Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

[CERITA DETEKTIF] DETEKTIF KIM BUKU 1: DETEKTIF OBESITAS [by Arczre]

Bimabet
sebenarnya udah selesai ngetik bab resolusinya. Tapi ane tahan dulu. Masih ada yang perlu ane benahi. Dan sepertinya ane udahan nulis cerita Kim di sini setelah Bab Resolusi ini. Sebab mau ane lanjutin di tempat lain. Begitchu.

Ane malah kepengen garap ECHO sampe tamat.

heh, dasyar..
genre fav emang fantasi y ci?
emang seh, yg ini tntanganny bnyk, pnulis msti pntr2 nymbunyiin banyak rahasia yg udh ada untk diungkap scra dtail dan msuk akal..
mga naek cetak ci :beer:
 
heh, dasyar..
genre fav emang fantasi y ci?
emang seh, yg ini tntanganny bnyk, pnulis msti pntr2 nymbunyiin banyak rahasia yg udh ada untk diungkap scra dtail dan msuk akal..
mga naek cetak ci :beer:

Betul, ane lebih suka fantasy sebenarnya. Kalo detektif masih harus banyak latihan. Terutama ngatur alur dan plot.
 
Belum up date juga...???
saya rasa temannya mba luna sugiarto dalam ancaman :(
 
Betul, ane lebih suka fantasy sebenarnya. Kalo detektif masih harus banyak latihan. Terutama ngatur alur dan plot.

membawa dunia fantasi ke dunia nyata bisa terwujud lewat tinta pena. tp untuk membawakan cerita detective, isn't easy.. trlebih, qt yg hrus membuat cerita baru yg tak sama dari ksah2 detective yang ada slama ini, dg sgala kemungkinan nya.. memanfaatkan 1% kmungkinan untuk curiga dan percaya..
brfikirlah sbgai JTR yg bbrapa langkah didpan dr KIM..
good luck ^^
 
perasaan ane wktu ngetik ga pke esmosi, mgkn yg ngread aj lg emosi.. yg nulis aj nyantai koq.. :3
brhubung temany masih hr raya, nubie pke kata h- , h+ , sama macet buat comment -.- , trus kok bs ksindir thu dari mana coba?ati2 trprovokasi org yg tdk bs memaknai sbuah kata :beer:

Iya juga ya suhu. Kadang pola pembacaan dan pola berpikir juga berpengaruh terhadap sebuah tulisan. Mungkin kan ada kata-kata awalan "njir" itu ya suhu sehingga banyak yang terkeco termasuk nubitolol yg tidak berdaya ini *looohhhh, opo hubunganeeee??? :bingung: sekali lagi mari kita minyak, eh, sempak, eh, simak, kelanjutan dari bang ts dalam mengolah cerita sang detektip... :ampun: :pandapeace:
 
Santai aj bro, gw orgny lbh suka bnyk sdara drpada bnyk musuh.. ^^

"njir" brasal dr kata anjieer (bkn anjing loh y, gw jg sklh, tw tata krama dan bahasa), hanya sebuah ungkapan gemes ato geregetan, sma seperti "aseem...", "buset dah..." dkk..
cb aj gnti pke kata itu.
lagian, klo gw ga suka, gw lbh milih pke caps ato tanda seru sebagai penekanan kata..
salam,
-nubie

*ps : sory pke kata lu gw, cz abz chat ma tmen lama, jd kebawa ._.
 
Nah ini nih suhu aeoki21, terkadang kita terlalu chauvinistik dg daerah dan bahasa masing-masing, terkadang bahasa yang di suatu daerah tergolong biasa-biasa aja, tapi didaerah lain merupakan bagian dari kata yang berkonotasi negatif. Seperti kesalahpahaman yang terjadi pada ane. "Njir" disini, konotasinya makian suhu. Mohon maafkan ketidaktahuan nubitolol... Dan juga sisi positifnya adalah, secara tidak langsung dengan bergabung di forum kita ini, kita juga turut belajar tentang bahasa dari semua daerah. Sekali lagi maaf untuk kesalahpahaman ini. :pandapeace: :ampun:
 
sambil nengokin updatean ikut:senam2: Oot aachh..
'
haha..mungkin di perlukan EYD :pandapeace: jika berkomentar biar tak terjadi salah arti dari intonasi bahasa di tiap daerah..
:pandaketawa:
'
:ampun:
'
masing punya keunikan, bisa memaklumi dan cepat tanggap dari ketidak sengajaan memang..
Mantab brada:jempol:
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
9. CATCH YOU!

NARASI TONI

Ini gila. Tanpa memberitahu alasannya Kim dan aku segera melesat menuju ke sebuah mall, Matos. Di mall sini tempat di mana Kak Luna nonton bioskop. Kenapa kami langsung mengetahui bahwa Kak Luna ada di sini? Karena biasanya Kak Luna tiap kali nonton ada di sini. Hari sudah terik ketika kami sampai di sini. Berkali-kali aku menelpon Kak Luna tapi sama sekali tidak ada respon.

Kami berada di tempat parkir dan baru saja turun dari motor. Aku memegang bahu Kim untuk meminta penjelasannya.

"Kim, jelasin dong! Ada apa sebenarnya!?" tanyaku.

"Kamu tahu hari ini hari apa?" tanyanya balik.

"Hari Sabtu??"

"Tepat sekali. Hari Sabtu beberapa kantor libur dan karena hari Sabtu maka kampus juga libur. Sesuatu yang sempurna, karena terlalu sempurna bagai seorang psikopat seperti yang sedang kita kejar ini untuk bisa membunuh. Perasaanku tidak enak karena Kak Luna mempunyai sesuatu yang dikejar oleh si pembunuh."

"Kau gila!? Bagaimana kamu punya kesimpulan seperti itu? Ayo jelaskan!" tentu saja aku penasaran bagaimana Kim bisa berkata seperti itu.

"Ini!" Kim memberiku sebuah kartu nama.

"Hmm? Apa ini?" kuperhatikan kartu nama itu. Ada nama Zainal, ya salah satu tersangka tentu saja.

"Yang menarik ada di belakangnya!" katanya.

Kulihat di balik kartu nama dan kudapati sebuah logo. Aku rasanya nggak asing dengan logo ini. Kugaruk-garuk kepalaku yang tidak gatal.

"Logo itu adalah logo sebuah perusahaan yang bergerak di bidang kosmetik. Termasuk perusahaan besar kosmetik, yang pemasaran barangnya masih dalam sistem MLM," kata Kim sambil mengajakku untuk naik ke tangga.

"Ah, iya bener. SADID, sebuah perusahaan kosmetik. Pantas saja, aku rasanya tidak asing ama logo ini. Sebentar apa hubungannya dengan Kak Luna?" tanyaku.

SSSHHHHH!

Kim kulihat tubuhnya mengeluarkan asap. Whoaaa! Dia lagi-lagi menguap. Tampaknya kali ini ia berpikir keras.

"Kamu kenapa Kim?" tanyaku.

"Aku sedang menghitung matrix 99 dimensi," jawabnya.

"What?"

Please, aku saja menghitung matrix 4 dimensi saja pusing tujuh keliling. Dan kini Kim benar-benar melakukannya. Tubuhnya benar-benar menguap. Aku sampai khawatir, karena kita sekarang berada di ruang publik. Bagaimana kalau ada orang yang melihatnya. Keringat keluar dari tubuhnya, bahkan lebih dari itu uap yang keluar dari tubuhnya seperti mesin lokomotif hingga seluruh tubuhnya tertutupi.

"Kim, ini ruang publik. Kita ketahuan nanti!" kataku.

"Oke, done!" kata Kim.

Dia kini lebih kurus dari sebelumnya. Edan! Kalau saja para wanita punya kemampuan seperti Kim, mungkin mereka bakal berlomba-lomba untuk menjadi seperti Kim. Iyalah, tak perlu berolah raga untuk bisa diet.

"Sebentar Kim, lalu apa hubungannya perusahaan itu dengan kasus ini?" tanyaku.

"Tak ada hubungannya," jawabnya. Hal ini semakin membuatku bingung.

"Lha trus?"

"Ayolah Ton, kamu setiap hari ada di rumah tapi nggak ngerti sama sekali."

Aku masih tak mengerti apa yang dimaksud oleh Kim. Ah, bodo amat. Aku ikuti saja permainannya. Kami pun sampai di depan studio bioskop. Antrian tiket sudah tidak ada, ternyata film sudah diputar.

"Edan! Sudah masuk, gimana ini? Kira-kira Kak Luna nonton apa ya?" tanyaku.

Dari keempat teather manakah yang kira-kira Kak Luna ada di dalamnya? Ada empat film yang sedang diputar. Film romantis, film action, film komedi ama film horror. Apakah Kak Luna suka film romantis? Bisa jadi dia suka, karena tipikal cewek adalah suka dengan film-film ini. Film Action bisa juga, aku pernah melihat Kak Luna nonton film action. Film komedi?? Aku ragu Kak Luna suka film komedi, apalagi film Horror ia paling takut dengan film itu. Kalau aku pasti kan milih film romantis.

"Ton, kamu berjaga di pintu keluar teather!" ujar Kim.

"Heh?? Buat apa?"

"Kalau ada orang yang berlari segera tangkap dia!"

"What??"

Aku segera menuju ke samping teather. Di mana di sini ada pintu keluar. Apa yang akan dilakukan oleh Kim? Filmnya sekarang ini pasti sudah setengah jalan. Tak mungkin orang seperti Kim yang memakai baju seragam bertindak bodoh untuk menghentikan film di tengah jalan. Aku pun sampai di lorong tempat keluarnya para penonton.

Menunggu dan menunggu, hingga akhirnya, tiba-tiba ada seorang lelaki memakai jaket abu-abu berlari. Sesuai dengan perintah Kim tadi tangkap orang yang berlari, segera aku langsung menubruk orang itu. Kami berguling-guling di lantai. Aku berusaha menangkap dia dan lelaki ini berusaha dan meronta agar ia bisa lepas. Aku merangkul perut lelaki ini, ia memukuli pinggangku dengan sikunya. Ugh...aku harus kuat. Karena suara ribut-ribut inilah beberapa sekuriti segera datang dan melerai kami. Kami pun berpisah Kim lalu keluar dari pintu Exit bersama Kak Luna. Kak Luna malah bingung apa yang sebenarnya terjadi.

"Tangkap dia pak, segera hubungi polisi! Kita dapatkan pelaku pembunuhan berantai!" kata Kim.

Kami semua terkejut. Terlebih Kak Luna. Ia pun pingsan.


ooooo Detektif Obesitas Kim ooooo


RESOLUTION

Aku berada di rumah sambil menikmati sekantong snack kentang milik Kim. Bodo dia mau bilang apa. Salah sendiri menggunakan aku buat menangkap seorang pembunuh berbahaya. Bego apa? Ntar kalau aku ikutan ko'it juga gimana? Sementara itu Kim masih belum menggendut seperti sebelumnya. Ia masih kurus. Bodo amat aku khawatir ama dia, dia sendiri nggak khawatir ama aku koq. Dan di rumah, berkumpul banyak orang. Mulai aku, Paman Marvin, Kim tentu saja, Kak Luna yang sekarang sedang bersandar di mama karena barusan shock, dan kenapa juga ada Lusi di sini. Kami di sini untuk mendengarkan penjelasan Kim.

"Kamu ngapain di sini?" tanyaku ke Lusi.

"Lho, aku kan anggota klub detektif juga," jawabnya.

"Errr....baiklah,"

Kulihat Kim masih bermain-main dengan smartphonenya. Sepertinya ada hal menarik, tetapi ketika aku melihat ke ponselnya, ternyata ia malah main game.

"Kim!?" panggilku.

Kim mendongak dan melihat ke semua mata yang melotot kepadanya. "Eh, sudah siap?"

"Yaelah, dari tadi malah main game," kataku.

"Hehehehe, maaf. Baiklah, biar semua tidak penasaran kita mulai dari mana yahh???" Kim berpikir sejenak.

"Paling tidak dari awal ketika kamu tertarik ama kasus ini," kataku.

"Bagaimana tersangkanya? Sudah mengaku?" tanya Kim.

"Ya, dia sudah mengaku. Tapi aku heran bagaimana kamu tahu kalau Arib adalah pelakunya? Padahal kami malah mengira Zainal yang melakukannya," kata Paman Marvin. "Alasannya tentu saja bukti-bukti yang kami temukan di rumahnya. Sebagaimana yang telah kami selidiki Arib ini punya kelainan mental di mana dia menyukai bau parfum. Sesuatu yang membuat dia sangat menyukai para korban dan dia menarget korban dengan cara seperti itu."

"Maksudnya tersangka ini punya kelainan mental? Menyukai wanita yang memakai parfum?" tanyaku.

"Lebih tepatnya parfum di produk kosmetik shampoo," jelas Kim. "Baiklah, mari kita lihat dan tela'ah satu per satu. Kita kembali kepada korban yang tewas pertama kali. Aku sebenarnya menemukan beberapa detail di tempat kejadian perkara. Pertama bekas putung rokok di muka gang. Ah, kenapa aku menganggap itu adalah punya tersangka? Kebiasaanku ketika dulu di BPOL adalah menganggak semua yang ada di TKP adalah milik tersangka dan korban. Sekalipun itu bisa jadi ada orang yang ingin merusak TKP. Sebagaimana yang kita tahu di Indonesia ini banyak tangan-tangan jahil yang ingin merusak TKP. Tapi itu tetap aku kumpulkan. Selain itu ada batang korek dan juga bungkus rokok yang sudah habis kemudian diremas. Tanpa sepengetahuan Toni, aku menyimpan semuanya dan menyelidikinya sendirian."

Kim kemudian mengeluarkan dua buah bungkus plastik. Isinya putung rokok dan sebuah bekas bungkus rokok.

"Kamu ada barang bukti seperti ini tidak kamu berikan ke polisi?" tanya Paman Marvin.

"Hmm?? Bukannya di TKP sudah ada garis polisi? Aku kira pihak penyidiklah yang menganggap ini sesuatu yang tidak penting. Padahal kalau toh misalnya paman memeriksa sidik jari pasti akan terkuak siapa pelakunya. Sayangnya, di negara ini lagi-lagi tidak secanggih di Jerman yang mana semua sidik jari para penduduk terekam di database. Setuju?" tanya Kim.

"Ya, aku bisa menerima itu. Memang demikian," kata Paman Marvin.

"Aku menyelidiki sesuatu di dalam bungkus rokok ini. Yang jelas bungkus rokok ini ada bekas tinta, artinya sang pelaku pasti orang yang berkutat dengan dunia tulis menulis. Wartawan, atau mungkin seseorang yang suka mencatat. Aku simpan hal itu nanti. Permasalahannya adalah apa motif tersangka? Sampai pembunuhan berikutnya barulah aku mengerti apa motif tersangka. Hanya saja aku masih ragu karena korban pertama tidak aku lihat secara langsung. Baru korban kedua yang bernama Nita aku mendapatkan banyak informasi. Tentang kebiasaan pelaku, ciri-ciri pelaku dan tentu saja alasan pelaku menarget korban.

"Pertama pelaku membuang putung rokoknya di luar rumah. Rokoknya sama seperti yang aku temukan di TKP pertama. Kedua, cara jalannya sedikit terseret ada sebuah jejak di rumah Nita yang sepertinya itu milik pelaku. Dari jejak sepatu yang mencurigakan ini aku mengukur kira-kira seperti apa sang pelaku, dia tinggi, dan bisa jadi dia juga cukup kuat. Bahkan tenaga yang digunakannya untuk membunuh korban kedua bisa dilihat, mencekik leher korban dengan tali sepatu. Sebenarnya dari korban kedua ini lagi-lagi kalau pihak forensik jeli pasti akan menemukan sidik jari pelaku di mana-mana berdasarkan bukti yang aku temukan ini." Tentu saja Kim bermaksud menyindir Paman Marvin. "Tapi aku sekali lagi memakluminya. Berikutnya korban ketiga, korban ketiga inilah yang membuatku membuka tabir semuanya. Siapa pelaku sebenarnya. Memang ditambah dengan data yang diberikan oleh Paman Marvin, aku pun tahu siapa pelaku sebenarnya. Tapi aku masih belum yakin. Maka dari itu aku terpaksa membolos kemarin. Maaf ya Tante..."

"Kim?? Toni??" sepertinya Mama sewot mengetahui kejujuran Kim.

"Sekali aja koq ma, tapi toh kita bolosnya untuk sesuatu yang berguna kan?" kataku. "Lain kali nggak diulangi koq. Lagian Kim yang maksa."

Mama menghela nafas. Ia mengusap-usap kepala Kak Luna lagi yang kepalanya masih menempel di bahu mama. Dia masih shock.

"Aku lanjutkan. Di korban ketiga aku mendapati banyak bukti yang memberikan profiler tersangka. Pertama tersangka pasti rekan kerja korban. Karena korban sepertinya terlihat baru saja keluar dari kantor. Koq bisa? Itu semua dari pakaian yang dia kenakan. Memakai jaket dan sarung tangan. Seorang wanita memakai jaket dan sarung tangan kemana lagi kalau bukan ingin naik sepeda motornya? Tak mungkin dia diangkut sampai ke pantai dengan pakaian seperti itu. Pada umumnya kalau mau ke pantai bukan memakai jaket dan sarung tangan. Itu sudah umum. Si pelaku mungkin menjerat korban, setelah itu korban yang sudah tak bernyawa ia bonceng, mungkin dengan cara tertentu agar ia tak jatuh selama dibonceng kemudian mayatnya dibuang di pantai. Sedangkan sepeda motor korban bisa jadi dijual atau di taruh di tempat yang tidak diketahui oleh orang lain. Kedua, dari sini aku mencium sesuatu yang sama pada korban sebelumnya yaitu rambut korban semuanya memakai parfum yang sama. Dan parfum itu dari shampoo.

"Aku dan Toni menyelidiki ke rumah tiga tersangka yang mana sudah dikantongi oleh pihak kepolisian. Pertama Jodi. Kamarnya sangat rapi, tak ada bungkus rokok, tak ada asbak. Jadi aku skip. Dia bukan target kita. Kemudian Arib. Seorang staf pembukuan. Dari sini aku langsung mengira dia adalah pelakunya, tapi bukti tidak cukup. Aku menemukan parfum di rumahnya. Parfum ini semuanya punya satu macam rasa, dan baunya sama seperti bau rambut para korban. Tapi sayangnya aku tak menemukan dua macam item. Pertama topi baseball miliknya dan yang kedua produk shampoo yang digunakan oleh para korban. Akhirnya aku menduga mungkin di tempat Zainal dan di sini ternyata benar. Ada di tempat Zainal. Tapi aku langsung tahu dia bukan orang yang kita cari. Karena...," Kim melemparkan sebuah kartu nama. "Ada kartu nama di rumah Zainal, itu artinya Arib pernah ketemu dengan Zainal dan menawarkan shampoo itu kepada Zainal. Itulah sebabnya di rumah Zainal ditemukan banyak botol shampoo. Aku mencium topi baseballnya, dan bau shampoo itu sama dengan bau shampoo yang ada di rambut para korban."

"Hmm... aku tak pernah berpikir sampai sejauh itu," gumamku.

"Baiklah, jadi aku mengambil kartu itu sebelum keluar dari rumah Zainal, dan dugaanku bahwa Arib sebagai tersangkanya pun semakin kuat," kata Kim. "Sebenarnya kalau saja aku mengetahui dari awal bahwa Kak Luna punya shampoo dengan merk yang sama dengan yang dipakai oleh para korban, mungkin aku lebih cepat lagi mengungkap kasus ini."

"Oh, jadi karena itu kamu tahu kalau Kak Luna dalam bahaya?" tanyaku.

"Bukan hanya itu saja, ketika aku membolak-balik majalah mode milik Kak Luna, aku mendapati kartu nama yang sama," kata Kim. Dia mengambil sebuah majalah yang ternyata di dalamnya ada sebuah kartu nama.

"Oh, kalau saja aku tahu kartu nama ini ada di sini....," kataku.

"Maaf, kalau aku kerja sendirian. Dan sebenarnya Kak Luna sudah diawasi sejak lama oleh si pelaku," kata Kim.

"Dari mana kamu tahu?" tanya Mama.

"Sebenarnya beberapa hari ini aku selalu mengawasi Kak Luna, tanpa sepengetahuan kalian. Maaf lagi. Kak Luna memakai shampoo yang sama seperti yang dipakai oleh semua para korban, dan itu semua karena parfum yang baunya sama."

"Parfum yang baunya sama? Apa maksud dari parfum itu? Dan kenapa dia mengincarnya?"

"Tersangka adalah seseorang yang mengidap gangguan mental. Polisi sudah meyakinkannya karena beberapa hari sebelumnya tersangka konsultasi dengan seorang psikiater. Sang psikiater itu kemudian menyarankannya untuk menggunakan terapi parfum."

"Terapi parfum? Bagaimana itu?" tanyaku.

"Terapi parfum ini adalah sebuah metodologi khusus yang dipakai oleh seseorang yang mengidap sebuah gangguan mental karena suatu hal. Seorang psikolog biasanya memakai sesuatu yang membuat pasien nyaman melakukannya. Seperti ketika seseorang sedang terpuruk dalam kondisi tertentu, depresi dan ada masalah di dalam keluarganya, maka dia akan disuruh untuk menggambar atau meluapkan perasaannya. Namun ada kasus-kasus tertentu yang tidak demikian.

"Arib adalah seorang pasien gangguan jiwa. Dia telah kehilangan kekasihnya beberapa waktu yang lalu. Dan dia butuh terapi karena dia sangat depresi berat. Untuk menghilangkan kesedihannya maka sang psikiater memberikan dia terapi yaitu mencium parfum yang sering dipakai oleh pacarnya itu. Hal itu membuat dia tidak depresi lagi," jelas Kim.

"Oh jadi begitu," aku mengangguk-angguk.

"Jadi sekarang apa sudah benar-benar aman?" tanya mama.

"Tenang aja tante, tersangka sudah diamankan kepolisian," ujar Kim.

"Tapi sebentar, dengan ini berarti Kim sudah menyelesaikan kasus ini bukan?" tanyaku.

"Iya, benar," kata paman Marvin.

"Jadi? Apa Kim bisa dapat lisensinya paman?" tanyaku.

Semua mata tertuju kepada Paman Marvin. Paman Marvin tertawa, "Hahahahaha, baiklah-baiklah. Aku akan memberikan ijin kepada kalian menjadi detektif. Terima kasih telah membantu pihak kepolisian Kim, Toni."

Aku dan Kim melakukan tos. Acara malam itu pun berubah menjadi ramah tamah dan makan malam. Setelah makan malam, Kim sibuk ngobrol dengan Lusi. Kak Luna yang masih shock akhirnya aku temani di halaman belakang. Sementara para orang tua sibuk di meja makan sambil berhaha-hihi. Ah biarin aja, itu urusan orang tua.

"Gimana kak? Udah mendingan?" tanyaku.

"Ah, paling nggak sedikit lega. Untung ada kalian," jawab Kak Luna.

"Kalau ada yang macam-macam ama Kak Luna, aku siap menghajar dia kak," kataku.

Kak Luna tersenyum. "Makasih." Kak Luna menoleh ke ruang tamu. Tampak Kim dan Lusi sedang ngobrol akrab sekali. Ada kesan tidak suka di wajahnya.

"Itu temenmu?" tanya Kak Luna.

"Iya, ia anggota klub detektif kami," jawab Toni.

"Oh"

"Kenapa kak?"

"Ah, nggak apa-apa."

Sebenarnya masih ada misteri yang belum diutarakan oleh Kim. Aku tahu itu. Maka dari itulah, setelah Lusi pulang, setelah Kak Luna tidur di kamarnya, setelah Paman Marvin pulang, setelah suasana rumah dalam keadaan sepi, aku masuk ke kamar Kim. Kulihat anak ini masih mengutak-atik komputernya. Melihatku masuk, dia menoleh kepadaku. Sepertinya ia tahu aku akan datang.

"Masuklah, tapi tutup pintunya!" katanya. Aku menurut. Kututup pintu kamar Kim.

"Kim, aku tahu kamu menyembunyikan sesuatu," kataku. "Kamu masih belum memberitahu kepada kami identitas sang psikiater yang menuntun Arib melakukan kejahatan itu."

"Aku tahu kamu akan bertanya demikian," katanya.

"Apa maksudmu?"

"Itu artinya kamu selangkah sudah menjadi detektif. Aku juga tidak memberitahu polisi siapa psikiater itu. Tapi satu yang ingin aku beritahukan kepadamu siapa sang psikiater yang memberikan petunjuk untuk Arib melakukan kejahatan itu. Dia adalah sang Joker. Disebut Joker karena dia pandai menyamar. Dan dia juga adalah sang konsultan kriminal. Menjadi psikiater kemudian memberikan konsultasi kriminal tak akan pernah diketahui oleh orang banyak. Ketika Arib tertangkap aku segera pergi ke tempat di mana alamat sang psikiater yang dikatakan oleh Arib. Tapi aku tak menemukan orang itu. Tempatnya telah bersih, ia tahu pasti aku akan ke sana, bahkan ia juga tahu kalau polisi akan mengendus jejaknya. Sang psikiater itu tak lain adalah....."

Sebenarnya, nama ini tak asing bagiku. Nama yang akan terus disebut Kim sebagai otak dari hampir sebagian besar kejahatan yang akan ia tangani setelah ini. Nama yang menjadi The Great Villain bagi kami. Dan Kim menyebut nama itu dengan sangat jelas.

"Jack The Ripper."


BUKU 1 END

Note dari penulis: Ane cukupin nulis Kim di forum ini, karena pasaran untuk Kim ini lebih besar dari sekedar ane tulis di forum. Rencana akan ane self publishing di salah satu situs publisher yang cukup ternama. Jadi mohon maaf, karena harusnya ada 3 bagian di buku ini, tapi bagian pertama sudah selesai sampai di sini. Dan ane kasih PREFIX TAMAT untuk cerita ini di sini.

Namun cerita ini tetap akan bersambung di tempat lain. Sekali lagi ane mohon maaf. :ampun:
 
Tamat....:takut: :tidak:

Ane koq ngerasa berat yah low cerita2 ganArc gk d lnjut dimarih...:galau:

But mungkin ganArc dah punya pertimbangan sndiri kayaknya..

Low dah publish ceritanya d luar forum, tlong d kasih tau yah gan....please..
:ampun:

#tetep berkarya gan...:semangat:
 
Suhu Arc, lanjutin di mari dong detektif Kim'nya. Kalau gak link lanjutannya deh, hihi
 
Sekali tidak tetap tidak. Ane sedang mindah ke wattpad, episode selanjutnya ada di sana.
Tapi jangan khawatir habis ini Gundam MsX-999 ARCHANGLE akan ada di SF Cerita.
 
kok gak dilnjut dimari suhu...
atau minimal kasih bocoran mau diposting blog mana?
 
Bimabet
Salute... :ampun:

Ane penyuka cerita detektif, ane tak punya kemampuan nulis cerita seperti ini.
Menulis Cerita detektif membutuhkan daya imajinasi tingkat dewa, menyuguhkan permasalahan sekaligus pemecahannya. Penyajian masalah yang pembaca sendiri sulit menebak pemecahannya, ini hal yang sangat luar biasa.

Ane pribadi sesungguhnya sangat ingin Bang Arci melanjutkan cerita ini disini (Buku 2), namun semuanya terserah Bang Arci, karena pasti Bang Arci punya alasan sendiri.

Cerita ini sangat layak naik cetak, berjejer di etalase Gramedia, dan menjadi Cerita terlaris dan paling dicari.

Mohon Bang Arci masih tetap berkenan nulis cerita-cerita hebatnya disini.

:beer:
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd