap lala lemah kepadaku di tengah desahannya akibat remasan geri.

Mulutku terbuka, aku sama sekali tak percaya bahwa lala sudah masuk dalam permainan geri sejauh ini.

Masih merintih akibat remasan geri pada payudaranya, lala menurunkan celana dalamnya sebatas dengkul sehingga kini terpampanglah vagina lala yang mulus tanpa sedikitpun bulu. Kemudian lala menggerak - gerakan dengkulnya sehingga celana dalam dan roknya terjatuh ke lantai..

"Haha....liat to...nih cewek emang lonte...elu yang tolol tinggal serumah sama tiga lonte tapi ga pernah lu pake"
Ucap geri kemudian mendorong pundak lala sehingga ia sedikit menungging.

Lala masih menatapku.

"To....maaf"
Ucap lala lemah saat geri terlihat sedang memposisikan penisnya di belakang lala.

Mendengar ucapan lala, aku justru mengangguk dan sedikit tersenyum.

"Sabar yah la, dikit lagi"
Ucapku dalam hati seakan berbicara dengan lala.

Tiba - tiba lala memejamkan mata.

"Ah....geriii....pelann"
Ucap lala kemudian menggigit bibir bawahnya.

"Diem. Sekarang goyang!"
Perintah geri sambil meraih kedua tangan lala.

Masih dengan mata terpejam. Lala terlihat patuh dan mulai memaju mundurkan pinggulnya.

"Ah...memeknya lala enak banget to"
Ucap geri yang berada di belakang lala juga ikut memaju mundurkan pinggulnya mempercepat penetrasi penisnya di vagina lala.

*Plokplokplok*
Suara benturan pantat lala dengan paha geri saat lala mulai memaju mundurkan pinggulnya

Melihat persetubuhan lala dan geri, aku tak kuasa untuk menutup mata.

Namun baru beberapa saat mataku terpenjam.

*Plak*
Wajahku terasa panas saat sebuah tamparan mendarat keras di pipiku.

"Mata lu buka tolol!"
Bentak aryo di sampingku.

Aku membuka mata.

"Ah....yo....jangan...gituu...aah...ah"
Protes lala di tengah desahannya melihat aryo menamparku.

"Et ya...masih aja banyak omong lu la"
Suara bagas dari arah pintu.

Bagas kemudian berjalan ke depan lala.

"Bibirbya tipis, toketnya mulus, memeknya sempit.. tapi sayang lonte haha"
Ucap bagas kemudian meremasi payudara lala.

"Ih...bageemmmhhpph"
Balasan lala terpotong saat bagas dengan segera mencumbu bibirnya..

Kini lala, di jepit oleh dua orang pria. Geri di belakang terus memompa vaginanya, sementara bagas menciumi bibir dan meremasi payudaranya.

"Emhhh......eemmmmhh"
Lala memekik keras. Tubuhnya bergetar. Lala dengan kuat memeluk bagas yang masih terus menciuminya.

Lala orgasme.

"Udeh lu tenang aja to, ntar kalo sempet lu dapet sisaan dah haha"
Ucap aryo masih terus menjambak rambutku memaksaku untuk menyaksikan pengeroyokan lala.

Beberapa menit selanjutnya, yang dapat ku dengar adalah suara benturan paha geri dengan pantat lala, juga beberapa kali suara desahan mereka menikmati persetubuhan ini.

"Ahhh.....laaaa...keluarrr"
Ucap geri mempercepat goyangan..

Lala mendorong dada bagas sehingga ciuman mereka terlepas.

"Ah.....geriii....diluarrr"
Balas lala kencang.

"Iyaaa....aah.....anjing"
Eluh geri dengan cepat mencabut penisnya dan menyemprotkan spermanya di pantat lala.

Geri telihat lemas memegangi pinggang lala yang juga sudah telihat lemas memeluk bagas.

"Ger?"
Panggil bagas masih memeluk lala dengan erat.

Geri mengangguk.

Melihat anggukan geri. Bagas degan cepat mendorong tubuh lemas lala dan menjatuhkannya di kasur.

"Sekarang giliran gua la"
Ucap bagas kemudian melepas celananya..

"Ah...gerii....kok gini sih"
Protes lala lemah.

"Udeh gausah protes, mulut lu juga udah sering kan gua entot.. nah sekarang giliran mulut bawah lu"
Jawab bagas.

"Geriiiii"
Panggil lala panjang.

Geri menatap lala, wajahnya terlihat kesal.

"Yaelah berisik banget lu! Tinggal ngangkang aja masih banyak omong"
Ucap geri.

Ekspresi wajah lala berubah takut. Ia menurunkan pandangannya dan terlihat pasrah saat bagas mulai melebarkan kedua kakinya.

Melihat lala sudah menurut. Geri menggunakan celananya kemudian berjalan ke arahku

"Sono yo, lu sekarang juga aja biar cepet. Abang gua bentar lagi dateng"
Ucap geri kepada aryo.

"Okeoke ger"
Jawab aryo melepaskan jambakannya pada rambutku kemudian berjalan ke arah kasur.

Geri kemudian dengan santainya berjongkok di hadapanku.

"Udah lah to, terima aja nasib lu yang dilahirin cuman buat jadi sampah di dunia ini"
Ucap geri.

Aku terdiam, sebisa mungkin menahan emosiku.

"Kenapa sih ger? Kenapa lu begini ke gua?"
Tanyaku lemah.

Geri tersenyum.

"Ya biar lu sadar kalo lu itu di lahirin dari rahim lonte! Ga pantes anak haram kayak lu dapet hidup enak di keluarganya lala"
Jawab geri.

Lagi - lagi. Aku mengadukan rahang untuk menahan emosi setelah mendengar ucapan geri. Aku menatap mata geri tajam, bahkan tak ku pedulikan lagi kondisi lala sekarang.

"Kenape? Kesel?"
Tanya geri membalas tatapanku.

Aku menurunkan pandanganku.

"Udeh. Gua saranin abis kelulusan lu cabut gih dari sini. Kemana kek terserah lu, mau lu bunuh diri juga ga peduli gua... Gausah lu pikirin lagi keluarga lontenya lala yang bakal gua entot semua"
Ucap geri.

"Iya ger gua cabut"
Balasku cepat.

"Tapi jangan harap lu bisa nemuin lala lagi"
Sambungku dalam hati.

"Nah gitu kan enak.. ntar abis kelulusan gua kasih kesempatan dah lu buat make lala...tapi di saat itu juga gua lagi enak - enakan make kira"
Balas geri tersenyum.

Aku hanya terdiam.

Beberapa saat kemudian geri mengeluarkan hp kemudian menempelkannya di kuping.

"Oit bang"
Ucap geri berbicara pada saluran telepon.

Aku sejenak menatap lala. Ia kini sedang berada dalam posisi nungging bertumpu pada lutut dan lengan. Bagas memompa penisnya dari belakang sementara aryo sedang menusuk mulut lala menggunakan penisnya dalam - dalam.

"Langsung masuk aja trus ke lantai, ntar juga lu pasti denger kamar yang lagi rame"
Ucap geri terus berbicara pada saluran telepon..

"Ohyaudah...bentar dah"
Geri mematikan teleponnya kemudian melihatku.

"Bukain gerbang sono, ada nando"
Geri menyuruhku..

Aku mengangguk, kemudian dengan susah payah berdiri.

"Jangan coli lu di kostan haha"
Ucap geri saat aku mulai melangkah keluar kamar menuju gerbang.

Di luar rumah. Aku menemukan nando sedang berdiri di depan gerbang. Aku segera melangkah mendekatinya.

"Lah bonyok muka lu to.. udeh sih mending lu ikut nikmatin aje"
Ucap nando saat aku membuka gerbang.

"Bang, lu bukannya lagi deket sama kak kira?"
Tanyaku, gerbang terbuka.

"Iya. Emang kenapa?"
Balas nando.

Aku menatap wajahnya.

"Yaelah to.. adeknya aja bispak, apa lagi kakaknya...udah nih lu masukin aja motor gua"
Sambung nando kemudian memberikan kunci motornya kepadaku.

"Cuciin sekalian dah kalo bisa haha"
Ucap nando sembari melangkah menuju pintu rumah.

Aku sejenak terdiam melihat saat - saat dimana nando menghilang ke dalam rumah.

Aku menatap kunci motor nando di tanganku.

"Tolol....selesai lu semua"
Ucapku tersenyum kemudian mengeluarkan hpku.

Menghentikan rekaman. Aku mengirim pesan pada dimas.

"Bang, gua minta tolong dong. Besok lu jam 12an ke sekolah gua bisa?"
Isi pesan yang ku kirim kepada dimas.

Aku kembali meletakan hp di kantong, mengeluarkan motorku dari area parkiran, menutup gerbang, memasukan kunci motor nando dan menyalakan mesinnya, hingga akhirnya pergi menuju kostanku meninggalkan motor nando dalam posisi menyala.

Setibanya di kostan..

Aku menerima pesan balasan dari dimas.

"Bisa lah, mau gua bawain berapa orang?"
Pesan balasan dimas.

"Gausah bang. Lu aja sendiran"
Balasku.

"Yakin lu? Yaudah kirim alamatnya aja"

"Yakin bang, gua cuman butuh lu buat jaga - jaga doang kok. Nih alamatnya....."
Aku mengirim alamat sekolahku kepada dimas.

"Oh yaudah. Oke dah, besok gua kabarin kalo udah nyampe"

"Sip bang, thankyou banget"

"Yoi, kalem"
Pesan terakhir dari dimas yang tak ku balas.

Memikirkan rencanaku besok, aku sengaja mematikan hp agar tidak ada yang bisa menghubungiku. Aku kemudian mandi membersihkan diri. Di kamar, aku memasukan seluruh pakaianku ke dalam tas kecuali pakaian yang di belikan ibuku, begitu juga barang - barang yang lainnya seperti dompet dan casan.

Barang ku sudah semuanya ku kemas, aku segera menjatuhkan tubuhku berbaring di kasur. Beristirahat, memperisiapkan tubuh untuk aksiku besok.

______

Ke esokan harinya.
Kamis, satu hari setelah ujian.

Aku terbangun sekitar jam 9 pagi. Aku tidak takut telat masuk sekolah karena hari ini adalah class meeting. (Tidak ada kegiatan belajar mengajar)

Saat membangunkan tubuh. Aku melihat hpku masih berada dalam posisi mati di atas lemari kecil.
Setelah beberapa saat mengumpulkan nyawa, aku bangkit berdiri dan melakukan rutinitas pagiku.

Semua sudah siap. Aku sudah menggunakan seragam sekolah, seragam yang sangat kekecilan karena seragam ini merupakan seragam yang dulu dibelikan ibu saat aku baru saja masuk sma, beberapa bulan sebelum ibu meninggal. Kemudian, aku segera berangkat menuju rumah pak nuel. Setibanya di rumah pak nuel, aku memasukan motor ke area parkiran kemudian melangkah kembali mendekati gerbang.

"ANTO KAMU GA SEKOLAH?!!"
Suara teriakan kak kira dari pintu rumah.

Aku menatap kak kira.

"KAMU ILANGIN MOTORNYA NANDO?!"
Teriak kak kira lagi.

Aku justru tersenyum.

"Maaf, kak"
Ucapku kemudian melangkah melewati gerbang, menutupnya kemudian melangkah menjauh.

"MUKA KAMU KENAPA?!"
Teriak kak kira lagi.

Aku tak peduli, justru terus melangkah meninggalkan rumah pak nuel hingga tiba di depan komplek kemudian menaiki angkutan umum untuk pergi menuju sekolah.

Sekitar jam 10 aku tiba di sekolah.
Seperti dugaanku, satpam sekolah sama sekali tak menegurku walau datang jam segini. Aku justru menyapanya, ia hanya terdiam heran melihat wajahku yang masih terdapat luka.

Aku terus melangkah masuk ke dalam sekolah, bukan menuju kelas justru menuju kamar mandi tempat dimana geri dan kawan - kawan sering berkumpul.

Aku masuk ke dalam kamar mandi dan tersenyum ketika melihat geri sedang suduk merangkul lala di atas westafel, sementara aryo dan bagas berdiri di sekitarnya.

"Ngapain lu culun?!"
Tanya bagas melihat kedatanganku.

Aku tak menjawab, justru melangkah mendekati geri. Geri menatapku bingung, dengan cepat ku tarik tangan kananku ke belakang kemudian memukul wajah geri dengan kuat.

*BAKK!!*
Pukulanku mendarat kuat.

Geri bahkan terpental ke belakang hingga kepalanya membentur dinding westafel.

"ANTO! APA - APAAN SIH KAMU?!"
Teriak lala mencoba meraih tanganku.

"ELU YANG APA - APAAN!"
Bentakku membalas teriakan lala dan mendorongnya menjauh.

Espresi wajah lala berubah. Aku kemudian kembali melihat geri dan memukul wajahnya. Pukulanku terhenti saat bagas dengan cepat menahan tanganku dan memukul bagian kupingku dengan kuat sehingga aku terdorong ke samping.

"Ga ada kapok - kapoknya lu anjing!"
Ucap bagas berjalan mendekatiku.

Langkah bagas terhenti saat geri dengan cepat menahan dadanya.

"Jaga depan aja gih lu pada, biar gua aja yang ngurus ini bocah"
Perintah geri menahan bagas.

Bagas dan aryo mulai melangkah mundur menuju pintu kamar mandi, kecuali lala.

"Keluar la"
Suruh geri kepada lala.

Lala mulai melangkah sambil terus menatapku. Pintu kamar mandi tertutup, bagas, aryo dan lala sudah berada di luar. Kini hanya tersisa aku dan geri di dalam kamar mandi.

"Yaelah to...to... Gausah sok kuat napa, sadar ga sih lu waktu itu gua sengaja biarin lu mukulin gua?"
Ucap geri mulai melangkah ke tengah kamar mandi.

Aku tersenyum

"Lu juga sadar ga kalo kemaren gua sengaja biarin lu ngerjain lala?"
Balasku terus tersenyum lalu melangkah mendekati geri.

Ekspresi wajah geri berubah, tepat ketika aku melayangkan pukulan ke wajahnya..
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd