Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT True Detective

Anu suhu. Di scene berantem2 ada kesalahan yg cukup menggangu. Samurai itu bukan nama pedang. Samurai itu kesatria pengguna pedang itu. Pedangnya sendiri namanya katana.
:kk:
Thank you, Suhu. Masukan yang sangat berarti dan memang sangat ane tunggu tunggu. Makasih ya, Suhu.
Wah ternyata fantasi sangat menyimpang sekali pimpinan tinggi detektif
Thank you, Suhu Firdos
 
Bab 8 : Ikan

Jumā€™at, 3 April 2020

Jam 13.00

Safe House di Perbatasan Kota Bonjormo


ā€œ Mas aku ini Detektif lho, kamu harus jujur kepadaku. Siapa mereka? Biar kukontak orang kantor buat mengejar mereka!ā€

Nikita semakin gencar mengejarku dengan pertanyaannya.

Pada saat itulah aku menghentikan pembicaraan Nikita dan berkata pelan kepadanya.

ā€œ Jangan! Jangan kamu telpon orang kantormu!ā€

ā€œ Tapi kenapa, Mas? Kan harus ada alasannya!! Kenapa orang di Mobil Luxio dan puluhan orang bersepeda motor ingin membunuhmu?ā€

ā€œ Ya Nikita.ā€ Kataku sambil memikirkan barangkali Inilah arti dari mimpiku semalam. ā€œ Tolong dengar baik-baik..ā€

ā€œ Apa, Mas?ā€

ā€œ Mereka ingin mengejarkuā€¦..ā€

ā€œ Iya karena apa??ā€

ā€œ Karena aku adalah seorang pembunuh.ā€

Nikita mendengar ucapanku berupaya mencernanya baik-baik kemudian berkata, ā€œ Pembunuh? Dalam arti apa??ā€

Aku menganggukkan kepala sambil menghadapinya secara langsung. ā€œAku pembunuh dalam arti harfiah. Aku pembunuh bayaran. Sebagai pembunuh mereka datang ingin menunut balas kepadaku.ā€

Kedua bola mata indah Nikita menatapku lekat. ā€œ Kamu bercanda kan, Mas?ā€

Tanpa perlu menjawab aku menggelengkan kepalaku. ā€œAku tidak bercanda.ā€

Sejenak Nikita menganggukkan kepala. Kemudian cepat sekali tangannya mengambil pistol yang diletakkan di tasnya membidikku tepat di kepala. ā€œ Kalo begitu Mas harus aku tangkap!ā€

Kedua tanganku terbuka. ā€œ Silakan! Aku memang pembunuh : Kamu seorang Detektif Wanita. Perbedaan kita jelas : Bagai hitam dan putih. Bagai kejahatan melawan kebaikan. Itu sebabnya tadi di Hotel aku memohon kepadamu agar jangan ikut.ā€

ā€œ KAMU HARUS AKU TANGKAP!!!ā€

Nikita maju. Kedua tangannya memegang pistol secara terlatih. Tidak ada gemetaran. Tidak ada keraguan. Bidikannya jelas : Seorang wanita yang terlatih.

ā€œ Silahkan!ā€ Jawabku tenang. ā€œ Sudah menjadi resikoku sebagai Pembunuh untuk dijebeloskan ke dalam penjara.ā€

ā€œ UNTUK DIHUKUM ATAS SEGALA KEJAHATAN KEJI YANG MAS LAKUKAN!!!ā€ Nikita membentak lagi.

Aku mengangguk mengiyakan ucapannya.

ā€œ KENAPA MAS MEMBUNUH??? KENAPA??ā€

Pistol Nikita sudah dekat sekali dengan wajahku. Tinggal satu jengkal lagi.

Alih-alih menjauh Aku mendekati moncong pistolnya lalu menempelkan jidatku disana.

ā€œ MAS!!! APA YANG KAMUā€¦..ā€

ā€œ Tembaklah Aku, Nikitaā€¦Tolonglahā€¦ Tolong tembak Akuā€¦.ā€

Nikita yang dari tadi tanggannya tidak gemetar menjadi ragu. Tangannya bergetar lalu Dia kembali membentak, ā€œ MAS! MAS SUDAH GILA, YA??? INI PISTOL, TAU?? GIMANA KALO AKU KHILAFā€¦. MAS BISA MATIā€¦ā€ Sambil membentak-bentak, Nikita menarik tangannya dari dahiku.

ā€œ Aku memang ingin mati, Nikita. Sudah lama Aku ingin mati. Bunuh saja. Ayok. Bunuhlah, Aku!ā€

Nikita tegang. Tangannya bergetar hebat. Raut wajahnya yang putih memerah akibat menahan emosi berat.

ā€œ Kalo Aku mati, maka setidaknya Aku bisa berhenti melakukan pembunuhanā€¦. Aku tidak pernah mau melakukan bunuh diri, Nikita. Harus ada orang yang berani membunuhku.ā€ Perlahan Aku mendekati Nikita.

ā€œ Masā€¦..ā€ Nikita menghambur ke pelukanku. Tingginya yang hanya 160 Cm membuat kepalanya bisa nyungsep di dadaku. ā€œ Jangan bicara seperti itu lagiā€¦..ā€

ā€œ Kenapa? Kamu tidak membunuhku saja!ā€

ā€œ TIDAAAKKKKā€¦.. AKU TIDAK MAU DENGARā€¦..ā€

Aku tak kuasa menyambut pelukan Detektif Wanitaku. Kepalanya yang nyungsep di dadaku kuusap lembut. ā€œ Kenapa Kamu tidak mau dengarā€¦. Kamu harus membunuhkuā€¦ā€

Nikita mendangakkan kepalanya agar bisa melihatku secara langsung. ā€œ Karena Nikita sayang sama Masā€¦..ā€ Tatapan mata Detektif Wanitaku ini begitu sayu penuh rasa cinta. ā€œ Kalo tidak sayangā€¦ Nikita tidak akan mau tidur sama, Mas! Jelas??ā€

Kedua tanganku yang memeluknya merapalkan ilmu kepekaan rasaku untuk menilai ucapannya. Hasilnya : Ucapan Nikita tadi 100 persen tulus, berasal dari lubuk hatinya yang paling dalam.

ā€œ Tidak ada Detektif Wanita yang cinta dengan seorang Pembunuh.ā€ Kataku.

ā€œ Ada!ā€ Jawab Nikita. Nada suaranya sudah jauh melunak. Tidak lagi teriak-teriak seperti tadi. ā€œ Nikita mencintamu, Mas.ā€

Tatapan Nikita masih lekat saja menatap mataku. Gadis ini memang keras sekali kepalanya tapi Ya Tuhan sangat manis wajahnya.

ā€œ Cinta monyet, kali!ā€ Godaku.

ā€œ Cinta matiā€¦.ā€ Jawabnya.

ā€œ Tidak ada Detektif Wanita yang mungkin jadian dengan seorang Pembunuh.ā€ Ulangku lagi dalam versi berbeda.

Nikita mengalihkan pandangannya kembali tenggelam ke pelukanku. ā€œ Enggak. Nikita mau! Nikita mau jadian sama, Mas.ā€

ā€œ Kamu gak pernah sadar apa yang kamu omongin!ā€

ā€œ Walaupun Mas seorang Bad Boy, tidak masalah buatku. Karena Nikita senang sama Bad Boyā€¦ā€

Tak tahan aku tertawa mendengar ucapannya, ā€œ Aku ini Bad Boy sejati Nikitaā€¦ Tidak ada Bad Boy sepertiku.ā€

Nikita kembali mengangkat kepalanya menatapku kemudian berkata lantang, ā€œ AKU INI DETEKTIF WANITA SEJATI, MAS. TIDAK ADA DETEKTIF WANITA SEPERTIKUā€¦ā€ Dia mengulangi kalimatku dalam versinya sendiri : Sambil berteriak sekencang mungkin.

Kupingku sampai nyeri mendengarnya. ā€œ Kamu itu suka teriak-teriak, ya? Sakit di kuping, tau!ā€

Nikita meringis lucu. ā€œ Salah sendiri ngajak Detektif Wanita tidur bareng. Jadi kebrisikan, kan?ā€

Kami berdua tertawa bareng di ruang tengah Safe House. Kawasan rumah ini seharusnya aman. Paling hanya ada lima rumah di satu garis jalan. Semoga saja suara Nikita yang teramat keras tidak terdengar sampai ke tetangga.

ā€œ Mas.ā€ Panggil Nikita.

ā€œ Ya, Sayangā€¦ā€ Jawabku mesra.

ā€œ Terus bagaimana?ā€

ā€œ Maksudmu??ā€

ā€œ Mas dikejar sama Pembunuh sekarangā€¦ā€

Aku memikirkan jawaban dari pertanyaannya tapi tidak menemukan jawabnnya. ā€œEntahlah..ā€

ā€œ Mas dikejar sama Pembunuhā€¦ā€ Ulang Nikita.

ā€œ Aku juga seorang Pembunuhā€¦ Mereka akan menjadi jeruk makan jeruk bila mengejarku.ā€

ā€œ Maksudnya?ā€

ā€œ Mereka tidak akan mempan membunuhku karena aku tau segala trik mereka sebagai sesama pembunuh.ā€ Aku mengambil nafas panjang sejenak. ā€œ Tetapiā€¦ā€

ā€œ Tapi apa, Mas?ā€

ā€œ Satu-satunya yang kutakutkan adalah ada yang mengguntingku dalam lipatan, Sayangā€¦ā€

ā€œ Maksudnya??ā€

Aku sulit menjelaskannya. ā€œ Apabila Dia pembunuh jantan mengajakku duel satu lawan seratus pun aku tidak akan kalah. Tapi bila Dia pembunuh munafik : berpura-pura baik lantas menikamku dari belakangā€¦. Aku pasti kenaā€¦.ā€

Nikita memelukku erat.

ā€œ Jangan sampai ada yang menyakitimu, Mas! JANGAN SAMPAI ADA!!! NIKITA AKAN MELINDUNGIMU!! NIKITA AKAN SELALU BERSAMAMU, MAS, DAN MELINDUNGIMUā€

Pelukanku kupererat. ā€œ Tenanglah, Sayang! Tenanglah.ā€ Kumencoba melepaskan pelukannya di tubuhku lalu kuakatakan padanya, ā€œTapi yang pastiā€¦.ā€

ā€œ Apa??ā€ Nikita menatapku lekat.

ā€œ Mas akan membelikanmu baju dulu! Kamu tidak bawa baju salin, ya? Baju ini yang kamu pakai dari kemarin, lhoā€¦ā€

ā€œ YA AMPUN MASā€¦.. AKU KAN GAK BISA PULANGā€¦. AKU KANā€¦. AKU KANā€¦..ā€

Disaat suara keras Nikita terdengar nyaring menceramahiku, Aku tertawa bahagia menikmati rasanya bersama wanita yang Kucintai.

***

Jumā€™at, 3 April 2020

Jam 14.00

Pusat Perbelanjaan di Perbatasan Kota Bonjormo.


Aku meninggalkan Nikita di Safe House. Statusnya sebagai Orang Dalam Pengawasan membuatku tidak nyaman walau hanya sekedar mengajaknya berbelanja. Bukan penyakitnya yang Aku takutkan tapi Nikita adalah Detektif dan dia sedang diawasi. Aku yakin banyak sekali Detektif Kota Bonjormoyang disebar dalam kondisi darurat Corona untuk mencarinya. Mengajak Nikita berjalan-jalan bukanlah pilihan bagus.

Lagi pula Nikita tadi sudah memberiku daftar belanjaan dari segala kebutuhannya, termasuk ukuran bajunya yang bisa kugunakan untuk membeli semua keperluannya secara komplit.

Masalahnya kondisi di Pusat Perbelanjaan sangatlah sepi. Sedikit sekali orang yang masih berani keluar buat berbelanja. Pedagangnya pun juga sama-sama ketakutan. Tapi untunglah bagiku barang-barang keperluan yang sudah di list oleh Nikita berhasil kubeli semua.

Saat aku hendak pulang, Sang Suara menelponku.

Aku memang tidak pernah menelpon Sang Suara terlebih dahulu. Aku hanya menerima panggilannya dan melaksanakan tugasnya : sebagai seorang eksekutor yang patuh.

ā€œ Halo,ā€ Kata Sang Suara.

ā€œ Halo,ā€ jawabku. ā€œKenapa aku dikejar?ā€ Pertanyaanku langsung terhambur.

ā€œ Pertanyaanku sama : Kenapa Kamu bawa orang yang seharusnya tidak Kamu bawa masuk ke dalam Safe House?ā€

Aku terdiam seketika seperti terkena skak mat.

ā€œ Kupikir kamu seharusnya sudah tau Safe House tidak boleh dimasuki oleh orang lain.ā€ Sang Suara menekanku

ā€œ Iya, tapi, bagaimana Kamu bisa tau?ā€ Tanyaku gelagapan

ā€œ Kami tau segala hal. Dari yang terang sampai yang tersembunyi.ā€

ā€œ Kalo begitu kenapa Aku dikejar? Bukankah biasanya setiap pembunuhan yang kulakukan segera ditutupi?ā€

Sang Suara hening sejenak sebelum menjawab, ā€œ Mungkin karena Kamu sudah tidur bersama ikan betina itu..ā€

Aku tidak mengerti ucapannya. ā€œIkan apa??ā€

ā€œ Mungkin karena Kamu sudah tidur bersama ikan betina itu..ā€

ā€œ Apa maksud ucapan barusan?ā€

ā€œ Selamat sore, Lukmanā€¦ā€

ā€œ Haloā€¦. Haloā€¦. Apa maksudmu??ā€

Sang Suara menutup telponnya.

Ilmu kepekaan rasaku menangkap sesuatu yang teramat salah sedang terjadi tapi aku belum tau apa.

Sabtu, 4 April 2020

Jam 23.00

Rumah Safe House di Perbatasan Kota Bonjormo


Sudah hampir 36 Jam, Sang Suara tidak menghubungiku lagi. Sudah lima tahun Aku menjadi eksektornya batu sekarang diperlakukan tidak sopan. Ada apa sebenarnya.

Aku harus segera bergerak tapi masalahnya adalah Nikita. Aku tidak bisa bergerak selama Dia ada di dekatku. Bagaimana caraku meloloskan diri darinya sebentar saja. Beberapa jam saja. agar Aku minimal bisa membaca rencana apa yang sedang dipersiapkan oleh Sang Suara kepadaku.

Tungguā€¦. Beberapa jam sajaā€¦ Ya, hanya itulah yang sebenarnya aku butuhkan. Kemana saja pikiranku berputar-putar sedari tadi? Itu dia solusinya. Aku hanya memerlukan waktu sebentar saja untuk mengurai kejadian ini.

Mendadak aku mempunyai sebuah rencana yang harus aku laksanakan sekarang juga.

ā€œ Nikita, Sayang!ā€ Panggilku pada Nikita yang sedang tengkurap melihat berita di layar televisi.

ā€œ Apa, Mas?ā€ Sambutnya santai.

ā€œ Mau melakukan sesuatu gak?ā€ Tanyaku. ā€œ Mas, bosan banget, nihā€¦ā€

Nikita membalik badannya menghadapiku. ā€œ Mas mau ngapain??ā€

Kemarin aku belikan kamu dua pasang BH dan G string hitam. Sekarang kamu pakai, ya.

Mendengar rencanaku Nikita menjadi berbinar wajahnya.

ā€œ Kita mau enak-enak nih, Masā€¦.. ASSSSYYYIIKKKKK.ā€

ā€œ Hushā€¦ Jangan keras-keras suaranya! Mas mau kita melakukan sesuatu yang lainā€¦ā€

ā€œ Maksudnya, Mas?ā€

ā€œ Mas mau mijitin kamu, Sayangā€¦ā€

ā€œ Mijit?? Maksudnya mijit-mijitā€¦.ā€ Nikita memperagakan gerakan memijat dengan kedua tangannya.

ā€œ Iya. Tapi pijat sensual!ā€

ā€œ Kayak apa itu, Mas?ā€

ā€œ Kamu nih memang banyak tanya, ya! Sudah bersiap saja! Kamu pakai pakaian yang Mas request tadi! Cepetan!ā€

ā€œ Siaaap, Masā€¦ Aku bebersih dulu, yaā€¦..ā€

ā€œ Iya buruan, udah gak sabar, nih!ā€

***

Nikita muncul dari kamar mandi 15 menit kemudian. Dia sudah sangat siap. Pakaian dalam berwarna hitam sexy yang kubelikan untuknya sudah dikenakan menambah indah kemolekan tubuhnya.

Walaupun hanya sejenak, memandang kesexyan tubuh Nikita bisa mengalihkan pikiranku yang liar berkecamuk. Bayangan Sang Suara berserta segala kemisteriusannya lenyap sudah.

ā€œ Ada tidak Detektif laki-laki di kantormu yang pernah bilang kalo kamu itu sebenarnya sangat sexy sekali, Sayang?ā€ Pujiku tulus kepada Nikita.

ā€œ Aaaahhhh, Mas, mah bisa sajaā€¦.ā€

ā€œ Jujur, Kamu adalah wanita tersexy dan tercantik dalam hidupku.ā€

ā€œ Aaaahhhhā€¦.. Mas gombal, nih!!ā€ Seru Nikita sambil menyerbuku dan tanpa ragu Dia menyeruduk mengajakku bergulat ala pegulat amatiran. Seketika kami pun saling adu kuat. Saling menelikung tubuh satu sama lain, berguling-guling sampai hampir lupa niat semula.

Kuhitung hampir selama dua menit kami saling tindah satu sama lain sebelum akhirnya Aku mengalah dan berkata, ā€œ Ampuuunnnā€¦. Ampuuunnnnnā€¦ā€¦.ā€

ā€œ Mas, sih, genit! Gombal lagi!ā€ Pekik Nikita.

ā€œ Ngomong-ngomong jadi tidak pijatnya,nih?ā€tanyaku saat kalah dalam pergualatan dahsyat tadi dan harus terlentang tak berdaya.

ā€œ Jadilah! Mas, sihā€¦.ā€ Katanya menggoda.

ā€œ Ya, sudah, kalo jadi kamu tengkurap dulu, gih!ā€

ā€œ Huhhhā€¦. Baiklahā€¦.ā€

Akhirnya Nikita mau menuruti perintahku.

Seperti pernah kuceritakan sebelumnya, minyak zaitun adalah salah satu benda wajib di dalam tas kecilku. Minyak zaitun itu kubuka sekarang menemani pijitanku di tubuh Nikita.

Dalam kondisi telungkup, Nikita merebahkan tangannya di bantal dan mulai menikmati sesi pijat sensualku.

Sebenarnya tidak ada yang istimewa dari pijatanku. Aku hanyalah seorang pembunuh. Bukan pemijat sensual professional. Tapi Aku memiliki Ilmu kepekaan rasa. Berkat ilmu itu aku bisa merasakan segala pergulatan batin di dalam diri Wanitaku sejelas memandang wajah cantiknya.

Saat pijatanku memulai petualangannnya dari kakinya aku bisa merasakan rasa tenang di dalam dirinya. Nikita seperti telah menemukan sosok laki-laki terpercaya yang bisa Dia pegang. Yang bisa Dia percaya. Yang bisa Dia pegang tangannya di saat senang maupun susah.

Sayangnya aku bukan tipe laki laki seperti itu, tapi setidaknya, bisa ikut merasakan Nikita percaya padaku saja sudah membuatku ikut merasa tenang.

Apalagi ketika perlahan kubaluri kedua betis, kemudian naik ke kedua paha belakannya, Nikita kurasakan semakin merasa nyaman. Dia tidak risih membuka pahanya. Bahkan sama sekali tidak berontak saat kedua tanganku kadang-kadang iseng menyentuh vaginanya di antara pijatan hangat.

Tanganku sekarang benar-benar bebas menikmati lekuk paha Wanitaku dari segala sisinya. Paha ini begitu sehat di tanganku. Begitu bugar tanpa adanya sumbatan aliran darah di setiap jengkalnya.

ā€œ Mmmmmhhhhā€¦..ā€

Nikita baru mendesah lirih kala Aku mulai mengolah pantatnya. Panat montok Nikita sengaja kucari urat-uratnya yang sensitive lalu kupijat kencang sehingga bisa melancarkan segala aliran darah di dalamnya.

Dari pantat, pijatanku naik terus menuju punggung bagian bawah kemudian menyamping ke pinggang, kembali lagi memijat punggung bagian atas.

Banyak sekali area sensitive di daerah punggung Nikita. Aku mencoba berbagai macam pola pijatan guna memastikannya merasa nyaman. Kadang-kadang Dia mengaduh. ā€œ Masā€¦. Sakiiitttttā€¦.ā€ Keluhnya.

ā€œ Tahan! Ada urat ketarik di sini! Sabar!ā€ Kataku sambil berusaha serius melancarkan urat-uratnya.

ā€œ Pijat itu bukan hanya ah ih uh, doank. Tapi juga kadang menyakitkan. Sebuah jenis sakit yang menyehatkan!ā€ Kataku saat melipat tangan kanannya ke punggung lalu memijat otot otot di bawah bahu kanan Nikita.

ā€œ Eeeemmmmmmmmā€¦..ā€ Desah Nikita.

Hal yang sama juga kulakukan ke otot di sebelah kiri punggungnya, sebelum akhirnya memijat bahu Wanitaku cukup lama. Kawasan otot bahu bukanlah otot yang mudah dipijat. Sebab di otot bahu banyak sekali urat sangat lembut yang mudah sekali menimbulkan cidera. Diperlukan ketepatan teknik pijat guna memastikan pijatan di bahu berlangsung nyaman tanpa melukai.

ā€œ Dahā€¦. beres bagian belakangā€¦ sekarang telentangā€¦..ā€ Kataku setelah selesai memijat bahu Nikita sembari melepaskan kaitan BH tali sekaligus CDnya. ā€œ Yang dua ini dilepas saja!ā€

Melihat Nikita telentang sudah cukup membuatku ereksi. Namun aku harus sabar. Nanti ada waktunya.

Jadi alih-alih memperturutkan hawa nafsu sendiri aku mulai memijat bahu depan Nikita lalu turun ke dada atas sebelum akhirnya memijat payudaranya.ā€

ā€œ Mmmmmm, Massssā€¦ā€¦..ā€ Nikita mulai mendesah lirih.

Tanganku memijat dari bagian terluar payudaranya. Kupijat lembut lalu bergerak naik menuju daerah puting payudara yang bewarna lebih cokelat dari kulit putihnya lalu memetik puting itu seperti memetik gitar.

ā€œ Uuuuuhhhhhhhhā€¦ā€¦ā€¦ā€¦.ā€ Seru Nikita setiap kali petikanku melenting di puting payudaranya.

Kedua tanganku memang seperti tidak kenal lelah memerah kedua payudara Nikita. Posturnya yang mungil tidaklah sama dengan bentuk payudaranya yang memiliki ukuran payudara cukup sekal, enak digenggam, dan sangat menggoda.

Aku cukup membayangkan ada air susu di pangkal payudaranya yang montok. Susu itu kemudian kuperah, kuangkat naik sampai tiba di puncaknya lalu kugelitik agar susunya keluar.

Metodeku ini cukup efektif : Nikita mulai menggila, semakin kencang desahannya, semakin kuat pegangannya di seprei tempat tidur kami. Semakin gila Dia jadinya.

Aku memang sengaja menaikkan gairah di dalam tubuh Nikita secara bertahap. Tidak perlu buru-buru mendorongnya orgasme melainkan bertahap saja. Biarkan segalanya mengalir apa adanya.

Jadi saat aku menilai kegiatan perah susu sudah cukup mengantarkan gairahnya naik, pijatanku beranjak memijati ketiak Nikita tanpa harus membuatnya kegelian. Otot di ketiak sangatlah lembut. Kaum wanita sering kegelian bila dikelitik di ketiak. Pijatanku memastikan Nikita tidak kegelian. Hanya pijatan ringan pengantar naiknya syahwat agar membuncah lebih hebat lagi naik ke ubun-ubun.

Semuanya kulaukan secara bertahap tapi pasti. Sehabis dari ketiak aku turun memijat pinggang, turun lagi memijat paha depan, lanjut turun lagi sampai ke betis dan berhenti sejenak di jari-jari kaki.

ā€œ Masā€¦. mauuu diapain sihhhā€¦ Masssā€¦. Aaaaahhhhhā€¦.ā€

Saat Nikita mengucapkan kalimat tadi kakinya kuangkat sedikit sambil kuciumi jari kakinya yang lentik. Pandangan mata kami bertemu kala aku menjilati jari Nikita. Pandangannya sayu, pasrah, tidak percaya aku mau sampai menjilati jari jemari kakinya satu per satu.

ā€œ Masā€¦. janganā€¦ihā€¦.ā€

ā€œ Ssssstttā€¦.. Aku senang kok jilati jari kakimu!ā€

Kupastikan satu demi satu jari kaki Nikita kukulum, sambil kunikmati sepenuhnya sebelum aku mulai bergerak naik memijat paha depan, paha samping, naik sedikit ke pusar dan turun lagi sampai tiba di depan vaginanya.

Tidak terburu-buru kupijati vaginannya sambil berupaya meregangkan kulit terluarnya. Tanganku mengolesi minyak zaitun di sekitar vagina lalu menekan-nekan lembut memastikan seluruh peredaran darah disana berjalan lancar.

Dari sana kurenggangkan seluruh kaki Nikita agar terbuka lebar mengangkang. Kedua kakinya sudah lemas, sudah siap buat mendapatkan perlakuanku selanjutnya, yaitu : Oral di vaginanya secara langsung.

ā€œ Masā€¦. aaaauuuuhhhā€¦. Masssā€¦ā€¦ Aaaaaahhhhhhhā€¦ā€¦..ā€

Nikita mendesah lepas. Vaginanya kujilati konstan. Setiap lekuknya. Setiap sisinya kujilati menggunakan lidah sambil kuhisap-hisap klitorisnya.

ā€œ Aaaagggghhhhhhhā€¦ā€¦ā€¦ Masssssā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦.. Massssssssssssssssā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€

Kedua tanganku ikut memegangi pantat Nikita untuk menaikkan sedikit tubuhnya sehingga lidahku bisa mengenai titik yang paling pas : Titik klitorisnya. Bagaimana Aku bisa mengukur jilatanku sudah tepat sasaran? jawabannya apabila Nikita mendesah keras sekali kala kujilati maka yakinlah dengan pasti jilatanku sudah tepat sasaran.

ā€œ Masssā€¦. Masukkiiiinnnn, Masā€¦ā€¦ Nikita udah gak tahanā€¦ā€¦ā€

Rengek Nikita tak berdaya mengharap Penisku akan mengisi rongga vaginanya.

ā€œ Belumā€¦.ā€

ā€œ Kapan??ā€

ā€œ Sabarā€¦ā€

ā€œ Lhoā€¦.Mas mau ngapainā€¦ā€¦ā€

Bangkit setelah melakukan oral, Aku mengolesi minyak zaitun ke atas vagina Nikita banyak-banyak sembari mengelus elus permukaan vaginanya agar luber terolesi minyak.

ā€œ Masssā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦..ā€

Tanpa aba-aba kucolok vagina Nikita dengan dua jariku tangan kananku.

ā€œ Aaaagggggghhhhhhhā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦.ā€

Dua jariku serta merta mengocok liang vagina Nikita sambil meregangkan ototnya di satu sisi. mengocok kedalamannya di sisi lain sembari berupaya mencari satu titik tersembunyi yang pasti keluar bila seorang wanita sudah terangsang hebat.

Titik itu kutemukan tidak sampai beberapa centi dari dalam dinding vaginanya. Rasanya titik itu seperti kulit jeruk yang menjorok keluar minta dipijat oleh jariku.

Saat menemukan titik nikmat Nikita, tangan kiriku menekan titik di bawah pusarnya. Gerakan ini bertujuan menekan aliran darahnya agar terpusat di area nikmat G Spot miliknya, lalu tanpa berlama-lama kufokuskan tekananku pada titik menjorok di dalam vagina Nikita menggunakan kedua jari sambil memijat kuat.

ā€œ Eeeemmmmmmmmmmm Massssā€¦.. Massssā€¦ā€¦ā€¦ā€¦.Massssā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦..ā€

Satu menitā€¦ dua menitā€¦ tiga menit

Tepat di menit ketiga kurasakan titik di kedua jari tangan kananku menggelembung : Dari seukuran biji kecil, menjadi semakin besar, dan semakin besar.

ā€œ Massā€¦.. Masā€¦.. Masā€¦ā€¦ Uuuuggghhhā€¦..ā€ Nikita histeris. Dia tidak tau apa yang terjadi. Kepalanya terangkat mau tau ada apa di bawah sana.

ā€œ Sleeeppā€¦. Sleeepppā€¦.. Sleeeepppppppā€

Aku tidak mempedulikannya. Satu satunya hal yang kuperhatikan adalah titik di tanganku menjadi semakin besar. Menjadi semakin kuat. Tanpa bisa ditahan titik itu kemudian mendorong tanganku keluar.

ā€œ Massssssssssssssā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦..ā€

ā€œ Sroooootttttā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦.Sroooooooooooooottttt.ā€

Pada saat kedua jariku keluar akibat dorongan dari dalam vaginanya, Nikita menyemburkan cairan bening dari dalam vaginanya.

ā€œ Aaahhhhhaaaahhhhhh,ā€ desah Nikita sambil mencengkram seprei berusaha melihat apa yang terjadi.

ā€œ Sroooooooooootā€¦ā€¦ā€¦ā€¦.ā€ Semburan pertama itu mengagetkannya. Seluruh tubuhnya langsung gemetar tak karuan.

ā€œ Uuuuughhhhhā€¦. Ugggghhhhhhhhhhhā€¦.. Uggghhhhhhhhā€¦ā€¦ā€¦.ā€

ā€œ Srooootttttā€¦ā€¦ā€¦ā€¦.ā€ Ketika semburan kedua muncrat keluar, Nikita histeris.

Tidak ada bagian tubuhnya yang diam. Semuanya bergetar kencang membuat orchestra irama orgasme indah.

ā€œ Sekali lagi!ā€ Kataku.

ā€œ Tidaakā€¦. Tidakā€¦. Ampunnnā€¦. Masih geliā€¦ā€¦.ā€

Aku adalah pembunuh. Terlalu mudah tenagaku melawan rontaan Wanitaku yang cantik. Cukup menahan pahanya saja lalu kembali mencolok dua jari, berupaya menemukan titik nikmat tadi, dan kembali mengocoknya.

Titik tadi masih besar ukurannya akibat Nikita mengalami orgasme squirt tapi tidak terlalu mendorong seperti tadi. Baru ketika kukocok lagi, titik itu kembali membesar, kembali mendesak jariku keluar dan kembali muncrat. ā€œ Crrroooootā€¦. Crooottttā€¦.. Croooootttt.ā€

Tiga kali semburan cairan bening meledak bersamaan dengan keluarnya jariku dari vagina Nikita.

ā€œ Masā€¦ā€¦ā€¦ Ammpuuuunnnnā€¦ā€¦ā€¦ā€¦..Ammmppppppuuuunnnnnnnnā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€

Seluruh tubuh Nikita bergetar hebat sekali. sampai-sampai ketika aku berupaya menahan getarannya aku sendiri terdorong menjauh.

ā€œ haaagggghā€¦ā€¦..Haaagggggggghhhā€¦ā€¦ā€¦ā€¦haggghhhhhhhhā€¦ā€¦ā€¦ā€¦.ā€

[/URL
]

Nikita



***

Minggu, 5 April 2020

Jam 06.00

Rumah Safe House di Perbatasan Kota Bonjormo


Nikita masih tertidur lelap. Pijatanku semalam sukses melepaskan segala rasa lelah ditubuhnya. Dia tidur nyenyak sekali sedikit memberikanku waktu menulis surat perpisahan padanya yang ternyata memakan waktu cukup lama.

Memang salah satu rencana jahatku kemarin adalah mengajaknya melakukan sesi pijat. Pijat lebih berat bagi wanita apabila pijatan itu tepat sasaran : Bisa menyentuh titik kenikmatan terdalam sampai mengeluarkan berliter-liter cairan yang selama ini terkubur di dalamnya, maka pijatan tersebut akan membuat si wanita kelelahan teramat sangat.

Untungnya rencanaku berhasil.

Nikita masih bisa kubuat tiga kali lagi mengalami squirt hebat setelah squirt dahsyat pertamanya semalam. Dia pasti sangat kelelahan.

Sebenarnya aku tidak mau meninggalkan surat perpisahan untuknya. Seandainya saja keadaan di luar aman bagi kami berdua aku tidak akan mau meninggalkannya.

Aku menggeleng sedih ketika menuliskan surat perpisahanku. Surat ini sangat berat kutulis karena menceritakan latar belakangku sebagai seorang pembunuh sekaligus mengekspresikan rasa cintaku padanya.

Rasanya baru sekarang aku bisa jatuh cinta kepada seorang wanita tapi sayangnya Aku harus meninggalkannya.
Hatiku sangat sedih.

Kesedihanku mudah mudahan bisa tergambar di surat ini yang kuletakkan di samping wajah Nikita.

Dia memang sedang tidur menyamping, seandainya nanti Dia bangun semoga saja suratku inilah yang dilihatnya pertama kali.

Setelah meletakkan surat itu aku bangkit berjalan keluar. Pintu kututup pelan.

Aku tidak menginginkan Nikita bangun.

Langkahku saja kulangkahkan begitu perlahan sekali.

Anehnya ilmu kepekaan rasaku bekerja pada detik yang sama.

Ada perasaan bahaya teramat pekatā€¦ Teramat jelas dan tiba-tibaā€¦.

ā€œ DOORRRRRRRRā€¦ā€¦ā€¦ā€¦.PRAAAAAAAAAANNGā€¦ā€¦ā€¦ā€¦ā€

Satu peluru ditembakkan kepadaku dari balik pintu depan. Pelurunya Menembus kaca menyerempet bahuku.

Aku geram.

Mendapat tembakan tiba-tiba di rumah yang disebut Safe House atau Rumah Aman membuatku sangat geram.

Apalagi di rumah yang seharusnya aman ini sedang berbaring wanita yang sangat kucintai. Aku menjadi sangat marah dibuatnya sehingga cepat aku berlari menuju pintu ingin segera mematahkan batang leher siapa pun orang yang tidak tau etika ini.

 
Terakhir diubah:
thanks Upnya :hore:
:baca:
Thank you, Suhu Shion
Asyik banget ceritanya hihihi
Selamat menikmati, Suhu Firdos
Mantap

Thanks update nya om
Selamat menikmati, Suhu
"Bab 8 : Ikan"

mantul updetnya hu @john robert :cendol:
Terima kasih banyak, Suhu
Adeem tentrem.. Keren
Makasi updatenya
Thank you, Suhu Ndoro
Kereen apdetnya, makasih bang john
Terima kasih banyak, Suhu Sherly
Update lagi omm
Thank you, Suhu
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd